Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FOTOGRAMETRI TERAPAN
ACARA 3
PENGENALAN ALAT STEREOSKOP CERMIN DAN
MENENTUKAN BASIS ALAT

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Arif Ihsan NIT. 17263011
2. Mega Milova L. Tjan NIT. 17263029
3. Yuli Ardiyanto Wibowo NIT. 17263048
4. Kadek Junarta NIT. 17263062
Semester V/ Perpetaan

Dosen Pengampu :
Harvini Wulansari, S.T., M.Sc.

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2019
ACARA III
PENGENALAN ALAT STEREOSKOP CERMIN DAN
MENENTUKAN BASIS ALAT

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum fotogrametri terapan ini adalah :
1) Mahasiswa mampu mengenali alat stereoskop cermin dan cara
penggunaannya.
2) Mahasiswa mampu menentukan basis alat stereoskop cermin.

B. Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu :
1) Stereoskop Cermin (mirror stereoscope)
2) Kertas HVS ukuran folio
3) Penggaris dan alat tulis lainnya.

C. DasarTeori
Selain stereoskop saku, stereoskop cermin juga merupakan salah satu
alat yang dapat digunakan untuk mengamati kenampakan stereoskopis (tiga
dimensi), dimana kelebihan alat ini adalah ukurannya yang lebih besar,
sehingga dapat digunakan untuk mengamati foto udara ukuran standart.

Gambar 3.1. Stereoskop Cermin


Seperti yang telah dijelaskan pada praktikum sebelumnya bahwa
Pengamatan stereokopis pada dasarnya dimaksudkan untuk melihat kesan
kedalaman. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan sepasang mata yang kurang
lebih sama kekuatannya. Menurut Hadi (73, 2007) kesan kedalaman (depth
perception) dalam stereoskopis terjadi karena titik-titik yang terletak pada
elevasi-elevasi yang berbeda telah mengalami pergeseran secara tofografis
dengan besaran dan arah yang berbeda pada foto-foto yang berurutan.
Pelaksanaannya memerlukan proses akomodasi dan konvergensi mata, dimana
akomodasi adalah penyesuaian fokus mata pada jarak yang berbeda-beda,
sedangkan konvergensi mata adalah pengarahan garis pandang ke obyek.

Gambar 3.2. Proses Akomodasi dan Konvergensi Mata

Liputan pengamatan stereoskop cermin secara langsung melalui


prisma, dapat mengamati seluruh daerah yang bertampalan tanpa pembesaran.
Pengamatan dengan prisma dan lensa pembesar, dapat mengamati sebagian
daerah bertampalan yaitu dengan garis tengah kurang lebih 170 mm
(perbesaran 1,8 x). Pengamatan dengan prisma dan binokuler hanya dapat
mengamati daerah yang sempit yaitu dengan garis tengah 70 mm (perbesaran 3
x).
Hidayat (2009) dalam laman webnya memaparkan bahwa foto udara
pada umumnya lebih banyak menampilan gambar 2 dimensi. Untuk dapat
menampilkan bentuk 3 dimensi dari sebuah foto udara/ gambar yang diamati,
pada foto udara/citra terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
a) Terdapat daerah bertampalan pada foto udara. Setiap foto
udara/citra yang akan diinterpretasi harus merupakan foto
udara/citra yang berurutan garis terbangnya dan mempunyai
daerah tampalan (pada foto 1 ada sebagian wilayah yang sama
dengan foto 2)
b) Untuk dapat diinterpretasi dengan jelas maka lebar daerah yang
bertampalan kira-kira 1/3 – 2/3 dalam sebuah foto udara/citra.

Gambar 3.3. Prinsip Pengamatan Stereoskopis

Sedangkan prinsip kerja stereoskop saku adalah sebagai berikut :


a) Mata 1 (mata kanan) mengamati citra sebelah kanan
b) Mata 2 (mata kiri) mengamati citra sebelah kiri
c) Stereoskop menyatukan daerah bertampalan sehingga seolah-olah
hanya mengamati 1 citra/foto udara saja.
d) Daerah bertampalan menghasilkan gambar 3 dimensi yang dapat
digunakan untuk mengamati unsur ketinggian dan kemiringan.

D. Langkah Kerja
1) Menggambarkan alat yang digunakan dan menyebutkan komponen serta
fungsinya.
2) Menentukan basis alat dengan cara :
- Menggambar sebuah garis sepanjang kurang lebih 30 cm pada selembar
kertas putih dan melekatkan pada meja.
- Memasang binokuler pada tempatnya dengan tepat.
- Memfokuskan binokuler dan menyesuaikan dengan dioptri mata
sehingga mata memperoleh pandangan yang tajam.
- Meletakkan stereoskop cermin di atas garis tersebut dan mengamati
dengan kedua belah mata melalui binokuler, kemudian menggerak-
gerakan stereoskop sehingga garis yang dibuat tampak satu garis di
tengah-tengah okuler.
- Memejamkan sebelah mata (kiri atau kanan) dan memberi tanda (+)
pada garis di salah satu pusat pengamatan, demikian sebaliknya sehingga
diperoleh dua buah tanda kiri dan kanan.
- Mengamati tanda (+) yang dibuat dengan kedua mata, apabila kedua
tanda telah menjadi satu, mengukur jarak kedua tanda tersebut.
- Jarak kedua tanda tersebut merupakan basis alat stereoskop cermin yang
disetel menurut basis mata.

E. Hasil Praktikum
1. Bagian-bagian Stereoskop Cermin

Gambar 3.4. Stereoskop Cermin


Komponen utama alat ini terdiri dari :
 Kerangka utama yang dilengkapi dengan dua buah cermin dan dua
buah prisma, dua pasang kaki yang dapat dilipat, dan dilengkapi
dengan sekrup pada salah satu kakinya untuk mengatur kestabilan alat.
 Lensa Cembung
Lensa pembesar menyatu dengan kerangka utama dan dapat digerakan
menghadap atau menjauhi prisma. Kegunaan dari lensa ini adalah
untuk menentukan dan menghasilkan suatu bayangan objektif
serta memperbesar benda yang diamati.
 Binokuler
Binokuler terpisah dari kerangka utamaya itu sepasang lensa yang
dapat membantu pengamatan dengan perbesaran 3x, dan dilengkapi
dengan sekrup pengatur lensa. Binokuler digunakan untuk
pengamatan foto udara dengan perujudan yang diperbesar, baik skala
tegak maupun skala mendatarnya.
 Paralaks meter
Paralaks meter merupakan alat yang terpisah dari kerangka utama dan
digunakan untuk pembacaan paralaks yang selanjutnya untuk
menghitung beda paralaks dua obyek dan menentukan beda tinggi
obyek.
 Sepasang prisma/cermin
Komponen pemantul dengan memanfaatkan pemantulan
sempurna, membelokkan cahaya yang masuk. Stereoskop cermin
menggunakan paduan prisma dan cermin untuk memisahkan garis
pengliatan dari tiap mata pengamat.
Gambar 3.5. Rangka Stereoskop Cermin

Alat yang digunakan dalam praktikum kelompok 4 adalah Stereokop


cermin Merk SOKKIA MS27. Alat ini dirancang untuk interpretasi
secara rinci foto udara dengan menghasilkan gambar stereoskopik
yang tajam dan stabil serta mudah dioperasikan.

Gambar 3.6. Merk Stereoskop Cermin

Bidang pandang dari alat ini cukup lebar yaitu 18 cm x 23 cm


sehingga dapat mencakup seluruh area foto udara berukuran 23 cm x 23
cm. Selain itu, stereoskop cermin ini dirancang sedemikian rupa dimana
jarak antara kedua foto tetap konstan untuk setiap rentan mata sehingga
basis alat yang dihasilkan tidak jauh berbeda selisihnnya.
2. Basis Alat
Adapun basis alat untuk masing-masing anggota Kelompok 4 berbeda satu
dengan lainnya sesuai dengan tabel di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Stereoskop Anggota Kelompok 4

No Nama Basis Alat


1 Arif Ihsan 26 cm
2 Mega Milova L. Tjan 23,5 cm
3 Yuli Ardiyanto Wibowo 20,5 cm
4 Kadek Junarta 25 cm
Sumber : Hasil Praktikum Acara III, Rabu 23 Oktober 2019

F. Pembahasan
1. Perbedaan Basis Alat
Stereoskopi mata adalah pandangan dua mata yang terpusat
pada suatu titik, sumbusumbu optis lensa mata berpotongan dan
membentuk sudut yang disebut sudut paralaktis di titik tersebut.
Bayangan titik tersebut jatuh tepat pada bintik kuning. Untuk tiap titik
pada umumnya sudut paralaktisnya berbeda dengan perbedaan sudut ini
orang akan melihat perbedaan jarak titik-titik terhadap mata, dan
memberikan kesan kedalaman stereoskopik. Gambar berikut ini
menunjukkan bahwa sudut paralaktis di titik A dan B berbeda.
Sudut paralaktis αB. Sehingga terjadi kesan kedalaman yang berbeda
pula. Disini B tampak lebih dalam daripada A.
Gambar 3.7. Kesan Kedalaman

αA, αB = sudut paralaktis di titik A dan B dB – dA


= Beda kedalaman titik A dan B
Pengamatan stereoskopik yang tepat dan baik harus memenuhi
beberapa syarat yaitu basis mata, garis penghubung pusat lensa dan
jalur terbang harus saling sejajar.
Apabila tidak terpenuhi syarat di atas maka akan terjadi paralaks y
(py). Paralaks y kecil hanya akan mempengaruhi tegangan mata dan
apabila besar maka tidak dapat dibentuk model tiga dimensi.
Dari Hasil pengamatan menggunakan stereoskop cermin, basis alat
yang dihasilkan masing-masing anggota kelompok berbeda satu dengan
yang lain. Perbedaan hasil tersebut disebabkan sifat mata manusia yang
condong melihat suatu objek dengan fokus ke salah satu objek tersebut
saja.

2. Kelebihan dan Kekurangan Stereoskop Cermin


Kelebihan dari stereoskop cermin ini antara lain :
a) dapat melakukan perbesaran dengan penambahan lensa binokuler,
b) daerah yang diamati lebih luas daripada stereoskop saku,
c) dapat menampakkan satu lembar foto udara secara penuh.
Sedangkan kekurangan stereoskop ini antara lain :
a) ukurannya yang besar sehingga tidak praktis (lebih sukar jika
dibawa ke lapangan),
b) harga relatif mahal,
c) apabila ditambahkan dengan binokuler maka akan memperkecil
daerah yang diamati.
G. Kesimpulan
Setiap titik pada umumnya sudut paralaktisnya berbeda dengan
perbedaan sudut ini orang akan melihat perbedaan jarak titik-titik terhadap
mata, dan memberikan kesan kedalaman stereoskopik. Pengamatan
stereoskopik yang tepat dan baik harus memenuhi beberapa syarat yaitu
basis mata, garis penghubung pusat lensa dan jalur terbang harus saling
sejajar.
Perbedaan hasil pengamatan menghasilkan basis alat yang berbeda
disebabkan sifat mata manusia yang condong melihat suatu objek dengan
fokus ke salah satu objek tersebut saja.
DAFTAR REFERENSI

____, Modul Praktikum Fotogrametri Acara 3

Indonetworkid, 2016, SOKKIA MS27 Mirror Stereoscope, dalam laman web :


https://www.indonetwork.co.id/product/sokkia-ms27-mirror-stereoscope-
6100930 , diakses pada tanggal 15 Oktober 2018 pukul 18.58 WIB.

Subroto, T dan Suyudi, B 2014, Fotogrametri dan Penginderaan Jauh, Cetakan


Kedua, STPN Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai