Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

NAMA PEMBIMBING :
dr. YENI, Sp.KK

DISUSUN OLEH
AKBAR RABANI MUGAYAT
(1102015014)

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN


RSUD ARJAWINANGUN
PERIODE 2019
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. Galuh
Umur : 7 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sindang Mekar, Kab. Cirebon
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa

Anamnesis (dilakukan secara Alloanamnesa dengan orang tua pasien)


 Keluhan Utama:
Terdapat bintil didaerah wajah
 Riwayat Penyakit Sekarang :
 Lokasi : Bintil terdapat di wajah
 Onset : Kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu
 Kualitas : Bintil dirasakan tidak gatal, tidak nyeri ataupun sakit ketika
ditekan.
 Kuantitas : Jumlah bintil multipel, awalnya 1 ukurannya ada yang sekecil
kepala pentul jarum ada juga segede biji jagung
 Kronologi : Bintil belum pernah diobati
 Faktor yang memperberat : -
 Faktor yang memperingan : -
 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat keluhan seperti ini sebelumnya (-)
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga
-
 Riwayat Sosial Ekonomi
Tidak ditanyakan
Status Dermatologik
Regio facialis, papul delle (+), multiple, miliar-lentikular, sirkumskripta, diskret
Status Venerologik
Tidak diperiksa
Diagnosis Banding
 Moluskum Kontagiosum
 Veruka
Usulan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Histopatologi  Dapat ditemukan badan moluskum
yang mengandung partikel virus
Pemeriksaan Giemsa
Diagnosis Kerja
Moluskum Kontagiosum
Pengobatan
Enukleasi Badan Moluskum,
Gentamisin cream
Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Sanam : Dubia ad Bonam
Ad Kosmetikan : Dubia ad Bonam

Anjuran / Saran
 Menjaga higienitas kulit
 Hindari pemakaian barang bersama dikeluarga, misalnya
handuk.
 Hindari kontak kulit secara langsung dengan orang lain, untuk
meminimalkan penularan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
DEFINISI
Moluskum kontagiosum adalah penyakit disebabkan oleh virus pox, klinisnya
berupa papul berbentuk kubah, berkilat, dan pada permukaannya terdapat lekukan
(delle/umbilikasi). Berisi massa yang mengandung badan molluskum. (Sri, 2015)
EPIDEMIOLOGI
Menyerangpada anak, kadang-kadang dewasa, dan pasien dengan
imunokompremais. Jika pada dewasa digolongkan kedalam penyakit infeksi
menular seksual (IMS). Transmisinya dapat melalui kontak kulir langsung,
otoinokulasi atau melalu benda terkontaminasi, misal handuk, baju, kolam renang
dan mainan. (Sri,2018)
ETIOLOGI
Moluskum kontagiosum disebabkan oleh suatu virus dari golongan poxvirus.
Dalam taksonomi, virus ini termasuk dalam ordo Poxviridae, famili
Chordopoxvirinae, genus Molluscipox virus, spesies Molluscum contagiosum virus
(MOCV). Virus ini termasuk golongan double strained DNA (dsDNA) (Sri, 2015).
Virion dari MOCV ditemukan dengan struktur beramplop, berbentuk seperti bata
dengan ukuran 320x250x200 nm. Partikel virus ini terdiri dari 2 bentuk infeksius
yang berbeda, yaitu internal mature virus (IMV) dan external enveloped virus
(EEV) (Jawetz, 2005).

Gambar 1. MOCV Dilihat Melalui Mikroskop Elektron


Virus ini memiliki struktur genome linier, dengan dsDNA kira-kira 190 kB, genome
linier diapit degan sekuens inverted terminal repeat (ITR) yang secara kovalen
saling terikat pada ujung-ujungnya (Jawetz, 2005).
Proses replikasi virus ini terjadi di sitoplasma. Virus akan menyisip ke
glycosaminoglycans (GAGs) pada permukaan sel target atau oleh komponen
matriks ekstraseluler, kemudian memicu fusi membran, dan melepaskan inti virus
ke dalam sitoplasma. Pada fase awal, gen awal ditranskripsi di sitoplasma oleh
polymerase RNA virus, ekspresi gen awal akan terbentuk 30 menit pascainfeksi.
Ekspresi paling akhir adalah tidak terselubungnya inti virus dan genom virus
sekarang sudah benar-benar bebas di sitoplasma. Fase intermediet, gen intermediet
akan diekspresikan di sitoplasma, memicu terjadinya replikasi DNA genom kira-
kira 100 menit pascainfeksi. Dan yang terakhir adalah fase akhir, gen akhir
diekspresikan dalam waktu 140 menit sampai dengan 48 jam pascainfeksi,
memproduksi struktur protein virus lengkap (Jawetz, 2005).
Pembentukan virion progenik dimulai saat terdapat penyatuan antara membran
internal sel yang terinfeksi, dan menghasilkan partikel sferis imatur. Partikel ini
kemudian menjadi matur dengan menjadi struktur IMV yang menyerupai bata.
Virion IMV dapat dilepas melalui lisisnya sel, kemudian dapat memperoleh
membran dobel kedua dari trans-Golgi dan tunas yang kemudian dikenal sebagai
EEV (Jawetz, 2005).
Menurut subtipe MOCV, terdapat 4 subtipe, yaitu MOCV I, MOCV II, MOCV III,
dan MOCV IV. Subtipe MOCV I yang lebih sering menyebabkan infeksi, kira-kira
sekitar 75-90%. Sedangkan MOCV II, III, dan IV akan menyebabkan moluskum
kontagiosum jika pada orang-orang dengan keadaan imunitas immunocompromised
(Jawetz, 2005).
ETIOPATOGENESIS
Virus moluskum tergolong virus DNA genus molluscipok, ditemukan 4 subtipe,
dan tipe 1 dianggap dapat menyerang individu yang immunokompeten. Masa
inkubasi antara 2-8 minggu. Bebertapa toll like receptors (TLRs) mampu mengenali
struktur dan merespon infeksi virus. (Sri, 2018)
PATOFISIOLOGI
Partikel virus mengadakan kontak ke permukaan sel kulit

Difagosit oleh sel Langerhans (makrofag)

Pelepasan inti virus ke sitoplasma

Pelepasan DNA dari inti virus

Replikasi DNA (2-5 jam) pabrik sitoplasma / badan inklusi

Hipertrofi sel
Morfogenesis virus (4-20jam)

Terbentuklah partikel virus yang baru (multiplikasi) keluar sel dan menginfeksi sel
lain

Sel terinfeksi
virus

Sel NK membunuh sel yang terinfeksi fagositosis oleh makrofag

CD4+ CD8+

sel langerhans Mengaktifkan makrofag menghancurkan peptida virus

IL - 1 ↑↑ fagositosis

↑↑ proliferasi keratinosit granulomatosis

Hiperplasia keratinosit
papul – papul berbentuk kubah (delle)
(sifat poxvirus dengan virion bentuk – bata dimana permukaan luar memperlihatkan lekukan)
GEJALA KLINIS
Lokasi penyakit ini yaitu daerah wajah, leher, ketgiak, badan, ekstremitas ( jarang
di telapak tangan atau telapak kaki), sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis
dan genitalia externa.
Kelainan kulit berupa papul berbentuk bulat kubah, berukuran milar sampai
lentikular dan berwarna putih berkilat seperti lilin. Papul tersebur setelah beberapa
lama membesar kemudian ditenganya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat tampak
keluar massa yang mirip butiran nasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder
sehingga timbul supurasi. Sebagian papul berukuran 1-5mm dan bertangkai, juga
dapat berukuran besar hingga 10-15mm disebut giant molluscum. Komplikasi dapat
terjadi berupa infeksi sekunder akibat garukan.
Pada pasien imunokompremais, misalnya HIV/AIDS, lesi moluskum menjadi cepat
tumbuh, berjumlah ratusan, besar-besar dan tersebar.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Anamnesis
Jika pasiennya anak - anak biasanya orang tua menjelaskan adanya eksposur dengan
anak-anak lain yang terinfeksi moluskum kontagiosum di sekolah, asrama, atau
fasilitas rekreasi publik (misalnya,tempat olahraga, kolam renang) (Wolff, 2008).
Dewasa yang imunokompeten, orang dewasa yang biasanya aktif secara seksual
dan tidak mengetahui bahwa pasangan mereka terinfeksi. Pada orang dewasa juga
sering terjadi pada orang yang memiliki banyak pasangan seksual dengan frekuensi
hubungan seksual yang meningkat (Wolff, 2008).
Pemeriksaan fisk
Ditemukan ruam berupa papul millier, kadang- kadang lentikular dan berwarna
putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian direngahnya terdapat lekukan
(delle). Jika dipijat akan tampak massa yang berwarna putih seperti nasi. Biasanya
dijumpai didaerah muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di
daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang – kadang dapat timbul infeksi sekunder
sehingga timbul supurasi (Wolff, 2008)
Morfologi klinis yang khas berupa papul bulat, keras berkilat mirip lilin dan
permukaan tdapat diserttai delle. Biasanya tanpa inflamasi. Klinis mudah dibedakan
dengan milia, folikulitis dan lesi awal varisela.
Laboratorium dan Histopatologi
Vrus dapat dideteksi dengan PCR, pada histologik daerah endemik dapat ditemukan
badan moluskum (intracytoplasmic inclusion body) yang mengandung partkel
virus. Badan inklusi tersebut dinamakan Henderson-Paterson bodies. Badan
moluskum juga dapat dilihat dengan pulasan gram, wright, atau giemsa.
Differential Diagnosis
Veruka
Veruka vulgaris : Terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa
dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ektremitas bagian ekstensor, tetapi
dapat juga dibagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung. Bentuknya
bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk
plakat, permukaan kasar ( verukosa ). Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi
sepanjang goresan (Sri, 2015).
Veruka plana juvenil : Besarnya milier, atau lentikuler, permukaan licin dan rata,
berwarna sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan. Terutama dijumpai
didaerah muka dan leher, dorsum manus dan pedis, pergelangan tangan serta lutut,
paling banyak terdapat pada anak dan usia muda, walaupun dapat juga pada orang
tua (Sri, 2015).
Veruka plantaris : Terdapat ditelapak kaki terutama di daerah yang mengalami
tekanan. Bentuknya berupa cincin yang keras dengan ditengah agak lunak dan
berwarna kekuning-kuningan. Permukaannya licin karena gesekan dan memberi
rasa nyeri waktu berjalan yang disebabkan oleh penekanan massa yang terdapat di
daerah tengah cincin (Wolff, 2008).
TATALAKSANA
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan masa yang mengandung badan
moluskum. Dapat menggunakan alat esktrator komedo, jarum suntik, atau kuret.
Cara lain yang dapat digunakan adalah elektrokauterisasi atau bedah beku dengan
CO2 dab N2. Sebelum tindakan diberikan anesteis lokal, misal krim mengandung
lidokain/prilokain. (Sri, 2018)
Permberian, kataridin 0.7-0.9%, obat kombinasi kataridin-salisilat, krim imiquimod
1-5%, dan ketiga obat tersebut cukup efektif. Cantharidin adalah ekstrak racun
lebah jenis catharis vesicatoria yang mampu menimbulkan gelembung (vesikel) di
kulit. (Sri, 2018)
Terapi lain yang dapat dipakai adalah golongan keratolitik topikal, misal tretinoin,
bchloroceticacid, atau trchloroacetic acid, dan asam salisilat. (Sri, 2018)
EDUKASI
Menerangkan kepada pasien tentang sifat infeksi dan penularan penyakit untuk
mengurangi transmisi moluskum kontagiosum kepada orang lain, serta untuk
menghindari infeksi ulang dimasa depan dan meminimalkan autoinokulasi.
Menyuruh pasien untuk menghindari menyentuh atau menggaruk lesi karena bisa
menimbulkan infeksi sekunder, tidak pinjam – meminjam barang yang dapat
terkontaminasi seperti handuk, baju dan sisir (Wolff, 2008)
PENCEGAHAN
Pasien diminta menjaga kebersihan diri, tidak saling meminjam alat mandi,
misalnya handuk, pakaian dan mainan, dan mencegah kontak fisik sesama teman,
dan selama sakit dilarang berenang (Sri, 2015).
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini yaitu terkena infeksi sekunder.
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif
(Sri, 2015). Biasanya prognosis penyakit ini baik karena merupakan penyakit “self
limited”. Penyembuhan spontan bisa terjadi pada orang – orang imunokompeten
selama 18 bulan (Wolff, 2008).
PROGNOSIS
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada penyakit ini jarang residif. (Sri,
2018)
DAFTAR PUSTAKA

Sri Linuih. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Jakarta : FK UI
Sri Linuih. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh (cetakan ke 5).
Jakarta : FK UI

Wolff, Klaus. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Seventh


edition. New York : Mc Graw Hill Medical
Jawetz, Ernest. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai