OLEH:
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat membuat biogas dari kotoran sapi
2. Mahasiswa dapat mengoperasikan alat digester biogas
3. Mahasiswa dapat memahami proses pembentukan biogas dari kotoran
sapi
30-40%), hidrogen sulfida (H2S 0% - 3%), air (H2O 0,3%), oksigen (O2 0,1%-
0,5%), hidrogen (H 1%-5%) dan gas-gas yang lain dalam jumlah yang kecil.
Biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800 – 6700
3 3
Kkal/m , untuk gas metana murni (100%) mempunyai nilai kalor 8900 Kkal/m
(Efriza, 2009).
Biogas terdiri dari berbagai macam gas, biogas adalah campuran beberapa
gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan
organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4)
dan gas karbondioksida (CO2). Komposisi biogas dapat dilihat pada tabel 2.
berikut.
VI. Perhitungan
1. Minggu Ke -1
Chemical Oxygen Demand (COD)
(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)× 𝑁 ×8000
COD = × 50
𝑚𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3. Minggu Ke -3
Chemical Oxygen Demand (COD)
(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)× 𝑁 ×8000
COD = × 50
𝑚𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(15,6−13,5) × 0,1 ×8000
= × 50
10
= 8400 ppm
Total Solid Suspended (TSS)
(𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛 –𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)× 105
TSS =
𝑚𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(71,922–71,724)× 105
=
10
= 1980 ppm
Grafik Perbandingan COD, TSS, dan VSS
per Minggu
35000
30000
25000
20000 COD
ppm
15000 TSS
VSS
10000
5000
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan biogas dari bahan baku kotoran
sapi dengan alasan mudah didapatkan dan banyak ketersediaannya dilingkungan
sekitar. Pertama, dilakukan persiapan bahan baku kotoran sapi dengan
pencampuran dengan perbandingan 1:2:0,01 antara kotoran sapi, air, dan green
phoskko-7. Green phoskko-7 berfungsi sebagai pengurai semua jenis biomassa (
material biologis) atau bahan organik (limbah kota, pertanian, peternakan, limbah
industri makanan dan minuman, limbah kebun dan limbah padat perkotaan
lainnya), dan bermanfaat mempercepat proses dekomposisi, menghilangkan bau
busuk dan menekan pertumbuhan mikroba patogen pada proses perobahan
sampah organik menjadi kompos yang terbentuk dari konsorsium mikroba
unggulan (bakteri aktinomycetes- spesies aktinomyces naeslundii, Lactobacillus
spesies delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, ragi, dan jamur
serta Cellulolytic Bacillus Sp, bakteri aktinomycetes, ragi, dan jamur) dengan
jumlah populasi 10 pangkat 7 per gram/ cfu.
Selanjutnya campuran bahan baku yang telah berbentuk lumpur (slurry)
dimasukkan kedalam mini plant biogas dengan level sebanyak ¾ dari volume
digester biogas, hal ini dikarenakan ¼ volume dari digester tersebut menjadi
tempat terbentuknya gas dari hasil penguraian campuran bahan baku.
Proses penguraian bahan baku organik dilakukan secara anaerobik (tanpa
udara) oleh bakteri melalui tiga tahapan, yaitu hidrolisis, pengasaman, dan
methanasi. Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses
terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob
di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas
karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas
nitrogen (N2) dan asam sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7
sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC dan pH
optimum pada range 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu
bakteri anaerob seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan
Methanosarcina..
Adapun parameter-parameter yang mempengaruhi terbentuknya biogas
ialah antara lain temperatur, pH, salinitas dan ion kuat, nutrisi, inhibisi dan kadar
toksisitas pada proses, serta konsentrasi padatan. Dikarenakan hal ini diperlukan
perlakuan khusus seperti penjagaan temperatur dan penambahan nutrisi pada
mikrooganisme pengurai.
Pada setiap minggu selama 3 minggu percobaan dilakukan pengecekan
dan analisa terhadap sampel campuran bahan baku. Adapun hal-hal yang dianalisa
ialah Chemical Oxygen Demand (COD), Total Solid Suspended (TSS), dan
Volatile Suspended Solid (VSS).
Pada analisa per minggu pada nilai Chemical Oxygen Demand (COD)
terjadi penurunan nilai COD dimana pada minggu pertama didapatkan nilai
sebesar 30.000 ppm, dan kemudian turun menjadi 12.000 ppm pada minggu kedua
dan terakhir pada minggu ketiga didapatkan nilai sebesar 8.400 ppm. Hal ini
menunjukan bahwa telah berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat
dalam campuran bahan baku yang dimana bahan organik ini telah membentuk
gas.
Sedangkan pada analisa per minggu nilai Total Solid Suspended (TSS)
didapatkan nilai yang tidak jauh berbeda per minggu nya yaitu pada minggu
pertama didapatkan nilai sebesar 1630 ppm, 1610 ppm, 1580 ppm pada minggu
kedua dan ketiga. Total Solid Suspended (TSS) adalah residu dari padatan total
yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih
besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat,
logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan
dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan
(turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di
perairan.
Pada analisa Volatile Suspended Solid (VSS) per minggu didapat nilai
sebesar 1520 ppm, 1910 ppm, dan 1980 ppm. Pengukuran VSS penting karena
merupakan representasi dari mikroorganisme yang terdapat di dalam air limbah.
VSS dapat diketahui dengan cara membakar kertas filter berisi residu air limbah
pada temperatur ± 600oC kemudian menghitung perbedaan berat sebelum dan
sesudah filter dibakar.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan :
1. Biogas merupakan suatu sumber energi terbarukan yang terdiri dari
campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil
fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang
dominan adalah gas metana (CH4) dan gas karbondiokasida (CO2),
hidrogen sulfida (H2S)air (H2O), oksigen (O2), hidrogen (H) dan gas-gas
yang lain dalam jumlah yang kecil.
2. Biogas berasal dari proses penguraian bahan organik secara anaerobik
(tanpa udara) oleh bakteri melalui tiga tahapan, yaitu hidrolisis,
pengasaman, dan methanasi. Proses pembuatan biogas dilakukan secara
fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob
dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan
dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang
volumenya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan asam
sulfida (H2S).
3. Proses fermentasi biogas memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk
menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC dan pH optimum pada
range 6,4 – 7,9.
IX. Daftar Pustaka
Content, B. M., Temperature, P., Derived, B. Q., Shell, R. S., & Bamboo, A.
(2018). Pengaruh Kadar Air Biomassa dan Suhu Proses terhadap Kualitas
Biopelet dari Cangkang Buah Karet dan Bambu Ater ( Gigantochloa atter ).
Sumber, B., Biomassa, D., & Biomassa, K. (n.d.). Bab 2. Sumber Daya Biomassa
2.1., 15–91.