NIM : 170513624101
Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak
bumi, pada dasarnya minyak mentah dipisahkan fraksi-fraksinya pada proses destilasi
sehingga dihasilkan fraksi solar dengan titik didih 250°C sampai 300°C. Kualitas solar
dinyatakan dengan bilangan cetane (pada bensin disebut oktan), yaitu bilangan yang
menunjukkan kemampuan solar mengalami pembakaran di dalam mesin serta kemampuan
mengontrol jumlah ketukan (knocking), semakin tinggi bilangan cetane ada solar maka
kualitas solar akan semakin bagus.
Karakteristik Solar
Sebagai bahan bakar, tentunya solar memiliki karakteristik tertentu sama halnya dengan jenis
bahan bakar lainnya. berikut karakteristik yang dimiliki fraksi solar:
1. Tidak berwarna atau terkadang berwarna kekuning-kuningan dan berbau.
2. Tidak akan menguap pada temperatur normal.
3. Memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bensin
dan kerosen.
4. Memiliki flash point (titik nyala) sekitar 40°C sampai 100°C.
5. Terbakar spontan pada temperatur 300°C.
6. Menimbulkan panas yang tinggi sekitar 10.500 kcal/kg.
Pada umumnya solar digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel ataupun
peralatan-peralatan industri lainnya. Agar menghasilkan pembakaran yang baik, solar
memiliki syarat-syarat agar memenuhi standar yang telah ditentukan. Berikut persyaratan
yang menentukan kualitas solar:
Mudah terbakar.
Tidak mudah mengalami pembekuan pada suhu yang dingin.
Memiliki sifat anti knocking dan membuat mesin bekerja dengan lembut.
Solar harus memiliki kekentalan yang memadai agar dapat disemprotkan oleh ejector
di dalam mesin.
Tetap stabil atau tidak mengalami perubahan struktur, bentuk dan warna dalam proses
penyimpanan.
Memiliki kandungan sulfur sekecil mungkin, agar tidak berdampak buruk bagi mesin
kendaraan serta tidak menimbulkan polusi.
Bila di Bensin Kita mengenal angka RON, maka di Solarpun Ukuran utama dari kualitas
bahan bakar diesel dinilai dari cetane number nya. Seperti RON maka angka Cetane yang
lebih tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar menyatu lebih mudah ketika disemprotkan ke
udara yang terkompresi pada mesin. Di Eropa (EN 590 standar) solar memiliki cetane
number minimal 51. Sedangkan di indonesia Solar yang kita kenal dengan Bio solar memiliki
Cetane 48 sedangkan Pertadex memiliki Angka Cetane 51-52.
Senyawa Kimia Solar
Solar tidak dapat bercampur dengan air. Solar y ang berasal dari petroleum diesel terdiri dari
sekitar 75% hidrokarbon jenuh (terutama parafin termasuk n, iso, dan sikloparafin), dan 25%
hidrokarbon aromatik (termasuk naftalena dan alkylbenzenes). Rata-rata rumus kimia untuk
bahan bakar diesel umum adalah C12H23, mulai dari C10H20 hingga C15H28.
Dengan tingginya kadar sulfur di solar berbahaya bagi lingkungan oleh karena itu digunakan
catalytic diesel + particulate filter untuk mengontrol emisi diesel particulate, Pada teknologi
yang lebih maju untuk mengurangi emisi, digunakan nitrogen oksida (NOx) penyerap (masih
dalam pengembangan). Selain itu, belerang dalam bahan bakar teroksidasi selama
pembakaran, menghasilkan sulfur dioksida dan sulfur trioksida, Seperti Kasus Pada Bensin,
Timbal dan Sulfur pada Solar berfungsi sama pada mesin yaitu melapisi / sebagai pelumas.
Dengan Pengurangan Nilai dari kadar Sulfur maka diperlukan aditif tambahan ke dalam
bahan bakar untuk membantu melumasi mesin. Dengan Biodiesel dan biodiesel / solar
campuran, ternyata memiliki tingkat pelumasan lebih tinggi.
Pertamina Dex
merupakan bahan bakar jenis diesel dengan angka cetane 53 serta kandungan sulfur kurang
dari 300 ppm sesuai standar internasional EURO 3 & WWFC Cat. Bahan bakar ini sangat
direkomendasikan untuk pemakaian pada kendaraan bermesin diesel, terutama yang telah
menerapkan berteknologi Common Rail System.
Angka Cetane: 53
Kandungan Sulfur: Maks 300 ppm
Berat jenis: Maksimal 860kg/m3, minimal 820 kg/m3 (pada suhu 15 derajat celcius)
Penampilan visual: Jernih dan terang