T, berusia 19 tahun, beragama Islam, dengan pendidikan terakhir SLTP, saat ini klien
belum menikah. Klien dirawat di bangsal bedah, untuk menyusun asuhan keperawatan perawat
melakukan pengkajian berdasarkan 14 Kebutuhan Henderson dan didapatkan hasil :
a. Pengkajian
1. Bernapas dengan normal
Klien mengatakan tidak sesak napas, tidak mengeluh nyeri saat menarik napas
maupun saat posisi kepala ditinggikan atau duduk. Klien kan tidak memiliki riwayat batuk
lama. Inspeksi : bentuk dada normal, ekspansi dada simetris, frekuensi pernapasan 19
x/menit, retraksi interkosta dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan tidak ada,
pernapasan cuping hidung tidak terlihat. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, taktil fremintus
simetris dada kanan dan kiri. Perkusi : resonan di kedua lapang paru. Auskultasi : suara
vesikuler. Hasil pemeriksaan rontgen: corakan bronkho vasculer paru kanan kiri baik,
tulang dan jaringan lunak baik, kesan cor dan pulmo dalam batas normal.
2. Kebutuhan Makan dan Minum
Klien mengatakan tidak ada mual dan muntah, nafsu makan tidak berkurang,
kesulitan menelan tidak ada. Klien mengatakan makan habis 1 porsi dari diet yang
diberikan di RS. Inspeksi; mukosa mulut lembab, membran mukosa mulut tidak ada lesi,
karies gigi kanan graham bawah kedua. Antropometri; Tinggi badan klien 157 cm, BB 54
kg (IMT 21,95 kg/m²) berat badan ideal (51,3 hingga 54 kg). Tidak ada alergi makanan.
Status Gizi Baik/Normal. Biokimia: hasil laboratorium (13/11/2018) Hb 13,5 g/dL, Ht
40%, Trombosit 452.000/uL, Eritrosit 4.66 juta/uL. Tanda klinis: tekanan darah 110/77
mmHg, Nadi 96 x/menit, RR 19 x/menit, suhu 36,50C, kesadaran composmentis, tidak ada
gangguan pada nervus V (Trigeminus) dan nervus IX (glosofaringeus), konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik. Diet; klien tidak mengalami perubahan dalam pola makan
sebelum dan selama sakit (nasi, lauk, sayur) habis 1 porsi. Selama dirawat di RS klien
makan 2 kali sehari dengan komposisi makanan: nasi, lauk, sayur dan buah, klien masih
mampu mengunyah makanan, dominan menggunakan sebelah kiri untuk mengunyah.
Klien tidak memiliki pantangan terhadap makanan. Minum tidak ada keluhan, 5-6 gelas (±
@200 cc). Klien tidak mendapatkan terapi IVFD. Auskultasi : Bising usus normal
5x/menit. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen. Perkusi : Tympani pada
seluruh kuadran abdomen.
3. Kebutuhan Eliminasi
Klien mengatakan karena kaki kirinya dipasang pemberat, aktivitas eleminasi
dilakukan di tempat tidur, jika hendak BAK klien menggunakan kateter sedangkan BAB
menggunakan pispot. Klien mengatakan tidak ada keluhan saat BAB maupun BAK. Buang
air besar 1x/hari dengan konsistensi feses lembek kecoklatan, tidak terjadi perdarahan saat
BAB. Buang air kecil 4-6 x/hari, urin berwarna bening kekuningan, tidak ada keluhan nyeri
saat BAK. Hasil pemeriksaan fisik; Inspeksi; Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit
elastis, tidak ada hemoroid. Palpasi; tidak terdapat nyeri tekan pada vesika urinaria. tidak
ada nyeri tekan abdomen, abdomen lunak dan tidak teraba masa.
4. Kebutuhan Bergerak dan Mempertahankan Postur Tubuh Aktifitas dan Mobilisasi
Klien mengatakan tidak nyaman dengan posisi kakinya karena tidak bisa ditekuk.
Nampak aktivitas klien di tempat tidur. klien berbaring dengan posisi supinasi dan kaki kiri
elevasi. Kaki kiri klien terpasang skeletal traksi dengan beban 12 Kg. Kaki kiri bagian
distal tampak atropi, lingkar betis kiri 28 cm, kanan 36 cm, pemedekan pada kaki kiri,
panjang kaki kiri 83 cm, kanan 85 cm. terdapat deformitas kaki kiri, adanya penonjolan
abnormal pada paha kiri klien, diameter paha kiri 45 cm, paha kanan 40 cm. nyeri palpasi
pada area pine site traksi. ROM pada lutut kiri mengalami keterbatasan gerak (gerakan
fleksi hanya 30°) dan nyeri akibat jarang digerakkan. Skor Barthel Indeks: 10
(Ketergantungan sedang). Skor Morse : 60 (Risiko tinggi jatuh).
5400 5555
c. Intervensi
1. Pre oprasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: trauma
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial dalam hal kerusakan
sedemikian rupa, yang berlangsung kurang dari 6 bulan.
NOC : Kontrol tingkat nyeri
- Pengetahuan akan manajemen nyeri akut
- Mengatakan bahwa nyeri berkurang
- Tanda – tanda vital dalam batas normal
NIC :
NIC :
NIC :
d. Pembahasan
Penulis melakukan penerapan teori Virginia Henderson pada klien dengan
neglected fracture left shaft femur. Model konsep Virginia Henrderson memiliki unsur
yang sama dengan proses keperawatan dan mampu mewakili respon kebutuhan pasien
terhadap penyakitnya. Terdapat 4 langkah prinsip yang digunakan dalam penatalaksanaan
kasus fraktur yaitu; yang pertama adalah Recognition, mengetahui dan menilai keadaan
fraktur dengan anamesis, pemeriksaan klinis dan radiologi. Diagnosis pada pasien ini
adalah Neglected fracture left shaft femur. Yang kedua adalah Reduksi untuk
mengembalikan posisi fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Pada
pasien ini dilakukan immobilisasi dengan menggunakan skeletal traksi, dan edukasi ke
pasien untuk mengistirahatkan gerakan pada kaki kiri sambil menunggu jadwal operasi.
Prinsip ketiga adalah Retention adalah imobilisasi fraktur untuk mempertahankan fragmen
tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat
dilakukan dengan cara fiksasi internal (plate, screw, nails) dan eksternal (16). Pada Tn. T
dilakukan tindakan operasi berupa refraktur pada left shaft femur yang mengalami
malunion. Kemudian dilakukan ORIF menggunakan implant dynamic compression plate
(DCP). Prinsip keempat adalah Rehabilitation/Rehabilitasi untuk mempertahankan dan
mengembalikan fungsi tulang, dilakukan segera bersamaan dengan pengobatan fraktur
untuk menghindari atropi otot dan kontraktur sendi (17). Tindakan untuk mengembalikan
aktifitas fungsional semaksimal mungkin dilakukan bertahap pada Tn. T post operasi
dengan menggunakan fasilitas rehabilitasi agar fungsi dari kaki kiri dapat kembali
semaksimal mungkin.