Anda di halaman 1dari 25

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

TINEA KAPITIS ET CRURIS DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

PENYUSUN

Fified Fajar Ramanda, S.Ked

J510195039

PEMBIMBING

dr. Eddy Tjiahyono., Sp. KK

PRODI PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS

CASE REPORT

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Tinea Kapitis et Cruris dengan Diabetes Melitus Tipe 2

Penyusun : Fified Fajar Ramanda, S.Ked (J510195039)

Pembimbing : dr. Eddy Tjiahyono, Sp. KK

Magetan, 1 November 2019

Menyetujui, Penyusun

Pembimbing

dr. Eddy Tjiahyono, Sp. KK Fified Fajar Ramanda, S.Ked

Mengetahui,

Kepala Program Studi Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran UMS

dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD


Tinea Kapitis et Cruris dengan Diabetes Melitus Tipe 2

I. Identitas

Nama : Ny. S

Tgl Lahir : 14 Maret 1965

Umur : 54 Tahun

BB & TB : 48 Kg & 150 cm

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SLTA

Agama : Islam

Alamat : Patalan, Rt 01 Rw 01

Status Perkawinan: Kawin

MRS : 15 Oktober 2019

Tgl Periksa : 21 Oktober 2019

II. Anamnesis
Keluhan Utama :
- Gatal-gatal
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh gatal-gatal di daerah perut bawah, selangkangan, dan paha.
Keluhan dialami pasien sudah sejak 1 tahun yang lalu. Awal gatal dikeluhkan
timbul didaerah paha, kemudian menyebar ke daerah selangkangan dan perut
bagian bawah sampai lengan atas . Gatal dirasa hilang timbul, makin gatal jika
sedang berkeringat,sudah sering berobat ke dokter puskesmas, tetapi belum
kunjung membaik. Keluhan gatal dirasa makin berat pada 1 bulan terakhir ini
dan gatal makin meluas. Pasien juga menderita diabetes melitus tipe 2 sudah 4
bulan ini tetapi kadar gula tidak terkontrol. Keluhan lain seperti demam,
nyeri,panas tidak ditemukan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit serupa : Pernah menderita, sudah diobati namun
keluhan muncul lagi
- Riwayat penyakit lain : DM (+), HT (+), Jantung (-)
Riwayat Penyakit Keluarga dan Pohon Keluarga :
- Riwayat penyakit serupa : Disangkal
- Riwayat penyakit lain : HT (-), DM (-), Jantung (-)
- Pohon Keluarga :
- Pohon Keluarga
-
I-
-
II-

III-

Riwayat Sosial Ekonomi


- Pasien mengaku bekerja sebagai petani dengan penghasilan cukup
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
- Semenjak terkena diabetes melitus pasien sudah berhenti bekerja.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan

- Pasien mengaku tidak merokok


- Pasien mengaku biasa mandi 1x sehari
- Pasien mengaku pemakaian handuk dirumah tidak bersamaan
- Pasien mengaku tidak memelihara hewan
- Pasien mengaku tidak ada riwayat penggunaan obat steroid jangka panjang
- Pasien mengaku lingkungan didalam dan disekitar rumah masih tergolong
bersih
III. Pemeriksaan Fisik
 Status Present:
- Keadaan umum : tampak baik
- Kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6
- Tanda vital :
o Tekanan darah: 130/90 mmHg
o Nadi: 97 x/menit
o Respirasi : 20 x/menit
o Suhu: 37,00C
 Status Gizi
- BB : 48 kg, TB : 150cm
- IMT : 21,3 = Normal
 Status Dermatologi:
o Lokasi : Tersebar regional ditubuh bagian selangkangan sampai
paha kanan dan kiri, lengan atas sampai ketiak kanan dan kiri dan
perut bagian bawah.
o UKK : Lesi makula eritem berbatas tegas, hiperpigmentasi, tepi
aktif, central healing.
IV. Pemeriksaan Penunjang
 Lab :
DL
WBC :5,38 MCV : 92,1 HCT :29,0- LYMP% : 17,1-
MCH :31,4 RBC :3,15- PLT :192
MCHC:34,1 HGB :9,9- EO% : 6,1 +
 GDS
170 mg/dl
V. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis : Tinea kruris et korporis dengan diabetes melitus
Diagnosis Banding : Tinea aksilaris
VI. Tatalaksana
- Ketokonazol 1 x 200 mg
- Ketokonazol Spray 2% 2x/hari
- Loratadin 1 x 10 mg
- KIE

o Jaga kebersihan kulit : selalu pastikan kulit kering sebelum


menggunakan pakaian bersih
o Ganti pakaian minimal 1 kali sehari
o Jangan meminjam atau meminjamkan pakaian lembab atau basah,
peralatan olahraga, dan handuk yang belum dicuci pada orang lain.
o Mandi minimal 2x sehari
o Kontrol gula darah
DASAR TEORI

DERMATOFITOSIS

 Definisi
Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Jamur ini menginvasi seluruh lapisan stratum korneum dan
menghasilkan gejala melalui respon imun penjamu.
 Sinonim
Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata
 Etiologi
Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis.
Golongan jamur ini memiliki sifat mencernakan keratin (keratinofilik).
Dermatofita dibagi dalam 3 genus yaitu : Microsporum,Tricophyton, dan
epidermophyton. Untuk kepentingan klinis dan epidemiologis, dermatofita
yang menginfeksi manusia dibagi berdasarkan tempat hidupnya, yaitu geofilik
untuk jamur yang berasal dari tanah, zoofilik untuk jamur yang berasal dari
hewan, dan antropofilik untuk jamur yang berasal dari manusia.
 Klasifikasi
 Epidemiologi
Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor epidemiologi yang
penting, di mana prevalensi infeksi dermatofit pada laki-laki lima kali lebih
banyak dari wanita. Namun demikian tinea kapitis karena T.tonsurans lebih
sering pada wanita dewasa dibandingkan laki-laki dewasa, dan lebih sering
terjadi pada anak-anak Afrika Amerika. Hal ini terjadi karena adanya
pengaruh kebersihan perorangan, lingkungan yang kumuh dan padat serta
status sosial ekonomi dalam penyebaran infeksinya. Jamur penyebab tinea
kapitis ditemukan pada sisir, topi, sarung bantal, mainan anak-anak atau
bahkan kursi di gedung teater Perpi ndahan manusia dapat dengan cepat
memengaruhi penyebaran endemik dari jamur. Pemakaian bahan-bahan
material yang sifatnya oklusif, adanya trauma, dan pemanasan dapat
meningkatkan temperatur dan kelembaban kulit meningkatkan kejadian
infeksi tinea. Alas kaki yang tertutup, berjalan, adanya tekanan temperatur,
kebiasaan penggunaan pelembab, dan kaos kaki yang berkeringat
meningkatkan kejadian tinea pedis dan onikomikosis
 Patofisiologi
Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu:
perlekatan pada keratinosit, penetrasi melewati dan di antara sel, serta
pembentukan respon penjamu.
- Perlekatan Dermatofit Pada Keratinosit
Perlekatan artrokonidia pada jaringan keratin tercapai maksimal setelah 6
jam, dimediasi oleh serabut dinding terluar dermatofit yang memproduksi
keratinase (keratolitik) yang dapat menghidrolisis keratin dan memfasilitasi
pertumbuhan jamur ini di stratum korneum. Dermatofit juga melakukan
aktivitas proteolitik dan lipolitik dengan mengeluarkan serine proteinase
(urokinase dan aktivator plasminogen jaringan) yang menyebabkan
katabolisme proteinekstrasel dalam menginvasi pejamu. Proses ini
dipengaruhi oleh kedekatan dinding dari kedua sel, dan pengaruh sebum
antara artrospor dan korneosit yang dipermudah oleh adanya proses trauma
atau adanya lesi pada kulit. Tidak semua dermatofit melekat pada korneosit
karena tergantung pada jenis strainnya.
- Penetrasi Dermatofit Melewati Dan Di Antara Sel
Spora harus tumbuh dan menembus masuk stratum korneum dengan
kecepatan melebihi proses deskuamasi. Proses penetrasi menghasilkan
sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang menjadi nutrisi
bagi jamur. Diperlukan waktu 4–6 jam untuk germinasi dan penetrasi ke
stratum korneum setelah spora melekat pada keratin. Dalam upaya bertahan
dalam menghadapi pertahanan imun yang terbentuk tersebut, jamur
patogen menggunakan beberapa cara:
1)Penyamaran, antara lain dengan membentuk kapsul polisakarida yang
tebal, memicu pertumbuhan filamen hifa, sehinggga glucan yang terdapat
pada dinding sel jamur tidak terpapar oleh dectin-1,dan dengan membentuk
biofilamen, suatu polimer ekstra sel, sehingga jamur dapat bertahan
terhadap fagositosis.
2)Pengendalian , dengan sengaja mengaktifkan mekanisme penghambatan
imun pejamu atau secara aktif mengendalikan respons imun mengarah
kepada tipe pertahanan yang tidak efektif, contohnya Adhesin pada dinding
sel jamur berikatan dengan CD14 dan komplemen C3 (CR3,MAC1) pada
dinding makrofag yang berakibat aktivasi makrofag akan terhambat.
3)Penyerangan, dengan memproduksi molekul yang secara langsung
merusak atau memasuki pertahanan imun spesifik dengan mensekresi
toksin atau protease. Jamur mensintesa katalase dan superoksid dismutase,
mensekresi protease yang dapat menurunkan barrier jaringan sehingga
memudahkan proses invasi oleh jamur, dan memproduksi siderospore
(suatu molekul penangkap zat besi yang dapat larut ) yang digunakan untuk
menangkap zat besi untuk kehidupan aerobik. Kemampuan spesies
dermatofit menginvasi stratum korneum bervariasi dan dipengaruhi oleh
daya tahan pejamu yang dapat membatasi kemampuan dermatofit dalam
melakukan penetrasi pada stratum korneum
- Respons Imun Pejamu
Terdiri dari dua mekanisme, yaitu imunitas alami yang memberikan
respons cepat dan imunitas adaptif yang memberikan respons lambat. Pada
kondisi individu dengan sistem imun yang lemah (immunocompromized ),
cenderung mengalami dermatofitosis yang berat atau menetap. Pemakaian
kemoterapi, obat-obatan transplantasi dan steroid membawa dapat meni
ngkatkan kemungkinan terinfeksi oleh dermatofit non patogenik.
o Mekanisme Pertahanan Non Spesifik
Pertahanan non spesifik atau juga dikenal sebagai pertahanan alami terdiri
dari:
1. Struktur, keratinisasi, dan proliferasi epidermis, bertindak sebagai barrier
terhadap masuknya dermatofit. Stratum korneum secara kontinyu
diperbarui dengan keratinisasi sel epidermis sehingga dapat menyingkirkan
dermatofit yang menginfeksinya. Proliferasi epidermis menjadi benteng
pertahanan terhadap dermatofitosis, termasuk proses keradangan sebagai
bentuk proliferasi akibat reaksi imun yang dimediasi sel T.
2. Adanya akumulasi netrofil di epidermis, secarammakroskopi berupa
pustul, secara mikroskopis berupa mikroabses epidermis yang terdiri dari
kumpulan netrofil di epidermis, dapat menghambat pertumbuhan
dermatofit melalui mekanisme oksidatif.
3. Adanya substansi anti jamur, antara lain unsaturated transferrin dan
alpha 2-makroglobulin keratinase inhibitor dapat melawan invasi
dermatofit.

o Mekanisme Pertahanan Spesifik


Lokasi infeksi dermatofit yang superfisial tetap dapat membangkitkan baik
imunitas humoral maupun cell-mediated immunity (CMI). Pembentukan
CMI yang berkorelasi dengan Delayed Type Hypersensitivity
(DTH)biasanya berhubungan dengan penyembuhan klinis dan
pembentukan stratum korneum pada bagian yang terinfeksi. Kekurangan
CMI dapat mencegah suatu respon efektif sehingga berpeluang menjadi
infeksi dermatofit kronis atau berulang. Respons imun spesifik ini
melibatkan antigen dermatofit dan CMI.
o Antigen Dermatofit
Dermatofit memiliki banyak antigen yang tidak spesifik menunjukkan
spesies tertentu. Dua kelas utama antigen dermatofit adalah: glikopeptida
dan keratinase, di mana bagian protein dari glikopeptida menstimulasi
CMI, dan bagian polisakarida dari glikopeptida menstimulasi imunitas
humoral. Antibodi menghambat stimulasi aktivitas proteolitik yang
disebabkan oleh keratinase, yang dapat memberikan respons DTH yang
kuat.
 Manifestasi Klinis
1. Tinea Capitis (ringworm of the scalp)
Infeksi dermatofit pada kepala,alis, dan bulu mata. Umumnya terjadi pada
anak-anak.
- Infeksi Ektothrik: Miselium menjadi arthrokonidia disekitar batang
rambut/bawah kutikula dan destruksi kutikula.
Ada 2 bentuk :
a. Grey Patch (antropofilik: M. ferrugineum)
Berskuama disertai radang ringan, gatal ringan/sangat, rambut
keabu-abuan, kusut, rapuh terpotong beberapa milimeter diatas
kepala --> Alopesia, lampu Wood (+) hiaju terang.
b. Kerion (Zoofilik)
- Karena M. canis
Keradangan berat, lampu Wood(+), hijau terang.
- Karena T. mentagrophytes dan T.verrucosum
Kerion celsi (+), nyeri, rambut mudah putus, lampu wood (-)

- Infeksi endothrik: Miselium menjadi arthrokonidia didalam batang


rambut, selalu antropofilik (T.violaceum), lesi multipel, banyak,
terpencar, tidak semua rambut di lesi terkena --> alopesi,
Black dot: rambut putus tepat di orifisium folikel rambut, bisa sampai
dewasa, lampu wood (-)

dewasa, lampu wood (-).


- Favus
Penyebab utama Trichophyton schoenleinii. Dimulai dikepala sebagai
titik kecil dibawah kulit yang berwarna merah kuning dan berubah
menjadi kusta berbentuk cawan (skutula).
Krusta ditembus oleh atau dau rambut dan bila krusta diangkat akan
terlihat dasar yang cekung merah dan basah. Rambut tidak berkilat dan
akhirnya terlepas. Biasanya tercium bau seperti tikus (mousy odor)

2. Tinea Korporis
Infeksi dermatofit pada kulit halus (glabrous skin). Etiologi tersering
adalah T. rubrum , etiologi lainnya M.canis, T.tonsurans . Kelainan kulit
berupa lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas, makula eritem, tepi
polisiklik, aktif (meninggi, ada papul, vesikula, meluas), sembuh ditengah
(central healing) tertutup skuama. 2 bentuk tersering : bentuk annular dan
bentuk iris.
- Tinea Imbrikata
Bentuk tinea korporis karena T.concentricum dan terdapatnya terbatas
didaerah tertentu (pulau Pasifik, Asia Tenggara, Amerika tengah dan
selatan). Khas : polisiklik, makula papulo skuamos, tersusun cincin
yang konsentris, meluas ke seluruh badan, stratum korneum terlepas,
dan tepi bebasnya menghadap tengah. Kepekaan T.cpncentricum
dipengaruhi gen autosomal resesif.
3. Tinea Kruris
Infeksi dermatofir pada selah paha, perinium dan daerah perianal, dapat
meluas ke daerah gluteus dan pubis. Penyebab tersering T.rubrum dan
T.efloccosum, efloresensi bilateral tetapi tidak simetris,polimorfik, lesi
terbatas tegas, peradangan pada tepi lebih nyata dari pada tengahnya,
bersifat akut atau menahun.
4. Tinea Unguium
Invasi dermatofit ke lempeng kuku
Gejala khususnya :
- Distal Lateral Subungual Onychomycosis (DLSO)
Tersering. Tampak diskromia unguium (perubahan warna kuku),
onikolisis (lepasnya lempeng kuku) dan subungual
hiperkeratosis/debris.
- Superficial White Onychomycosis (SWO)=Leuconychia Mycotika
Biasanya pada kuku kaki, permukaan lempeng kuku ada bercak batas
tegas, pulau-pulau opak, putih (bila lama berwarna kuning), permukaan
menjadi kasar lunak seperti kapur dan mudah dikerok. Pada pasien
AIDS terdapat dikuku tangan
- Proximal Subungual Onychomycosis
Gejala klinis pada proximal kuku. Banyak diderita penderita AIDS,
penerima transplantasi organ, penyakit jaringan ikat.
5. Tinea Manus
Merupakan dermatofitosis pada tangan. Disebabkan oleh T.rubrum
(tersering), T.interdigitale, E.floccosum. Biasanya unilateral pada tangan
yang dominan. Pasien mengeluh gatal, gambaran lesi : Patch disertai
skuama dengan batas tegas, hiperkeratosis, fissura pada palmar, central
clearing (lesi berkurang pada bagian tengah).
6. Tinea Pedis
Dermatofitosis pada kaki, terutama sela-sela jari dan telapak kaki.
Disebabkan T.rubrum, T.interdigitale, E.floccosum. Onset antara 20-50
tahun. Faktor predisposisi panas , lembab, penggunaan alas kaki tertutup,
hiperhidrosis.
Tipe-tipe :
a) Tipe Interdigitalis
- Merupakan tipe yang paling sering dilihat
- Skuama eritem, dan maserasi pada daerah interdigital atau
subdigital diantara jari 3-4 atau diantara jari 3-5
- 2 tipe : Dry dan Macerate

b) Moccasin Foot (chronic Hiperkeratotic)


- Kulit merah muda tertutup skuama putih keperakan, bilateral,
brcak-bercak. Ditepi kadang terdapat papul dan kadang-kadang
vesikel.
c) Tipe Subakut
- Terlihat vesikel, vesiko pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan
ini bisa dimulai dari sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki.
- Vesikel isi cairan jernih kental
- Vesikel pecah membentuk suatu sisik berbentuk lingkaran yang
disebut koleret.

d) Bentuk Ulseratif Akut


- Proses eksematoid vesikopustula dan penyebaran cepat, disertai
infeksi sekunder. Temuan klinis yang didapat adalah vesikopustula
dan ulserasi purulen pada telapak kaki. Sering juga ditemukan
sellulitis, limfangitis, limfadenopati, dan demam.
7. Tinea Barbae
Sering disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T. verrucosum.
2 tipe Tinea barbae : superficial dan inflamatorik
Gambaran klinis : gatal, nyeri, papul eritematosa, atau pustul yang
tengahnnya terdapat folikel rambut, kadang terlihat krusta atau eksudasi,
rambut mudah rontok, pada inflamatorik gambaran mirip kerion.
8. Tinea Facialis
Paling banyak menyerang anak-anak. T.rubrum paling banyak
menyebabkan tinea facialis.
Lesi kulit sirkumskripta, makula, plak berbagai macam ukuran, awal
warna merah muda menjadi merah.

 Diagnosis
- Anamnesis dan gejala klinis khas
- Laboratorium :
o Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20 % atau dapat ditambah
tinta parker, ditemukan :
 Hifa yaitu double counture (dua garis lurus sejajar dan
transparan) dikotomi (bercabang dua) dan bersepta.
 Artrokonidia yaitu deretan spora diujung hifa.
 KOH (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila klinis
menyokong
o Kultur
Dengan media :
Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) + Kloramphenikol +
Sikloheksimid (Actidion) : Mycobiotic-Mycosel, tumbuh rata-rata
10-14 hari
o Pemeriksaan lampu wood
Pada pemeriksaan tinea kapitis
 Flouresensi positif : warna hijau terang --> spesies
Microsporum
 Flouresensi negatif : Karna spesies Trichophyton atau
memang bukan karena Tinea Capitis.
 Tinea favosa memberikan warna hijau tua
 Penatalaksanaan
Dikutip dari Fitzpatrick Dermatology in General Medicine 8th edition hal
2294
Penyakit Terapi Topikal Terapi Sistemik
Hanya sebagai adjuvan Dewasa
Tinea Kapitis
- Selinium Sulfida - Griseofulvin 20-
1% atau 2.5% 25 mg/kgbb/hari
- Zink pyrithione (6-8 minggu)
1% atau 2% - Terbinafine 250
- Povidone Iodine mg/hari (2-8
2.5% minggu)
- Ketokonazole 2% - Itrakonazol 5
mg/kgbb/hari (2-4
minggu)
- Flukonazol 6
mg/kgbb/hari (3
minggu)

Anak

- Terbinafin 3-6
mg/Kgbb/hari (2-
8 minggu). Terapi
lainnya sama.

Hanya sebagai adjuvan - Griseofulvin,


Anti jamur topikal 1gr/hr (6-8
minggu)
- Terbinafine 250
mg/hari (2-4
minggu)
Tinea Barbae
- Itrakonazol 200
mg/hari (2-4
minggu)
- Flukonazol 200
mg (4-6 minggu)
Dewasa

- Terbinafin 250
mg/hari (2-4
minggu)
- Itrakonazol 100
mg/hari (2-4
minggu)
- Flukonazol 200
mg (4-6 minggu)

Allylamines - Griseofulvin 500

Imidazole mg/hari (2-4


Tinea Corporis/Tinea
Tolfanaftate minggu)
Cruris
Butanafine
Anak
Ciclopirox

- Terbinafin 3-6
mg/Kgbb/hari (2-
8 minggu).
- Itrakonazol 5
mg/kgbb/hari (1
minggu)
- Griseofulvin 10-
20 mg/Kgbb/hari
(2-4 minggu)

Allylamines Dewasa
Imidazole - Terbinafine 250
Tolfanaftate mg/hari (2-4
Tinea Pedis/Manum
Butanafine minggu)
Ciclopirox - Itrakonazol 200
Undercenoic Acid mg. 2xsehari (1
minggu)
- Flukonazol 150
mg/minggu (3-4
minggu)

Anak

- Terbinafin 3-6
mg/Kgbb/hari (2
minggu)
- Itrakonazol
5mg/KgBB/hari
(2 minggu)

Onikomikosis Ciclopirox Dewasa


Amorofine - Terbinafine 250
mg/hari (2-4
minggu)
- Itrakonazol 200
mg. 2xsehari (2-3
bulan)
- Flukonazol 150
mg/minggu (3-12
bulan)

Anak

- Terbinafin 3-6
mg/Kgbb/hari (6-
12 minggu)
- Itrakonazol
5mg/KgBB/hari
(2-3 bulan)
- Flukonazol 6
mg/kgbb/minggu
(3-6 bulan)
 Daftar Pustaka
- Buku Ajar Ilmu Kulit Kelamin Edisi 7,Cetakan Pertama.Tahun 2015.
Penerbit : Badan Penerbit FK UI.
- Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology Seventh
Edition.Tahun 2013.Penerbit:Mc Graw Hill.
- Atlas Penyakit Kulit Kelamin FK Unair/RSUD Dr.Soetomo Surabaya Edisi
2.

Anda mungkin juga menyukai