Anda di halaman 1dari 5

Nama : MARNITA LASE

NPM : 170910309

Kode Kelas : 172-UM311-T2

SOAL:

Menurut anda apa yang mendasari terjadinya perubahan bahasa dari zaman ke zaman?

Jawab:

Perubahan bahasa pada dasarnya tidak dapat diamati dan diobservasi dengan jelas.
Hal ini dikarenakan perubahan menjadi sifat hakiki bahasa. Bahasa bisa berubah dalam waktu
yang relatif lama atau proses yang panjang, sedangkan manusia yang mengamati memiliki
waktu terbatas untuk hidup. Jadi, bukti perubahan hanya dapat diobservasi jika manusia
pemakai bahasa di masa lalu memiliki tradisi tulis dan mempunyai dokumen-dokumen
tentang bahasa yang mereka gunakan.

Perubahan bahasa (Bahasa Inggris: language change) adalah proses perubahan yang terjadi
dalam elemen kebahasaan seiring berjalannya waktu. Perubahan bahasa merupakan sub disiplin ilmu
dari Linguistik Komparatif. Ilmu ini berbicara mengenai proses perkembangan bahasa dari awal mula
keberadaannya hingga kondisinya saat ini, serta mekanisme yang terlibat di dalamnya. Sifat dari
pengkajian perubahan bahasa adalah bergerak dari masa lampau ke masa kini.

Perubahan bahasa pada dasarnya adalah alami, normal, dan tak terhindarkan. Perubahan
bahasa lazim diartikan sebagai perubahan kaidah baik kaidah yang direvisi maupun kaidah yang
menghilang atau dapat pula muncul kaidah baru dalam tataran linguistik : fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik maupun leksikon.

1. Perubahan Fonologi
Perubahan fenom atau perubahan bunyi dalam bahasa Indonesia dapat kita amati
berkat adanya dokumentasi tertulis. Sebelum diberlakukan EYD, fonem f, x, dan z belum
muncul dan belum dimasukkan dalam khasanah fonem bahasa Indonesia, yang dikenal justru
p dan z. Akan tetapi, dalam perkembangan bahasa Indonesia fonem-fonem tersebut dapat
berubah menjadi f dan z pada beberapa kata berbahasa Indonesia. Perubahan fonem p
menjadi f dapat diamati pada kata napas yang kini dilafalkan nafas, pebruari dilapalkan
Februari, dan kata yang dulunya berfonem s kini ada yang berubah menjadi z misalnya kata
lasim menjadi lazim, lesat menjadi lezat.

Perubahan fonologi dalam baasa Indonesia juga berupa penambahan fonem. Bahasa
Indonesia mulanya belum mengenal fonem f akhirnya mengenal fonem tersebut akibat
penyerapan kata seperti kata fakir yang berasal dari bahasa Arab, fonem kh seperti khusus,
akhir yang juga berasal dari bahsa arab, dan x pada kata taxi yang muncul akibat penyerapan
bahasa Inggris. Akibat dari perubahan fonem dan penambahan fonem dalam bahsa Indonesia,
pola silabel bahasa Indonesia juga mengalami perubahan yang dulunya hanya sebatas pola v,
vk, kv, kvk kini bertambah menjadi kkv, kkvk, kvkk, misalnya pola kkv pada kata khu-sus,
kha-wa-tir, mu-sya-wa-rah, pola kkvk pada kata prak-tik, tran-smig-ra-si dan pola kvkk pada
kata makh-luk, masy-hur.

2. Perubahan Morfologi
Perubahan bahasa bukan hanya dialami dalam bidang fonologi. Perubahan juga dapat
diamati dalam bidang morfologi, yakni pada proses pembentukan kata. Hal ini terlihat pada
proses penalasan pembentukan prefiks me- dan pe-. Apabila kedua prefiks tersebut dibubuhi
pada kata yang dimulai dengan konsonan l, r, w, y tidak akan terjadi penasalan, seperti kata
melupakan, pelupa, merasa, pewaris, meyakini. Itu artinya konsonan-konsonan tersebut tidak
luluh dan tidak berubah bunyi.

Jika prefiks me- dan pe- diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan b dan
maka diberi nasal m, misalnya membuat, pembaca, konsonan p menjadi luluh dan berubah
menjadi m. Misalnya memupuk, memomulerkan. Adapun konsonan s luluh dan diberi nasal
ny seperti kata menyapu, menyalin. Konsonan k juga akan luluh dan diberi nasal ng seperti
kata mengoreksi, pengoleksi. Begitu pula denga konsonan g, h tetapi tidak luluh namun tetap
diberi nasal ng seperti kata penggandaan menghadirkan, sedangkan konsonan t akan luluh
dan diberi nasal n seperti kata peneror, meneror.

3. Perubahan Sintaksis

Chaer dan Leonie (2004 : 138)nmenyebutkan perubahan kaidah sintaksis dalam


bahasa Indonesia juga dapat kita amati dengan logis, contohnya saja pada kalimat aktif
transitif. Menurut kaidah sintaksis, sebuah kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat transitif
haruslah diikuti oleh objek atau dapat dikatakan pula harus memiliki objek. Akan tetapi,
dewasa ini banyak pula kalimat aktif transitif yang tidak menggunakan objek seperti:
“Masliana melaporkan di tempat kejadian”.

Kalimat diatas biasanya dipakai oleh pencari berita atau reporter berita yang
menayangan berita langsung dari tempat kejadian.

Kabar itu sangat menggembirakan.

Adik sedang bermain di ruang tengah.

Ananda belajar menulis dan berhitung sejak duduk d bangku kelas 1 SD.

Kakek sudah makan, tetapi belum minum.

Aku berjalan di trotoar.

Perlu diketahui, defenisi sederhana dari kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan,
sedangkan objeknya “menderita” atau dikenai pekerjaan. Ciri lain yang memudahkan kita
untuk menetukan kalimat aktif, yaitu predikat pada kaliamat aktif berawalan me- atau ber-.

Seperti yang dipaparkan di atas, kalimat aktif trasitif adalah kaliamt aktif yang
predikatnya memerlukan objek. Paino (2007 :246) mengemukakan jika tidak mendapatkan
objek, kaliamat aktif transitif akan memiliki makna yang tidak jelas. Melihat contoh di atas
aturan kalimat aktif transitif harus memiliki objek tidaklah berlaku karena walaupun kalimat
tidak dibubuhi objek, kaliamat-kalimat tersebut masih jelas dan logis maknanya.

4. Perubahan Kosakata
Perubahan kosakata dapat diartikan sebagai pertambahan kosakata baru, hilangnya
kosakata lama, dan berubahnya makna kata. Perubahan kosakata inilah yang paling mudah
untuk diamati. Ini terbukti dari semakin banyaknya jumlah kosakata pada kamus besar bahasa
indonesia disetiap penerbitannya. Dibawah ini ada beberapa faktor perubahan kosakata dalam
suatu bahasa, di antaranya:

1) Penyerapan bahasa asing dan bahasa daerah


Penyerapan bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa nusantara menjadi salah satu
faktor bertambahnya kosakata baru dalam bahasa Indonesia. Proses penyerapan atau
peminjaman ini ada yang dilakukan secara lansung dari bahasa sumbernya, adapula melalui
bahasa lain. Kata kasus dalam bahasa Indonesia merupakan contoh serapan dari bahsa latin,
kata sastra, sabda, panca, juga merupakan contoh serapan langsung dari bahasa sansekerta.
Kata algebra pada bahasa Prancis merupakan pinjaman dari bahasa Spanyol yang menyerap
pula dari bahsa Arab. Pada bahasa Indonesia kata sistem merupakan pinjaman dari bahasa
Belanda yaitu systeem yang menyerap pula dari bahsa inggris system.
2) Proses penciptaan kosakata baru
Selain menyerap dan meminjam dari bahsa lain, perubahan kosakata juga dapat
dilakukan dengan proses penciptaan. Misalnya pada kata kleenex dibentuk dalam bahasa
Inggris dibentuk dari kata clean, kata jell-O dari kata jell. Dalam bahasa Indonesia pena
dibentuk dari kata pen yang berasal dari bahasa Inggris.
3) Pemberian nama produk atau merek dagang
Pemberian nama produk atau merek dagang seperti: kodak untuk sebutan kamera,
honda untuk sebutan motor, rinso untuk untuk sebutan sabun cuci pakaian juga memberikan
kontribusi terhadap kosakata bahasa Indonesia.
4) Pemendekan kata dan akronim

Pemendekan kata juga merupakan bagian dari perubahan kosakata, contohnya TV


untuk televisi, prof untuk profesor, com untuk sebutan email di komputer. Disamping proses
pemendekan, pembentukan akronim juga berkontribusi terhadap perubahan kosakata, seperti
ABRI, NASA, UNESCO, SARA dan masih banyak contoh lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.

5) Penggabungan kata atau kata majemuk

Penggabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru dan berbeda dengan
makna kata yang semula, juga banyak digunakan untuk menciptakan kata-kata baru dalam
bahasa Indonesia, seperti kata matahari, saputangan, mahasiswa, meja hijau, kaki lima, dll.

6) Penyingkatan gabugan kata.


Ada beberapa kata baru tercipta melalui proses penggabungan beberapa kata
kemudian disingkat kembali. Contoh: karimata (kaliamantan dan sumatera) Denbar
(Denpasar Barat).
5. Perubahan Semantik

Perubahan semantik secara umum berupa perubahan pada makana butir-butir leksikal
yang mungkin saja berubah total, meluas atau bisa pula menyempit.
Perubahan semantik secara total adalah kata terdahulu jauh berubah dan berbeda arti
dengan makana sekarang, contohnya kaa pena dahulu bermakna bulu angsa asekarang berati
alat tulis tinta, ceramah dulu bermakana cerewet serang berati uraian suatu bidang ilmu.
Perubahan semantik secara meluas berati kata yang memeiliki satu makana kini
memiliki lebih dari satu makna, seperti kata saudara dahulu hanya bearti orang yang lahir dari
rahim ibu yang sama, kini meluas menjadi kata ganit orang seperti “kamu” dan “anda”. Kata
kepala yang dulu berarti bagian tubuh paling atas, kini bisa pula bearti pemimpin.
Perubahan makna menyempit berarti kata pada mulanya memiliki makna yang luas,
kini menyempit makana, seperti kata sarjana dalam bahasa Indonesia bermakna orang-orang
pandai tidak hanya dinilai dari tingkat pendidikan, sedangkan serang sarjana bermakana
orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi. Sma halnya dengan kata ahli pada mulanya
bermakna orang yang termasuk dalam satu golongan, kini bermakna orang pandai dalam satu
bidang.

Anda mungkin juga menyukai