Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TENTANG MANUSIA
PURBA

Disusun Oleh :
ABDILAH WAHEDI

UPT SMA NEGERI 1 AMBUNTEN


TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah
menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan
terdiri dari beberapa jenis. Penemuan - penemuan fosil ini banyak disumbang
oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan
mempunyai iklim yang cocok dihuni manusia kala itu. Penemuan - penemuan
fosil sangat berguna bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam
hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu. Hewan yang pernah hidup dan
bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak
menyumbang fosil manusia - manusia purba. Dilihat dari hasil penemuan di
Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah
peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan
terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang ditemukan. Hal ini diketahui
dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, dimana mereka tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Itu sebabnya
makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai
pengertian manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan homo sapiens serta
kehidupannya pada masa itu.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
Bagaimana kehidupan manusia purba pada zaman dahulu?
Bagaimana kehidupan manusia homo sapiens pada zaman dahulu?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut
a. Untuk mengetahui kehidupan manusia purba pada zaman dahulu
b. Untuk mengetahui kehidupan manusia homo sapiens pada zaman
dahulu

Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu
b. Dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis guna menciptakan
tulisan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa mengetahui
kehidupan manusia homo sapiens pada zaman dahulu
BAB II
PEMBAHASAN

Manusia Purba

Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia


purba. Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-
fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun
yang lalu terutama di Pulau Jawa. Manusia purba adalah manusia penghuni
bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal
tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Fosil
adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah
membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang sangat lama.
Sedangkan artefak adalah peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil
budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logam. Cara hidup mereka
masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung pada alam. Jenis-jenis
manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu :

1. Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan
penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif.
Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok;
tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan
mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food
gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden) belum tahu
bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya terbuat dari batu yang masih
kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah :

· Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya


disebut "Chopper" (alat penetak/pemotong)
· Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung
tombak bergerigi
· Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat
digunakan untuk mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk
hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk
berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan
daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat
dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.

2. Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan.


Zaman ini disebut pula zaman "mengumpulkan makanan (food gathering)
tingkat lanjut", yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun
yang lampau. Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman
ini adalah bangsa Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang
Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan zaman
palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum mendapatkan makanan
dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di
bawah bukit karang (abris souche roche), tepi pantai, dan ceruk
pegunungan. Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk dapat
melindungi diri dari panas dan hujan.

Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat
kesenian yang ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding
gua, seperti di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny.
Heeren Palm pada 1950. Van Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam
berupa mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung,
Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil peninggalannya ditemukan di tempat
sampah berupa dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai
timur Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan di
tempat itu adalah kapak genggam Sumatera, pabble culture, dan alat berburu
dari tulang hewan.

3. Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman


Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi
kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering
menjadi food producing, yaitu dengan cara bercocok tanam dan
memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di
rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.

Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung
guna menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di
lumbung ini masih bisa dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana
begitu menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak
perlu membeli beras dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara
hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak
zaman nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah mengenal
dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi
menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan dari
Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan
Indonesia. Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan
dari Jepang, kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku,
Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak persegi adalah yang
ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang digunakan sebagai
benda pelengkap upacara atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang
ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam
upacara-upacara terhadap roh leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi
yang dibuat dari tanah liat berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini
digunakan sebagai bekal kubur.

4. Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia
sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme
merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang
mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata
tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala
sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi
terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari
hasil peninggalannya, diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini
sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara
memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik
sebagai bentuk penghormatan.

Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus
dapat dilihat dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif.
Peninggalan yang bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di
Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan,
dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden
berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan;
dolmen adalah meja batu untuk menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan
berbentuk lesung yang menyerupai peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu
yang disusun untuk mengubur mayat; punden berundak adalah bangunan
bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah perwujudan
dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan.

5.Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping
alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya
menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua
macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan
tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa
perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil
melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
· Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa melalui
zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari
antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid
yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu
karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur
perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar tahun
3000-2000 SM. Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam
kehidupan manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi
yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari,
seperti pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang
hanya mungkin dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat, yakni golongan
undagi. Di luar Indonesia, berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia
menggunakan logam besi mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu
terlebih dahulu. Mengolah bijih menjadi logam lebih mudah untuk tembaga dari
pada besi.
· Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik
peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas
yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak bertungkai kayu, mata
pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di
Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa
Timur)
Jenis-Jenis Manusia Purba
Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia
adalah sebagai berikut :
Meganthropus Paleojavan

a. Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan artinya


besar, Anthropus artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus artinya
dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus
adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba
ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936-1941
oleh seorang peneliti Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil tersebut
tidak ditemukan dalam keadaan lengkap, melainkan hanya berupa
beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah
lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-
2 Juta tahun.
Ciri-Ciri Meganthropus paleojavanicus :
1. Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala.
2. Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
3. Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
4. Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
5. Makanannya berupa daging dan tumbuh-tumbuhan..

2.2.2 Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil
manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang berjalan tegak.
Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah dan
tengah. Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan
makanan Mereka sudah memakan segala, tetapi makanannya belum
dimasak. Terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang
ditemukan di Indonesia, yaitu Pithecanthrophus erectus,
Pithecanthropus mojokertensis, dan Pithecanthropus soloensis.
Berdasarkan pengukuran umur lapisan tanah, fosil Pithecanthropus
yang ditemukan di Indonesia mempunyai umur yang bervariasi, yaitu
antara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.

1. Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada


tahun 1891 di sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil,
Jawa Tengah. Mereka hidup sekitar
satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus Erectus berjalan tegak dengan badan yang
tegap dan alat pengunyah yang kuat. Volume otak
Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak manusia
modern lebih dari 1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya
600 cc.

(Pithecanthropus erectus)
2. Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan
Pithecanthropus robustus. Fosil manusia purba ini ditemukan
oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa
Timur. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5
tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25
juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Mojokertensis berbadan
tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal
dan tulang pipi yang kuat.
3. Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah
oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth di Ngandong dan
Sangiran antara tahun 1931-1933. Fosil yang ditemukan berupa
tengkorak dan juga tulang kering.

A. Ciri-ciri Pithecanthropus :
1. Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm.
2. Badan tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
3. Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc.
4. Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
5. Hidung lebar dan tidak berdagu.
6. Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar.
7. Makanan berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.
Corak Kehidupan Prasejarah Indonesia dan Hasil Budayanya
1. Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk mempertahankan dan
memperbaiki pola hidupnya menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :
 Bentuk budaya yang bersifat Spiritual
2. Bentuk budaya yang bersifat MaterialMasyarakat Prasejarah mempunyai
kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :
6. Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang
dianggap mempunyai kekuatan gaib. Misalnya : batu, keris
7. Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka
yang bersemayam dalam batu-batu besar, gunung, pohon besar.
Roh tersebut dinamakan Hyang.
3. Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :
8. Bersifat Nomaden (hidup berpindah-pindah), yaitu pola
kehidupannya belum menetap dan berkelompok di suatu tempat
serta, mata pencahariannya berburu dan masih mengumpulkan
makanan
9. Bersifat Permanen (menetap), yaitu pola kehidupannya sudah
terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat, mata
pencahariannya bercocok tanam. Muali mengenal norma adat, yang
bersumber pada kebiasaan-kebiasaan
4. Sistem bercocok tanam/pertanian
10.Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak sebagai alat bercocok
tanam
11.Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk membajak sawah
12.Sistem huma untuk menanam padi
13.Belum dikenal sistem pemupukan
5. Pelayaran
Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan
mengetahui posisi bintang sebagai penentu arah (kompas)
6. Bahasa
Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan termasuk
rumpun bahasa Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan
Mikronesia.Terjadinya perbedaan bahasa antar daerah karena pengaruh faktor
geografis dan perkembangan bahasa.

FOOD GATHERING
Ciri zaman ini adalah:
 Mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan
 Nomaden, yaitu Hidup berpindah-pindah dan belum menetap
 Tempat tinggalnya : gua-gua
 Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu kali yang masih
kasar, tulang dan tanduk rusa
 Zaman ini hampir bersamaan dengan zaman batu tua
(Palaeolithikum) dan Zaman batu tengah (Mesolithikum)
FOOD PRODUCING
Ciri zaman ini adalah :
 Telah mulai menetap
 Pandai membuat rumah sebagi tempat tinggal
 Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma
 Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat
 Alat-alat terbuat dari kayu, tanduk, tulang, bambu ,tanah liat dan
batu
 Alat-alatnya sudah diupam/diasah
 Zaman bercocok tanam ini bersamaan dengan zaman Neolithikum
(zaman batu muda) dan Zaman Megalithikum (zaman batu besar)
Homo Sapiens
Homo Sapiens merupakan sebuah spesies dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam sebuah mitos, manusia seringkali
dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, manusia
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dimasyarakat
majemuk serta perkembangan teknologinya, serta berdasarkan kemampuan
mereka membentuk sebuah kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama
lain serta pertolongan. Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang
harus membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu
melepaskan diri dari ikatan dorongan nalurinya serta mampu menguasai alam
sekitarnya dengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan
binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama makhluk alamiah, berbeda
dengan manusia hewan tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya
dan terikat erat oleh alam sekitarnya.
Jenis manusia ini termasuk manusia yang memiliki pikiran yang cerdas
dan bijaksana. Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang
sebaiknya dilakukan pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar
kan pertimbangan masa lalu yang merupakan pengalaman. Pemikiran yang
sifatnya abstrak merupakan salah satu wujud budaya manusia yang kemudian
diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan atau perilaku, ataupun kemampuan
mengerjakan suatu tindakan. Manusia purba jenis ini memiliki bentuk tubuh
yang sama dengan manusia sekarang. Dibandingkan manusia purba
sebelumnya, homo sapiens lebih banyak meninggalkan benda – benda
berbudaya. Diduga, inilah yang menjadi nenek moyang bangsa – bangsa di
dunia.
Ciri-ciri Homo Sapiens :
 Tinggi tubuh 130-210 cm
 berat badan 30 – 159 kg, dan volume otak 1350 – 1450 cc.
 Otak lebih berkembang dari pada Meganthropus dan
pithecanthropus.
 Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
 Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
 Mempunyai ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid.
Jenis-Jenis Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk
tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat
seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan
hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di
Indonesia ada 2 yaitu:
1. Homo Soloensis ( Manusia dari Solo)
Fosil ini ditemukan pada tahun 1931 – 1934 oleh Von Koenigswald dan
Wedenreich di desa Ngadong lebah Bengawan Solo. Fosilnya berupa tengkorak
menurut penelitian terrnyata Homo Soloensis tingkatanya lebih tinggi di
banding Pithecanthropus Erektus.
Ciri-ciri homo soloensis :
 Otak kecilnya lebih besar dari pada otak kecil
Pithecanthropus Erectus.
 Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus
Erectus.
 Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung).
 Tinggi badan antara 130 – 210 cm
 Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
 Otot tengkuk mengalami penyusutan
 Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

2.Homo Wajakensis
Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di desa
Wajak( Tulung Agung) Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tulang
tengkorak, rahang atas dan rahang bawah tulang pah dan tulang kering. Homo
Wajakensis golongan homo Sapiens kelompok manusia purba maju dan
terakhir. Dan ini membuktikan bahwa Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu
sudah didiami manusia sejenis Homo Sapiens.
Ciri-ciri homo wajakensis :
 Berbadan tegap
 Mukanya tidak terlalu menonjol ke depan.
 Hidung lebar dan bagian mulutnya menonjol
 Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus.
 Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur
kening yang nyata
 Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di
tengah-tengah atap tengkoraknya dari muka ke belakang
 Tingginya sekitar 180 cm
 Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 1000-2000 cc
dengan rata-rata 1350-1450 cc.
 Tinggi badang antara 130-210 cm, berat badan antara 30-
150 kg.
 Hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu
 Mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang yang masih
sederhana.

Kebudayaan Homo Sapiens


Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari
batu dan zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman
Batu. Zaman batu terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan
Zaman Batu Baru (Neolithikum).
Zaman batu tua berlangsung antara 300 ribu tahun sebelum masehi
sampai 35 ribu tahun sebelum masehi, yaitu dalam masa 2.650 abad lamanya.
Meskipun manusia yang hidup dan berkebudayaan Batu Tua dan berkembang
dalam masa 2.650 abad itu, kebudayaannya masih rendah, akan tetapi mereka
termasuk dalam jenis Homo Sapiens (manusia berbudaya) untuk membedakan
dari makhluk-makhluk masa sebelumnya.
Zaman batu baru. Secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama
kebudayaan homo sapiens berangsur-angsur meningkat. Homo sapiens dapat
membelah dan mengasah batu, kemudian membentuk batu itu menjadi perkakas
disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak, ujung tombak, mata panah dan
lain sebagainya. Secara perlahan-lahan pula kebudayaan Batu Baru menyebar
ke daerah-daerah yang beriklim hangat di dunia.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia
purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah
yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia
purba karena adanya fosil dan artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari
zamannya yaitu zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman neolitikum,
zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman
perunggu dan zaman besi. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di
wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh
besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan
tegak.
Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan
manusia prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya
yang bersifat spiritual dan bersifat material; segi kepercayaan ada dinamisme
dan animisme; pola kehidupan manusia prasejarah adalah bersifat nomaden
(hidup berpindah-pindah dan bersifat permanen (menetap); sistem bercocok
tanam/pertanian; pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi food
producing.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh
yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti
manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya
mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2
yaitu:
1. Homo Soloensis
2. Homo Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu
dan zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu.
Zaman batu terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan
Zaman Batu Baru (Neolithikum).

Saran
a. Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari
makalah ini dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan
tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.
b. Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang
lebih relevan sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna
menciptakan karya tulis yang lebih bermanfaat mengenai
kehidupan manusia homo sapiens pada zaman dahulu.
c.
d.

Anda mungkin juga menyukai