LP Leukimia Limfoblastik Akut (ALL) Vero
LP Leukimia Limfoblastik Akut (ALL) Vero
Disusun Oleh :
RESNIZAR ANNASRUL
NIM 4006160085
Pembimbing Akademik
D. Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan
leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel
darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh
sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah
(myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi
sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan
terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang
dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
LLA meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan
lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang.
Biasanya dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum
tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajat
kementahannya merupakan petunjuk untuk menentukan / meramalkan
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan
biasanya ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah
leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan
trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas
yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian
sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel
plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten,
berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit,
timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat
ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan
hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada
susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, “seizures” dan gangguan
penglihatan (Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart, 1995). Sel kanker
menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan
menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel
normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi
penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke
berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit
kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit
menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya
perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga
mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan
sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaNker
juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah,
1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden,
2002).
E. Pathway
F. Klasifikasi
1. Klasifikasi Imunologi
a. Precursor B – Acute Lymploblastic Leukaemia (ALL) – 70% :
common ALL (50%), null ALL, pre – B ALL.
b. T – ALL (25%).
c. B – ALL (5%).
Definisi subtipe imunologi ini berdasarkan atas ada atau tidak
adanya berbagai antigen permukaan sel. Subtipe imunologi yang paling
sering ditemukan adalah common ALL, Null cell. ALL berasal dari sel
yang sangat primitif dan lebih banyak pada dewasa.B – ALL merupakan
penyakit yang jarang dengan morfologi L3 yang sering berperilaku sebagai
limfoma agresif (varian Burkirtt).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan
acut limphosityc leukemia adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
a. Ditemukan sel blast yang berlebihan
b. Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi
a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b. Peningkatan asam urat serum
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
d. Penurunan kadar Zink (Zn)
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl)
tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan/
infiltrasi sel kanker ke organ tersebut
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik:
50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-
a), hiperploid (2n+a)
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara
morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk
yang sangat besar sampai yang sangat kecil (Betz, Sowden.
(2002).
I. Komplikasi
1. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang
rendah ditandai dengan:
a. Memar (ekimosis)
b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung
jarum dipermukaan kulit)
Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah. Demam
dan infeksi dapat memperberat perdarahan
2. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai
derajat netropenia dan disfungsi imun.
3. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan
kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang tinggi.
4. Anemia
5. Masalah gastrointestinal.
a. mual
b. muntah
c. anoreksia
d. diare
e. lesi mukosa mulut, Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke
organ abdominal, selain akibat kemoterapi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
AKUT LIMFOBLASTIK LEUKIMIA
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
(1) Kaji penampilan umum dan status mental
(a) Observasi kemampuan merespon secara verbal
(b) Observasi tingkat kesadaran
(c) Observasi kemampuan klien berpikir, mengingat,
menginformasikan dan berkomunikasi
(d) Observasi kemampuan klien memandang, mendengar, membau,
dan sensasi rasa
(e) Observasi tanda-tanda distress
(f) Observasi ekspresi wajah dan mood
(g) Observasi penampilan umum: postur, gait, pergerakan
(h) Observasi cara berpakaian, personal hygiene, dan kebersihan
(2) Pengukuran: tinggi badan, berat badan, tanda-tanda vital
b. Kaji kulit secara umum: struktur dan fungsi kulit, rambut, kuku
Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema,
petekie, ekimosis, ruam)
nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah,
diaforesis (gejala hipermetabolisme).
peningkatan suhu tubuh.
c. Kaji kepala dan leher: kaji fungsi neurologis, penglihatan,
pendengaran, dan struktur mulut
(1) Tengkorak dan kepala
(a) Observasi ukuran, bentuk, kesimetrisan
(b) Palpasi dan catat kelainan, tekanan, benjolan, cairan
(2) Wajah: inspeksi ekspresi wajah, kesimetrisan, gerakan tidak disadari,
edema, massa
(3) Mata: posisi dan garis mata, alis, garis dan kantung mata
(4) Kelenjar air mata: inspeksi adanya keluaran air mata atau kekeringan
pada mata
(5) Konjunctiva dan sklera
(6) Kornea dan lensa
(7) Pupil: ukuran, bentuk, akomodasi, respon terhadap cahaya
(8) Koordinasi gerakan mata
(9) Tes lapang pandang
(10) Ketajaman penglihatan
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan
akibat infiltrasi ke SSP,
sclera: kemerahan, ikterik.
Perdarahan pada retinas
d. Telinga:
(1) Inspeksi posisi, bentuk, dan ukuran
(2) Palpasi pinna, tragus, prosesus mastoideus
(3) Inspeksi meatus auditorius eksternus: cairan, kemerahan, keluaran,
serumen
(4) Tes pendengaran: bisikan, berdiri dengan jarak 30-60 cm dan bicara
perlahan beberapa kata
e. Hidung
(1) Inspeksi permukaan hidung
(2) Inspeksi bagian dalam
(3) Palpasi sinus
f. Mulut
(1) Bibir: warna, kelembaban
(2) Mukosa mulut, gusi, gigi
(3) Inspeksi lidah dan dasar mulut
apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri).
Penyebab yang paling sering adalah stafilokokus,streptokokus, dan
bakteri gram negative usus serta berbagai spesies jamur.
perdarahan gusi,
pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap
ada atau tidaknya karies gigi.
g. Faring: inspeksi palatum
h. Leher: inspeksi leher, ROM, kelenjar limfe, trakea, kelenjar tiroid,
JVP
Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan
tinggi intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan
saraf otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologic fokal.
i. Dada dan paru
(1) Inspeksi bentuk, gerakan, simetris, retraksi
(2) Palpasi: struktur, massa, bengkak, nyeri, denyutapikal, pulsasi
(3) Inspeksi dan palpasi: ekspansi dada, taktil fremitus,
(4) Perkusi: paru, jantung
(5) Auskultasi, jantung paru
j. Payudara dan aksila
(1) Ukuran dan bentuk
(2) Kulit
(3) Putting dan drainase
(4) Palpasi aksila, payudara, putting
k. Abdomen: kontur, simetris, kulit, umbilikus, pulsasi dan gerakan,
bising usus, bunyi vaskuler, perkusi lambung, usus, limpa, palpasi
organ dalam.
Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar
limfe, ginjal, terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltik usus,
palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa.
Perkusi adanya asites atau tidak.
l. Ekstremitas bawah
(1) Inspeksi otot dan sendi
(2) ROM
(3) Palpasi sendi, kekuatan otot
(4) Adakah sianosis, kekuatan otot.
(5) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel
leukemia)
(6) Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
m. Genital
(1) Pria: inspeksi kulit, glan penis, meatus uretra, keluaran, palpasi penis,
inspeksi dan palpasi skrotum
(2) Wanita: inspeksi warna kulit, distribusi rambut, labia mayora, lesi,
klitoris, minora, uretra, vagina, perineum, anus, keluaran
C. Analisa Data
1. Identitas
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di
bawah 15 tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun.
Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba
adalah demam, lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang,
pucat (anemia) dan kecenderungan terjadi perdarahan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL sering
ditemukan riwayat keluarga yang erpapar oleh chemical toxins
(benzene dan arsen), infeksi virus (epstein barr, HTLV-1), kelainan
kromosom dan penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone dan
khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.
3. Pola sehari-hari
a. Pola Persepsi – mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik dan
berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi
kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang
riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
b. Pola Latihan dan Aktivitas : Anak penderita ALL sering ditemukan
mengalami penurunan kordinasi dalam pergerakan, keluhan nyeri
pada sendi atau tulang. Anak sering dalam keadaan umum lemah,
rewel, dan ketidakmampuan melaksnakan aktivitas rutin seperti
berpakaian, mandi, makan, toileting secara mandiri. Dari pemeriksaan
fisik dedapatkan penurunan tonus otot, kesadaran somnolence,
keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi), adanya murmur, kulit
pucat, membran mukosa pucat, penurunan fungsi saraf kranial dengan
atau disertai tanda-tanda perdarahan serebral.Anak mudah mengalami
kelelahan serta sesak saat beraktifitas ringan, dapat ditemukan adanya
dyspnea, tachipnea, batuk, crackles, ronchi dan penurunan suara nafas.
Penderita ALL mudah mengalami perdarahan spontan yang tak
terkontrol dengan trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan
retina, , demam, lebam, purpura, perdarahan gusi, epistaksis.
c. Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan nafsu makan,
anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan
gangguan menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan
adanya distensi abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran
limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih yang
berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan
adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute
monolytic leukemia)
d. Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare, penegangan pada
perianal, nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces
berwarna ter, darah dalam urin, serta penurunan urin output. Pada
inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta adanya hematuria.
e. Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan penurunan aktifitas
dan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena
mudah mengalami kelelahan.
f. Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL sering ditemukan
mengalami penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan
“seizure activity”, adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena
sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
g. Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada dalam kondisi
yang lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam
pengkajian dapt ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas, takut,
marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati, dan
bingung.
h. Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
i. Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya merasa
kehilangan kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-teman
serta belajar.
j. Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah mengalami kelemahan
umum dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
b. Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr%
c. Retikulosit : menurun/rendah
d. Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm)
e. White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC
(“kiri ke kanan”)
f. Serum/urin uric acid : meningkat
g. Serum zinc : menurun
h. Bone marrow biopsy : indikasi 60 – 90 % adalah blast sel dengan
erythroid prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit
i. Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan tingkat
kesulitan tertentu
E. Diagnosa Keperawatan
Definisi : Peningkatan resiko masuknya Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
organisme patogen
Knowledge : Infection control Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko :
Risk control Pertahankan teknik isolasi
- Prosedur Infasif
Kriteria Hasil : Batasi pengunjung bila perlu
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
menghindari paparan patogen
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
Mendeskripsikan proses penularan penyakit,
- Trauma meninggalkan pasien
factor yang mempengaruhi penularan serta
- Kerusakan jaringan dan peningkatan penatalaksanaannya, Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
paparan lingkungan
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Ruptur membran amnion timbulnya infeksi kperawtan
- Agen farmasi (imunosupresan) Jumlah leukosit dalam batas normal Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Malnutrisi Menunjukkan perilaku hidup sehat Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
alat
- Peningkatan paparan lingkungan patogen
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
- Imonusupresi
sesuai dengan petunjuk umum
- Ketidakadekuatan imum buatan
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder infeksi kandung kencing
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan
Tingktkan intake nutrisi
respon inflamasi)
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai
resep
Activity Therapy
3 Resiko terhadap cedera/perdarahan yang Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti- Gunakan semua tindakan untuk mencegah
berhubungan dengan penurunan jumlah bukti perdarahan perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
trombosit
Cegah ulserasi oral dan rectal
Berikan analgetik
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat Tidak terjadi penurunan berat badan yang Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk berarti untuk mencegah konstipasi
menelan/mengunyah
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
- Luka, inflamasi pada rongga mulut dengan ahli gizi)
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
mengunyah makanan harian.
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
makanan
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
- Perasaan ketidakmampuan untuk yang dibutuhkan
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
Nutrition Monitoring
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
BB pasien dalam batas normal
- Keengganan untuk makan
Monitor adanya penurunan berat badan
- Kram pada abdomen
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Tonus otot jelek Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi Monitor lingkungan selama makan
- Kurang berminat terhadap makanan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Diare dan atau steatorrhea
Monitor turgor kulit
- Kehilangan rambut yang cukup banyak
(rontok) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Kurangnya informasi, misinformasi Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Sensori yang tidak menyenangkan dan Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
pengalaman emosional yang muncul secara termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Comfort level
aktual atau potensial kerusakan jaringan kualitas dan faktor presipitasi
atau menggambarkan adanya kerusakan Kriteria Hasil :
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
mendadak atau pelan intensitasnya dari Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
nyeri, mampu menggunakan tehnik
ringan sampai berat yang dapat diantisipasi
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mengetahui pengalaman nyeri pasien
dengan akhir yang dapat diprediksi dan
mencari bantuan) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik : Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
menggunakan manajemen nyeri
- Laporan secara verbal atau non verbal Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
- Fakta dari observasi
frekuensi dan tanda nyeri)
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri menemukan dukungan
- Gerakan melindungi berkurang
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Tingkah laku berhati-hati Tanda vital dalam rentang normal seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
sulit atau gerakan kacau, menyeringai) farmakologi dan inter personal)
- Terfokus pada diri sendiri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
- Fokus menyempit (penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses berpikir, Ajarkan tentang teknik non farmakologi
penurunan interaksi dengan orang dan
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
menemui orang lain dan/atau aktivitas,
Tingkatkan istirahat
aktivitas berulang-ulang)
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
- Respon autonom (seperti diaphoresis,
tindakan nyeri tidak berhasil
perubahan tekanan darah, perubahan nafas,
nadi dan dilatasi pupil) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
8 Kerusakan intergritas kulit b/d edema dan NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous NIC : Pressure Management
menurunnya tingkat aktivitas Membranes
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Definisi : Perubahan pada epidermis dan Kriteria Hasil : longgar
dermis
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
Hindari kerutan padaa tempat tidur
(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
pigmentasi)
Batasan karakteristik :
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
Tidak ada luka/lesi pada kulit
- Gangguan pada bagian tubuh sekali
Perfusi jaringan baik
- Kerusakan lapisa kulit (dermis) Monitor kulit akan adanya kemerahan
Menunjukkan pemahaman dalam proses
- Gangguan permukaan kulit (epidermis) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
tertekan
Faktor yang berhubungan : sedera berulang
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Eksternal : Mampu melindungi kulit dan
Monitor status nutrisi pasien
mempertahankan kelembaban kulit dan
- Hipertermia atau hipotermia
perawatan alami
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
- Substansi kimia
- Kelembaban udara
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi