Oleh :
RIZKA MUTMAINNAH
P1337420919012
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Indonesia menyatakan
bahwa, 90% penyebab terjadinya kecelakaan di Indonesia disebabkan oleh
faktor lalai, yaitu mengantuk, sakit, tidak sabar, dan tidak menghargai
pengguna jalan lain saat berkendara. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan
oleh Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2010 jumlah kematian yang
diakibatkan oleh kecelakaan mencapai 31.234 jiwa. Hasil analisis data
kecelakaan tahun 2010 oleh Kepolisian menunjukkan bahwa kecelakaan lalu
lintas jalan di Indonesia telah mengakibatkan sekitar 86 orang meninggal
setiap harinya dan 67% korban tewas berada pada masa produktif 22 sampai
50 tahun. Kepolisian Daerah Jawa Tengah mencatat korban tewas akibat
kecelakaan lalu lintas di Jawa Tengah selama tahun 2010 mencapai 4.660
jiwa. Sedangkan selama Januari hingga April 2012 jumlah korban tewas
akibat kecelakaan lalu lintas di provinsi ini mencapai 1.071 jiwa.
Kecelakaan itu menimbulkan cedera baik ringan atau berat dan dapat
mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Salah satunya adalah fraktur.
Fraktur atau patah tulang menurut Sjamsuhidajat (2005) adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi) adalah sebuah prosedur bedah
medis, yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur
tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal
mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau
memfasilitasi penyembuhan. (Brunner&Suddart, 2003)
ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan tehnik
pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau
protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan. (Depkes,1995)
B. Web Of Causation
Terlampir
BAB II
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Klien/Pasien
a. Tanggal Pengkajian : 29 September 2019
b. Tanggal masuk : 19 Oktober 2019
c. Ruangan : Anak Lt. Dasar
d. Identitas
Nama : An. R
Tgl lahir/umur : 4 Juni 2015/4 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Diagnosa medis : Fraktur inkomplit pada ramus superior os pubis kanan
dan ilium kiri
Penanggung jawab : Ny.R
2. Orangtua / Penanggung jawab
Ibu
a. Nama : Ny. R
b. Umur : 38 tahun
c. Hub. Dengan klien : Ibu
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : IRT
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Alamat : bungo wedung, Demak
i. No.telp :-
Ayah
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 39 tahun
c. Hub. Dengan klien : Ayah
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Petani
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Alamat : bungo wedung, Demak
i. No.telp :-
>= 13 tahun 1
Diagnosisi lainnya
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatsan 3 1
lainnya 2
Lupa akan adanya 1
keterbatasan
Orientasi baik terhadap diri
sendiri
Faktor lingkungan Riwayat jatuh/bayi diletakan 4 2
di tempat tidur dewasa 3
Pasien menggunakan alat
bantu/bayi diletakan dalam 2
tempat tidur bayi/perabot 1
rumah
Pasien diletakan pada tempat
tidur
Area diluar rumah sakit
Respon terhadap Dalam 24 jam 3 1
pembedahan/sedasi/ Dalam 48 jam 2
anastesi >48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anestes
Penggunaan Penggunaan multiple: 3 1
medikamentosa sedative, obat hipnosis,
barbiturate, fenotiazi, 2
antidepresan, pencahar, 1
diuretik, narkose
Penggunaan salah satu obat
diatas
Penggunaan medikasi
lainnya/tidak ada medikasi
Jumlah 13 (Risiko
Tinggi )
Keterangan :
Skor assessment resiko jatuh : (skor minimum 7, skor maksimum 23)
Skor 7-11 : Resiko rendah
Skor ≥12 : Resiko tinggi
7. Psikososial anak dan keluarga
a. Respon hospitalisasi (rewel, tenang)
An. R kadang tenang dan kadang gelisah selama menjalani perawatan di
rumah sakit karena sakit yang dirasakan klien saat ini.
b. Kecemasan (anak dan orang tua)
Ibu An. R merasakan cemas karena penyakit yang dialami oleh anaknya
kemudian bertanya kepada perawat dan dokter mengenai bagaimana
melakukan tindakan yang baik untuk penyembuhan pada klien, kemudian
klien juga cemas dan mengatakan kepada perawat bahwa kapan dirinya
sembuh dan bisa pulang kembali kerumah.
c. Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
Ibu An. R mengatakan jika ada masalah yang terjadi pada salah satu
anggota keluarganya terutama menyangkut anaknya selalu dibicarakan
bersama dengan suami.
d. Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
Orang tua An. R belum memahami penyakit anaknya
e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya yaitu setiap hari An. R
dijaga oleh ibu dan bapaknya nya di rumah sakit.
f. Konsep diri
Body image : tidak dapat terkaji
Identitas diri : tidak dapat terkaji
Harga diri : tidak dapatt terkaji
Peran diri : An. R masih berusia 4 tahun 4 bulan
Ideal diri : tidak dapat terkaji
g. Spritual
Keluarga mengatakan sejak sakit An. R ingin shalat tetapi tidak kuat karena
badannya sakit semua dan merupakan anak yang rajin berdoa.
h. Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan
Tidak ada terapi lain selain terapi medis yang dilakukan untuk An. R.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 30 Agustus 2019 jam 05.33 WIB
HASIL
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,8 g/dL 11.50-14.80 L
Hematokrit 40,3 % 36-44 L
Eritrosit 4.84 10^6/uL 3.1-5.4
MCH 28.5 Pg 24.00-30.00
MCV 83.3 fL 77-95
MCHC 34.2 g/dL 2900-36.00
Leukosit 11.4 10^3/uL 5-13.5
Trombosit 221 10^3/uL 150-400 H
RDW 13,2 % 11.60-14.80
MPV 9.2 fL 4.00-11.00 H
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 139 mg/dL 80-160
Ureum 26 mg/dL 15-39 L
Kreatinin 0.2 mg/dL 0.60-1.30 L
Calcium 2.0 mmol/L 2.12-2.52
Elektrolit
Natrium 135 mmol/L 136-145
Kalium 3.8 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 100 mmol/L 98-107
b. Pemeriksaan MSCT abdomen dengan kontras
Klinis : GCS =14, trauma tumpul abdomen
Kesan :
- Tak tampak laserasi maupun hematom pada hepar, pankreas, lien kedua
ginjal, maupun vesica urinaria
- Multiple limfadenopati pada regio inguinalis kanan kiri (uk. Terbesar ±
1.11 x 0.62 cm; pada inguanil kiri)
- Infiltrat pada segmen 10 paru kanan dan 9 paru kiri
- Fraktur inkomplit pada ramus superior os pubis kanan dan ilium kiri
c. Pemeriksaan foto vetebra cervical ap-lateral
Klinis : curiga cidera servikal
Kesan :
- Tak tampak fraktur maupun listhesis pada X-foto cervikal
- Airway space baik
9. Terapi Obat
1. RL 12 tpm → IV
2. Ampicilin sulbactam 650 mg/8jam → IV
3. Paracetamol 500 mg/8jam → IV
4. Ketorlac 15 mg/8 jam → IV
5. Zinc syr 20 mg/24 jam → PO
6. Pct syr 12,5 mg/8 jam → PO
DAFTAR MASALAH
Masalah
No Tgl/Jam Data Fokus
Keperawatan
1. 28 Oktober DS : Nyeri akut b.d
2019 Keluarga pasien mengatakan bahwa agen cidera fisik
15.00 WIB An. R merengek kesakitan diseluruh
tubuh
DO :
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Hasil pengkajian nyeri :
P : keluarga klien mengatakan An. R
mengalami sakit didaerah pinggul
dan seluruh tubuh
Q : keluarga klien mengatakan nyeri
seperti dicengkeram
R : keluarga klien mengatakan nyeri
An. R seluruh tubuh
S : skala 4
T : hilang timbul 30 menit
- Hasil pemeriksaan TTV :
N : 110 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,2 oC
- Hasil msct abdomen: Fraktur
inkomplit pada ramus superior os
pubis kanan dan ilium kiri
2 28oktober 2019 DS: Gangguan
15.00 Keluarga pasien mengatakan bahwa mobilitas fisik b.d
An. R tidak dapat menggerakan kerusakan
badan dan daerah panggul muskuluskletal
DO:
- Hasil pemeriksaan TTV :
N : 110 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,2 oC
- Ekstremitas bawah : tidak ada
edema, turgor kembali kurang
dari 2 detik, CRT <2 detik, kaki
kanan dan kiri mampu pleksi
dan ekstensikan, klien tidak
mampu melakukan gerakan
abduksi, aduksi dan rotasi.
Kekuatan otot kanan 2 kiri 2
- Hasil msct abdomen: Fraktur
inkomplit pada ramus superior
os pubis kanan dan ilium kiri
RENCANA KEPERAWATAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
PEMBAHASAN
A. ANALISA KASUS
An. R usia 4 tahun dengan diagnosa medis Fraktur inkomplit pada ramus
superior os pubis kanan dan ilium kiri, dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum klien tampak terbaring di tempat tidur terpasang infus di tangan
kanan, Nadi: 110 x/menit, RR : 28 x/menit, Suhu : 36,2, Ekstremitas atas :
tidak ada edema, turgor kembali kurang dari 2 detik, kekuatan otot kanan kiri 2,
CRT <2 detik. Ekstremitas bawah : tidak ada edema, turgor kembali kurang dari
2 detik, CRT <2 detik, kaki kanan dan kiri mampu pleksi dan ekstensikan, klien
tidak mampu melakukan gerakan abduksi, aduksi dan rotasi. Kekuatan otot
kanan 2 kiri 2.
Awal nya kurang lebih 10 jam sebelum masuk rumah sakit saat klien
bersepeda tiba tiba pasien ditabrak oleh mobil pasien jatu, kemudian orangtua
klien membawa klien periksa ke RSUD di Demak. Di RSUD klien mendapat
perawatan selama beberapa jam, kemudian pasien dirujuk ke RSUP Dr.Kariadi
untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Klien tiba di IGD pada tanggal 10
Oktober 2019.
Peran perawat sangat penting untuk memberikan dukungan secara moral,
sosial maupun spiritual kepada pasien dan keluarga pasien. Terutama berdoa
merupakan teknik distraksi yang lebih tepat untuk anak usia prasekolah untuk
mengatasi nyeri yang dirasakan.
B. Analisa Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat diberikan pada An. R menurut NANDA NIC
NOC, yakni mengajarkan berdoa ketika anak merasa nyeri, melatih ambulasi.
Doa yang dimaksud adalah kebiasaan pasien An. R membaca ayat-
ayat suci sesuai keyakinannya yang sering dihafalkan. Doa adalah
permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan
suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Di kalangan awam,
doa muncul ketika mereka berada dalam keadaan cemas akan menuju sebuah
keadaan fana’ (kehancuran). Dengan berdoa akan memberikan kesadaran
sebagai hamba, kesadaran terhadap kehambaan dan kelemahan sebagai
manusia serta disadarkan akan gangguan kejiwaan atau penyakit yang
dialaminya (Izzat, 2011).
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas.
Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan
pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas
serta memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena
profunda/DVT), mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi,
mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi.
Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena jika
pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak
melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan
(Kozier, 2010).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdoa akan memberikan kesadaran sebagai hamba, kesadaran
terhadap kehambaan dan kelemahan sebagai manusia serta disadarkan akan
gangguan kejiwaan atau penyakit yang dialami. Kemudian ambulasi sangat
mendukung kekuatan otot pasien untuk memulai kegiatan seperti berjalan,
meningkatkan daya tahan dan fleksibelitas terutama pada pasien pascaoperasi.
B. Saran
Kami sebagai calon perawat profesional harus memahami cara
mengatasi berbagai masalah keperawatan, khususnya masalah terkait laporan
kasus mengenai gangguan rasa aman dan nyaman yaitu nyeri karena hal ini
sangat penting dan sangat mempengaruhi kesehatan klien serta meningkatkan
kualitas pelayanan pada klien.
DAFTAR PUSTAKA