Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN TERMOREGULASI


DEMAM(FEBRIS) DI RUANG MELATI TIMUR
RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

DISUSUN OLEH:

WAHYU MELIN MASTUTI


17054

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN

TAHUN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN TERMOREGULASI
DEMAM(FEBRIS) DI RUANG MELATI TIMUR
RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

A. DEFINISI
Menurut Suriadi (2012), suhu tubuh tidak normal. Febris / demam adalah kenaikan suhu
tubuh di atas variasi sirkardian yang normal akibat perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak di dalam hipotalamus anterior. Demam terjadi pada saat terjadi kenaikan suhu hingga
380 C atau lebih .Ada juga yang lebih tinggi dari 37,80C.Sedangkan bila perlu suhu tubuh lebih
dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2011). Demam adalah peningkatan suhu
tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi hipotalamus. Lebih dari 37.8ºC (suhu oral
atau aksila) atau suhu rektal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan naik
kembali ketingkat atas normal pada pagi hari. Sering menangguhkan keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi ini turun ketingkat yang biasa dinamakan juga
demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat mencapai setiap hari tetapi tidak mencapai suhu normal. Penyebab
suhu yang mungkin diterima mencapai dua derajat dan tidak sebanding dengan suhu yang
ditentukan demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun hingga normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam antara dua serangan demam disebut kuartana. \
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus sekali disebut hiperpireksia.

5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Kadang-kadang demam kadang-kadang dengan penyakit tertentu misalnya demam
intermiten untuk malaria. Sebagai pasien dengan keluhan demam dapat dilakukan segera
dengan alasan yang jelas seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
kadang-kadang sama sekali tidak dapat dilakukan segera dengan sebab sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari pasien dengan demam yang baru saja berlalu, pada saat itu
merupakan penyakit yang sembuh sendiri seperti influensa atau virus penyakit sejenis
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial.

B. ETIOLOGI
Demam terjadi saat pembentukan panas terlampaui. Demam dapat berhubungan dengan
infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik dan penyakit lain. (Julia, 2011).
Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap penggunaan obat, juga pada perubahan pusat pengaturan suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan penelitian penyakit, pelaksanaan pemeriksaan
fisik, pengamatan perjalanan penyakit dan pemeriksaan pemeriksaan laboratorium.serta
penunjang lainnya tepat dan holistik. Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan pada demam
adalah cara timbul demam, lama demam, demam tinggi serta keluhan lian yang menyertai
demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus
menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat
penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan
sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

C. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena peningkatan panas meningkat tetapi tidak meningkatkan
pencapaian set point (Julia, 2011). Demam adalah sebagai perlindungan pertahanan tubuh
(respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam milik. Jika ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan mengaktifkan sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam
tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang dapat diperoleh dari infeksi
oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non-infeksi).
reseptor) yang diberikan pada tubuh untuk dikirim ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menarik reaksi naiknya suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan memindahkan sekresi pertemuan
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pengumpulan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menyebabkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akanmerangsang aktivitas "tentara" tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
meningkatkan zat ini dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
menghasilkan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2013). Sementara sifat-sifat
demam dapatberupa menggigil atau krisis / flush. Ini akan menarik reaksi naiknya suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan memindahkan sekresi pertemuan
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pengumpulan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menyebabkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akanmerangsang aktivitas "tentara" tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
meningkatkan zat ini dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
menghasilkan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. Sementara sifat-sifat demam
dapatberupa menggigil atau krisis / flush. Ini akan menarik reaksi naiknya suhu tubuh dengan
cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan memindahkan sekresi pertemuan keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pengumpulan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menyebabkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akanmerangsang aktivitas "tentara" tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
meningkatkan zat ini dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
menghasilkan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. Sementara sifat-sifat demam
dapatberupa menggigil atau krisis / flush. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu
yang tinggi ini akanmerangsang aktivitas "tentara" tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T)
untuk meningkatkan zat ini dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino
yang menghasilkan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. Sementara sifat-sifat demam
dapatberupa menggigil atau krisis / flush. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu
yang tinggi ini akanmerangsang aktivitas "tentara" tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T)
untuk meningkatkan zat ini dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino
yang menghasilkan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. Sementara sifat-sifat demam
dapatberupa menggigil atau krisis / flush.
Menggigil.Bila mengatur termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai
yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan, zat pirogen atau
dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.Krisis /
flush.Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat
hipotalamus dengan mendadak tergantung pada nilai rendah, mungkin perlu dikembalikan ke
tingkat normal.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala demam antara lain:
1. Pada anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C - 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat saat menyentuh
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan somlolen.
Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi,
sedangkan prioritas minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan pernafasan,
menggigil / menggabungkan perasaan hangat dan dingin, nyaman dan sakit yang bermanfaat atau
umum ( misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat.
E. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan: Pengukuran suhu setiap kali 4-6 jam. Bagaimana pun juga,
apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak
memerlukan melirik ke atas atau apakah anak mengatasi kejang-kejang. Demam yang
menghabiskan kejang yang lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
Dalam keadaan demikian, Masalah kelangsungan hidup dapat terjadi karena rusaknya fungsi
kecerdasan tertentu.
Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan
berakibat rusaknya sel - sel otak.
Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman yang diberikan dapat
berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar
cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh
dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas
tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena
justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan
alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air
hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping
itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang
mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada
lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol
Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis.
Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml
setiap sendoknya. Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam penurunan
demam dan sangat bermanfaat pada pasien dengan risiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko
kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik mengandung berbagai
golongan yang kaya -macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi harus disetujui
dalam efek perawatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pembentukan
prostaglandin dengan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat
para -aminofenol yang bekerja berhasil membentuk prostaglandin yang disintesis dalam susunan
saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr / kgBB / kali setiap 4 jam maksimal 5 kali sehari.
Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia, dan perdarahan saluran cerna.
Dosis terap eutik 10 mgr / kgBB / kali setiap 6 -8 jam dan tidak disukai anak-anak kurang dari 6
bulan.Pemberiannya per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat dari satu obat gol
ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan dengan antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik. Dosis yang diberikannya 20 mgr / kgBB /
hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6
bulan. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan dengan antipiretik.Efek sampingnya berupa
dispepsia dan anemia hemolitik. Dosis yang diberikannya 20 mgr / kgBB / hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan. Khasiat
analgetiknya lebih kuat dibandingkan dengan antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan
anemia hemolitik. Dosis yang diberikannya 20 mgr / kgBB / hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya
per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak.

G. PATWAY

H. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
1. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
4. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam
(misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah
menggigil, gelisah.
5. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
6. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
c. Sistem persepsi sensori
d. Sistem persyarafan : kesadaran
e. Sistem pernafasan
f. Sistem kardiovaskuler
g. Sistem gastrointestinal
h. Sistem integumen
i. Sistem perkemihan
j. Pada fungsi kesehatan
8. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
9. Pola nutrisi dan metabolisme
10. Pola eliminasi
11. Pola aktivitas dan latihan
12. Pola tidur dan istirahat
13. Pola kognitif dan perseptual
14. Pola toleransi dan koping stress
15. Pola nilai dan keyakinan
16. Pola hubungan dan peran
17. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. foto rontgent
c. USG

2. Diagnosa Keperawatan NANDA, 2015


1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit/ trauma
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan keinginan untuk makan (anoreksia).
3. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit.

3. Intervensi NOC, NIC 2015


1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit/ trauma
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien diharapkan suhu tubuh dalam batas
normal (36-37ºC ) dengan

Kriteria hasil:
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada pusing dan pasien merasa nyaman
Intervensi :
1) Monitor suhu sesering mungkin
2) Monitor TD, Nadi, RR
3) Berikan pengobatan untuk mengatasi demam
4) Ajarkan pada keluarga pasien mengompres pasien pada lipat misal paha dan
aksila
5) Dorong pasien mengkomsumsi cairan
6) Anjurkan istirahat
2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan diet kurang
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien diharapkan nutrisi pasien terpenuhi
dengan
Kriteria hasil :
 Berat badan normal
 Nafsu makan ada / bertambah.
 Tidak ada anoreksia
Intervensi :
1) Timbang berat badan pasien setiap hari
2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat beri diet lunak
3) Ajarkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
4) Pertahankam kebersihan mulut dengan baik
5) Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik
3. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien diharapkan cemas hilang dengan

Kriteria hasil :
 Klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan
suhu tubuh
 Klien mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang dilakukan
 Klien mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan hipertermi,
proses penyakit
Intervensi :
1) Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien mengenai
hipertermi.
2) Berikan informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi
3) Validasi perasaan klien dan yakinkan klien bahwa kecemasam merupakan respon
yang normal
4) Diskusikan rencana tindakan yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan
keadaan penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta


Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada
Anak.PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall Carpenito, Editor
Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta Sinarty Hartanto. (2003). Anak Demam
Perlu Kompres.www. Pediatrik. Com / knal.php

Anda mungkin juga menyukai