Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................... i

BAB I ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Hipotesis....................................................................................................... 2

D. Asumsi Penelitian ........................................................................................ 2

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ............................................... 3

F. Definisi Operasional..................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 4

A. Gaya Belajar ................................................................................................. 4

B. Motivasi Berprestasi..................................................................................... 5

C. Hasil Belajar Kejuruan ................................................................................. 8

D. Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kejuruan ........................... 12

E. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Kejuruan .............. 13

F. Penelitian terdahulu yang relevan .............................................................. 14

BAB III ................................................................................................................. 15

A. Rancangan Penelitian ................................................................................. 15

B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 16

C. Instrument Penelitian ................................................................................. 16

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 17

E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 17

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) mengelompokkan pendidikan menengah menjadi pendidikan
menengan umum dan menengah kejuruan. Pendidikan kejuruan dipersiapkan
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) merupakan sekolah yang mencetak tenaga kerja terampil dan kreatif dalam
bidang tertentu.
SMK sebagai lembaga pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta
didik untuk hidup mandiri (berwirausaha) dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan program kejuruannya. Teknik Kendaraan Ringan merupakan salah
satu bidang keahlian pada lembaga pendidikan kejuruan yang meliputi
pemahaman secara teori dan juga keterampilan atau keahlian khusus pada bidang
otomotif. Seorang siswa SMK pasti memiliki gaya belajar yang berbeda dengan
siswa SMK lainnya. Gaya belajar yang berbeda pada masing-masing siswa tentu
mempengaruhi penyerapan pelajaran demikian pula halnya dengan motivasi
berprestasi yang dimiliki setiap siswa.
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah
pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat
lambat. Setiap individu tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi
juga memproses informasi dengan cara yang berbeda. Karenanya, mereka
seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi
atau pelajaran yang sama. Cara memproses informasi yang diperoleh dikenal
dengan istilah gaya belajar. Gaya belajar merupakan karakteristik penting dari
berbagai ciri yang mempengaruhi cara siswa belajar. Menurut DePorter dan
Hernacki (2000:10) dinyatakan bahwa “Gaya belajar adalah kombinasi dari cara
seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi, dan
mengolah informasi tersebut menjadi bermakna”. Sedangkan Kemp (1994)
menyatakan bahwa “Gaya belajar adalah cara mengenali berbagai metode belajar

1
yang disukai yang mungkin lebih efektif bagi siswa tersebut”. Dengan demikian
gaya belajar dan motivasi berprestasi merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar atau prestasi belajar siswa di sekolah.
Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai
sebagai ukuran kecakapan, pemahaman, dan pengaplikasian kegiatan praktik dari
usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan
jumlah nilai raport atau test nilai sumatif (Abu Ahmadi, 2004:67).

B. Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar kejuruan siswa
programkeahlian teknik otomotif SMK di Malang?
1. Adakah hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar
kejuruan siswa program keahlian teknik otomotif SMK di Malang?
2. Adakah hubungan antara gaya belajar dan motivasi berprestasi dengan
hasil belajar kejuruan siswa program keahlian teknik otomotif SMK di
Malang?

C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar kejuruan siswa
programkeahlian teknik otomotif SMK di Malang.
2. Ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar kejuruan
siswa program keahlian teknik otomotif SMK di Malang.
3. Ada hubungan antara gaya belajar dan motivasi berprestasi dengan hasil
belajar kejuruan siswa program keahlian teknik otomotif SMK di Malang.

D. Asumsi Penelitian
Asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti, harus
dirumuskan secara jelas. Manfaatnya untuk memperkuat permasalahan,
membantu peneliti dalam memperjelas objek penelitian, wilayah pengambilah
data, dan instrumen pengumpulan data. Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Gaya belajar berpengaruh besar pada hasil belajar kejuruan, karena bila
gaya belajar siswa selaras dengan gaya belajar siswa sekelas atau guru

2
mata pelajaran yang mengampu, akan mempermudah siswa memahami
materi-materi pelajaran siswa.
2. Motivasi berprestasi berpengaruh besar pada hasil belajar kejuruan, karena
jika motivasi berprestasi siswa tinggi atau baik maka siswa akan terdorong
untuk belajar lebih giat.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di beberapa SMK di Malang secara
acak. Program keahlian teknik otomotif pada tahun ajaran 2018/2019. Sehingga
hasil penelitian ini hanya terbatas pada subjek penelitian tersebut.

F. Definisi Operasional
1. Gaya Belajar
Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi. Jika akrab dengan gaya
belajar diri sendiri, maka dapat mengambil langkah-langkah penting untuk
membantu diri belajar lebih cepat dan juga dengan memahami cara belajar
orang lain maka dapat memperkuat hubungan dengan mereka (DePorter,
2008).
2. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah sebagai suatu usaha untuk mencapai hasil
yang sebaik-baiknya dengan berpedoman pada suatu standar keunggulan
tertentu (standard of exellence) McClelland (1987).
3. Hasil Belajar
Hasil Belajar merupakan hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai
sebagai ukuran kecakapan, pemahaman, dan pengaplikasian kegiatan
praktik dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar
ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif (Abu Ahmadi,
2004:67).

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Gaya Belajar

Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif
dan prilaku psikomotorik sebagai indikator yang bertindak relatif stabil untuk
pembelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar
(Gobai, 2005:1). Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan
kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi (Gunawan, 2006:
139). Dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah ciri khas yang dimiliki oleh
setiap orang dalam memberikan respon terhadap pembelajaran yang diterimanya.
Menurut modalitasnya, gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gaya
belajar visual, auditorial dan kinestetik (De Porter, 2000: 85).

1. Gaya Belajar Visual


Gaya belajar visual mengakses citra visual, yang diciptakan maupun
diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol
dalam modalitas ini. Seseorang yang sangat visual mungkin dicirikan
sebagai berikut:
1. Teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan.
2. Mengingat dengan gambar dan lebih suka membaca dari pada
dibacakan.
3. Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap
detail, mengingat apa yang dilihat.
2. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata, diciptakan
maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal dan suara
menonjol disini. Seseorang yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai
berikut:
1. Perhatiannya mudah terpecah.
2. Berbicara dengan pola berirama.

4
3. Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/ bersuara
saat membaca.
3. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik mengakses segala jenis gerak dan emosi diciptakan
maupun diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan, emosional dan
kenyamanan fisik menonjol disini. Seseorang yang sangat kinestetik
sering:
1. Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak.
2. Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca dan
menanggapi secara fisik.
3. Mengingat sambil berjalan dan melihat.

Menurut Bendler dan Grinder, 1981 (dalam De Porter, 2000: 85):


“Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas visual, auditorial
dan kinestetik hampir semua orang cenderung pada satu modalitas belajar yang
berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemerosesan dan komunikasi”.
Sedangkan Markova tahun 1992 (dalam De Porter, 2000: 85) mengatakan “Orang
tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan
kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami
tertentu”.

Setiap orang memiliki kecenderungan pada satu modalitas. Guru juga


memiliki kecenderungan modalitas mengajar yang sama dengan gaya belajarnya.
Seorang siswa secara harfiah akan mudah menyerap informasi sesuai dengan gaya
belajarnya.

B. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi Berprestasi


Istilah Need for achievement pertama kali dipopulerkan oleh Mc
Clelland dengan sebutan n-ach sebgai singkatan dari need for
achievement. Mc Clelland menganggap n-ach sebagai virus mental. Virus

5
mental tersebut merupakan suatu fikiran yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sesuatu dengan baik, lebih cepat lebih efisien
dibanding dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya. Kalau virus
mental tersebut bertingkah laku secara giat (Weiner,1985: 35).
Menurut Mc Clelland (1987: 40) pengertian motivasi berprestasi
didefinisikan sebagai usaha mencapai sukses atau berhasil dalam
kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi
orang lain maupun prestasi sendiri. Lindgren (1976: 67) mengemukakan
hal senada bahwa motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan yang ada
pada seseorang sehubungan dengan prestasi, yaitu menguasai,
memanipulasi serat mengatur lingungan sosial maupun fisik, mengatasi
segala rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing
melalui usaha-usaha untuk melebihi hasil kerja yang lampau, serta
mengungguli hasil kerja yang lain.
Senada dengan pendapat di atas, Santrork (2003: 103) menjelaskan
bahwa motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk menyelesaikan
sesuatu untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan
suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Gagne dan
Barliner (1975: 77) menambahkan bahwa motivasi berprestasi adalah cara
seseorang untuk berusaha dengan baik untuk prestasinya. Menurut
Heckhausen (1967: 54) motif berprestasi diartikan sebagai usaha untuk
meningkatkan atau melakukan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam
segala aktivitas dan suatu ukuran keunggulan tersebut digunakan sebagai
pembanding, meskipun dalam usaha melakukan aktivitas tersebut ada dua
kemungkinan yakni gagal atau berhasil. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa
motivasi berprestasi merupakan motif yang mendorong individu untuk
mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan
beberapa ukuran keunggulan (standard of excellence). Ukuran keunggulan
digunakan untuk standar keunggulan prestasi dicapai sendiri sebelumnya
dan layak seperti dalam suatu kompetisi. Dalam teori expectancy-value
Atkinson (1960: 56) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi seseorang
didasarkan atas dua hal yaitu, adanya tendensi untuk meraih sukses dan

6
adanya tendensi untuk menghindari kegagalan. Pada dasarnya keadaan
motif itu dimiliki oleh individu, namun keduanya mempunyai keadaan
berbeda-beda dalam berbagai situasi dan kondisi menurut adanya prestasi.
Lebih jelasnya Atkinson (1958: 34) mengemukakan bahwa keberhasilan
individu untuk mencapai kebehasilan dan memenangkan persaingan
berdasarkan standar keunggulan, sangat terkait dengan tipe kepribadian
yang memiliki motif berprestasi lebih tinggi daripada motif untuk
menghindari kegagalan begitu pula sebaliknya, apabila motif menghindari
terjadinya kegagalan lebih tinggi daripada motif sukses, maka motivasi
berprestasi seseorang cenderung rendah. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa motivasi berprestasi atau achievement motivation
merupakan suatu dorongan yang berhubungan dengan bagaimana
melakukan sesuatu dengan lebih baik, lebih cepat, lebih efisien
dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya, sebagai usaha
mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran
keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri.
2. Karakter Motivasi Berprestasi McClelland (1978: 77) mengemukakan
bahwa ada 6 karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi
yang tinggi, yaitu:
1. Perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan, yaitu keinginan untuk
menyelesaikan tugas dengan hasil yang sebaik-baiknya.
2. Bertangungjawab, yaitu mampu bertanggungjawab terhadap dirinya
sendiri dan menentukan masa depannya, sehingga apa yang
dicitacitakan berhasil tercapai.
3. Evaluatif, yaitu menggunakan umpan balik untuk menentukan
tindakan yang lebih efektif guna mencapai prestasi, kegagalan yang
dialami tidak membuatnya putus asa, melainkan sebagai pelajaran
untuk berhasil.
4. Mengambil resiko “sedang”, dalam arti tindakan-tindakannya sesuai
dengan batas kemampuan yang dimilikinya.
5. Kreatif dan inovatif, yaitu mampu mencari peluang-peluang dan
menggunakan kesempatan untuk dapat menunjukkan potensinya.

7
6. Menyukai tantangan, yaitu senang akan kegiatan-kegiatan yang
bersifat prestatif dan kompetitif.

C. Hasil Belajar Kejuruan


1. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Sugihartono (2007: 74),
menyatakan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Depdiknas (2008: 1101), prestasi diartikan sebagai “hasil yang
telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan)”. Hasil dari apa
yang telah dikerjakan akan menimbulkan suatu prestasi yang digunakan
sebagai ukuran tingkat keberhasilan seseorang. Belajar merupakan
suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses tersebut
terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.
Menurut Muhibbin Syah (2008: 145), mengartikan prestasi
belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan dalam sebuah program. Pendapat yang hampir sama
dikemukakan oleh Slameto (2010: 30), yaitu penilaian prestasi belajar
merupakan sekelompok pertanyaan, tugas-tugas, penilaian dokumen
hasil kerja yang harus diseles saikan oleh siswa dengan tujuan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa. Dari uraian di atas, maka pengertian
prestasi belajar SMK adalah hasil yang dicapai oleh siswa SMK selama
berlangsung proses belajar dalam sekolah yang berbentuk pemberian
nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa
telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan. Prestasi belajar
siswa dapat dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat dan terdapat
dalam periode tertentu.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

8
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dari individu siswa
terdapat beberapa faktor. Menurut Muhibbin Syah (2008: 129),
faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dibedakan
menjadi tiga macam.
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi
keadaan kondisi jasmani dan kondisi rohani.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yang terdiri dari
tiga faktor yaitu:
1. faktor keluarga
Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses
belajar. Keadaan yang ada dalam keluarga mempunyai
pengaruh yang besar dalam pencapaian prestasi belajar
misalnya cara orang tua mendidik, hubungan anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
dan pengertian orang tua.
2. faktor keadaan sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana siswa
belajar secara sistematis. Kondisi ini meliputi metode
mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa,
hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media
pembelajaran, metode belajar dan fasilitas yang
mendukung lainnya.
3. faktor lingkungan atau masyarakat
Siswa akan mudah terkena pengaruh lingkungan
masyarakat karena keberadaannya dalam lingkungan
tersebut. Kegiatan dalam masyarakat, teman bergaul,
lingkungan tetangga merupakan hal-hal yang dapat
mempengaruhi siswa.
c. Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk
melakukan proses pembelajaran materi-materi pembelajaran.

9
Berdasarkan penjabaran faktor-faktor di atas maka bisa
dimungkinkan bahwa setiap siswa mempunyai karakter, tingkah laku,
cara belajar, keadaan keluarga, dan keadaaan lingkungan yang berbeda-
beda. Perbedaan ini akan mengakibatkan tingkat prestasi yang berbeda-
beda. Prestasi siswa dapat berubah setiap saat, hal ini terjadi karena
prestasi siswa sangat berhubungan erat dengan faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama
lain dan apabila terjadi kelemahan pada salah satu faktor, akan dapat
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar.
3. Jenis Prestasi Belajar
Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang
diharapkan setelah seseorang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil
akhir dari belajar dapat berupa mengetahui (knowing), terampil
melaksanakan atau mengerjakan (doing), dan dapat melaksanakan
secara rutin (being). Benjamin S. Bloom (1979: 18), menyatakan
bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai tiga ranah. Tiga
ranah tersebut meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor, yang
akan memperlihatkan tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil
pembelajaran dan ketercapaian penerimaan pembelajaran.
Penelitian ini membahas hasil belajar siswa SMK terhadap dua
ranah, yaitu ranah kognitif dan ranah psikomotor. Hasil belajar yang
pertama pada penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif. Ranah
kognitif adalah kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan
penalaran. Menurut Benjamin S. Bloom (1979: 18), ranah kognitif
dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu:
a. Pengetahuan (Knowledge) Adalah kemampuan untuk
menyatakan kembali fakta konsep, prinsip, prosedur
atau istilah yang dipelajari tanpa harus memahami atau
dapat menggunakannya. Kemampuan yang dimiliki
hanya kemampuan menangkap informasi kemudian
menyatakan kembali informasi tanpa harus memahami.

10
b. Pemahaman (Comprehension) Adalah kemampuan
dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
Tingkat ini selain siswa hafal siswa juga juga harus
memahami makna yang terkandung misalnya
menjelaskan konsep atau prinsip-prinsip.
c. Aplikasi (Application) Adalah kemampuan untuk
menerapkan atu menggunakan suatu kaidah atau
metode-metode, prinsip-prinsip, teori-teori, rumus-
rumus dalam situasi yang konkret dan baru.
d. Analisis (Analysis) Adalah kemampuan untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil, dan memahami
hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang
satu dengan faktor-faktor yang lainnya.
e. Sintesis (Synthesis) Adalah kemampuan untuk
menggabungkan informasi menjadi satu kesimpulan atau
konsep; dan atau meramu atau merangkai berbagai
gagasan sehingga menjadi suatu pola yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation) Adalah kemampuan untuk
membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau
beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau stadar yang ada
untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Hasil belajar yang ke dua pada penelitian ini adalah hasil belajar
ranah psikomotor. Menurut Wahidmurni (2010: 26), ranah psikomotor
(keterampilan) dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu: 1) Gerakan Refleks,
yaitu respon terhadap stimulus tanpa sadar, 2) Gerakan Dasar (Basic
Fundamental Movements), yaitu gerakan yang muncul tanpa latihan

11
tapi dapat diperhalus melalui praktik, 3) Gerakan Persepsi (Perseptual
AblitiesI), 4) Gerakan Kemampuan Fisik (Psysical Abilities), 5)
Gerakan terampil (Skilled Movements), 6) Gerakan Indah dan Kreatif
(Non Discursive Communication). Hasil belajar aspek kognitif pada
penelitian ini dibatasi pada tingkat pengetahuan sampai dengan analisis
mengenai komponen penyusun rangkain catu daya dan penggambaran
layout PCB nya, sedangkan hasil belajar aspek psikomotor tidak
dibatasi pada sutu tingkatan.

D. Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kejuruan


Gaya belajar merupakan bentuk dan cara belajar siswa yang penting
disukai yang akan berbeda Antara yang satu dengan yang lain, karna setiap
individu 25 mempunyai kegemaran dan keunikan sendiri-sendiri yang tidak akan
sama dengan individu yang lain secara umum gaya belajar adalah cara yang lebih
kita sukai dan membuat kita nyaman dalam melakukan kegiatan berpikir,
memproses dan mengerti suatu informasi. situmorang (2013: 4) menyatakan
bahwa gaya belajar adalah cara mengenali berbagai metode belajar yang disukai
yang mungkin lebih efektif bagi siswa tersebut. Gaya belajar mengacu kepada
cara belajar yang lebih disukai. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar
seseorang berasal dari kepribadian, termasuk kemampuan kognitif dan psikologis
latar belakang kehidupan, serta pengalaman guruan . keanekaragaman siswa perlu
diketahui pada awal diterima pada suatu lembaga guruan yang akan ia jalani. Hal
ini akan memudahkan siswa untuk belajar maupun bagi pengajar dalam proses
pembelajaran, siswa akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik,
apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan siswa dalam
menerapkan pembelajaran dengan cepat dan tepat. Berarti berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan guruan banyak tergantung dengan bagaimana proses belajar
yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Untuk itu siswa seharusnya bisa
mengenali bagaimana bagaimana gaya belajarnya agar bisa mencapai hasil yang
maksimal dalam proses pembelajaran.

12
E. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Kejuruan
Pendidikan mempunyai tujuan yang sangat penting. Tujuan tersebut
diantaranya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan upaya
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun, untuk mendapatkan prestasi
belajar yang baik perlu adanya motivasi berprestasi yang tinggi dari dalam diri
setiap siswa. Oleh karena itu perlu adanya bantuan dari guru bimbingan dan
konseling untuk memberikan bimbingan belajar dalam membantu siswa untuk
menumbuhkan motivasi dari dalam dirinya. Bimbingan belajar merupakan suatu
langkah yang dilakukan untuk membantu siswa dalam hal menemukan cara
belajar yang tepat dan sesuai serta mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul
berkaitan dengan tuntutan belajar dalam suatu sekolah tertentu. Dengan adanya
bimbingan belajar diharapkan siswa mampu mengatasi setiap masalah dengan
baik. Motivasi berprestasi adalah salah satu faktor yang menentukan hasil dari
prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tidak
akan kesulitan untuk mendapatkan prestasi yang tinggi baik disekolah maupun
diluar sekolah. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi
berprestasi yang rendah akan mengalami kesulitan untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Djali, 2008)
bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
dalam keberhasilan belajar. Untuk meningkatkan prestasi belajarnya siswa
diharapkan mampu menumbuhkan keyakinan untuk berhasil dan menghilangkan
rasa takutnya akan kegagalan. Dengan keyakinan yang tinggi, akan membantu
siswa untuk mengembangkan potensi dirinya demi mendapatkan prestasi setinggi
mungkin. Selain itu pula, siswa yang ingin memiliki prestasi yang tinggi
diharapkan lebih menyukai pekerjaan dimana mereka memiliki tanggung jawab
pribadi dan akan memproleh balikan dan serta tugas pekerjaannya memiliki resiko
yang sedang (Moderate) Tujuan yang akan dicapai merupakan tujuan dengan
derajat kesulitan menengah (moderate).

13
F. Penelitian terdahulu yang relevan
Nama Judul Variabel Populasi dan Teknik Hasil
Penelitian Sampel Analisis Penelitian
Data
Sundawa Pengaruh Variabel Populasi Analisis Terdapat
(2006) Pendidikan bebas: dalam deskriptif pengaruh
Sekolah lingkung penelitian ini yang
terhadap an adalah siswa- signifikan
Prestasi sekolah siswa kelas X Pengaruh
Belajar Siswa Variabel di SMA Pendidikan
dalam bidang terikat: Negeri 2 Sekolah
studi prestasi Bandung. terhadap
Pendidikan belajar Teknik prestasi
Kewarga pengambilan Belajar
Negaraan sampel Siswa
(Studi dengan dalam
Deskriptif menggunaka bidang
Analitis di n sampel studi
SMA Negeri 2 populasi Pendidikan
Bandung Kewarga
Tahun Negaraan
pelajaran
2005/2006).

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian deskriptif koorelatif. Adapun penelitian desktiptif korelatif
yaitu cara atau teknik yang menggunakan fakta yang jelas tentang gejala-gejala
serta hubungan yang ada pada suatu objek penelitian. Didalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi
yang sekarang ini terjadi. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk
memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan
antara variabel-variabel yang ada(Mardalis, 1998:26).
Menurut Nazir (2005:63) berpendapat bahwa "Metodologi deskriptif
adalah suatu metode dalam status kelompok manusia, suatu obejk, suatu
kondisi,suatu sistem pemikiran atau peristiwa pada masa sekarang, metode ini
bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat mengenai fakta,
sidat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki". Dalam penelitian ini
dipilih penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara gaya belajar dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar
kejuruan siswa. Berikut merupakan skema rancangan penelitian sebagai berikut:

X1

X2

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :

15
X1 : Gaya Belajar

X2 : Motivasi Berprestasi

Y : Hasil Belajar

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono,2011:80). Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga
obyek dan benda-benda alam yang lain. Populai juga bukan sekedar jumlah yang
ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Penelitian sample baru boleh dilaksanakan
apabila keadaan subyek di dalam populasi benar-benar homogen, pada penelitian
ini populasinya adalah siswa TKR pada Kota Malang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representarive (Sugiyono,2010).
Peneliti menggunakan purpossive sampling atau judgemental sampling penarikan
sampel secara purposif merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan memilih
subyek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti yaitu dari hasil
observasi awal yang menunjukkan nilai siswa mayoritas rendah. Sampel pada
penelitian ini adalah 10 siswa TKR dari berbagai SMK di Kota Malang.

C. Instrument Penelitian
Sugiyono (2010:148) menyatakan bahwa pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik, alat ukur dalam

16
penelitian bisanya disebut dengan instrumen penelitian. Instrumen adalah alat
bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2016:262).
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket dan tes.
1. Angket
Angket atau kuisoner adalah salah satu alat pengumpul data yang berupa
serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban
(Depdikbud:1975). Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis
yang harus dijawab secara tertulis juga (WS. Winkel, 1987). Angket merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan
sumber data (Sugiyono. 2010). Angket ini digunakan untuk mengumpulkan data
gaya yang sering dan disukai siswa SMK di Kota Malang.
2. Tes
Tes adalah "serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok" (Arikunto, 2010:193).
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan-ganda (multiple-
choice) yang dikembangkan dari silabus dan kisi-kisi soal. Tes soal digunakan
untuk mengetahui hasil belajar kejuruan.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa
angket dan tes.
1. Angeket : Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gaya
belajar dan motivasi berprestasi siswa.
2. Tes : Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil
belajar kejuruan siswa.

E. Teknik Analisis Data


Signifikansi perbedaan perubahan hasil belajar siswa akan dianalisis
menggunakan bantuan Software SPSS 25.0 for Windows.
1. Analisis Deskriptif
Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui frekuensi dari tiap
kalsifikasi. Arikunto (2010:239) frekuensi tersebut merupakan skor yang

17
kemudian dihitung dengan tingkat presentase. Menghitung presentase dapat
menggunakan rumus:
f
P= x 100%
N
Keterangan:
P : angka presentase
f : frekuensi pada setiap ketegori
N : banyaknya responden

Analasis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana gaya


belajar dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar kejuruan siswa.

No Presentase % Kriteria
1 76%-100% Baik
2 51%-75% Cukup
3 26%-50% Rendah
4 0%-25% Sangat Rendah

2. Ujian Hipotesis
a) Uji Korelasi Ganda
Korelasi Ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel atau lebih secara bersama-sama dengan variabel
lain.
Setelah r𝑥𝑦 (korelasi hitung) diketahui, untuk menguji signifikansi tidaknya
rhitung
dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%.
a. Jika rhitung > rtabel , maka Ha diterima.
b. Jika rhitung < rtabel , maka Ha ditolak.

18
Jika harga Fhitung > Ftabel maka koefisien korelasi ganda yang ditemukan adalah
signifikan(dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil).

19

Anda mungkin juga menyukai