Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. R DENGAN FRAKTUR INKOMPLIT PADA RAMUS


SUPERIOR OS PUBIS KANAN DAN ILIUM KIRI
DI RUANG ANAK LT. DASAR RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Oleh :
RIZKA MUTMAINNAH
P1337420919012

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARAN
ABSTRAK

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka


fraktur pada usia < 1 tahun 0,3%; usia 1-4 tahun 1,6%, usia 5
14 tahun 4,5 %.Meskipun angka tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan
jeniscedera lain, misalnya memar atau luka robek pada kelompok usia yang
sama,namun fraktur harus dicegah karena memiliki sejumlah dampak bagi
anakDampak yang utama adalah keterbatasan fisik anak untuk melakukan
aktivitasseperti halnya teman seusianya. Padahal, aktivitas tersebut, baik motorik
halusmaupun kasar, penting untuk perkembangan anak.Kemudian, jika fraktur
tidakditangani dengan baik, tulang yang cedera dimungkinkan tidak dapat
pulihsebagaimana mestinya dan mempengaruhi pertumbuhan anak. Oleh karena
itu,keterampilan seorang perawat dalam menangani fraktur menjadi bagian penting
untuk menurunkan dampak fraktur yang dialami anak.

kata kunci : fraktur, anak


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Indonesia menyatakan
bahwa, 90% penyebab terjadinya kecelakaan di Indonesia disebabkan oleh
faktor lalai, yaitu mengantuk, sakit, tidak sabar, dan tidak menghargai
pengguna jalan lain saat berkendara. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan
oleh Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2010 jumlah kematian yang
diakibatkan oleh kecelakaan mencapai 31.234 jiwa. Hasil analisis data
kecelakaan tahun 2010 oleh Kepolisian menunjukkan bahwa kecelakaan lalu
lintas jalan di Indonesia telah mengakibatkan sekitar 86 orang meninggal
setiap harinya dan 67% korban tewas berada pada masa produktif 22 sampai
50 tahun. Kepolisian Daerah Jawa Tengah mencatat korban tewas akibat
kecelakaan lalu lintas di Jawa Tengah selama tahun 2010 mencapai 4.660
jiwa. Sedangkan selama Januari hingga April 2012 jumlah korban tewas
akibat kecelakaan lalu lintas di provinsi ini mencapai 1.071 jiwa.
Kecelakaan itu menimbulkan cedera baik ringan atau berat dan dapat
mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Salah satunya adalah fraktur.
Fraktur atau patah tulang menurut Sjamsuhidajat (2005) adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi) adalah sebuah prosedur bedah
medis, yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur
tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal
mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau
memfasilitasi penyembuhan. (Brunner&Suddart, 2003)
ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan tehnik
pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau
protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan. (Depkes,1995)
B. Web Of Causation
Terlampir
BAB II
LAPORAN KASUS

PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Klien/Pasien
a. Tanggal Pengkajian : 29 September 2019
b. Tanggal masuk : 19 Oktober 2019
c. Ruangan : Anak Lt. Dasar
d. Identitas
Nama : An. R
Tgl lahir/umur : 4 Juni 2015/4 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Diagnosa medis : Fraktur inkomplit pada ramus superior os pubis kanan
dan ilium kiri
Penanggung jawab : Ny.R
2. Orangtua / Penanggung jawab
Ibu
a. Nama : Ny. R
b. Umur : 38 tahun
c. Hub. Dengan klien : Ibu
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : IRT
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Alamat : bungo wedung, Demak
i. No.telp :-
Ayah
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 39 tahun
c. Hub. Dengan klien : Ayah
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Petani
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Alamat : bungo wedung, Demak
i. No.telp :-

B. Riwayat Keperawatan Pasien


1. Keluhan Utama
Klien tampak lemas dan kesakitan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Awal nya kurang lebih 10 jam sebelum masuk rumah sakit saat klien
bersepeda tiba tiba pasien ditabrak oleh mobil pasien jatu, kemudian orangtua
klien membawa klien periksa ke RSUD di Demak. Di RSUD klien mendapat
perawatan selama beberapa jam, kemudian pasien dirujuk ke RSUP Dr.Kariadi
untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Klien tiba di IGD pada tanggal 10
Oktober 2019,
3. Riwayat penyakit klien sebelumnya
Ibu An. R mengatakan sebelumnya klien tidak pernah masuk rumah sakit
4. Riwayat kehamilan
Ibu An. R selalu memeriksakan kandungannya selama hamil 1 bulan sekali dan
selama hamil tidak pernah mengalami masalah apapun.
5. Riwayat persalinan
Pada saat proses ANC, ibu An. R melahirkan secara normal.
6. Riwayat Imunisasi
An. R sudah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu imunisasi BCG, hepatitis B,
Polio DPT dan campak.
7. Riwayat alergi
An. R tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat.
8. Riwayat pemakaian obat – obatan
Ibu maupun Ayah dari An. R tidak hafal dengan obat – obat apa saja yang
telah digunakan saat sakit.
9. Riwayat tumbuh kembang
a) Motorik halus
An. R dapat berman sesuai hobinya. Selama sakit An. R tetap bisa bermain
dengan bantuan orang tua.
b) Motorik kasar
An. R dapat duduk dari tempat tidur tanpa bantuan orang tua. Selama sakit
An. R dibantu orang tua saat ingin duduk dari tempat tidur.
c) Bahasa
An. R dapat melakukan percakapan dengan baik seperti menyebutkan
kalimat “ingin cepat pulang”, tetapi secara perlahan.
d) Personal sosial
An. R senang diajak berkomunikasi saat dilakukan pengkajian mengenai
masalah kesehatan yang terjadi pada dirinya dan suka menanyakan kapan
penyakitnya sembuh.
10. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keganasan seperti kanker,
penyakit keturunan dan penyakit menular.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Penampilan umum
a. Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Apatis
GCS : 13
Respon buka mata (Eye Opening, E) :3
Respon verbal (V) :4
Respon motorik terbaik (M) :6
b. Pemeriksaan tanda – tanda vital
Nadi : 110 x/menit
Suhu : 36,2oC
RR : 28x/menit
2. Nutrisi
a. PB/TB : 140 cm
b. BB : 13 kg
c. Kebutuhan Nutrisi : klien makan 3 kali/hari dengan bubur dan susu yang
disediakan dari rumah sakit.
d. Jenis makanan : bubur halus lauk pauk dan susu
e. Makanan yang disukai : berkuah
f. Alergi makanan : An. R tidak memiliki alergi pada makanan
g. Kesulitan saat makan : An. R memiliki kesulitan untuk makan karena
respon tubuh yang lambat, sehingga klien makan dengan pelan tetapi habis
dalam 1 porsi.
h. Kebiasaan khusus saat makan : Ibu An. R selalu mengajarkan berdoa
sebelum makan
i. Keluhan : tidak ada keluhan
3. Istirahat tidur
a. Lama waktu tidur (24 jam) : 8 - 9 jam / hari
b. Kualitas tidur : nyenyak, kadang terbangun
c. Tidur siang : 1 – 2 jam pada pukul 14.00 – 16.00
d. Kebiasaan sebelum tidur : klien ingin dipijat ibunya
4. Pengkajian nyeri (Wong-Beker Faces Pain Ratting) :
P : fraktur
Q : nyeri seperti dicengkeram
R : nyeri An. R di seluruh tubuh
S : skala 4
T : hilang timbul 30 menit
5. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
b. Kepala : normochepal, simetris, erdapat luka di daerah pipi sebelah
kiri
c. Mata : simetris, konjunctiva tidak anemis, pupil isokhor, sklera non
ikterik, sklera memerah.
d. Hidung : lubang hidung simetris, tidak ada sekret
e. Mulut : simetris, tidak ada epistaksis dan sianosis
f. Telinga : simetris, tidak ada gangguan pendengaran
g. Dada
1) Jantung :
I : datar, tidak terjadi pembesaran, tidak tampak iktus kordis
Pa : iktus kordis teraba pada intercosta ke 4-5
Pe : Redup
A : tidak ada bunyi jantung tambahan
2) Paru :
I : simetris, bentuk normal, kosta tidak menonjol
Pa : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri dada
Pe : sonor
A : tidak ada suara nafas tambahan
h. Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada pembesaran perut datar,
b. Auskultasi : terdengar bunyi bising usus 3-5x/menit
c. Palpasi : tidak ada massa feses, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik
< 2 detik
d. Perkusi : timpani
i. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas : tidak ada edema, turgor kembali kurang dari 2 detik
Kekuatan otot kanan kiri 2, CRT <2 detik
2) Ekstremitas bawah : tidak ada edema, turgor kembali kurang dari 2
detik, CRT <2 detik, kaki kanan dan kiri mampu pleksi dan
ekstensikan, klien tidak mampu melakukan gerakan abduksi, aduksi
dan rotasi.
Kekuatan otot kanan 2 kiri 2
6. Resiko jatuh
Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia  < 3 tahun 4 3
 3 - 7 tahun 3
 7 -13 tahun 2

 >= 13 tahun 1

Jenis kelamin  Laki-laki 2 2


 Perempuan 1
Diagnosis  Diagosis neurologi 4 3
 Perubahan oksigenasi 3
(diagnosis respiratorik,
dehidrasi, anemia, anorekia, 2
sinkop, pusing dsb)
 Gangguan perilaku/psikiatri 1

 Diagnosisi lainnya
Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatsan 3 1
lainnya 2
 Lupa akan adanya 1
keterbatasan
 Orientasi baik terhadap diri
sendiri
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh/bayi diletakan 4 2
di tempat tidur dewasa 3
 Pasien menggunakan alat
bantu/bayi diletakan dalam 2
tempat tidur bayi/perabot 1
rumah
 Pasien diletakan pada tempat
tidur
 Area diluar rumah sakit
Respon terhadap  Dalam 24 jam 3 1
pembedahan/sedasi/  Dalam 48 jam 2
anastesi  >48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anestes
Penggunaan  Penggunaan multiple: 3 1
medikamentosa sedative, obat hipnosis,
barbiturate, fenotiazi, 2
antidepresan, pencahar, 1
diuretik, narkose
 Penggunaan salah satu obat
diatas
 Penggunaan medikasi
lainnya/tidak ada medikasi
Jumlah 13 (Risiko
Tinggi )
Keterangan :
Skor assessment resiko jatuh : (skor minimum 7, skor maksimum 23)
Skor 7-11 : Resiko rendah
Skor ≥12 : Resiko tinggi
7. Psikososial anak dan keluarga
a. Respon hospitalisasi (rewel, tenang)
An. R kadang tenang dan kadang gelisah selama menjalani perawatan di
rumah sakit karena sakit yang dirasakan klien saat ini.
b. Kecemasan (anak dan orang tua)
Ibu An. R merasakan cemas karena penyakit yang dialami oleh anaknya
kemudian bertanya kepada perawat dan dokter mengenai bagaimana
melakukan tindakan yang baik untuk penyembuhan pada klien, kemudian
klien juga cemas dan mengatakan kepada perawat bahwa kapan dirinya
sembuh dan bisa pulang kembali kerumah.
c. Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
Ibu An. R mengatakan jika ada masalah yang terjadi pada salah satu
anggota keluarganya terutama menyangkut anaknya selalu dibicarakan
bersama dengan suami.
d. Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
Orang tua An. R belum memahami penyakit anaknya
e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya yaitu setiap hari An. R
dijaga oleh ibu dan bapaknya nya di rumah sakit.
f. Konsep diri
Body image : tidak dapat terkaji
Identitas diri : tidak dapat terkaji
Harga diri : tidak dapatt terkaji
Peran diri : An. R masih berusia 4 tahun 4 bulan
Ideal diri : tidak dapat terkaji
g. Spritual
Keluarga mengatakan sejak sakit An. R ingin shalat tetapi tidak kuat karena
badannya sakit semua dan merupakan anak yang rajin berdoa.
h. Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan
Tidak ada terapi lain selain terapi medis yang dilakukan untuk An. R.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 30 Agustus 2019 jam 05.33 WIB
HASIL
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,8 g/dL 11.50-14.80 L
Hematokrit 40,3 % 36-44 L
Eritrosit 4.84 10^6/uL 3.1-5.4
MCH 28.5 Pg 24.00-30.00
MCV 83.3 fL 77-95
MCHC 34.2 g/dL 2900-36.00
Leukosit 11.4 10^3/uL 5-13.5
Trombosit 221 10^3/uL 150-400 H
RDW 13,2 % 11.60-14.80
MPV 9.2 fL 4.00-11.00 H
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 139 mg/dL 80-160
Ureum 26 mg/dL 15-39 L
Kreatinin 0.2 mg/dL 0.60-1.30 L
Calcium 2.0 mmol/L 2.12-2.52
Elektrolit
Natrium 135 mmol/L 136-145
Kalium 3.8 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 100 mmol/L 98-107
b. Pemeriksaan MSCT abdomen dengan kontras
Klinis : GCS =14, trauma tumpul abdomen
Kesan :
- Tak tampak laserasi maupun hematom pada hepar, pankreas, lien kedua
ginjal, maupun vesica urinaria
- Multiple limfadenopati pada regio inguinalis kanan kiri (uk. Terbesar ±
1.11 x 0.62 cm; pada inguanil kiri)
- Infiltrat pada segmen 10 paru kanan dan 9 paru kiri
- Fraktur inkomplit pada ramus superior os pubis kanan dan ilium kiri
c. Pemeriksaan foto vetebra cervical ap-lateral
Klinis : curiga cidera servikal
Kesan :
- Tak tampak fraktur maupun listhesis pada X-foto cervikal
- Airway space baik

9. Terapi Obat
1. RL 12 tpm → IV
2. Ampicilin sulbactam 650 mg/8jam → IV
3. Paracetamol 500 mg/8jam → IV
4. Ketorlac 15 mg/8 jam → IV
5. Zinc syr 20 mg/24 jam → PO
6. Pct syr 12,5 mg/8 jam → PO
DAFTAR MASALAH
Masalah
No Tgl/Jam Data Fokus
Keperawatan
1. 28 Oktober DS : Nyeri akut b.d
2019 Keluarga pasien mengatakan bahwa agen cidera fisik
15.00 WIB An. R merengek kesakitan diseluruh
tubuh
DO :
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Hasil pengkajian nyeri :
P : keluarga klien mengatakan An. R
mengalami sakit didaerah pinggul
dan seluruh tubuh
Q : keluarga klien mengatakan nyeri
seperti dicengkeram
R : keluarga klien mengatakan nyeri
An. R seluruh tubuh
S : skala 4
T : hilang timbul 30 menit
- Hasil pemeriksaan TTV :
N : 110 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,2 oC
- Hasil msct abdomen: Fraktur
inkomplit pada ramus superior os
pubis kanan dan ilium kiri
2 28oktober 2019 DS: Gangguan
15.00 Keluarga pasien mengatakan bahwa mobilitas fisik b.d
An. R tidak dapat menggerakan kerusakan
badan dan daerah panggul muskuluskletal
DO:
- Hasil pemeriksaan TTV :
N : 110 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,2 oC
- Ekstremitas bawah : tidak ada
edema, turgor kembali kurang
dari 2 detik, CRT <2 detik, kaki
kanan dan kiri mampu pleksi
dan ekstensikan, klien tidak
mampu melakukan gerakan
abduksi, aduksi dan rotasi.
Kekuatan otot kanan 2 kiri 2
- Hasil msct abdomen: Fraktur
inkomplit pada ramus superior
os pubis kanan dan ilium kiri

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuluskletal

RENCANA KEPERAWATAN

Tgl/ No Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasionalisasi TT


Jam D
28/10/ 1 Nyeri akut Setelah 1. Manajemen 1. Untuk R
2019 berhubungan dilakukan lingkungan: membuat
18.00 dengan agen tindakan kenyamanan suasana
WIB cidera fisik keperawatan 2. Peningkatan menjadi
selama 3x24 latihan: lebih
jam, diharapkan peregangan kondusif,
pasien dengan 3. Ajarkan sehingga
Nyeri akut terapi pasien
berhubungan relaksasi: nyaman
dengan berdoa 2. Agar pasien
agencidera fisik 4. Berikan tidak
mampu analgetik mengalami
memenuhi untuk ketegangan
kriteria hasil mengurangi otot, pasien
yaitu : nyeri menjadi
1. Skala nyeri 5. Monitor relaks
berkurang TTV 3. Agar nyeri
menjadi 3 berkurang
(sedikit 4. Diberikann
nyeri) ya analgetik
2. Nadi normal untuk
90x/menit mengurangi
nyeri yang
diraskan
5. Untuk
mengetahui
kestabilan
kondisi
fisik pasien
28/10/ 2 Gangguan Setelah 1. Pengaturan 1. Agar pasien R
2019 mobilitas fisik dilakukan posisi pasien aman saat
18.00 b.d kerusakan tindakan dalam berpindah
WIB muskuluskletal keperawatan meningkatka tempat
selama 3x24 n keamanan 2. Untuk
jam, diharapkan saat ambulasi melatih
pasien dengan 2. Ajarkan pasien
Gangguan terapi dalam
mobilitas fisik latihan: berpindah
b.d kerusakan ambulasi dari tempat
muskuluskletal 3. Edukasi satu ke
mampu keluarga tempat
memenuhi intervensi 1,2 lainnya
kriteria hasil 4. Monitor dengan
yaitu : TTV benar dan
1. Pasien dapat aman
terpenuhi 3. Untuk
kebutuhan melatih
ADL yaitu keluarga
berpindah agar
tempat, mengerti
berjalan pencegahan
dengan jatuh pada
bantuan anak
orangtua 4. Untuk
mengetahui
kestabilan
kondisi
fisik pasien

TINDAKAN KEPERAWATAN

Kode Evaluasi formatif


Tgl/Jam Dx. Tindakan Keperawtan TTD
Kep
28/10/2019 1 1. Memanajemen lingkungan: 1. DS: - R
18.00 WIB kenyamanan DO: klien
kooperatif
pada saat
dilakukan
tindakan
2. Meningkatan latihan: 2. DS: klien
peregangan mengeluh
kesakitan
DO : klien
tampak
gelisah
3. Mengajarkan terapi 3. DS: klien
relaksasi: berdoa mengucapkan
doa mengikuti
kedua org
tuanya
DO : klien
tampak
paham
dengan
mengedipkan
kedua
matanya dan
berdoa
4. Berikan analgetik untuk 4. DS: -
mengurangi nyeri DO: diberikan
obat anti
nyeri :
ketorolac 15
mg/8 jam
5. Memonitor TTV 5. DS: -
DO:
N :110
x/menit
RR :28
x/menit
S : 36,2 oC
28/10/2019 2 1. Mengatur posisi pasien 1. DS: - R
18.00 WIB dalam meningkatkan DO: klien
keamanan saat ambulasi dibantu oleh
orang tuanya
untuk
melakukan
perubahan
posisi
2. Mengajarkan terapi latihan: 2. DS: -
ambulasi DO: klien dan
keluarga
klien
kooperatif
pada saat
dilakukan
tindakan
3. Memonitor TTV 3. DS:-
DO:
N :110
x/menit
RR :28
x/menit
S : 36,2 oC

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/Jam Kode Evaluasi (SOAP) TTD


Dx Kep
28/10/2019 1 S: Rizka
18.00 WIB Keluarga pasien mengatakan bahwa An.
R merengek kesakitan diseluruh tubuh
O:
- Pasien tampak paham dengan
mengedipkan kedua mata
N : 110 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,2 oC
Skala nyeri 4
Diberikan obat analgetik : ketorolac 15
mg/8 jam
A : masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi terapi
relaksasi distraksi: berdoa , pemberian
analgetik
28/10/2019 2 S: Rizka
18.00 WIB Keluarga pasien mengatakan bahwa An.
R tidak dapat menggerakan badan dan
daerah panggul
O:
- Ekstremitas atas : tidak ada edema,
turgor kembali kurang dari 2 detik
- Kekuatan otot kanan kiri 2, CRT
<2 detik
- Ekstremitas bawah : tidak ada
edema, turgor kembali kurang dari
2 detik, CRT <2 detik, kaki kanan
dan kiri mampu pleksi dan
ekstensikan, klien tidak mampu
melakukan gerakan abduksi, aduksi
dan rotasi. Kekuatan otot kanan 2
kiri 2
N : 110 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,2 oC
A : masa lah belum teratasi teratasi
P : Pertahankan intervensi dengan
identifikasi karakteristik dari
lingkungan, Mengatur posisi pasien
dalam meningkatkan keamanan saat
ambulasi, Mengajarkan terapi latihan:
ambulasi, Memonitor TTV
29/10/2019 1 S: Rizka
15.00 WIB Keluarga pasien mengatakan bahwa An.
R merengek kesakitan diseluruh tubuh
O:
- Pasien tampak paham dengan
mengedipkan kedua mata
N : 100 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 36,2 oC
Skala nyeri 3
Diberikan obat analgetik : ketorolac 15
mg/8 jam
A : masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi terapi
relaksasi distraksi: berdoa , pemberian
analgetik
29/10/2019 2 S: Rizka
15.00 WIB Keluarga pasien mengatakan bahwa An.
R tidak dapat menggerakan badan dan
daerah panggul
O:
- Ekstremitas atas : tidak ada edema,
turgor kembali kurang dari 2 detik
- Kekuatan otot kanan kiri 2, CRT
<2 detik
- Ekstremitas bawah : tidak ada
edema, turgor kembali kurang dari
2 detik, CRT <2 detik, kaki kanan
dan kiri mampu pleksi dan
ekstensikan, klien tidak mampu
melakukan gerakan abduksi, aduksi
dan rotasi. Kekuatan otot kanan 2
kiri 2
N : 100 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,2 oC
A : masa lah belum teratasi teratasi
P : Pertahankan intervensi dengan
identifikasi karakteristik dari
lingkungan, Mengatur posisi pasien
dalam meningkatkan keamanan saat
ambulasi, Mengajarkan terapi latihan:
ambulasi, Memonitor TTV
30 Oktober 2019 1 S: Rizka
10.00 WIB Keluarga pasien mengatakan bahwa An.
R merengek kesakitan diseluruh tubuh
O:
- Pasien tampak paham dengan
mengedipkan kedua mata
N : 100 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 36,5 oC
Skala nyeri 3
Diberikan obat analgetik : ketorolac 15
mg/8 jam
A : masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi terapi
relaksasi distraksi: berdoa , pemberian
analgetik
30 Oktober 2019 2 S: Rizka
10.00 WIB Keluarga pasien mengatakan bahwa An.
R tidak dapat menggerakan badan dan
daerah panggul
O:
- Ekstremitas atas : tidak ada edema,
turgor kembali kurang dari 2 detik
- Kekuatan otot kanan kiri 2, CRT
<2 detik
- Ekstremitas bawah : tidak ada
edema, turgor kembali kurang dari
2 detik, CRT <2 detik, kaki kanan
dan kiri mampu pleksi dan
ekstensikan, klien tidak mampu
melakukan gerakan abduksi, aduksi
dan rotasi. Kekuatan otot kanan 2
kiri 2
N : 100 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,5 oC
A : masa lah belum teratasi teratasi
P : Pertahankan intervensi dengan
identifikasi karakteristik dari
lingkungan, Mengatur posisi pasien
dalam meningkatkan keamanan saat
ambulasi, Mengajarkan terapi latihan:
ambulasi, Memonitor TTV
BAB III

PEMBAHASAN

A. ANALISA KASUS
An. R usia 4 tahun dengan diagnosa medis Fraktur inkomplit pada ramus
superior os pubis kanan dan ilium kiri, dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum klien tampak terbaring di tempat tidur terpasang infus di tangan
kanan, Nadi: 110 x/menit, RR : 28 x/menit, Suhu : 36,2, Ekstremitas atas :
tidak ada edema, turgor kembali kurang dari 2 detik, kekuatan otot kanan kiri 2,
CRT <2 detik. Ekstremitas bawah : tidak ada edema, turgor kembali kurang dari
2 detik, CRT <2 detik, kaki kanan dan kiri mampu pleksi dan ekstensikan, klien
tidak mampu melakukan gerakan abduksi, aduksi dan rotasi. Kekuatan otot
kanan 2 kiri 2.
Awal nya kurang lebih 10 jam sebelum masuk rumah sakit saat klien
bersepeda tiba tiba pasien ditabrak oleh mobil pasien jatu, kemudian orangtua
klien membawa klien periksa ke RSUD di Demak. Di RSUD klien mendapat
perawatan selama beberapa jam, kemudian pasien dirujuk ke RSUP Dr.Kariadi
untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Klien tiba di IGD pada tanggal 10
Oktober 2019.
Peran perawat sangat penting untuk memberikan dukungan secara moral,
sosial maupun spiritual kepada pasien dan keluarga pasien. Terutama berdoa
merupakan teknik distraksi yang lebih tepat untuk anak usia prasekolah untuk
mengatasi nyeri yang dirasakan.
B. Analisa Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat diberikan pada An. R menurut NANDA NIC
NOC, yakni mengajarkan berdoa ketika anak merasa nyeri, melatih ambulasi.
Doa yang dimaksud adalah kebiasaan pasien An. R membaca ayat-
ayat suci sesuai keyakinannya yang sering dihafalkan. Doa adalah
permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan
suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Di kalangan awam,
doa muncul ketika mereka berada dalam keadaan cemas akan menuju sebuah
keadaan fana’ (kehancuran). Dengan berdoa akan memberikan kesadaran
sebagai hamba, kesadaran terhadap kehambaan dan kelemahan sebagai
manusia serta disadarkan akan gangguan kejiwaan atau penyakit yang
dialaminya (Izzat, 2011).
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas.
Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan
pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas
serta memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena
profunda/DVT), mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi,
mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi.
Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena jika
pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak
melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan
(Kozier, 2010).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdoa akan memberikan kesadaran sebagai hamba, kesadaran
terhadap kehambaan dan kelemahan sebagai manusia serta disadarkan akan
gangguan kejiwaan atau penyakit yang dialami. Kemudian ambulasi sangat
mendukung kekuatan otot pasien untuk memulai kegiatan seperti berjalan,
meningkatkan daya tahan dan fleksibelitas terutama pada pasien pascaoperasi.
B. Saran
Kami sebagai calon perawat profesional harus memahami cara
mengatasi berbagai masalah keperawatan, khususnya masalah terkait laporan
kasus mengenai gangguan rasa aman dan nyaman yaitu nyeri karena hal ini
sangat penting dan sangat mempengaruhi kesehatan klien serta meningkatkan
kualitas pelayanan pada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Espay AJ. [internet]. [place unknown]: Medscape reference; 1994


[updated 2012 Sept 17; cited 2013 April 28]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1135286-overview
Izzat, A.M., & Arif, M. (2011). Terapi ayat AlQur'an untuk kesembuhan: Keajaiban
AlQuran
menyembuhkan penyakit. Solo: Kafilah.
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC
Nanda. (2013). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11.
Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai