id
Oleh
Dhora Gumilang Indiarsono
NIM. E0008139
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Dhora Gumilang Indiarsono, E0008139.2012. TINJAUAN YURIDIS TENTANG
PELAKSANAAN PERJANJIAN TERAPEUTIK DI RSUD dr. SOEDIRAN
MANGUN SUMARSO KAB. WONOGIRI. Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
The research in this law writing aims to find out the implementation of
therapeutic agreement in dr. Soediran Mangun Sumarso Local General Hospital of
Wonogiri Regency, and to find out the problems rising as well as the solution to
them.
This research was an empirical legal study that was descriptive in nature. In
this study, a qualitative approach was used with primary and secondary data that were
then analyzed using qualitative model of analysis. The research was taken place in dr.
Soediran Mangun Sumarso Local General Hospital of Wonogiri Regency.
Techniques of collecting data used were interview, observation and library study with
books, legislations, articles, journals, documents, and etc.
Based on the result of research conducted, it could be found that the
implementation of therapeutic agreement occurring in dr. Soediran Mangun Sumarso
Local General Hospital of Wonogiri Regency could be done after the procedure in
patient admission process, both inpatient and outpatient, and the patient had given
consent on the medical measure as the attempt in the process of healing patient. The
implementation of therapeutic agreement was closely related to the fulfillment of
The problem rising was limited to the technical problem including that of
communication between physician and patient not the medical problem that could
lead to a dispute because there had been no dispute occurring in dr. Soediran Mangun
Sumarso Local General Hospital of Wonogiri Regency up to now. This technical
ower knowledge, no
consensus between the physician and patient in the term of consent giving to the
of therapeutic
agreement. The solution to these problems was that the physician should always
establish good communication by giving any information clearly with understandable
language to the patients/family.
The theoretical implication of research was to get a description on the
implementation of therapeutic agreement and solution to the problems rising in dr.
Soediran Mangun Sumarso Local General Hospital of Wonogiri Regency, while the
practical implication was that the result of research was expected to give the
community additional information to understand better the concept of therapeutic
agreement so that the health care service could run more optimally.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
Jika Allah menolong kamu, maka tidak akan ada orang yang dapat
pertolongan) maka siapa gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari
Allah sesudah itu, karena itu hendaklah kepada Allah sajalah orang-orang
Hargailah segala sesuatu yang masih kau miliki sebelum ia hilang darimu,
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Ibu Endang Mintorowati, S.H.,M.H dan Ibu Ambar Budi Sulistyowati, S.H.,
M.Hum selaku dosen pembimbing dan co.pembimbing skripsi yang telah
menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan
bagi tersusunnya skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam Penulisan
Hukum (Skripsi) ini.
5. Ketua Bagian Pengelola Penulisan Hukum (PPH), Ibu Wida Astuti, S.H.,M.H
dan Mas Wawan anggota Pengelola Penulisan Hukum (PPH) yang banyak
membantu Penulis dalam Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
6. Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, Ibu
Dr.Setyarini, M.kes yang telah berkenan memberikan ijin penelitian bagi
Penulis untuk memperoleh data-data di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Kab. Wonogiri guna menyusun Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
7. Bapak Suwarsono, SKM.,Msi selaku Ka.sub.bagian Rekam Medik, Bapak Dr.
Adhi Dharma, MM selaku Kepala Bidang Pelayanan Medik, dan Bapak
Warsito, S.H. selaku Ka.Sub Bagian Hukum, Hubungan Masyarakat dan
Perpustakaan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk bisa bertukar pikiran dan
meminjamkan data yang diperlukan Penulis untuk mempermudah proses
penyusunan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
8. Para Dokter yang bertugas di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab.
Wonogiri yakni dr. Tri Budi Astuti selaku Dokter Umum dan dr. Nugroho
Kusumawati, Sp.B selaku Dokter Bedah di RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Kab. Wonogiri, terima kasih atas waktunya yang telah diberikan
kepada Penulis untuk bisa sedikit bertukar pikiran mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
9. Para pasien maupun mantan pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Kab. Wonogiri yang sempat penulis ajak berdialog yakni Bapak Suswandi dan
Bapak Lukminto, terima kasih atas keterangan yang telah diberikan kepada
Penulis guna melengkapi data dalam Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10. Bapak, Ibu, serta keluarga tercinta yang tanpa henti telah memberikan cinta
dan kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan segala yang telah diberikan
yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan
Hukum (Skripsi) ini.
11. Teman-teman dan Sahabat-sahabatku seperjuangan di Fakultas Hukum UNS,
Alfinus Martyanto, Advent Christiansen, Gangga, Christian Angga, Temon,
Rangga, Antoni Wibowo, Ira Oktafia, Norma Evita, Indah Kurniawati,
Megaria Dhiah, Ira Octapiani, Shinta Ayu, Devi, Umar, Triyono Trexjon, Aaf,
Radit, Ferry, Irwan, Komenk, terima kasih atas suka duka dan semua
kenangan yang telah diberikan kepada Penulis.
12. Seluruh teman-teman di Fakultas Hukum UNS, khususnya angkatan 2008
yang tidak dapat Penulis ungkapkan satu-persatu, terima kasih atas segala
dukungannya.
Pada akhirnya bagi pihak-pihak yang belum bisa penulis ungkapkan di sini,
Penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuannya hingga penulisan hukum
(skripsi) ini selesai. Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum atau skripsi ini
masih jauh dari sempurna baik dari segi substansi maupun teknis penulisan. Untuk itu
sumbang saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif, sangat Penulis harapkan
demi perbaikan atau penyempurnaan penulisan hukum selanjutnya. Demikian semoga
penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk
penulisan, akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 5
E. Metode Penelitian................................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan Hukum.............................................................. 11
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................ 83
B. Saran .................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data PNS RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian pada dasarnya memiliki suatu tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Tujuan penelitian juga harus jelas sehingga dapat memberikan arah
dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui pelaksanaan dari perjanjian terapeutik yang dilakukan
antara dokter dan pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab.
Wonogiri.
b. Untuk mengetahui permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan perjanjian
terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri dan untuk
mengetahui upaya penyelesaian terhadap permasalahan yang timbul tersebut.
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan penulis di bidang
Hukum Perdata, khususnya mengenai pelaksanaan perjanjian terapeutik
antara dokter dan pasien.
b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Strata-1
(S1) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Salah satu aspek dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat diabaikan adalah
mengenai manfaat penelitian. Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam
penulisan hukum ini sedikit banyak bermanfaat, baik bagi Penulis pada khususnya
maupun bagi pembaca pada umumnya karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan
oleh manfaat yang dihasilkan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan
hukum ini adalah :
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum perdata
pada umumnya dan hukum perjanjian pada khususnya yang berkenaan dengan
adanya perjanjian terapeutik antara dokter dan pasien.
b. Menambah literature dan bahan informasi ilmiah di bidang hukum tentang
perjanjian terapeutik mengingat bahwa peran dan fungsi dokter dan rumah
sakit sangat penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran, membentuk
pola pikir ilmiah, sekaligus menerapkan ilmu yang telah diperoleh.
b. Hasil penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
kepada masyarakat mengenai perjanjian terapeutik antara dokter dan pasien
sekaligus untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan
kontruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis
berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu
sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam
suatu kerangka tertentu. (Soerjono Soekanto, 2010 :42).
Dengan kata lain pengertian metode penelitian adalah cara yang teratur dan
sistematik secara runtut dan baik dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah penelitian
hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti langsung ke lapangan, yang diteliti pada awalnya adalah data
sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di
lapangan atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 2010 :52).
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini bersifat deskriptif, hal tersebut sesuai dengan karakteristik
ilmu hukum. Penelitian hukum yang bersifat deskriptif ini dimaksudkan untuk
memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-
gejala lainnya (Soerjono Soekanto, 2010 :10). Deskriptif meliputi isi dan struktur
hukum positif yang digunakan penulis untuk menentukan makna aturan hukum
yang dijadikan rujukan dalam menyelesaiakan permasalahan hukum yang menjadi
obyek kajian.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah pendekatan kualitatif,
yaitu pendekatan yang digunakan oleh penulis dengan mendasarkan pada apa yang
dinyatakan responden secara tertulis dan/atau lisan dan juga perilaku yang nyata,
diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2010 :250).
4. Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memilih lokasi di RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Kab. Wonogiri. Penulis memilih lokasi ini karena RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri merupakan salah satu rumah sakit yang
cukup berkembang sehingga diharapkan akan memudahkan penulis untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, yakni
pelaku responden di lapangan maupun keterangan yang diberikan secara
lansung mengenai segala hal yang berhubungan dengan obyek penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk mendukung data
primer yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan, buku-buku,
dokumen-dokumen, jurnal, artikel, internet, maupun sumber-sumber lain
yang terkait dengan masalah yang hendak diteliti.
6. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang memberikan informasi
secara langsung mengenai hal yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Dalam hal ini data yang diperoleh adalah langsung dari lapangan. Penulis
memperoleh data langsung dari lokasi penelitian yang berasal dari:
1) Keterangan dokter RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
, diantaranya:
dr. Tri Budi Astuti selaku Dokter Umum di RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
dr. Nugroho Kusumawati, Sp.B selaku Dokter Bedah di RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
2) Keterangan pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
, diantaranya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Berikut, akan penulis berikan ilustrasi bagan dari tahap analisis data:
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
Dengan model analisis ini maka penulis harus bergerak diantara empat
sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya akan bergerak
berputar dan kembali lagi diantara kegiatan reduksi, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan selama sisa waktu penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
datangnya hanya dari salah satu pihak saja, tidak dari kedua belah
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
b) Ketertiban umum
c) Kesusilaan, kesopanan, dan kepatutan (Pasal 1339 KUHPerdata)
d) Tidak diperoleh dengan paksaan dan penipuan (Pasal 1321
KUHPerdata).
3) Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang
akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja (R. Subekti, 2002 : 49). Hal ini dapat dilihat dalam Pasal
1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata menegaskan:
perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang
membuatnya. Namun demikian, ketentuan itu terdapat pengecualiannya
sebagaimana diintridusir dalam Pasal 1317 KUH Perdata yang menyatakan:
perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang
lain, mengandung suatu syarat semacam itu
4) Asas Kekuatan mengikat
Asas ini disebut juga asas Pacta Sunt Servanda/asas kepastian hukum. Asas
ini tercantum dalam Pasal
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang
ula tersebut berarti adanya larangan hukum bagi orang
lain untuk mencampuri isi dari suatu perjanjian, selama pelaksanaan
perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban
umum dan kesusilaan. Jadi perjanjian yang dibuat oleh para pihak sah
mengikat atau berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. (H. Salim, 2006 : 10).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
Itikad baik ini dapat dibedakan antara Itikad baik yang subyektif
dan itikad baik yang obyektif. Yang dimaksud itikad baik yang
subyektif (subjective goeder trow) yaitu yang bersangkutan sendiri
menyadari bahwa tindakannya bertentangan dengan itikad baik
sedangkan itikad baik obyektif (Objektive goeder trow) adalah
kalau pendapat umum (jadi obyektif) menganggap tindakan yang
begitu adalah bertentangan dengan itikad baik (J.Satrio, 1999:37).
Dalam pelaksanaan perjanjian itu sendiri, itikad baik yang dipakai yakni
itikad baik obyektif yang didasarkan pada norma kepatutan atau apa yang
dirasakan sesuai dengan kebiasaan dalam masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
Obyek perjanjian berupa suatu prestasi yang harus dipenuhi dan apa
yang diperjanjikan harus jelas, ditentukan jenisnya mengenai jumlah tidak
disebut asal dapat dihitung. Perjanjian harus mengenai hal tertentu artinya
apa yang diperjanjikan harus jelas hak dan kewajibannya bagi para pihak
apabila timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian.
d. Suatu sebab yang halal
Pengertian sebab yang halal dalam Pasal 1337 KUH Perdata yaitu
suatu sebab adalah terlarang, apabila di larang oleh undang-undang atau
apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Pada
hakekatnya undang-undang tidak memperdulikan apa yang menjadi sebab
pada pihak dalam mengadakan perjanjian. Undang-undang hanya
memperdulikan isi dari perjanjian tersebut yaitu tidak dilarang oleh undang-
undang dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
dalam bentuk akta di bawah tangan dan akta autentik. Akta autentik
terdiri dari akta pejabat dan akta para pihak. Akta yang dibuat oleh
Notaris itu merupakan akta pejabat. Contohnya, berita acara Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam sebuah PT.
b) Perjanjian standar/perjanjian baku.
Istilah perjanjian baku dialih bahasakan dari istilah yang dikenal
dari bahasa Belanda, yaitu standaart contract atau standaart
voorwarden. Hukum Inggris menyebut perjanjian baku sebagai standa
dized contrac, standaart form of contract. Adapun definisi yang
diberikan oleh Darus Mariam Badrulzaman mengenai perjanjian baku
yang isinya baku dan diberikan dalam bentuk
(Mariam Darus Badrulzaman, 1996: 35). Dari pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perjanjian baku mengandung
pengertian yang lebih sempit dari perjanjian pada umumnya atau
merupakan bentuk perjanjian tertulis yang isinya telah dibakukan atau
distandarisasi dan umumnya telah dituangkan dalam bentuk formulir
atau bentuk perjanjian lain yang sifatnya tertentu.
Perjanjian baku mempunyai ciri-ciri yang membedakannya
dengan bentuk-bentuk perjanjian bernama lainnya, yakni (Mariam
Darus Badrulzaman, 1996: 47):
a) Isinya ditetapkan sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif lebih
kuat dari debitur.
b) Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian.
c) Terdorong oleh kebutuhan, debitur terpaksa menerima perjanjian
itu.
d) Bentuknya tertulis
e) Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal dan individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
f. Berakhirnya Perjanjian
Pada umumnya, suatu perjanjian akan berakhir bilamana tujuan perjanjian
itu telah dicapai, dimana masing-masing pihak telah saling menunaikan prestasi
yang diperlukan sebagaimana yang mereka kehendaki bersama-sama dalam
perjanjian tersebut. Menurut R. Setiawan, suatu perjanjian dapat juga berakhir
karena hal-hal berikut ini (R. Setiawan, 1999 : 68) :
1) Lama waktu perjanjian yang ditentukan oleh para pihak telah terlewati;
2) Batas maksimal berlakunya suatu perjanjian ditentukan oleh undang-
undang;
3) Ditentukan di dalam perjanjian oleh para pihak atau oleh undang-undang,
bahwa dengan suatu peristiwa tertentu, maka perjanjian akan berakhir;
4) Adanya pernyataan penghentian oleh salah satu pihak. Misalnya, perjanjian
sewa-menyewa yang waktunya tidak ditentukan di dalam perjanjian.
Pernyataan penghentian ini harus dengan memperhatikan tenggang waktu
pengakhiran menurut kebiasaan-kebiasaan setempat;
5) Karena putusan hakim;
6) Adanya kesepakatan para pihak karena yang menjadi tujuan bersama telah
tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
23
kelamin, preferensi seksual, usia, status perkawinan , cacat fisik atau mental,
kualifikasi atau alasan lain yang tidak terkait dengan kondisi kesehatan
mereka.
Dalam UU Kesehatan telah diatur di dalam Pasal 4, 5 ayat (1), (2), (3),
7, dan Pasal 8, yang dapat disimpulkan bahwa Setiap orang berhak :
Atas kesehatan
Mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau
Berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang
dan bertanggung jawab.
Memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya
dari tenaga kesehatan.
Dalam kaitannya dengan perjanjian terapeutik, UU Kesehatan telah
memberikan dasar pengaturan mengenai Tenaga Kesehatan. Berdasarkan
Pasal
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
yang dikenal dalam bidang pelayanan kesehatan antara dokter dan pasien.
Persetujuan yang terjadi antara dokter dengan pasien, bukan di bidang
pengobatan saja tetapi lebih luas, mencakup bidang diagnostic kuratif,
preventif, rehabilitatif, maupun promotif maka persetujuan ini disebut
persetujuan terapeutik atau transaksi terapeutik. (Endang Kusuma Astuti,
20079: 39)
Dalam Mukadimah Kode Etik Kedokteran Indonesia yang dilampirkan
dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 434/Men.Kes/X/1983 tentang
Berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia bagi Para Dokter di Indonesia,
disebutkan bahwa terapeutik adalah
hubungan antara dokter dan penderita yang dilakukan dalam suasana saling
percaya (konfidensial) serta senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan hukum umum yang termuat dalam
leh karena perjanjian terapeutik merupakan
perjanjian, maka terhadap perjanjian terapeutik juga berlaku hukum perikatan
yang timbul dalam Buku III KUHPerdata. (Veronica Komalawati, 2002 :139).
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Bader Johan Nasution, untuk sahnya
perjanjian terapeutik sebagaimana perjanjian pada umumnya, maka harus
dipenuhi unsur-unsur yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata sebagai
berikut (Bader Johan Nasution, 2005:12) :
1) Adanya kesepakatan dari mereka yang saling mengikatkan dirinya
2) Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3) Mengenai suatu hal tertentu
4) Untuk suatu sebab yang halal/diperbolehkan
Dengan demikian, untuk sahnya perjanjian terapeutik tersebut harus
dipenuhi syarat-syarat yang termuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan akibat
yang ditimbulkannya di atur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang mengandung
asas pokok hukum perjanjian.
1) Adanya kesepakatan dari mereka yang saling mengikatkan dirinya
Dalam Pasal 1321 KUHPerdata dapat diartikan bahwa secara yuridis,
yang dimaksud dengan kesepakatan adalah tidak adanya kekhilafan atau
paksaan dan penipuan dari salah satu pihak yang mengikatkan dirinya.
Sepakat ini merupakan persetujuan yang dilakukan oleh kedua belah pihak
dimana masing-masing pihak mempunyai persesuaian kehendak yang
dalam perjanjian terapeutik dapat diartikan sebagai pihak pasien setuju
untuk diobati dan dokter pun setuju untuk mengobati pasiennya. Agar
kesepakatan ini sah menurut hukum, maka di dalam kesepakatan ini para
pihak harus sadar terhadap kesepakatan yang dibuat. Untuk itulah
diperlukan adanya informed consent atau yang juga dikenal dengan istilah
persetujuan tindakan medik (Endang Kusuma Astuti, 2009 : 116).
2) Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Mengenai syarat adanya kecakapan untuk membuat perjanjian di atur
dalam Pasal 1329 KUHPerdata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
membuat keputusan secara bebas. Oleh karena itu untuk seseorang yang
berusia di bawah 21 tahun dan belum menikah, maka perjanjian terapeutik
harus ditandatangani oleh orang tua atau walinya yang merupakan pihak
yang berhak memberikan persetujuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
oleh dokter dalam hal ini, bukan sesuatu hal yang berlebihan yang
melanggar etik atau dianggap sebagai suatu hal yang tidak sesuai
dengan kebutuhan medis pasien. Hal ini memang perlu dilakukan
karena pasien tidak berterus terang mengenai keadaan sakitnya.
2) Pasien seorang gadis mengeluh nyeri perut sebelah kanan bawah,
memeriksakan diri kepada dokter ahli bedah. Setelah diperiksa,
dokter ahli bedah memutuskan untuk melakukan tindakan
pembedahan , karena dokter ahli bedah menduga adanya Apenddix
Perforasi (usus buntu yang berlubang). Setelah dibuka ternyata
ditemukan adanya kehamilan diluar kandungan, sehingga tindakan
pembedahan berjalan lebih lama karena harus di konsultasikan dulu
kepada dokter ahli kandungan. Dalam hal demikian pasien juga
turut bersalah sehingga perpanjangan waktu operasi juga tidak dapat
dipersalahkan kepada dokter yang merawat saja.
3) Pasien yang tidak meminum obat karena resepnya tidak di beli.
33
Pasal 1339
Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan
tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau
undang-undang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
2) Pasien
Dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, Pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan yang
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter/dokter gigi. Dengan kata lain pasien adalah merupakan orang sakit
yang dirawat oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya ditempat praktek atau
rumah sakit. (Soerjono Soekanto, 2006 :63)
Pasien merupakan orang yang menjadi fokus ataupun sasaran dalam
usaha-usaha penyembuhan yang dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan
lainnya, pasien menjadi pihak yang paling berkepentingan dalam perjanjian
terpeutik sebab pasienlah yang menentukan keberlangsungan perjanjian
terapeutik ini, terutama dalam hal persetujuan tindakan medis. Sebagai
subjek hukum, pasien mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipahami
baik oleh pasien, dokter maupun rumah sakit sebagai salah satu tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
3) Rumah Sakit
Rumah sakit, dapat diartikan sebagai sarana pelayanan kesehatan.
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, menyebutkan bahwa : Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat .
Pengertian rumah sakit juga di atur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 157/Men.Kes/SK/III/1999 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 159b/Men. Kes/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit. Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
B. Kerangka Pemikiran
Pelayanan Kesehatan
Sepakat
Perjanjian Terapeutik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan dan rekam medik. Pada
tahun 2002 terbitlah sertifikat akreditasi penuh tingkat lanjut dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia No. YM.00.03.2.2.993 untuk rumah sakit Wonogiri
yang telah memenuhi standar pelayanan yang meliputi administrasi manajemen,
pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medik,
farmasi, K3, Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi di
rumah sakit, dan perinat risiko tinggi.
Tahun 1998, RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
mengajukan penilaian mutu terhadap 5 bidang yang kemudian pada tahun 2001
disempurnakan dengan mengajukan penilaian mutu 12 bidang pelayanan yang
disetujui oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, meliputi:
1. Administrasi dan manajemen
2. Pelayanan medis
3. Gawat Darurat
4. Keperawatan
5. Rekam medik
6. Farmasi
7. Keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana
8. Radiologi
9. Laboratorium
10. Kamar operasi
11. Pengendalian Infeksi nosokomial
12. Perinat risiko tinggi
Upaya ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
pelayanan bagi pasien maupun masyarakat di Kabupaten Wonogiri dan sekitarnya.
Keinginan. Keinginan terhadap perbaikan mutu pelayanan merupakan kebutuhan
mutlak bagi institusi pelayanan publik seperti rumah sakit
a. Visi, Misi, Motto, Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
a. Visi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
1) Laboratorium
2) Farmasi/apotik
3) Radiologi
4) Gizi
5) Pemulasaraan jenazah
6) Laundry
7) Sterilisasi
8) Kerohanian
9) Kasir
10) Pelayanan informasi
11) Rekam medik
12) Ambulance
c. Pelayanan Emergency, yakni berupa Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24
jam
d. Instalansi bedah sental
e. Ruangan khusus, terdiri dari:
1) Ruang ICU
2) Ruang perinatal risiko tinggi
3) Kamar bersalin
4) Ruang isolasi
5) Ruang intermediate care
f. Pelayanan rawat inap, terdiri dari:
1) Ruang Pavilium
2) Ruang VIP
3) Ruang kelas I
4) Ruang kelas II dan III
g. Peralatan penunjang kesehatan, terdiri dari:
1) EKG (Rekam Jantung)
2) EEG (Rekam Otak)
3) USG
4) Slit lamp (Pemeriksaan dalam bola mata)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
Tabel 1
Data PNS RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Kab. Wonogiri Tahun 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
commit to user
DIREKTUR
Dr.SETYARINI,MKes.
KA. BAGIAN UMUM KA. BAGIAN KA. BAGIAN KEUANGAN KA. BIDANG KA. BIDANG KA. BIDANG
KELOMPOK JABATAN PERENCANAAN PROGRAM PERAWATAN PELAYANA N MEDIK PENUNJANG MEDIK
SUYONO,S.IP,MM Dra. RHODIYAH, MM. SUTOPO, SH.MM. Dr. ADHI DHARMA, MM Dr. HERI TRIYONO,MM.
FUNGSIONAL
HARYONO, SKM.SKep
KA. SUB BAGIAN KA. SUB BAGIAN KA. SUB BAGIAN SEKSI
TATA USAHA PENYUSUNAN ANGGARAN INFEKSI NOSOKOMIAL
PROGRAM, PELAPORAN KA. SEKSI ASUHAN DAN LOUNDRY
NURDIYATMI, SE DAN EVALUASI ( PPE ) NUNIK HARYUNI, KEPERWTN DAN KEBID. JHONY BUNTORO, SKM
S.STP.MM
ESTERIA RINI SITI MAWARNI, S.Kep
PUDYASTUTI,SKM.MM.
commit to user
MASYARAKAT DAN ISBANDIAH KEPERAWATAN DAN SUTIYONO, Amd.KL
PERPUSTAKAAN HASTUTI, S.Sos KEBIDANAN
WARSITO,SH
AGUS SUTART O, S.Kep
KA. SUB BAGIAN KA. SUB BAGIAN
RUMAH TANGGA DAN KA.SUB BAGIAN VERIF IKASI DAN
PELAPORAN
PERLENGKAPAN REKAM MEDIK
SULARNO, S.Sos. Dra. SRI REJEKI
SUWARSONO, SKM.MSi.
INSTALASI
BEDAH
DASAR : CENTRAL
1. Kep. Menkes RI No. 1747/Menkes/SK/XII/2000 , tentang : Pedoman Standar INSTALASI INSTALASI
Pelayanan Minimal dalam Bidang Kesehatan di Kab / Kota.
2. Kep. Menkes RI No. 1045/Menkes/PER/XI/2006, Tentang : Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
Gambar 2: BAGAN ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
Keterangan:
Berdasarkan gambar struktur organisasi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab.
Wonogiri, secara umum dapat dijelaskan bahwa Direktur membawahi:
1. Wakil Direktur Umum dan Keuangan
a) Bagian Umum
b) Bagian Perencanaan Program
c) Bagian Keuangan
2. Wakil Direktur Pelayanan dan Penunjang Medik
a) Bidang Perawatan
b) Bidang Pelayanan Medik
c) Bidang Penunjang Medik
3. Kelompok Jabatan Fungsional
Berikut pemaparan tugas dan wewenang masing-masing :
1. Tugas dan Wewenang Direktur RSUD, yaitu :
a) Memimpin dan mengurus RSUD sesuai dengan tujuan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) RSUD dengan
senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna
b) Memelihara, menjaga, dan mengelola kekayaan Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) RSUD.
c) Mewakili Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD di dalam dan di
luar pengadilan, dan menetapkan peraturan, pedoman, petunjuk teknis,
dan prosedur tetap Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD
d) Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD sebagaimana digariskan oleh
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD)
RSUD
e) Menetapkan kebijakan operasional Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) RSUD.
f) Menyiapkan Rencana Strategis Bisnis (RBS) dan Rencana Bisnis
Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
yakni setiap pasien yang datang ke RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab.
Wonogiri diwajibkan untuk melakukan pendaftaran. Pada tahap inilah
pasien/keluarga pasien telah bersepakat untuk memulai hubungan perjanjian
terapeutik dengan dokter yang akan merawat nantinya. Bahwa pasien/keluarga
pasien yang mendaftar telah bersepakat untuk dilakukan tahap selanjutnya yaitu
tahap penyembuhan dimana pada tahap ini pasien nantinya akan berhubungan
dengan dokter sebagai pihak yang melayani dalam upaya penyembuhan atas suatu
penyakit yang diderita pasien. Saat pasien bertemu dengan dokter dalam upaya
untuk penyembuhan penyakit pasien dan dokter telah bersedia untuk memberikan
upaya pelayanan kesehatan kepada pasien, maka saat itulah perjanjian terapeutik
terjadi. Guna memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pelaksanaan
perjanjian terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri,
maka penulis akan menjelaskan mengenai prosedur pasien rawat jalan dan pasien
rawat inap.
Berikut penjelasan mengenai prosedur pasien rawat jalan di RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri:
a. Setiap pasien yang datang sendiri atau atas dasar rujukan wajib mendaftar
terlebih dahulu. Dari tahap pendaftaran inilah dapat diketahui bahwa
pasien/keluarga pasien telah bersedia melakukan pengobatan di RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso. Melalui pendaftaran tersebut, pasien/keluarga
pasien juga telah mengikatkan dirinya dalam sebuah instansi sebelum
melakukan tahap penyembuhan yang dilakukan oleh dokter. Melalui proses
mendaftar pula pihak rumah sakit telah bersedia memberikan pelayanan
kepada pasien dengan menunjuk dokter sesuai dengan keluhan penyakit
pasien dan memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur-prosedur
yang ada di rumah sakit sehingga pasien bisa bertemu langsung dengan dokter
untuk melakukan pemeriksaan terhadap penyakit yang diderita pasien dan saat
itulah perjanjian terapeutik terjadi. Apabila pasien menggunakan kartu
Asuransi Kesehatan (Askes) atau dengan kartu Asuransi Keluarga Miskin
(Askin), pendaftaran perlu menggunakan syarat-syarat dengan menyertakan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
dan biaya-biaya serta peraturan-peraturan yang terkait yang ada di RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri. Setelah pasien/keluarga pasien
menyetujui untuk dilakukan rawat inap maka pasien/keluarga pasien akan
menandatangani surat permintaan untuk dirawat dan menyerahkannya di
tempat penerimaan pasien rawat inap kemudian oleh pihak rumah sakit akan
dibuatkan rekor medik (RM) rawat inap.
c. Setelah terjadi kesepakatan antara pihak pasien/keluarga pasien dengan pihak
rumah sakit maka pasien dibawa ke ruang perawatan untuk mendapat
pengobatan selanjutnya. Apabila pasien tidak bersedia dirawat di RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, maka pasien bisa dirujuk ke
rumah sakit lain. Selama perawatan, bila kondisi pasien segera membaik maka
pasien diperbolehkan pulang dalam keadaan sembuh total atau perlu berobat
ulang.
Dari keterangan mengenai pelaksanaan perjanjian terapeutik yang terjadi
melalui proses penerimaan pasien dari pasien rawat inap maupun yang rawat jalan,
dapat diketahui bahwa hubungan perjanjian terapeutik antara dokter dan pasien
dilakukan sebagai upaya pelayanan medis terhadap pasien atas segala keluhan
penyakit yang diderita dimana dokter akan berupaya semaksimal mungkin untuk
menemukan terapi yang paling tepat terhadap penyakit pasien. Perjanjian
terapeutik terjadi saat pasien/keluarga pasien bertemu dengan dokter dan sepakat
untuk melakukan tindakan medis atau pengobatan. Kesepakatan diantara kedua
belah pihak tersebut dinyatakan dalam suatu persetujuan tindakan medik (informed
consent)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan
secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
am pengertian umum Persetujuan tindakan medik
(informed consent) adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan
kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan ini bisa dalam bentuk
lisan maupun tertulis. Pada hakikatnya Informed Consent adalah suatu proses
komunikasi antara dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang
akan dilakukan dokter terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter).
Ada 2 (dua) bentuk Persetujuan Tindakan Medis, yaitu (Endang Kusuma Astuti,
2009 : 141-142) :
a. Implied Consent (dianggap diberikan)
1) Dalam Keadaan Normal
Implied Consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat,
tanpa pernyataan tegas. Umumnya tindakan dokter yang membutuhkan
implied consent ini adalah tindakan yang biasa dilakukan atau sudah
diketahui umum biasanya diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter
dapat menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang
diberikan/dilakukan pasien. Misalnya pasien yang akan disuntik atau
diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya
2) Dalam Keadaan Darurat (emergency)
Demikian pula dalam keadaan darurat (emergency) sedangkan dokter
memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam keadaan tidak bisa
memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada ditempat, maka dokter
dapat melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter. Hal ini
didasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/
Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, bahwa
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
Seperti kasus sesak nafas, henti nafas atau henti jantung maupun akibat
kecelakaan. Jenis persetujuan ini disebut sebagai presumed consent, artinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
bila pasien dalam keadaan sadar dianggap akan menyetujui tindakan medis
yang akan dilakukan dokter.
b. Expressed Consent (dinyatakan)
Expressed Consent adalah adalah persetujuan yang dapat dinyatakan secara
lisan maupun tertulis. Persetujuan lisan biasanya diperlukan untuk tindakan
medis yang tidak mengandung risiko tinggi yang diberikan oleh pihak pasien,
misalnya : pengambilan darah untuk laboratorium. Dalam tindakan medis
yang bersifat invasive dan mengandung risiko, seperti tindakan pembedahan
dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan tindakan medik secara tertulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut
peraturan perundang-undangan (diatas 21 tahun) atau telah/pernah menikah,
tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak
mengalami kemunduran perkembangan (retardasi) mental dan tidak
mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat keputusan secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
rawat inap dilalui dan pasien sudah memberikan persetujuan tindakan medik
sebagai upaya dalam proses penyembuhan pasien maka perjanjian terapeutik dapat
dilaksanakan. Dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik, tentu akan menimbulkan
hak dan kewajiban bagi pihak yang terikat di dalamnya, yaitu dokter dan pasien.
Hal tersebut menunjukkan adanya perikatan yang diatur dalam hukum perdata
tentang perikatan yang lahir karena perjanjian. Hak dan kewajiban dokter dan
pasien menimbulkan prestasi dan kontraprestasi yang wajib dipenuhi oleh masing-
masing pihak. Hak dan kewajiban dokter maupun pasien ini dapat dilihat dalam
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Hak dan
kewajiban dokter dapat dilihat dalam Pasal 50 dan 51. Dalam Pasal 50 Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, mengatur bahwa
seorang dokter mempunyai hak yakni :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya;
dan
d. menerima imbalan jasa.
Dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran, dokter mempunyai kewajiban yaitu:
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
dokter telah memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Dokter senantiasa
membangun komunikasi dengan mengadakan tanya jawab terhadap pasien
guna memperoleh informasi yang lengkap dan jelas mengenai keluhan
penyakitnya, setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap pasien.
Apabila dokter dirasa mampu untuk memberikan pengobatan secara maksimal
terhadap penyakit pasien maka dokter akan merawat pasien dengan berbagai
upaya pengobatan yang ada sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.
Namun apabila dokter dirasa tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan maka dalam hal ini dokter tidak akan memaksakan
untuk terus merawat pasien sebab dokter tentunya harus melaksanakan
kewajibannya untuk merujuk pasien ke dokter/rumah sakit lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik.
Hal yang sama juga disampaikan oleh dr. Tri Budi Astuti bahwa secara
keseluruhan dokter telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
memenuhi hak-hak pasien. Seperti misalnya bila dalam keadaan darurat,
dokter juga telah memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan
langsung memberikan pertolongan sesuai dengan situasi maupun kondisi yang
ada. Dokter akan langsung segera melakukan berbagai upaya tindakan medik
tanpa perlu menunggu persetujuannya, demi kelangsungan hidup si pasien.
Dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik di RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, terkait dengan pemenuhan hak dokter, pada
dasarnya semua sudah terpenuhi. Namun terkadang yang menjadi kendala
menurut penjelasan dari dr. Tri Budi Astuti yakni dalam hal hak dokter untuk
memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
sebab terkadang pasien/keluarga pasien bersikap pasif dan terlalu meyerahkan
sepenuhnya kepada dokter yang merawat. Hal ini menurut beliau tidak hanya
dialami di klinik Umum semata tetapi mungkin juga dialami oleh Poliklinik
lainnya di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri. Selain itu,
pasien/keluarga pasien terkadang ada yang tidak jujur dan tidak jelas dalam
memberikan informasi mengenai keluhan penyakitnya sehingga dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
dalam arti yang sempit melainkan segala bentuk permasalahan yang timbul baik yang
bisa menjadikan sengketa maupun yang bersifat non sengketa.
Menurut penjelasan dari Bapak Warsito, S.H. selaku Ka.Sub Bagian Hukum,
Hubungan Masyarakat dan Perpustakaan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Kab. Wonogiri pada hari Selasa tanggal 10 April 2012 pukul 10.45 WIB, bahwa di
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, sampai saat ini masih belum
ditemukan permasalahan yang menimbulkan suatu sengketa dalam pelaksanaan
perjanjian terapeutik apalagi permasalahannya sampai berimbas pada gugatan
ataupun tuntutan hukum dari pasien. Permasalahan yang ada sampai saat ini hanya
sebatas permasalahan yang mencakup segala sesuatu yang harus disempurnakan
mulai dari prosedur penerimaan pasien maupun dalam pemenuhan hak dan kewajiban
dari dokter dan pasien. Permasalahan ini tentu hanya sebatas permasalahan teknis
yang bersifat non sengketa yang masih bisa diselesaikan dengan peningkatan kinerja
dan pelayanan kepada pasien.
Semua permasalahan yang memicu terjadinya sengketa dapat diselesaikan
secara baik oleh pihak manajemen rumah sakit melalui jalur kekeluargaan. Hal ini
memang selalu diupayakan karena di Rumah sakit sendiri memang belum ada
Keputusan Direktur RSUD mengenai pembentukan tim penyelesaian sengketa medik
di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri. Harapan dari pihak rumah
sakit sendiri agar permasalahan yang menimbulkan suatu sengketa ini tidak terjadi di
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri untuk saat ini maupun di masa
yang akan datang. Kebanyakan permasalahan yang sering terjadi biasanya hanya
terkait dengan pelanggaran-pelanggaran yang bersifat teknis (indisipliner) semata,
tidak sampai pada permasalahan-permasalahan yang bersifat kompleks hingga
berakhir menjadi suatu sengketa, seperti dokter tidak datang pada waktunya yang
membuat pasien harus menunggu terlalu lama. Hal ini mungkin bisa terjadi karena
kesibukan dokter di luar jadwal praktek Rumah Sakit. Mengenai permasalahan ini,
pihak rumah sakit akan menyelesaikannya secara internal, biasanya pihak rumah sakit
akan memberikan teguran secara lisan ataupun tertulis agar dokter yang bersangkutan
dapat lebih bisa membagi waktu sehingga kepentingan pasien tetap terpenuhi. Selain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
itu, tidak adanya permasalahan yang menimbulkan suatu sengketa dalam pelaksanaan
perjanjian terapeutik juga dapat disebabkan karena:
a) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pihak Rumah Sakit sudah sesuai
dengan Standart Operasional Prosedur sehingga setiap tindakan medis yang
dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Hal inilah yang membuat pasien merasa nyaman dan yakin dengan
setiap tindakan medis yang akan dilakukan sehingga timbul tingkat
kepercayaan yang tinggi antara pihak dokter dan pasien yang tentunya akan
meminimalisir suatu permasalahan yang berakhir menjadi suatu sengketa.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh dr. Tri Budi Astuti bahwa dokter dalam
setiap menjalankan setiap tindakan kedokteran tidak terlepas dari aturan-
aturan yang ada yakni selalu berdasar pada standar profesi dan standar
prosedur operasional. Dokter tidak bisa semena-mena melakukan suatu
tindakan diluar ketentuan yang ada atau diluar kemampuannya karena
setiap tindakan dokter dalam upaya penyembuhan tentu harus bisa
dipertanggungjawabkan.
b) Sikap pasien itu sendiri yang bersikap pasif dan lebih pasrah terhadap
segala risiko yang timbul, sekalipun bila hal itu dipermasalahkan mungkin
akan menimbulkan suatu sengketa.
Hal ini bisa disebabkan karena kebanyakan pasien yang berobat
memiliki profesi sebagai petani ataupun pedagang yang terkadang memiliki
tingkat pendidikan pasien yang masih rendah yang membuat mereka tidak
mau mempermasalahkan sesuatu bila terjadi hal yang tidak dikehendaki.
Menurut penjelasan dari Bapak Suswandi selaku salah satu mantan pasien
rawat inap di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri bahwa
sebagai pasien tentu harus memiliki banyak pertimbangan bila memang
ingin mempermasalahkan tindakan dokter yang dianggap telah
menyimpang atau menimbulkan kerugian yang besar bagi pasien.
Pertimbangan yang mungkin diambil diantaranya dilihat dari segi
proses, biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk mengangkat suatu
permasalahan cinderung berbelit-belit, mahal dan lama. Dalam hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
mengetahui apakah tindakan pemberian cairan tersebut sudah cukup, kurang atau
berlebih. Pemasangan dower cateter ini merupakan tindakan yang sangat penting
agar produksi urine dapat dinilai dengan pasti.
Kepada pihak pasien sudah berusaha dijelaskan dengan gamblang rencana
tindakan medik yang akan dilakukan, prosedur tindakan medik secara mendetail,
kegunaan pemasangan Dower Cateter, risiko yang mungkin terjadi, akan tetapi
pihak pasien menolak pemasangan Dower Cateter tersebut dengan alasan pasien
merasa tidak nyaman dan takut dengan pemasangan Dower Cateter dan sudah
pasrah dengan segala akibatnya apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dengan tidak dipasangnya Dower Cateter. Akhirnya dokter menyodorkan formulir
penolakan tindakan medis setelah dokter memberi penjelasan. Pihak pasien
menyetujui untuk menandatangani formulir penolakan tersebut dan bersedia
menanggung segala risiko yang mungkin terjadi apabila tindakan medik yang
disarankan tersebut tidak dilakukan. Pihak dokter/Rumah Sakit menghormati
keputusan pihak pasien dengan tetap merawat/memberi pelayanan terbaiknya.
Dokter menyarankan menampung urine pasien didalam botol untuk
memperkirakan jumlah urine yang diproduksi. Hal ini sangat jauh dari pemantauan
yang seharusnya.
Upaya penyelesaian dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara dokter
dengan pihak pasien terhadap tindakan medis yang akan dilakukan, yakni pada
prakteknya dokter telah menyadari sepenuhnya akan hak pasien untuk menentukan
nasibnya sendiri (the right of self determination), melalui hak menolak pasien dan
bahwa dokter hanyalah sebagai fasilitator yang mengupayakan kesembuhan bagi
diri si pasien itu sendiri. Oleh karenanya apabila dokter menyarankan suatu
tindakan medis tertentu sedangkan pasien tidak menyetujuinya meskipun sudah
mendapatkan penjelasan yang cukup, maka dokter akan menghargai pendapat
pihak pasien tersebut karena pasien memiliki hak untuk menentukan sendiri
keputusannya sesuai dengan pilihannya sendiri. Guna untuk melindungi dokter
dari risiko tuntutan hukum dikemudian hari kalau ternyata pilihan pasien
merugikan dirinya sendiri maka kepada pihak pasien yang menolak dilakukan
tindakan medis yang direncanakan atau akan dilakukan oleh dokter ini harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Pelaksanaan perjanjian terapeutik yang terjadi di RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Kab. Wonogiri dapat dilakukan setelah tahapan/prosedur dalam proses
penerimaan pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, baik
itu pasien rawat jalan maupun rawat inap dilalui dan pasien sudah memberikan
persetujuan tindakan medik (informed consent) sebagai upaya dalam proses
penyembuhan pasien. Pelaksanaan perjanjian terapeutik sangat terkait dengan
pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing pihak baik itu dokter maupun
pasien. Perjanjian terapeutik ini terjadi saat pasien/keluarga pasien bertemu
dengan dokter dan telah sepakat untuk melakukan tindakan medis atau
pengobatan.
2. Permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik di RSUD
dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri beserta upaya penyelesaiannya
yakni dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Kab. Wonogiri, permasalahan yang ditemukan hanya sebatas pada
permasalahan yang bersifat teknis yang mencakup permasalahan komunikasi
antara dokter dan pasien dan bukan mengenai permasalah medis yang dapat
menimbulkan suatu sengketa sebab di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Kab. Wonogiri sampai saat ini belum pernah terjadi dan diharapkan agar jangan
sampai terjadi. Permasalahan teknis tersebut dapat terjadi karena tingkat
pemahaman yang kurang dari pihak pasien/keluarganya, tidak tercapainya
kesepakatan antara dokter dengan pasien dalam hal pemberian persetujuan
tindakan medis, sikap dari pasien/keluarga pasien yang pasif yang terlalu
menyerahkan semuanya kepada dokter yang merawat, dan pemahaman
pasien/keluarga pasien, kaitannya dengan ketidakberhasilan dalam perjanjian
terapeutik. Upaya penyelesaian untuk mengatasi permasalahan yang muncul
commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
tersebut yakni dokter harus senantiasa menjalin komunikasi yang baik dengan
memberikan segala macam informasi secara jelas dengan bahasa yang mudah
dimengerti dan dipahami oleh pasien/keluarga pasien sehingga nantinya pasien
/keluarga pasien dapat lebih mengerti terhadap setiap tindakan medis yang
dilakukan dan upaya pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien dapat lebih
optimal.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan tersebut, maka penulis
hendak menyampaikan beberapa saran, yaitu:
1. Hendaknya di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri perlu
dibentuk suatu komite yang bertugas untuk memberikan bantuan hukum baik itu
kepada dokter maupun kepada pasien. Hal ini dimaksudkan untuk
mengantisapasi adanya suatu permasalahan yang dapat menimbulkan suatu
sengketa yang bisa berujung pada tuntutan hukum sebab sampai saat ini memang
di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri belum diketemukan
permasalahan medis yang menimbulkan sengketa. Selain itu juga untuk
memberikan perlindungan bagi masing-masing pihak terutama dari pihak pasien
selaku penerima jasa layanan kesehatan yang selalu diposisikan sebagai pihak
yang lemah.
2. Bagian rekam medik RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
hendaknya mengakaji ulang mengenai format dari perjanjian terapeutik yang ada
antara dokter dan pasien yakni dalam formulir persetujuan maupun penolakan
tindakan medis sebab bentuk format perjanjian yang ada tersebut hanya berupa
suatu pernyataan semata dan bukan sebagai suatu perjanjian antara dokter dan
pasien. Hendaknya bagian rekam medik RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Kab. Wonogiri mengadakan perubahan dalam substansi isi dari formulir
persetujuan maupun penolakan tindakan medis dengan lebih mendasarkan pada
format perjanjian pada umumnya dimana didalamnya perlu dicantumkan
kedudukan masing-masing pihak.
commit to user