Anda di halaman 1dari 38

PENGUATAN SISTEM RUJUKAN TERINTEGRASI DAN

ARAH KEBIJAKAN KLASIFIKASI RS TERBARU

dr. Tri Hesty Widyastoeti, Sp.M, MPH


Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan,

Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan


Kementerian Kesehatan
ARAH KEBIJAKAN PENGUATAN
PELAYANAN KESEHATAN
PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN DI
INDONESIA

REG
ULA
SI

PROGRAM
PENINGKATAN Terwujudnya
PROGRAM Akses Pelayanan
AKSES PENINGKATAN MUTU
• SARANA • AKREDITASI
RS Kesehatan Dasar dan
PRASARANA • AKREDITASI PKM Rujukan
• KOMPETENSI SDM yang berkualitas Bagi
• ALAT KESEHATAN
SI
Masyarakat
F O RMA
EM IN
SIST

2
1. PROGRAM PENINGKATAN AKSES 2. PROGRAM PENINGKATAN MUTU

REGIONALISASI SISTEM
PEMENUHAN
RUJUKAN
SARANA
PRASARANA &
ALKES SESUAI
TELEMEDICINE, FLYING STANDAR
HC
PEMENUHAN
SPGDT, RS PRATAMA
SDM
BERKUALITAS
SISTER HOSPITAL, PIHAK
SWASTA, KSO ALAT
(BPPSDM)
MEDIS,
AHS

3
3
PEMERATAAN AKSES YANG BERMUTU
Kesenjangan kemampuan pelayanan wilayah barat dan wilayah timur

Sumber: RS Online, 2018


Jumlah Penduduk Indonesia Timur (17 Provinsi): 50.163.351
WAMENA
(2020-2022)

AMBON
• Pembangunan 3 RS Vertikal Di Ambon Maluku, NTT, Dan
(2018-2019)
Papua
• Pembangunan Puskesmas Perbatasan Dan Tertinggal
KUPANG & Dengan Prototype Modern
(2020-2022) • Pembangunan RS Pratama Untuk Wilayah DTPK 4
JENIS RUMAH SAKIT DAN STATUS AKREDITASI

PROSENTASE STATUS AKREDITASI


RUMAH SAKIT DI INDONESIA

2.049
1.6
10

TOTAL : 2.810 RUMAH SAKIT 73% 2.049 RUMAH SAKIT TERAKREDITASI

Sumber: RS Online 19 Maret 2019 Sumber: Website KARS 15 Maret 2019


DATA RUMAH SAKIT PROVINSI DKI JAKARTA

Belum
Ditetapkan
KETERSEDIAAN TEMPAT TIDUR DAN TT INTENSIF RS DI
PROVINSI DKI JAKARTA

ICCU/
Kota ICU HCU ICVCU RICU NICU PICU Total TT

Jakarta Selatan 145 166 53 0 60 32 5056

Jakarta Timur 197 132 39 16 122 36 6333

Jakarta Pusat 197 208 54 2 85 46 5375

Jakarta Utara 93 71 36 4 46 46 3281

Jakarta Barat 137 176 44 0 58 80 4297

Kepulauan Seribu 0 0 0 0 0 0 10
Kepulauan Seribu

Jakarta Barat
PETA KOMPETENSI FASYANKES •. Anak :1
•. Anak : 17 PROVINSI DKI JAKARTA •Sp Obsgyn :2
•Sp Obsgyn : 25 • Sp . Dalam :1
• Sp . Dalam : 21 •Sp Bedah : -
•Sp Bedah : 22 •Sp Jantung : -
•Sp Jantung : 4 •Sp Anestesi :1
•Sp Anestesi : 12 Jakarta Utara

Jakarta Pusat •. Anak : 92


•. Anak : 36 •Sp Obsgyn : 127
•Sp Obsgyn : 53 • Sp . Dalam : 87
• Sp . Dalam : 43 •Sp Bedah : 45
•Sp Bedah : 50 •Sp Jantung : 24
•Sp Jantung : 8 •Sp Anestesi : 60
•Sp Anestesi : 26
Jakarta Timur
Jakarta Selatan
•. Anak : 84 •. Anak : 160
•Sp Obsgyn : 120 •Sp Obsgyn : 230
• Sp . Dalam : 96 • Sp . Dalam : 185
•Sp Bedah : 111 •Sp Bedah : 45
•Sp Jantung : 19 •Sp Jantung : 35
•Sp Anestesi : 57 •Sp Anestesi : 110
isp
t(e
t
e2
e
rP
irn
s
ao
• Pemetaan Perizinan SIP dr dan dr Spesialis vi
p
elf
aa
n
eis
y
n
a
tn
yn
u
ak
Mekanisme dan Tatalaksana Rujukan e
B
n
as
m
d
en
ta
m
KOMPETENSI FASKES
UHC 2019

PELAYANAN KOMPETENSI AKSES DAN MUTU


KESEHATAN RUMAH SAKIT

Sarana Prasarana Alat Kesehatan Sistem Pelayanan Mutu melalui


Farmasi dan sistem akreditasi RS
rujukan

DISTRIBUSI Sumber Daya Kesehatan

KOMPETENSI KLINIS KOMPETENSI KOMPETENSI


MANAJERIAL INTERPROFESIONAL

KEPEMIMPINAN KEMAMPUAN
KLINIS TEKNIS MEDIS
DIMENSI MUTU PELAYANAN KESEHATAN

WHO 2017

Effectiveness
Effectiveness

Efficiency Safety Safety

INTEGRATED
DIMENSI MUTU YANG Patient
DIUKUR Centeredness

Timely
Patient
Equity
Centeredness
Equity
Timely

Efficiency
Sumber: Handbook For National Quality Policy and
Strategy; WHO 2017
SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN
PERORANGAN
(Permenkes 001 Tahun 2012)
Pelayanan
Efektifitas Fasilitas Pelayanan
kesehatan Aksesbilitas Kebutuhan Medis
Pelayanan Kesehatan Terdekat
dilaksanakan secara
Kesehatan
berjenjang

Rujukan Vertikal Penerima Rujukan


Keselamatan dan bertanggung Informasi dan
pasien Rujukan jawab sejak Komunikasi
Horizontal menerima rujukan

Tindakan Administrasi :
Pembinaan dan
teguran, pencabutan ijin
Pengawasan
(praktek/operasional)

ARAH PERUBAHAN SISTEM RUJUKAN


BERBASIS KOMPETENSI FASKES
POLA RUJUKAN DAN PEMBAYARAN ERA JKN

DIPERLUKAN TATA
Pelayanan Kesehatan Sub Spesialistik oleh dokter sub
KELOLA YANG BAIK spesialis di Faskes Tingkat lanjutan (RS Kelas A dan kelas B)
Tersier

Rujukan berjenjang
PNPK, CP DAN PPK
Koordinasi timbal balik
Dukungan IT, Regulasi INA CBGs

Sekunder Pelayanan Kesehatan Spesialistik oleh dokter spesialis di


Faskes Tingkat lanjutan (RS Kelas C dan D, Klinik Utama)

KAPITASI

Primer Pelayanan Kesehatan Dasar oleh Faskes


FOKUS PELAYANAN PRIMER Tingkat pertama (Puskesmas, RS Kelas D
Pratama)
promotif dan preventif

Pengecualian :
Gawat darurat, bencana, geografis, kekhususan masalah kes pasien
TATA HUBUNGAN DALAM SISTEM RUJUKAN
Pusat Komando Nasional / NCC

Panggilan Darurat

119 Jejaring Fasyankes


PSC Kab/Kota

• PPI
• PPRA
• Keselamatan
pasien
• Manajemen Sistem Rujukan
Mutu Pelayanan
Kesehatan
SISRUTE
KOMPETENSI SDM DAN PENDELEGASIAN WEWENANG
PENDELEGASIAN WEWENANG
DISTRIBUSI Sumber Daya
Kesehatan dokter spesialis
dokter subspesialis
dokter spesialis dengan
KOMPETENSI KOMPETENSI KOMPETENSI Instruksi
KLINIS MANAJERIAL INTERPROFE kompetensi tambahan
SIONAL Tertulis
Dokter/dokter gigi Tenaga Kesehatan
kompeten

KEPEMIMPINAN KEMAMPUAN
KLINIS TEKNIS MEDIS PERMENKES 2052 THN 2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN
PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
PMK 2052 THN 2011 TENTANG
IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN
PRAKTIK KEDOKTERAN

• Pengambilan keputusan oleh dokter yang didelegasikan dengan batasan


Membangun tertentu sesuai kewenangan penugasan
Tata Kelola Klinik • Pendelegasian dapat dilakukan pada yang memiliki kemampuan dan
kompetensi untuk melaksanakan tugas dengan baik.
• Pendelegasian harus dilakuakan dengan tertulis yang jelas mengenai
pelaksanaan kewenangannya dan batasan-batasannya oleh Pimpinan
Faskes
PERMASALAHAN SAAT INI
PERMASALAHAN PENYEBAB
▪ Antrian Pasien BPJS di Tidak Dipublikasikannya informasi secara real time:
Pelayanan Rawat Jalan RS 1. Jadwal Praktek Dokter
2. Jadwal Buka Poliklinik di RS
3. Kuota Pasien
▪ Penolakan Pasien di RS
▪ Lambatnya pelayanan awal 1. Kamar Rawat Inap Penuh
IGD 2. Ketersediaan Alat Kesehatan di RS

▪ Kelas RS tidak menggambarkan Tidak ada pembatasan minimal dan maksimal


kompetensi yang sebenarnya pelayanan kesehatan pada masing - masing
klasifikasi rumah
▪ Sebaran Distribusi Tenaga
Ketersediaan Jumlah dan jenis SDM terbatas
Kesehatan yang Tidak Merata
Kurangnya komunikasi antara fasyankes yang
▪ Proses Rujukan yang lama merujuk dan dirujuk
STRATEGI
Menyediakan Informasi Pelayanan Kesehatan Melalui Media Komunikasi
Online mengenai :
Ketersediaan Tenaga Ketersediaan Sarana, Pedoman Kriteria
Ketersediaan Prasarana dan Alat
Medis (dokter, spesialis, Rujukan berbasis
Pelayanan sub spesialis) Kesehatan dan obat Kompetensi fasyankes

KOMPETENSI FASYANKES

Informasi Ketersediaan
Ketersediaan Ketersediaan
jadwal Tempat Tidur Komunikasi/ Ketersediaan Tracking
Komunikasi
dokter Kosong (real time) Konsultasi darah ambulance
Proses Rujukan
jarak jauh

SISTEM RUJUKAN TERINTEGRASI (SISRUTE)


SISTEM RUJUKAN TERINTEGRASI
(SISRUTE)
SISRUTE (Sistem Rujukan Terintegrasi) merupakan teknologi informasi berbasis internet yang dapat menghubungkan data
pasien untuk
tujuan dari tingkat layanan lebih
mempermudah danrendah ke tingkat
mempercepat layanan
proses lebihpasien
rujukan tinggi atau sederajat (horizontal maupun vertikal) dengan
PERBANDINGAN SISRUTE DENGAN RUJUKAN ONLINE
NO SISRUTE RUJUKAN ONLINE
1 Data Kesehatan Pasien yang dipertukarkan dalam Bentuk Data Kesehatan Pasien yang dipertukarkan berupa data kesehatan
Resume Medis dasar pasien
2 Tidak ada ambang batas (daya tempung) Adanya ambang batas (daya tanpung)

3 Rujukan pasien berdasarkan kebutuhan pasien terhadap Rujukan pasien secara berjenjang, terdapat penguncian untuk kelas B
pelayanan kesehatan dan kompetensi Fasyankes dan A
4 Menyediakan informasi data Sarana, Prasarana dan Alat Ada terbatas
Kesehatan di setiap Fasyankes
5 Adanya fitur Tracker Ambulance Tidak Ada
6 Adanya Fitur ketersediaan Ketersediaan Darah Tidak Ada
7 Adanya Fitur Telemedicine Tidak ada
8 Proses Rujukan melibatkan pasien/ keluarga dalam penentuan Proses rujukan lebih mengutamakan administrasi dibandingkan
Fasyankes yang ingin dituju keterlibatan pasien/ keluarga
Sistem Rujukan Berbasis Kompetensi
dalam SISRUTE Pengembangan

JUKNIS DAN
APLIKASI IT
SISRUTE
PENGEMBANGAN

1. MEMPERBAIKI SISTEM RUJUKAN DGN


BERDASARKAN BASIS KOMPETENSI;
2. MENGINTEGRASIKANNYA LANGSUNG DENGAN
SISTEM IT RUJUKAN (SISRUTE)
3. MENYIAPKAN PAYUNG HUKUM YANG TEPAT
“DRAFT REVISI PERMENKES NO 1 TH 2012”
Draft SK Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan Tentang Panduan
Rujukan Dan Rujuk Balik Di Fasilitas Kesehatan
Beserta Lampiran Daftar Kompetensi Penanganan Penyakit (Kriteria
Rujukan)
Klasifikasi Rumah Sakit
Manggabungkan umum dan khusus,
perizinan dan berdasarkan
klasifikasi rumah pelayanan, SDM,
sakit peralatan, bangunan Standar Kelas
dan prasarana
RS yang
digunakan
pada lampiran
Rumah Sakit Khusus Penyelenggaraan hanya
hanya dapat pelayanan menggunakan
menyelenggarakan kesehatan di luar batas minimal
pelayanan kesehatan
bidang kekhususan yang harus
sesuai bidang dipenuhi oleh
kekhususannya dan hanya dapat
dilakukan pada setiap RS
bidang lain yang
menunjang pelayanan gawat
kekhususan tersebut darurat

22
Arah perubahan PMK 56/2014
UU No. 44/2009 tentang RS
• Pelayanan berjenjang 🡪 fungsi rujukan
RS
• Kelas RS • Perijinan rumahsakit
• Jenis dan jumlah SDM
• Kewenangan SDM
KELAS • Sarana, Prasarana dan Alat
RS kesehatan
Penetapan
• Kewenangan Faskes
Rumah kelas RS
Sakit mengacu pada • Proporsi tempat tidur
Umum standar dan • Ijin khusus penyelenggaraan
(Kelas A,B,C kriteria sesuai • Reviuw kelas rumahsakit
dan D) Permenkes No
Rumah • Pendelegasian
Sakit 56 Tahun 2014
Khusus
(Kelas Penetapan Klasifikasi berdasarkan Pelayanan, SDM,
A,B,C) Peralatan, Bangunan dan Prasarana 23
ARAH KEBIJAKAN (1)
KEBIJAKAN
KLASIFIKASI
Peraturan-peraturan DAN PERIZINAN
BPJS kesehatan RUMAH SAKIT

Perpres No. 82
Tahun 2018
tentang Jaminan
Kesehatan Permenkes No. 001 Tahun 2012
PP No. 24 Tahun tentang Sistem Rujukan
2018 tentang Pelayanan Kesehatan
Perizinan Berusaha Perorangan
secara elektronik
Permenkes No. 26 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik Sektor Kesehatan 24
ARAH KEBIJAKAN (2)

KLASIFIKASI 1 Klasifikasi RS harus mempertimbangkan


perkembangan kebijakan JKN dan kegiatan usaha
RUMAH SAKIT penanaman modal, serta didukung oleh kebijakan
sistem rujukan dan penyebaran tenaga kesehatan
terutama dokter spesialis
PERIZINAN
2
RUMAH SAKIT Perizinan RS disesuaikan perizinan
terintegrasi secara online (OSS)

PENYELENGGAAN DAN
3 Penyelenggaraan RS disesuaikan dengan
PEMBINAAN
PENGAWASAN pengembangan pelayanan, kebutuhan
pelayanan dan kebijakan JKN
25
RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT KHUSUS

Rumah Sakit umum a. RS umum kelas A;


memberikan pelayanan
b. RS umum kelas B;
kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit c. RS umum kelas C;
d. RS umum kelas D • Rumah Sakit
khusus dapat
menyelenggarakan
pelayanan lain di
Rumah Sakit khusus a. RS khusus kelas A; luar
memberikan pelayanan b. RS khusus kelas B; kekhususannya
utama pada satu bidang c. RS khusus kelas C • Pelayanan rawat
atau satu jenis penyakit (hanya untuk RS inap di luar
tertentu berdasarkan khusus Ibu dan kekhususannya
disiplin ilmu, golongan Anak) paling banyak 40%
umur, organ, jenis penyakit,
dari seluruh jumlah
atau kekhususan lainnya
tempat tidur
26
RUMAH SAKIT UMUM

1) Rumah Sakit umum kelas A merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) penunjang
medik spesialis, 12 (dua belas) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 13 (tiga belas)
subspesialis dan/atau spesialis dengan kompetensi tambahan.
2) Rumah Sakit umum kelas B merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) penunjang
medik spesialis, 8 (delapan) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 2 (dua) subspesialis
dasar dan/atau spesialis dengan kompetensi tambahan.
3) Rumah Sakit umum kelas C merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat)
penunjang medik spesialis.
4) Rumah Sakit umum kelas D merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

27
28

RS umum kelas B yang akan meningkatkan fasilitas dan kemampuan


pelayanan mediknya, penambahan pelayanan paling banyak 2 (dua)
spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu) penunjang medik spesialis, 2
(dua) pelayanan medik subspesialis dasar, dan 1 (satu) subspesialis lain
selain subspesialis dasar.
RS umum kelas C yang akan meningkatkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan mediknya, penambahan pelayanan paling banyak 3 (tiga)
pelayanan medik spesialis lain selain spesialis dasar, dan 1 (satu)
penunjang medik spesialis.
RS umum kelas D yang akan meningkatkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan mediknya, penambahan pelayanan paling banyak 1 (satu)
pelayanan medik spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik spesialis.
29
Lanjutan….
Apabila di satu wilayah administratif provinsi tidak terdapat RS umum kelas A,
Rumah Sakit umum kelas B dapat menambah pelayanan mediknya paling
banyak 3 (tiga) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu) penunjang medik
spesialis, dan 9 (sembilan) pelayanan medik subspesialis berupa pelayanan
medik subspesialis dasar dan/atau subspesialis lain selain subspesialis dasar.
Apabila di satu wilayah administratif kabupaten/kota tidak terdapat Rumah Sakit
umum kelas B, Rumah Sakit umum kelas C sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dapat menambah pelayanan mediknya paling banyak 7 (tujuh) spesialis lain
selain spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik spesialis.
Apabila di wilayah administratif kabupaten/kota tidak terdapat Rumah Sakit
umum kelas C, Rumah Sakit umum kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) dapat menambah pelayanan mediknya paling banyak 2 (dua) spesialis
dasar dan 1 (satu) penunjang medik spesialis
RUMAH SAKIT KHUSUS
Rumah Sakit khusus terdiri atas
1. Rumah Sakit khusus kelas A merupakan Rumah
Rumah Sakit khusus:
Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
a. ibu dan anak;
e ta p kan kemampuan pelayanan medik spesialis dan
b. mata; a t m en
n t e r i dap husus subspesialis sesuai kekhususanya, serta pelayanan
c. gigi dan mulut; Me
h S a kit k medik spesialis dasar dan spesialis lain yang
a n
d. ginjal; Rum adilakuka l kajian menunjang kekhususannya secara lengkap.
l a i nny kan hasi osiasi
e. jiwa; d asar endasi as 2. Rumah Sakit khusus kelas B merupakan Rumah
b e r
f. infeksi; r e k om a n serta t Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
dan a h s akit si terkai kemampuan pelayanan medik spesialis dan
g. telinga-hidung-tenggorok erum p rofe
p s i
isa subspesialis sesuai kekhususanya, serta pelayanan
kepala leher; organ medik spesialis dasar dan spesialis lain yang
h. paru;
menunjang kekhususannya yang terbatas.
i. ketergantungan obat;
3. Rumah Sakit khusus kelas C merupakan Rumah
j. bedah;
Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
k. otak; kemampuan pelayanan medik spesialis dan
l. orthopedi; subspesialis sesuai kekhususanya, serta pelayanan
m. kanker; dan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang
n. jantung dan pembuluh darah. menunjang kekhususannya yang minimal.
30
PERIZINAN RUMAH SAKIT (1)
o Meliputi: pelayanan sel punca
IZIN
berupa penelitian berbasis
PENYELENGGARAAN
pelayanan terapi, radioterapi,
PELAYANAN
kehamilan dengan bantuan (TRB),
TERTENTU YANG
dan pelayanan lain yang
DITETAPKAN OLEH
menggunakan teknologi baru,
MENTERI
teknologi tinggi, dan berbiaya tinggi
o hanya untuk RS kelas A dan kelas B
•IZIN MENDIRIKAN

•IZIN OPERASIONAL
o Menyesuaikan dengan persyaratan dan
tatacara melalui OSS kecuali untuk RS milik
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
o Penetapan kelas pada Izin operasional bila
persentase hasil penilaian masing-masing
kriterian klasifikasi RS terpenuhi minimal 80%

31
PERIZINAN RUMAH SAKIT (2)
Rumah Sakit harus memenuhi a. Permenkes No. 24
persyaratan lokasi, bangunan, Tahun 2016 tentang
prasarana, sumber daya Persyaratan teknis
manusia, kefarmasian, dan Bangunan dan
peralatan sesuai dengan Prasarana Rumah Sakit
klasifikasi Rumah Sakit b. Permenkes No. 72
Tahun 2016 tentang
Standar Kefarmasian di
Rumah Sakit
Persyaratan peralatan mengikuti c. Permenkes No. 34
pedoman yang akan ditetapkan oleh Tahun 2017 tentang
Dirjen Yankes Akreditasi Rumah Sakit

32
Persyaratan untuk memperoleh Izin Operasional Rumah Sakit
meliputi:
a. notifikasi Kementerian Kesehatan dan/atau dinas yang
berwenang di bidang kesehatan sesuai dengan klasifikasi
Persyaratan untuk memperoleh Izin Rumah Sakit;
Mendirikan Rumah Sakit meliputi: b. profil Rumah Sakit paling sedikit meliputi visi dan misi,
a. dokumen kajian dan lingkup kegiatan, rencana strategi, dan struktur organisasi;
perencanaan bangunan yang c. pengisian kriteria klasifikasi sesuai kelas Rumah Sakit yang
terdiri dari Feasibility Study (FS), dimohonkan meliputi pelayanan, sumber daya manusia,
peralatan, dan bangunan dan prasarana, sebagai self
Detail Engineering Design dan
assessment mengacu pada Lampiran yang merupakan
master plan; dan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
b. pemenuhan pelayanan alat d. surat keterangan atau sertifikat izin kelayakan atau
kesehatan. pemanfaatan dan kalibrasi alat kesehatan;
e. sertifikat akreditasi; dan
f. surat pernyataan yang mencantumkan besaran persentase
modal kepemilikan asing dan komitmen jumlah tempat tidur
Untuk perpanjangan izin untuk Rumah Sakit penanaman modal asing berdasarkan
operasional dan perubahan kesepakatan atau kerja sama internasional sesuai dengan
kelas Rumah sakit ketentuan peraturan perundang-undangan.

33
PENYELENGGARAAN DAN BINWAS RUMAH SAKIT

RAWAT INAP:
RUMAH SAKIT PMA:
a. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III
minimal 30 % dari seluruh tempat tidur untuk
a. minimal harus memiliki 200 tempat tidur,
RS milik Pemerintah, dan 20% dari seluruh atau berdasarkan kapada kesepakatan
tempat tidur untuk RS milik swasta /kerjasama internasional yang telah dibuat
b. Jumlah tempat tidur perawatan diatas kelas I, b. Hanya untuk kelas A dan Kelas B baik
maksimal 30% dari seluruh tempat tidur untuk RS umum maupun RS Khusus
c. Jumlah tempat tidur perawatan intensif
minimal 8% dari seluruh jumlah tempat tidur
(untuk RS umum terdiri atas 5% untuk PENINGKATAN RUMAH SAKIT
pelayanan ICU dan 3% untuk pelayanan a. Dilakukan secara bertahap dan hanya
intensif lainnya)
diperbolehkan naik satu tingkat diatasnya
d. RS khusus mata serta RS khusus gigi dan
b. RS yang akan melakukan peningkatan
mulut tidak ada keharusan untuk memiliki
tempat tidur perawatan intensif kelas harus terakreditasi
34
PENYELENGGARAAN DAN BINWAS RUMAH SAKIT

•Rumah Sakit dapat melakukan pengembangan pelayanan medik spesialistik dan


subspesialistik melalui kerja sama dengan klinik penanaman modal asing yang
didirikan dalam area Rumah Sakit
•Reviu kelas Rumah Sakit dilakukan apabila ditemukan ketidaksesuaian kelas
Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Reviu kelas RS
Reviu nasional berdasarkan laporan
Pengembangan pelayanan dilakukan BPJS Kesehatan
sesuai peraturan penanaman modal dan
dilaporkan kepada Menteri melalui Dirjen 35
MASA PERALIHAN
d. Reviu kelas terhadap Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
a. Rumah Sakit yang telahtentang
memiliki izin Mendirikan
Klasifikasi dan IzinRumah
dan Perizinan Operasional berdasarkan
Sakit dan/atau ketentuan
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Kesehatan
KesehatanNomor 56 Tahun
Nomor 20142018
26 Tahun tentang Klasifikasi
tentang dan Perizinan
Pelayanan Perizinan Rumah
Berusaha
Sakit dan/atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, dilakukan menggunakan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara
kriteria Elektronik Sektor Kesehatan,
klasifikasi Rumah tetap berlaku
Sakit berdasarkan sampai
Peraturan habisKesehatan
Menteri masa
berlakunya izin; Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit atau
b. Rumah Sakit yang sedang dalam Menteri
Peraturan proses pengajuan
KesehatanIzin mendirikan
Nomor dan/atau Izin Operasional
340/Menkes/Per/III/2010 tentang
baru atau perpanjanganKlasifikasi
dan telahRumah
memenuhi persyaratan
Sakit; dan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
e. Rumah Sakit yang telah Klasifikasi danIzin
memiliki Perizinan Rumah
Mendirikan danSakit dan/atau
Izin Operasional
Peraturan Menteri Kesehatan NomorPeraturan
berdasarkan 26 TahunMenteri
2018 tentang Pelayanan
Kesehatan NomorPerizinan
56 TahunBerusaha
2014 tentang
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, tetap diberikan Izin Mendirikan dan/atau
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Izin
Operasional sesuai ketentuan
Nomor 26 Peraturan
Tahun 2018Menteri Kesehatan
tentang Nomor
Pelayanan 56 Tahun
Perizinan 2014 tentang
Berusaha Terintegrasi
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26
Secara Elektronik Sektor Kesehatan harus menyesuaikan dengan ketentuan Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Peraturan Menteri Terintegrasi Secara1Elektronik
ini paling lambat (satu) tahunSektor
sejakKesehatan;
Peraturan Menteri ini
c. Rumah Sakit kelas C dan kelas D
diundangkan. yang telah memiliki izin penyelenggaraan untuk memberikan
pelayanan kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, masih dapat memberikan
pelayanan paling lambat 10 (sepuluh) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

36
37
OUTPUT YANG DIHARAPKAN
•1
•Pemerataan Distribusi Dokter Spesialis/Subspesialis /Spesialis dengan Kompetensi
Tambahan

•2
•Perbaikan Sistem Rujukan
•3
•Perbaikan Mutu Pelayanan

•4
•Masyarakat Mendapatkan Pelayanan Kesehatan yang Optimal Sesuai Kompetensi RS
dan Kebutuhan Medisnya

•5
•Pembiayaan Cost Efektif

•6
•Ketersediaan Sumber Daya Pendidikan 37
TERIMA KASIH

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
2019

Anda mungkin juga menyukai