Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM NEFROTIK

( disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah I )

Pengampu : Kunaryanti, S.Kep, Ns.

Disusun Kelompok 3 :

1. AGUSTIN WIDYANINGSIH (17004)


2. ARUM DWI HARJAYANTI (17011)
3. ASSEGAF KORIAN GHAZY (17012)
4. EVI ERNAWATI (17018)
5. MARTENA KOLISTYANI D (17028)
6. NOVITA SARI RAHMA W (17035)
7. RIAN EKO SAPUTRO (17042)
8. RIKA DWI RAHAYU (17043)
9. VERONICA USWATUN K (17051)

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan
rahmat dan hidayahnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul ‘’Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik’’, tentunya dengan
dibuatnya makalah ini kita dapat mengetahui tentang gangguan kebutuhan
aktivitas yang merupakan salah satu bagian dari keperawatan medical bedah.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia kami memiliki keterbatasan
kemampuan oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih dan memberikan
penghargaan yang sebesar-besarnya apabila teman-teman sekalian
berkenang memberi saran demi perbaikan isi makalah ini sehingga dapat
mewujudkan suatu makalah keperawatan medical bedah yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan pada saat ini.
Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak serta menambah wacana pemikiran bagi kita semua.

Sragen, 17 Oktober 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh
peningkatan protein, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia),
edema dan serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah
(hiperlipidemia).
Insidens lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Mortalitas
dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi,
berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan
responnya trerhadap pengobatan. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak
dibawah usia 1 tahun. Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM)
menacakup 60 – 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak. Angka
mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya
terapi dan pemberian steroid. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia
adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada penderita sindrom
nefrotik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian sindrom nefrotik.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan dengan sindrom nefrotik.
c. Membuat intervensi keperawatan.
d. Membuat implementasi keperawatan.
e. Membuat evaluasi keperawatan.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. PENGERTIAN
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis,
meliputi hal-hal: Proteinuriamassif > 3,5gr/hr, Hipo albuminemia, Edema,
Hiper lipideia. Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak
membran kapiler glomelurus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas
glomerulus.
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan
protein, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum
kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak
retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan
vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena
adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi
batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah
vertebra lumbalis III.
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-
piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid
dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang
puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks
minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks
mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar
ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada medula
hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit
nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal
(kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih
kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui
ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac
output.
1. Faal glomerolus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk
ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan
hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik.
2. Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang
ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus.
a) Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan
reabsorbsi yaitu ± 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat
yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang direabsorbsi
sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic
ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan
basa organik.
b) Loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending thick
limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih hipotonik.
c) Tubulus distalis
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara
reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen.
d) Duktus koligentis
Mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Ekskresi aktif kalium dilakukan pada duktus
koligen kortikal dan dikendalikan oleh aldosteron.

C. ETIOLOGI
Penyebab nefrotik sindrom dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1. Primer, berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti berikut ini.
a. Glomerulonefritis
b. Nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, akibat infeksi, penggunaan obat, dan penyakitsistemik lain, seperti
berikut ini.
a. Dibetes militus
b. Sistema lupus eritematosus
c. Amyloidosis
D. PATOFISIOLOGI
Glomeruli adalah bagian dari ginjal yang berfungsi untuk menyaring darah.
Pada nefrotik sindrom, glomeruli mengalami kerusakan sehingga terjadi perubahan
permeabilitas karena inflamasi dan hialinisasi sehingga hilangnya plasma protein,
terutama albumin ke dalam urine. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi
albumin, namun organ ini tidak mampu untuk terus mempertahankannya. Jika
albumin terus menerus hilang maka akan terjadi hipoalbuminemia.
Hilangnya protein menyebabkan penurunan tekanan onkotik yang
menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler
ke dalam ruang cairan ekstraseluler. Penurunan volume cairan vaskuler
menstimulli sistem renin-angio-tensin, yang mengakibatkan disekresinya hormon
anti diuretik (ADH) dan aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium (Na) dan air
sehingga mengalami peningkatan dan akhirnya menambah volume intravaskuler.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis LDL ( Low Density
Lipoprotein) dalam hati dan peningkatan kosentrasi lemak dalam darah
(hiperlipidemia). Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan
lemak akan banyak dalam urin ( lipiduria ). (Toto Suharyanto, 2009).
Menurunya respon immun karena sel immun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng.
Penyebab mencakup glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal, penyakit
lupus erythematosus sistemik, dan trombosis vena renal

E. Manifestasi Klinis
1. Tanda paling umum adalah peningkatan cairan di dalam tubuh, diantaranya
adalah:
a) Edema periorbital, yang tampak pada pagi hari.
b) Pitting, yaitu edema (penumpukan cairan) pada kaki bagian atas.
c) Penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan efusi pleura.
d) Penumpukan cairan pada rongga peritoneal yang menyebabkan asites.
2. Hipertensi (jarang terjadi), karena penurunan voulume intravaskuler yang
mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi renal yang mengaktifkan sistem renin
angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh darah.
3. Beberapa pasien mungkin mengalami dimana urin berbusa, akibat penumpukan
tekanan permukaan akibat proteinuria.
4. Hematuri
5. Oliguri (tidak umum terjadi pada nefrotik sindrom), terjadi karena penurunan
volume cairan vaskuler yang menstimulli sistem renin-angio-tensin, yang
mengakibatkan disekresinya hormon anti diuretik (ADH)
6. Malaise
7. Sakit kepala
8. Mual, anoreksia
9. Irritabilitas
10. Keletihan

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan sampel urin
Pemeriksaan sampel urin menunjukkan adanya proteinuri (adanya protein di
dalam urin).
b) Pemeriksaan darah
 Hipoalbuminemia dimana kadar albumin kurang dari 30 gram/liter.
 Hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah meningkat), khususnya peningkatan
Low Density Lipoprotein (LDL), yang secara umum bersamaan dengan
peningkatan VLDL.
 Pemeriksaan elektrolit, ureum dan kreatinin, yang berguna untuk mengetahui
fungsi ginjal
2. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan apabila penyebabnya belum diketahui
secara jelas, yaitu:
a. Biopsi ginjal (jarang dilakukan pada anak-anak ).
b. Pemeriksaan penanda Auto-immune (ANA, ASOT, C3, cryoglobulins, serum
electrophoresis).

F. Penatalaksanaan Medis
a) Suportif
1. Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring
2. Memonitor dan mempertahankan volume cairan tubuh yang normal.
a. Memonitor urin output
b. Pemeriksaan tekanan darah secara berkala
c. Pembatasan cairan, sampai 1 liter
3. Memonitor fungsi ginjal
a. Lakukan pemeriksaan elektrolit, ureum, dan kreatinin setiap hari.
b. Hitung GFR/LFG setiap hari.
c. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung
menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut: LFG
(ml/menit/1,73m2), pada perempuan dikali 0,85.
d. Mencegah komplikasi
e. Pemberian transfusi albumin secara umum tidak dipergunakan Karena efek
kehilangan hanya bersifat sementara.
b) Tindakan khusus
1. Pemberian diuretik (Furosemid IV).
2. Pemberian imunosupresi untuk mengatasi glomerulonefritis (steroids,
cyclosporin)
3. Pembatasan glukosa darah, apabila diabetes mellitus
4. Pemberian albumin-rendah garam bila diperlukan
5. Pemberian ACE inhibitor: untuk menurunkan tekanan darah.
6. Diet tinggi protein; cegah makanan tinggi garam
7. Antibiotik profilaktik spektrum luas untuk menurunkan resiko infeksi sampai
anak mendapat pengurangan dosis steroid secara bertahap
8. Irigasi mata/krim oftalmik untuk mengatasi iritasi mata pada edema yang berat.
G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1. Identitas :
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dikeluhkan adalah adanya bengkak pada wajah
atau kaki.
3. Riwayat Penyakit Sekarang ( RPS )
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat menanyakan
hal berikut: Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output, kaji
onset keluhan bengkak pada wajah dan kaki apakah disertai dengan adanya
keluhan pusing dan cepat lelah, kaji adanya anoreksia pada klien, kaji adanya
keluhan sakit kepala dan malaise.
4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu mengkaji
apakah klien pernah menderita penyakit edema, apakah ada riwayat dirawat
dengan penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya. Penting dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
5. Riwayat Pada pengkajian psikososiokultural
Adanya kelemahan fisik, wajah, dan kaki yang bengkak akan
memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada klien
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran
biasanya compos mentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya
perubahan.
a. Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura
karena distensi abdomen
b. Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan
bisa dijumpai.
c. Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d. Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e. Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut,
malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
f. Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g. Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h. Sistem endokrin
Dalam batas normal
i. Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
a. B1 (breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan napas walau
secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase
lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan napas yang
merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b. B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respon sekunder dari peningkatan
beban volume.
c. B3 (Brain)
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai tingkat parahnya azotemia pada
sistem saraf pusat.
d. B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f. B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari edema
tungkai dari keletihan fisik secara umum
7. Pemeriksaan diagnostic
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama
albumin. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas
membran glomerulus.
8. Pengkajian penatalaksanaan medis
Tujuan terapi adalah menceah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan
menurunkan resiko komplikasi. Untuk mencapai tujuan terapi, maka
penatalaksanaan tersebut, meliputi hal-hal berikut
a. Tirah baring
b. Diuretik
c. Adenokortikosteroid, golongan prednison
d. Diet rendah natrium tinggi protein
e. Terapi cairan. Jika klien dirawat dirumah sakt , maka intake dan output diukur
secara cermat dan dicatat. Cairan diberikan untk mengatasi kehilangan cairan
dan berat badan harian.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS :
- Klien mengeluh edema.
DO : Jhyhsydxg Kelebihan asupan cairan Kelebihan volume cairan
- Tampak ada penumpukan
cairan di ekstermitas
DS :
- Klien mengeluh kurang
nafsu makan
Ketidakseimbangan nutrisi
DO :
Anoreksia kurang dari kebutuhan
- Klien tampak gemuk karena
tubuh
pumpukan cairan

DS :
- Klien mengeluh dehidrasi
Resiko defisien volume
DO : Kehilangan cairan aktif
cairan
- Klien tampak sianosis
- Klien tampak pucat
DS :
- Klien mengeluh malaise
Stesor Ansietas
DO :
- Klien tampak cemas

b. Diagnosa
1) Kelebihan volume cairan Berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan (anoreksia).
3) Resiko defisien volume cairan Berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
4) Ansietas Berhubungan dengan Stesor.
c. Intervensi Keperawatan
Hari
/
Dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Tgl

1 Setelahdilakukan Pantau asupan dan haluarana. Pemantauan membantu


tindakan selama 3x24cairan setiap pergantian menentukan status cairan
jam diharapkan pasien.
Kelebihan volume cairanTimbang berat badan tiap hari
terkontrol b. Penimbangan berat badan
dengan Programkan pasien pada diet
Kriteria Hasil : harian adalah pengawasan
rendah natrium selama fasestatus cairan terbaik.
Pasien tidak menunjukanedema Peningkatan berat badan lebih
tanda-tanda akumulasiKaji kulit, wajah, areadari 0,5 kg/hari diduga ada
cairan. tergantung untuk edema.retensi cairan.
b. Pasien mendapatkan Evaluasi derajat edema (pada c. Suatu diet rendah natrium
volume cairan yang skala +1 sampai +4). dapat mencegah retensi cairan
tepat. e. Awasi pemerikasaan
laboratorium, contoh: BUN,
kreatinin, natrium, kalium, d. Edema terjadi terutama pada
Hb/ht, foto dada. jaringan yang tergantung pada
tubuh.
Berikan obat sesuai indikasi
Diuretik, contoh furosemid e. Mengkaji berlanjutnya dan
(lasix), mannitol (Os-mitol) penanganan disfungsi/gagal
ginjal. Meskipun kedua nilai
mungkin meningkat, kreatinin
adalah indikator yang lebih
baik untuk fungsi ginjal karena
tidak dipengaruhi oleh hidrasi,
diet, dan katabolisme jaringan.
f. Diberikan dini pada fase
oliguria untuk mengubah ke
fase nonoliguria, untuk
melebarkan lumen tubular dari
debris, menurunkan
hiperkalimea, dan
meningkatkan volume urine
adekuat
2 Setelah dilakukan Kaji / catat pemasukan diet. a. Membantu dan
tindakan selama 3 x 24 mengidentifikasi defisiensii
jam diharapkan Timbang BB tiap hari. dan kebutuhan diet.
kebutuhan nutrisi Tawarkan perawatan mulut
terpenuhi dengan b. Perubahan kelebihan 0,5 kg
sebelum dan sesudah makan . dapat menunjukkan
Kriteria hasil :
Berikan makanan sedikit tapi perpindahan keseimbangan
Klien dapat sering. cairan.
Mempertahankan berat
badan yang diharapkan Berikan diet tinggi protein dan c. Meningkatkan nafsu makan
rendah garam. d. meminimalkan anoreksia dan
Berikan makanan yang disukaimual sehubungan dengan
dan menarik status uremik
Awasi pemeriksaan
e. Memenuhi kebutuhan protein,
laboratorium, contoh: BUN,yang hilang bersama urine.
albumin serum, transferin,
natrium, dan kalium. f. Pasien cenderung
mengonsumsi lebih banyak
porsi makan jika ia diberi
beberapa makanan
kesukanannya.
g. Indikator kebutuhan nutrisi,
pembatasan, dan efektivitas
terapi.

3 Setelah dilakukan
a. Awasi TTV a. Hipotensi ortostatik dan
tindakan selama 3 x 24 takikardi indikasi
jam diharapkan Resiko b. Kaji masukan dan haluaranhipovolemia.
defisien volume cairancairan. Hitung kehilangan tak
tidak terjadi dengankasat mata. b. Membantu memperkirakan
Kriteria Hasil : Tidak kebutuhan penggantian cairan.
c. Kaji membran mukosa
ditemukannya ataumulut dan elastisitas turgor c. Membran mukosa kering,
tanda-tandanya kehilang kulit turgor kulit buruk, dan
an difisien cairan penurunan nadi dalah
seperti: d. Berikan cairan sesuai indikasi ;indikator dehidrasi
misalnya albumin
Masukan dan keluaran d. penggantian cairan tergantung
seimbang e. Berikan cairan parenteraldari berapa banyaknya cairan
sesuai dengan petunjuk yang hilang atau dikeluarkan.
b. Tanda vital yang stabil
f. Awasi pemerikasaan
e. Pemberian cairan parenteral
Elektrolit dalam bataslaboratorium, contoh protein
normal diperlukan, dengan tujuan
(albumin) mempertahankann hidrasi
d. Hidrasi adekuat yang yang adekuat.
ditunjukkan dengan
turgor kulit yang normal f.
4 Setelah dilakukan Berikan motivasi pada a. Deteksi dini terhadap
tindakan selama 3x24 keluarga untuk ikut secara aktif perkembangan klien.
jam diharapkan Rasa dalam kegiatan perawatan
cemas berkurang setelah klien. b. Peran serta keluarga secara
mendapat penjelasan aktif dapat mengurangi rasa
dengan kriteria: Klien b. Jelaskan pada klien setiap cemas klien.
mengungkapkan sudah tindakan yang akan dilakukan.
c. Penjelasan yang memadai
tidak takut terhadap Observasi tingkat kecemasan memungkinkan klien
tindakan perawatan, klien dan respon klien terhadap kooperatif terhadap tindakan
klien tampak tenang, tindakan yang telah dilakukan yang akan dilakukan.
klien kooperatif.

I. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan teratasi
2. Meningkatnya asupan nutrisi
3. Peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari
4. Penurunan kecemasan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis,
meliputi hal-hal: Proteinuriamassif > 3,5gr/hr, Hipo albuminemia, Edema,
Hiper lipideia. Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak
membran kapiler glomelurus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas
glomerulus.
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan
protein, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum
kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia).
Etiologi nefrotik sindrom dibagi menjadi 3, yaitu primer
(Glomerulonefritis dan nefrotik sindrom perubahan minimal), sekunder
(Diabetes Mellitus, Sistema Lupus Erimatosis, dan Amyloidosis), dan idiopatik
(tidak diketahui penyebabnya). Tanda paling umum adalah peningkatan cairan
di dalam tubuh. Sehingga masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah
kelebihan volume cairan berhubungan, perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan, resiko kehilangan volume cairan intravaskuler dan kecemasan.
B. Saran
Demikian makalah yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah
yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan
pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC

Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta:
Sugeng Seto

Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental


Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC:Jakarta

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
EGC.

NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions & Classifications


2012-2014. Jakart: EGC

Anda mungkin juga menyukai