Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja 1. Pengkajian diare: onset terjadi diare, frekuensi BAB, konsistensi, warna, terdapat 1. Survei umum dan tingkat kesadaran (pasien terlihat sangat lemas dan pada
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), darah/tidak, penanganan yang sudah dilakukan untuk menangani diare, makanan / kondisi lanjut kesadaran menurun)
dengan tinja berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai minuman terakhir yang dikonsumsi sebelum terjadi diare 2. TTV
frekuensi yang meningkat (Markum, 2008). Menurut WHO 2. Pengkajian adanya muntah, warna dan frekuensi muntah 3. Sistem Pernapasan: bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat dan
(2014), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari 3. Pengkajian adanya demam (peningkatan suhu tubuh) pernapasan cepat dan dalam
dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare 4. Keluhan nyeri pada abdomen dpt dikaji dengan pendekatan PQRST (P= 4. Sistem kardiovaskuler: TD, Denyut nadi cepat dan lemah, resiko timbulnya
akut dan kronis. Provoking, Q= Qualitas, R= Region, S= Severity, T= Time) syok
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 5. Keluhan gejala dehidrasi 5. Sistem Genitourinarius: penurunan urine output, dari oliguri sampai anuria
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces a. Mengkaji adanya keluhan ortostatis (pusing, tdk bisa duduk atau ingin jatuh 6. Sistem Gastrointestinal
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir apabila berdiri) Inspeksi: perut kembung, distensi abdomen
dan darah atau lendir saja (Potter & Perry. 2006) b. Mengkaji tingkat kesadaran Auskultasi: bising usus meningkat > 25 kali/ menit
Perkusi: hipertimpani
Palpasi: adanya nyeri tekan pada daerah abdomen.
7. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Pada kondisi diare kronis dgn deplesi nutrisi kram otot ekstremitas
Turgor kulit menurun < 3 detik
ETIOLOGI
Pada anak – anak ubun – ubun dan mata cekung
Keringat dingin
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014): Diaforesis
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak). PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan: Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran a. Laboratorium :
dimasak kutang matang. feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
e. Faktor Psikologis: Rasa takut, cemas.
DCA (DIARE CAIR Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus. AKUT) HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi: mungkin ditemukan bronchopemoni
Ketidakseimbangan
nutrisi < kebutuhan
tubuh
DAFTAR PUSTAKA Pemasangan infus Resiko Infeksi
1. Bulechek, Gloria M., dkk. (2016). Nursing intervention classification (NIC). United States of America:
Elsevier.
2. Brunner & Suddarth. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta, EGC.
3. Heather H et all. (2018). NANDA International Nursing diagnoses: Definitions and Classification 2018-2020,
Eleventh editions. Jakarta:EGC,2018
4. Markum.AH. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
5. Moorhead, Sue, dll. (2016). Nursing outcome classification (NOC): measurement of health outcome. United
States of America: Elsevier. IFFAH NUR AMALIA
6. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI 22020115120022
7. WHO. (2014). Diarrhoeal Disease. diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/ pada
tanggal 1 November 2018