PENDAHULUAN
2.3 Manfaat
Manfaat dilakukannya Ovariohisterktomi (OH) untuk praktikan adalah dapat
mengetahui teknik Ovariohisterktomi (OH) yang benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Premedikasi
Premedikasi biasanya diberikan secara intramuskular (IM) atau subkutan (SC) untuk
mengurangi stres pada hewan, sebagai analgesia, dan mengurangi jumlah anestesi inhalan
yang akan dibutuhkan (Fossum, 2019). Obat yang dapat digunakan sebagai premedikasi
adalah Propofol dengan dosis 6.0 mg/kg IV, Ketamin dengan dosis 3–5 mg/kg IM,
Medetomidine dengan dosis 1–5 µg/kg IM (Hobbs et al., 2014).
2.5 Anestesi
Anasthesi, sedasi, dan analgesia digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
menghasilkan relaksasi otot dan amnesia untuk perawatan manusia dan pasien hewan
yang aman dan manusiawi, dan untuk membuat suasana bedah yang tenang dan tidak
bergerak untuk hewan yang ingin dibedah (Fossum, 2019).
Anasthesi dibagi menjadi 2 yaitu : Anasthesi umum dan Anasthesi lokal. Anasthesi
umum adalah ketidaksadaran yang disebabkan oleh obat yang dikendalikan oleh depresi
reversibel sistem saraf pusat (SSP) dan persepsi. Sedangkan anasthesi lokal menyebabkan
hilangnya sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh secara sementara yang disebabkan
adanya depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf
perifer (Fossum, 2019).
Berikut ini adalah tahapan dan indikasi status teranasthesi oleh anestetika umum
(Tambing, 2014) :
1. Fase/ tahapan I, Fase ini dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan
hilangnya kesadaran. Pada fase ini hewan masih sadar dan memberontak. Rasa takut dapat
meningkatkan frekuensi nafas dan denyut jantung, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan
defekasi, dengan kecepatan respirasi normal (20-30 kali/menit).
2. Fase/tahapan II, fase ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan fase
pembedahan. Pada fase ini adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak.
Pernafasan tidak teratur, inkontinentia urin, muntah, midriasi, takikardia.
3. Fase/tahapan III plane 1, ditandai dengan pernafasan yang teratur yaitu 12- 20x/mnt dan
terhentinya anggota gerak. Tipe penafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada,
bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva, dan kornea terdepres.
4. Fase/tingkatan III plane 2, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata
ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut.
5. Fase/tingkatan III plane 3, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata
kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.
6. Fase/tingkatan III plane 4, ditandai dengan respirasi tidak teratur, pupil midriasis, tonus
muskulus menurun, refleks sphincter ani dan kelenjar air mata negatif.
7. Fase/tingkatan IV, fase ini disebut juga sebagai fase overdosis yang ditandai dengan
respirasi apnea (berhenti), fungsi kardiovaskuler kolap, respon bedah atau insisi tidak ada,
posisi bola berada di tengah, ukuran pupil dilatasi lebar, respon pupil (-), dan refleks tidak
disusul dengan kematian hewan.
Obat-obatan yang dapat digunakan sebagai Anestesi adalah sebagai berikut (Hobbs et.
al., 2014) :
1. Tramadol Dosis pada kucing adalah 1–2 mg/kg IV dan 2–4 mg/kg Oral
2. Ketamine Dosis pada kucing adalah 0.3–0.5 mg/kg IV
Dalam penggunaannya ketamin mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya yaitu
mempunyai mula kerja (onset of action) yang cepat dan efek analgesik yang kuat serta
aplikasinya cukup mudah, yaitu dapat diinjeksikan secara intramuskular. Namun, ketamin
juga mempunyai kerugian yaitu tidak terjadi relaksasi otot sehingga dapat menimbulkan
kekejangan dan depresi ringan pada saluran respirasi. Oleh karena itu, untuk mengurangi
efek samping ketamin, penggunaannya sering dikombinasikan dengan obat premedikasi,
seperti diazepam, midazolam, medetomidine, atau xylazin (Yudaniayanti, 2012).
(Suartha, 2010)
Jumlah cairan yang diperlukan untuk penggantian cairan yang hilang bergantung
atas status dari hewan. Perhatian pertama ditujukan pada status volume darah,
dan perhatian selanjutnya ditujukan pada pengembalian total air tubuh dan
elektrolit. Ada tiga fase dalam terapi cairan, yaitu fase emergensi (darurat), fase
replacement (penggantian), dan fase maintenan (mempertahankan) (Suartha, 2010).
1. Fase emergensi adalah cairan yang harus segera diberikan ke dalam tubuh
hewan akibat tubuh kehilangan cairan yang banyak dalam waktu singkat
seperti pada kasus kecelakaan, operasi bedah yang mengakibatkan banyak darah
yang keluar, dan luka bakar.
2. Fase replacement adalah pemberian cairan yang harus diberikan ke dalam tubuh
hewan selama periode dehidrasi. Fase ini berdasarkan atas kebutuhan
cairan untuk mengembalikan status cairan tubuh hewan menjadi normal,
penggantian cairan tubuh yang hilang secara normal, dan mengganti cairan tubuh
yang hilang secara abnormal.
3. Cairan maintenance adalah cairan dalam tubuh pasien yang hilang secara
normal, dibedakan menjadi dua, pertama kehilangan yang dapat diukur, yang
keluar dalam bentuk urin (sensible loss). Volumenya sebanyak 2/3 dari total
volume cairan maintenance (27 –40 ml/kg BB/hari). Kedua, kehilangan cairan
secara normal yang tidak dapat diukur (insensible loss) yaitu cairan yang hilang
pada saat respirasi, terengah-tengah dan keringat, dan melalui feses. Volumenya
sebanyak 1/3 dari volume cairan maintenance (13 –20 ml/kgBB/hari). Jadi
secara total volume cairan maintenance yang dibutuhkan berkisar 40 –60
ml/kgBB/hari.
Tabel 2.2 Perhitungan Kebutuhan Cairan pada Hewan
Perhitungan
{(30 x kg BB) + 70}
Kebutuhan cairan untuk maintenance
Perkiraan kehilangan jumlah volume BB (kg) x % dehidrasix 1000
cairan
(Suartha, 2010)
BAB III
METODOLOGI
PERALATAN
Dilakukan sterilisasi alat tajam dengan iodine 10% atau aklhol 70%. Sterilisasi
alat tumpul dan tampon menggunakan oven dengan suhu 1200C selama 15 menit
Disimpan di sterilization pouch / wadah penyimpan alat operasi yang steril
Diletakkan di ruang operasi (Sudisma, 2016)
HASIL
HASIL
3.2.4 Operasi OH
KUCING
HASIL
Dipantau kondisi klinisnya, serta diberi pakan sehari dua kali pada pagi dan sore
hari. Air minum disediakan ad libitum
Dilakukan pemeriksaan fisik (physical examination)
Dibersihkan luka pascabedah setiap hari menggunakan Rivanol® dan diolesi
Bioplacenton®
Diberikan antibiotik selama 5 hari per-oral (Yolanda, 2018)
HASIL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.2 Operasi
Setelah dipersiapkan dan di anestesi, hewan dibaringkan dorsal recumbency.
Daerah ventral abdominal disiapkan sebagai daerah operasi, yaitu dari xiphoid
sampai daerah pubis. Umbilicus diidentisikasi dan diperkirakan untuk membagi
daerah abdominal menjadi 3 bagian. Pada kucing, badan uterus berada agak ke
caudal, sehingga insisi dilakukan lebih ke caudal mulai dari 1/3 bagian tengah
abdominal. Insisi dilakukan pada kulit dan subkutan sepanjang 4 cm untuk
membuka line alba. Linea alba di pegang dan di angkat sedikit keluar untuk dapat
melakukan insisi. Insisi pada linea alba dilebarkan ke cranial dan caudal untuk
membuka rongga abdomen (Sudisma, 2016).
Dinding abdominal kiri dikuakan dan dimasukan ovariectomy hook. Hook
dimasukan menelusuri dinding bagian kiri abdominal, 2-3 cm di caudal ginjal. Hook
digerakan ke medial untuk mengangkat cornua uteri dan ligamentumnya. Utnuk
memastikan bahwa yang diangkat adalah kornua uteri, ditelusuri ke caudal untuk
menemukan bifurcation uteri dan ke cranial untuk menemukan ovarium. Setelah
ovarium ditemukan, dipalpasi adanya ligamentum suspensarium pada ujung
proksimal ovarium. Ligamentum ditelusuri dengan jari telunjuk, ditarik dan
dilakukan pemutusan didekat ginjal tanpa merobek pembuluh darah. Ligasi
pembuluh darah ovarium menggunakan bentuk 8 dengan benang absorbable
(Sudisma, 2016).
Dibuat ikatan kedua diatas ikatan pertama untuk mencegah adanya perdarahan.
Dilakukan pemotongan ovarium dan control terjadinya perdarahan. Ovarium
diangkat, penggantungnya dipotong dan dikontrol terjadinya perdarahan. Cornua
uteri ditelusuri sampai pada bifurcatio uterus untuk mendapatkan cornua dan
ovarium sebelahnya. Diletakkan clamp dan dilakukan ligase seperti ovarium
sebelahnya. Setelah kedua ovarium terpotong, uterus ditarik keluar dan dilakukan
ligase pada pembuluh darah kiri dan kanan corpus uteri dengan chromic catgut dan
seluruh corpus uteri dengan chromic catgut. Peritoneum dan linea alba dijahit
dengan simple interrupted menggunakan chromic catgut, subkutan dan fascia
dengan pola jahitan terputus (Sudisma, 2016).
Pada praktikum, Dibaringkan hewan (Dorsal recumbency). Disiapkan daerah
ventral abdominal (Xiphoid sampai Pubis). Diinsisi ke caudal umbilikal (1/3 bagian
tengah abdominal). Diinsisi pada kulit dan subkutan sekitar 3-4 cm untuk membuka
linea alba. Diangkat linea alba untuk melebarkan rongga abdomen. Dikuakan
dinding abdomen bagian kiri dan dimasukan ovariectomy hook . Digerakan hook
untuk mengangkat cornua uteri dan ligamentumnya. Dicari bivufcatio uteri pada
daerah cranial. Dicari ligmentum suspensorium pada ujung proximal ovarium
kemudian di putus. Dipasang 2-3 clamp di dekat ovarium (proximal, tengah, distal).
Diligasi pembuluh darah ovarium membentuk angka 8 dengan benang absorbable.
Dibuat ikatan kedua, diatas ikatan pertama untuk mencegah perdarahan. Dipotong
ovarium dan di kontrol perdarahan. Di telusuri cornua uteri sampi bivurcatio uteri
untuk mendapatkan cornua dan ovarium sebelahnya. Dilakukan hal yang sama pada
ovarium yang sebelahnya. Dimasukan sisa potongan uterus kedalam abdominal
sebelum clamp dilepaskan. Dinding abdominal ditutup dan dilakukan penjahitan
dengan 3 lapisan.
Dokumentasi :
1. Persiapan Operasi
2. Insisi Kulit
3. Insisi Subkutan
8. Penjahitan Subkutan
Menit 0 15 30 45 60 75
Pulsus(/menit) 120/menit 92/menit 88/menit 84/menit 88/menit 92/menit
Temp(0C) 36,9oC 36,4oC 35,5oC 35,3oC 35,1oC 34,6oC
3. Ketamine
(dosis x BB) (10 mg∕kg x 2,5 kg)
V= Konsentrasi = = 0,25 ml
(100 mg∕ml)
Xylazine
(dosis x BB) (2 mg∕kg x 2,5 kg)
V= Konsentrasi = = 0,25 ml
(20 mg∕ml)
6. Amoxicillin (PO)
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 𝐵𝐵 20𝑚𝑔⁄𝑘𝑔 𝑥 2,5 𝑘𝑔
V= 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = = 2 ml
25 𝑚𝑔⁄𝑚𝑙
2. 25 September 2019
3. 26 September 2019
4. 27 September 2019
5. 28 September 2019
6. 29 September 2019
5.1 Kesimpulan
Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan
histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan
menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerectomy adalah tindakan
mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen. Tujuan
dilakukan Ovariohisterectomy adalah untuk mencegah estrus dan sterilisasi, selain itu juga
dapat mencegah tumor mammae, menangani pyometra, metritis, neoplasia, cyst dan
mencegah gangguan keseimbangan endokrin.
Pada praktikum, tidak terdapat kendala saat operasi yang berarti hanya saja proses
operasi yang berjalan lama mengakibatkan adanya penambahan dosis Anastesi serta
pemberian cairan Ephinephrin guna menghambat atau meredakan pendarahan dengan
memberikan efek vasokontriksi lokal. Pada pasca operasi terdapat kendala konstipasi.
Sehingga kucing diberikan Dulcolax, Lactulax dan dilakukan flushing air sabun.
Kemudian, terapi cairan yang digunakan adalah maintenance menggunakan Normal
Saline, dengan perhitungan kebutuhan cairan maintenance : {(30 x kg BB) + 70} = {(30
x 2,5 kg) + 70} = 145 ml/kg.
5.2 Saran
Semoga ketersediaan alat dan bahan di laboratorium bisa lebih banyak, sehingga
dapat menunjang praktikum yang lebih baik lagi. Semoga praktikan dapat melakukan
praktikum dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Erwin., Rusli., Amiruddin., Deni N., Raden R., Arni D., Sitaria F. 2018. Penanganan
Obstruksi Duodenum pada Anjing: Laporan Kasus. Jurnal Veteriner Maret 2018 Vol.
19 No. 1 : 137-14
Fossum, T. W. 2019. Small Animal Surgery. Fifth Edition. Philadelphia : Elsevier
Hanif, Abdurrahman ., M. Toha ., Amri S. 2017. Catstrate : Solusi Menekan Ledakan
Populasi Kucing Lokal. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Hobbs, S., Jackie L., Jane F. 2014. Feline soft tissue and general surgery. Philadelphia :
Elsevier
March, W. 2007. [SKRIPSI] Diagnosa Ultrasonografi Untuk Mendeteksi Gangguan Pada
Uterus Kucing (Felis Catus). Bogor : Institut Pertanian Bogor
Suartha, I. N. 2010. Terapi Cairan pada Anjing dan Kucing. Denpasar : Universitas Udayana
Sudisma, I. G. 2016. Ilmu Bedah Veteriner dan Tehnik Operasi. Denpasar : Universitas
Udayana
Tambing, T. 2014. [SKRIPSI] Perbandingan Pengaruh Anasthesi Ketamin-Xylazine Dan
Ketamin-Zoletil Terhadap Frekuensi Nafas Dan Denyut Jantung Kucing Lokal (Feline
Domestica) Pada Kondisi Sudden Loss Of Blood. Makassar : Universitas Hasanuddin
Ulva, D. 2017. [SKRIPSI] Gambaran Histologis Ovarium Kucing Domestik (Felis Catus)
Yang Disimpan Pada Suhu 4 °C Selama Tujuh Hari. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Yolanda, A. 2018. [SKRIPSI] Biometri Organ Reproduksi dan Profil Klinis Kucing (Felis
Catus) Pascakastrasi Kimia Menggunakan Larutan Besi (Iii) Klorida Heksahidrat.
Bogor : Institut Pertanian Bogor
Yudaniayanti, I. 2012. Kombinasi Ampicillin, Dextran-40, dan Deksametason Dalam
Mencegah Adhesi Intra-Abdominal Pasca Operasi Histerotomi Kucing (Fellis Catus).
Jurnal Klinik Veteriner Vol. 1 - No. 1 / 2012-07