Anda di halaman 1dari 37

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Menstruasi

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik

dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohadjo,

2007).Menstruasi merupakan aktivitas bersiklus yang melibatkan

peluruhan sebagian endometrium (Andrews, 2010).

Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang

lalu dan mulainya haid berikutnya.Hari mulainya perdarahan dinamakan

hari pertama siklus.Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai

siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Rata-

rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada usia

43 tahun 27,1 hari, dan pada usia 55 tahun 51,9 hari. Lamanya haid

biasanya antara tiga sampai lima hari, ada yang satu sampai dua hari

diikuti darah sedikit-sedikit, kemudian, ada yang tujuh sampai delapan

hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 cc. Pada wanita yang lebih

tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia

defisiensi besi jumlah darah haidnya jika lebih dari 80 cc dianggap

patologik. Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu

haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri

(dismenore).Usia gadis remaja pada waktu pertama kali mendapat haid


commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

(menarche) bervariasi antara 10-16 tahun. Menarche terjadi di tengah-

tengah masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa

dimana wanita dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini

berlangsung 30-40 tahun dan berakhir pada masa mati haid (menopause)

(Prawirohadjo, 2007).

Siklus menstruasi dikendalikan oleh hipotalamus dan kelenjar

hipofisis anterior dengan jalur umpan balik antara otak dan ovarium yang

melibatkan kadar estrogen sirkulasi.

Gambar 2.1 Kompleks Hipotalamus-Hiposis-Ovarium

Sumber : Kelly, 1998

SaatGonadotrophin Releasing Hormone (GnRH) dilepas dari

hipotalamus, hipofisis anterior terstimulasi untuk melepas Follicle

Stimulating Hormone (FSH), kemudian Lutenizing Homone (LH). FSH

memulai akitivitas pada salah satu ovarium dan menstimulasi pematangan

beberapa folikel.Estrogen dilepas dari folikel tersebut. Satu folikel

dominan akan matang, sementara folikel lain mengalami atresia (ini


commit to user
merupakan proses degeneratif yang tejadi pada sebagian besar folikel
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

ovarium). Mekanisme ini sangat rumit, tetapi saat kadar estrogenmencapai

puncak, kelenjar hipofisis anteior melepas LH, yang menyebabkan folikel

matur meluruh dan melepas ovum. Ovulasi terjadi sekitar 30 jam setelah

pelepasan LH. Beberapa wanita mengalami nyeri tajam atau seperti

kram.Nyeri ini dapat tetap terjadi selama satu maupun dua hari.Saat

ovulasi, folikel kolaps menjadi korpus luteum yang menyekresi

progesteron.Estrogen dan progesteron bertanggung jawab atas perubahan

yang tejadi pada uterus selama siklus menstruasi.

Menurut Andrews (2010) fase menstruasi dibagi menjadi tiga

yaitu :

a. Fase proliferasi atau fase folikular. Selama fase proliferasi, stroma dan

kelenjar di endometrium mengalami regenerasi pada satu proses yaitu

penebalan dari lapisan basal yang masih ada setelah menstruasi yang

terakhir (ketebalannya lebih 0,5 mm). Biasanya berlangsung 10-14

hari, lama fase proliferasi bervariasi jika siklus menstruasi tidak

teratur.

b. Fase luteal atau fase sekretorik dan ovulasi ini terjadi bersamaan

dengan periode korpus luteum aktif secara fungsional dan

mensekresikan progesteron dan estrogen, dan berlangsung selama

sekitar 14 hari. Di bawah pengaruh hormon progesteron dan estrogen,

terutama progesteron, sel-sel pada struma endometrium menjadi

edema, kelenjar-kelenjar berdilatasi dan menyekresi lendir encer kaya

glikogen. Arteri-arteri spiral mengalami dilatasi dan kontraksi ritmik


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

yang berada di bawah kendali hormon-hormon ovarium. Pada tahap ini

tebal endometrium sekitar 5 mm.

c. Fase menstruasi, setelah sekitar 12-14 hari, apabila pembuahan tidak

terjadi, korpus luteummulai berdegenerasi dan sekresi hormon

terhadap jaringan endometrium terhenti, terjadi kehilangan air dan

penurunan aliran darah ke endometrium akibat spasme arteri-arteri

spiral yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis endometrium.Namun

endometrium berdilatasi kembali, perdarahan terjadi pada stroma

endometrium yang nekrosis.Dengan demikian darah masuk ke dalam

lumen uterus dan fase menstruasi mulai terjadi. Endometrium

menghasilkan prostaglandin dalam jumlah yang banyak pada saat

menstruasi. Kemungkinan prostaglandin terlibat dalam permulaan

menstruasi dan peluruhan sel endometrium (Everett, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.2 Skema Menstruasi dan Ovulasi

(Sumber : dimodifikasi atas izin Scambler, 1993)

Siklus haid seorang wanita seringkali mencerminkan keadaan

organ reproduksinya.Jika siklus tersebut tidak normal, maka kemungkinan

ada gangguan di sistem reproduksi.Berikut beberapa kelainan pada

menstruasi:

1) Siklus anovulatorik hampir selalu terjadi pada satu sampai dua

tahun pertama commit


setelahto user
menarche dan juga sebelum
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

menopause(Ganong, 2003).Kira-kira 97% wanita yang berovulasi

siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari.Jika siklusnya kurang dari

18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya

tidak berovulasi (anovulatorik) (Hanafiah, 2007).

2) Dismenore adalah menstruasi yang nyeri. Nyeri pada menstruasi

berat yang terjadi pada wanita muda sering menghilang setelah

kehamilan pertama. Sebagian besar gejala dismenore disebabkan

oleh penimbunan prostaglandin dalam uterus (Ganong, 2003).

2. Dismenore

a. Pengertian

Dismenore didefinisikan sebagai sensasi nyeri yang hebat

disertai nyeri di abdomen bagian bawah, dan disertai gejala biologis

lain seperti berkeringat, takikardi, sakit kepala, nausea, vomitus, diare,

dan merinding, yang terjadi sebelum atau selama siklus menstruasi

(Katz, 2007).

Dismenore dapat dikelompokkan menjadi dua kategori umum,

yaitu :

1) Dismenore primer, adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan

pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi

beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau

lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama

setelah menarche umumnya berjenis anovulatorik yang tidak


commit
disertai dengan rasa to userRasa nyeri timbul tidak lama
nyeri.
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan

berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus

dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang

berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat

menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan rasa nyeri

dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas,

dan sebagainya.

2) Dismenore sekunder (ekstrinsik, acquired), disebabkan oleh kelainan

ginekologiseperti salpingitis kronik, endometriosis, adenomiosis uteri,

stenosis serviks uteri, dan lain-lain (Prawirohardjo, 2007).

Derajat dismenore menurut Katz (2007), dibagi ke dalam tiga

tingkatan yaitu pertama ringan :

a) Tidak terdapat gejala sistemik

b) Jarang membutuhkanpengobatan

c) Jarang mengganggu pekerjaan.

Kedua, sedang :

a) Terdapat beberapa gejala sistemik

b) Membutuhkan pengobatan

c) Mengganggu pekerjaan.

Ketiga, berat :

a) Banyak terdapat gejala sistemik

b) Respon yang buruk terhadap pengobatan

c) Menghalangi pekerjaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Patofisiologi dismenore dibedakan menurut jenisnya:

a) Dismenore primer, biasanya dimulai 6 bulan setelah terjadinya

haid pertama atau menarche. Selama proses menstruasi, saat

terjadi peluruhan sel-sel endometrium terjadi pelepasan

prostaglandin yang menyebabkan uterus mengalami iskemik

melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan

kadar prostaglandin dijadikan ukuran dalam jumlah cairan

menstruasi pada wanita yang mengalami dismenore berat.

b) Dismenore sekunder, dapat terjadi kapanpun setelah menarche.

Peningkatan kadar prostaglandin berperan dalam patofisiologi

dismenore sekunder, tetapi juga harus disertai dengan kelainan

pelvis. Penyebab tersering dismenore sekunder adalah

endometriosis, leiomioma, adenimiosis dan lain-lain (Holder,

2011).

Penanganan dismenore primer difokuskan untuk menghentikan

produksi prostaglandin, sedangkan penanganan dismenore sekunder

didasarkan pada penyakit penyebabnya itu sendiri (Chudnoff, 2005).

Penanganan dismenore primer menurut Prawirohardjo (2007)

yaitu :

a) Penerangan dan nasihat, perlu dijelaskan kepada penderita

bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya bagi

kesehatan.Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi

mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau

adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan.

Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup,

dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan

psikoterapi.

b) Pemberian obat analgesik, dewasa ini banyak beredar obat

analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika

nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres

panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat

analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi

aspirin, fenasetin, dan kafein.

c) Terapi hormonal, tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi.

Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk

membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer,

atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan

penting pada waktu haid tanpa gangguan .

d) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin, pemberian

indometasin, ibuprofen, dan naproksen pada kurang lebih 70%

penderita mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan

diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga hari sebelum

haid, dan pada hari pertama haid.

e) Dilatasi kanalis servikalis, dapat memberi keringanan karena

memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

dalamnya. Neurektomi prasakral ditambah dengan neurektomi

ovarial merupakan tindakan terakhir apabila usaha-usaha lain

gagal.

f) Pemberian kontrasepsi oral dan Depot Medroxy Progesteron

Acetat(DMPA). Pemberian kontrasepsi oral dan DMPA efektif

pada beberapa kasus. DMPA tersebut pada dosis 150 mg yang

diberikan setiap tiga bulan secara I.M (Saifuddin, 2004;

Chudnoff, 2005).

g) Pemberian guaifenesin dapat menyebabkan dilatasi serviks dan

penipisan mukosa serviks.

h) Akupunturdapat digunakan sebagai terapi alternatif disaat

penggunaan Anti Inflamation Non Steroid (AINS) dan

kontrasepsi oral dikontraindikasikan.

i) Pengobatan tambahan, pemberian thiamin, vitamin E, minyak

ikan, diet vegetarian dan rendah lemak, kompres hangat dapat

dijadikan terapi alternatif untuk mengurangi dismenorea

(Chudnoff, 2005).

b. Etiologi

Berdasarkan teori, Morgan (2009) dismenore primer terjadi

akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi,

mencapai puncak maksimum pada awal menstruasi. Keadaan ini

disebabkan oleh kelebihan produksi prostaglandin oleh endometrium

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

fase sekresi, menyebabkan perangsangan pada otot-otot polos, dan

bukan disebabkan oleh penyebab organik (Raybun, 2001).

Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala

yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter

untuk konsultasi dan pengobatan.Karena gangguan ini sifatnya

subjektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai.Walaupun frekuensi

dismenore cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun

sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan

memuaskan (Prawirohardjo, 2007).

Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan

ada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri,

nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan

dismenore kongestif.

1) Dismenore Spasmodik

Dismenore spasmodik terasa di bagian bawah perut dan

berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid

mulai.Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu

menderita nyeri itu sehingga dirinya tidak dapat mengerjakan

apa pun. Ada di antara wanita itu yang pingsan, merasa sangat

mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan

penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula

pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore

spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang

tidak mengalami hal seperti itu.

2) Nyeri Kongestif

Penderita dismenorekongestif yang biasanya akan tahu sejak

berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba.

Penderita mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah

dada, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat,

sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau

sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan,

menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di

paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal

menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai

kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak

terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan

setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita

dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab

yang dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore

primer dan dismenore sekunder.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

a) Dismenore Primer

Penyebab pasti dismenore primer belum diketahui.

Diduga faktor psikis sangat berperan trerhadap timbulnya

nyeri. Dismenore primer umumnya dijumpai pada wanita

dengan siklus haid berovulasi (Kapita Selekta Kedokteran,

2009).

Prawirohardjo(2007) menyatakan banyak teori telah

dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore

primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti.

Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai

penyebab dismenore primer, antara lain:

(1) Faktor Kejiwaan

Pada wanita yang secara emosional tidak stabil,

apalagi jika pada wanita tidak mendapat penerangan

yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.

(2) Faktor Konstitusi

Faktor ini erat hubunganya dengan faktor tersebut

diatas,dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa

nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit

menahun,dansebagainya dapat memengaruhi timbulnya

dismenore.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

(3) Faktor Stenosis Kanalis Servikalis

Satu teori yang paling tua untuk menerangkan

terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis

servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam

hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis

servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap

sebagai faktor yang penting sebagai penyebab

dismenore.Banyak wanita menderita dismenore tanpa

stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi.

(4) Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase

korpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau

mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon

estrogen merangsang kontraktilitas uterus.Endometrium

dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2

sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika

kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran

darah, maka selain dismenore dapat juga dijumpai efek

lainnya seperti: nausea, muntah, diare, flushing. Jelaslah

bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang

peranan penting pada timbulnya dismenore primer

(Cunningham, 2005).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

(5) Kelainan organik

Seperti:retrofleksia uterus, hipoplasia uterus,

obstruksi kanalis servikalis, mioma submukosum

bertangkai, polip endometrium.

(6) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis

Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut

hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan

kewanitaannya, dan imaturitas.

(7) Faktor alergi

Penyebab alergi adalah toksin haid. Diawali

dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.

b) Dismenore Sekunder

Penyebab tersering dismenore sekunder adalah

endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna (Kapita

Selekta Kedokteran, 2009).

Dalam dismenore sekunder, etiologi yangmungkin

terjadi adalah:

(1) Faktor konstitusi seperti anemia, pemakaian kontrasepsi

IUD, benjolan yang menyebabkan pendarahan, tumor

atau fibroid.

(2) Anomali uterus konginental, seperti : rahim yang

terbalik, peradangan selaput lendir rahim.


commit to user
(3) Endometriosis, penyakit yang ditandai dengan adanya
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

pertumbuhanjaringan endometrium diluarrongga rahim.

Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian

dalam rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan endometrium

ini akanbertambah sebagai persiapan terjadinya

kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini

akan terlepas dan dikeluarkan sebagai menstruasi

(Prawirohardjo, 2007).

c. Patofisiologi

1) Dismenore primer

Dismenore primer adalah rasa nyeri yang terjadi selama

masa menstruasi dan selalu berhubungan dengan siklus

ovulasi.Hal ini disebabkan oleh kontraksi dari miometrium yang

diinduksi oleh prostaglandin tanpa adanya kelainan patologis

pelvis. Pada remaja dengan dismenore primer akan dijumpai

peningkatan produksi prostaglandin oleh endometrium.

Pelepasan prostaglandin terbanyak selama menstruasi didapati

pada 48 jam pertama dan berhubungan dengan beratnya gejala

yang terjadi.Prostaglandin F2a (PGF2a) adalah perantara

yangpaling berperan dalam terjadinya dismenore

primer.Prostaglandin ini merupakan stimulan kontraksi

miometriumyang kuat serta efek vasokontriksi pembuluh

darah.PeningkatanPGF2a dalam endometrium diikuti dengan

commit topada
penurunan progesteron user fase luteal membuat membran
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

lisosomal menjadi tidak stabil sehingga melepaskan enzim

lisosomal.Pelepasan enzim ini menyebabkan pelepasan enzim

phospholipase A2 yang berperan pada konversi fosfolipid

menjadi asam arakidonat.Selanjutnya menjadi PGF2a dan

prostaglandin E2 (PGE2) melalui siklus endoperoxidase dengan

perantara prostaglandin G2 (PGG2) dan prostaglandin H2

(PGH2). Peningkatan kadar prostaglandin ini mengakibatkan

peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang

berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pada saat menstruasi

(Manuaba, 2002) .

Gambar 2.3 Mekanisme Dismenore Primer

Sumber : Wagiyo, 2010

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

2) Dismenore sekunder

Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah

menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia

20-an atau 30-an, setelah mengalami menstruasi normal dan

siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan

pada dismenorea sekunder.Namun secara pengertian, penyakit

pelvis yang menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum

termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis,

polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan

penggunaan peralatan kontrasepsi atau Intrauterine

Device(IUD), sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis

dismenore sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat

memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder (Kapita Selekta

Kedokteran, 2009) :

a) Endometriosis

b) Pelvic inflammatory disease

c) Tumor dan kista ovarium

d) Oklusi atau stenosis servikal

e) Adenomyosis

f) Fibroids

g) Uterine polyps

h) Intrauterine adhesions

i) Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

subseptate uterus)

j) Intrauterine contraceptive device

k) Transverse vaginal septum

l) Pelvic congestion syndrome

m) Allen-Masters syndrome

d. Faktor Risiko

Menurut (Rahimian, 2006), beberapa faktor risiko yang dapat

terkena dismenore diantaranya:

1) Menarche yang awal.

2) Periode menstruasi panjang.

3) Merokok.

4) Alkohol.

5) Obesitas.

6) Diperburuk oleh stres, kafein, dan kehilangan tidur.

Sedangkan menurut Bare dan Smeltzer (2002), faktor risiko

terjadinya dismenore adalah:

1) Menarchepada usia lebih awal

Menarcheadalah menstrusi pertama kali yang dialami kaum

perempuan yang merupakantanda awal dimulainya kehidupan baru

sebagai remaja dalam masa pubertas yang biasanya terjadi dalam

rentang usia 10-16 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), usia saat seorang

anak perempuan commit to user


mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi.
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi

yang pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12

tahun sudah mendapat menstruasi yang pertama kali, yang usia 8

tahun sudah mengalami dan ada juga yang usia 16 tahun baru

mengalami. Menarchepada usia lebih awal menyebabkan alat-alat

reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap

mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika

menstruasi. Menurut Widjanarko (2006), menyatakan bahwa alat

reproduksi wanita harus berfungsi sebagaimana mestinya, namun

bila menarcheterjadi pada usia yang lebih awal dari normal dimana

alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih

terjadi penyempitan pada leher rahim maka akan timbul rasasakit

ketika menstruasi.

2) Belum pernah hamil dan melahirkan

Wanita yang hamil biasanya terjadi alergi yang

berhubungan dengan saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami

penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga

sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang (Prawirohardjo, 2007)

3) Lama menstruasi lebih dari normal (Menoragia)

Pendarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu

menstruasi teratur (Bare dan Smeltzer, 2002). Menurut Proverawati

dan Misaroh (2009), menoragiaadalah pendarahan menstruasi yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

banyak dan lebih lama dari normal, yaitu 6-7 hari dengan ganti

pembalut 5-6 kali perhari.

4) Perokok

Merokok dapat mengakibatkan nyeri saat haid karena

didalam rokok terdapat kandungan zat yang dapat memengaruhi

metabolisme estrogen, sedangkan estrogenbertugas untuk mengatur

proses haid dan kadar estrogenharus cukup di dalam tubuh. Apabila

estrogentidak tercukupi akibat adanya gangguan dari

metabolismenya akan menyebabkan gangguan pula dalam alat

reproduksi termasuk nyeri saat haid (Chen et al, 2000).

5) Kebiasaan Olahraga

Kejadian dismenoreakan meningkat dengan kurangnya

aktifitas selama menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat

menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak

padauterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigenpun berkurang

dan menyebabkan nyeri. Olahraga merupakan salah satu teknik

relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini

disebabkan saat melakukan olahraga tubuh akan menghasilkan

endorphine. Endorphine dihasilkan di otak dan susunan saraf tulang

belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami

yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry,

2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Dengan olah raga dapat meningkatkan pasokan darah ke

organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah.

Olahragateratur seperti jalan cepat, jogging, berlari, berenang,

bersepeda atau aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum

dan menjaga siklus menstruasi agar tetap teratur. Beberapa wanita

mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya

mengurangi stres tapi juga meningkatkan produksi endorphinedi

otak, penawar sakit alami tubuh. Tidak ada pembatasan aktifitas

selama haid. Olahraga latihan aerobik dapat membantu

memproduksi bahan alami yang dapat memblok rasa sakit ketika

haid (Proverawati dan Misaroh, 2009).

6) Stres

Stress menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul

dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.

e. Manifestasi Klinis

Berdasarkan Kapita Selekta Kedokteran (2009), terdapat

beberapa manifestasi klinis dari dismenore primer dan sekunder,

diantaranya :

1) Dismenore Primer

a) Usia lebih muda

b) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

c) Sering pada nulipara

d) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

e) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari

pertama atau kedua haid

f) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvis

g) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik.

h) Seringmemberikan respon terhadap pengobatanmedikamentosa

i) Pemeriksaan pelvik normal

j) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri

kepala

2) Dismenore Sekunder

a) Usia lebih tua.

b) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur.

c) Tidak berhubungan siklus dengan paritas.

d) Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul.

e) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan

dengan keluarnya darah.

f) Berhubungan dengan kelainan pelvis.

g) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi.

h) Seringkali memerlukan tindakan operatif.

i) Terdapat kelainan pelvis.

f. Tingkatan Nyeri

Menurut Manuaba (2002) pembagian klinis nyeri dismenore

dibagi atas tiga yaitu:

commit
1) Ringan : berlangsung to user saat dan dapat melanjutkan kerja
beberapa
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

sehari-hari

2) Sedang :diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu

meninggalkan kerjanya.

3) Berat : perlu istirahat dan dapat disertai, sakit kepala, nyeri

pinggang, diare, dan rasa tertekan.

g. Penanganan

Dalam penanganan dismenore, ada beberapa hal yang dapat

dilakukan, antara lain :

1) Secara Farmakologis

Menurut Potter dan Perry (2005) upaya farmakologis yang

dapat dilakukan dengan memberikan obat analgesik sebagai

penghilang rasa sakit. Menurut Bare dan Smeltzer (2002),

penanganan nyeri yang dialami oleh individu dapat melalui

intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan dokter

atau pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-

obatan ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi

prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma

dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi

sensitifterhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat

anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen.

Menurut Hanafiah (2007), hal-hal yang dapat dilakukan

untuk menangani dismenorediantaranya:

a) Penerangan dan Nasihat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore

adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan.

Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara

hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita.

Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu

atau tahayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat

mengenai makanan sehat, istirahat, yang cukup, dan olahraga

mungkin berguna.Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

b) Pemberian obat analgetik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang

dapat diberikan sebagai terapi simtomatik.Jika rasa nyerinya

hebat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas

pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.Obat

analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi

aspirin, fenasevin, dan kafein.Obat-obat paten yang beredar di

pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen,

dan sebagainya.

c) Terapi Hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah ialah menekan

ovulasi.Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk

membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer

atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan

penting pada commit


waktu to user
haid tanpa gangguan.Tujuan ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi

kontrasepsi.

d) Terapi dengan Obat AntiInflamation Non Steroid(AINS)

Terapi dengan obat AINS ini memegang peranan

yang makin penting terhadap dismenore primer.Termasuk

indometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih

70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak

perbaikan.Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid

dimulai, 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari

pertama haid.

e) Dilatasi Kanalis Servikalis

Dilatasi Kanalis Servikalis dapat memberi

keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid

dan prostagladin di dalamnya.Neurektomi prasakral

(pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan

saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial

(pemotonganurat saraf sensorik pada diligamentum

infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-

usaha lain gagal.

2) Secara Non Farmakologis

Menurut Bare dan Smeltzer (2002) penanganan nyeri

secara non farmakologis terdiri dari:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

a) Stimulasi dan Masase kutaneus

Adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum,

sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase

dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase

membuat relaksasi otot.

b) Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostsglandin yang

memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain

pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.

Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran

darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut

menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.

c) Transecutaneus Electrical Nerve Stimulaton ( TENS)

TENS dapat menurunkan nyeri dengan

menstimulasi reseptor tidak nyeri dalam area yang sama

seperti pada serabut yang mentransmisikan nyeri. TENS

menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan

elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan

sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area

nyeri.

d) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang

menyebabkan nyeri, contoh: menyanyi, berdoa,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

menceritakan gambar atau foto, mendengar musik dan

bermain suatu permainan.

e) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau

pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana

terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,

berirama (teknik relaksasi nafas dalam). Contoh: bernafas

dalam -dalam dan pelan.

f) Imajinasi

Imajinasi merupakan hayalan atau membayangkan

hal yang lebihbaik khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan.

3. Status Gizi

Supariasa (2001), mengatakan bahwa: “Gizi adalah suatu

proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara

normal melalui proses digesiti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energi”.

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang

didapatkan dengan menggunakan berbagi metode untuk

mengidentifiksi populasi atau individu yang berisiko atau dengan

stastus gizi buruk. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi

empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

a. Antropometri

Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri

gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat

gizi(Supariasa, 2001). Di Indonesia, jenis antropometri yang banyak

digunakan antara lain:

1) Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang

memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat

sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak.Indeks

berat badan menurut umur digunakan untuk menggambarkan

status gizi seseorang saat ini(current nutritional status).

a) Kelebihan Indeks BB/U

Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara

lain:

(1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh

masyarakat umum.

(2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronik

(3) Berat badan dapat berfluktuasi

(4) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil

(5) Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

b) Kelemahan Indeks BB/U

Disamping mempunyai kelebihan, Indeks BB/U

juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:

(1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang

keliru bila terdapat oedema maupun ascites

(2) Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan

tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat

karena pencatatan umur yang belum baik

(3) Memerlukan data umur yang akurat

(4) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti

pengaruh pakaian atau gerakan pada saat penimbangan

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi Badan merupakan antropoetrik yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan

tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah

kekurangan gizi dalam waktu yangpendek.Pengaruh defisiensi

zat terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang

relatif sama. Indeks ini digunakan untuk menggambarkan

status gizi masa yang lalu.

a) Keuntungan Indeks TB/U :

(1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau

(2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah

dibawa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

b) Kelemahan Indeks TB/U :

(1) Tinggi badan tidak dapat naik, bahkan tidak mungkin

turun

(2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena objek

harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang

untuk melakukannya

(3) Ketepatan umur sulit didapat

3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat Badan memiliki hubungan yang linear dengan

Tinggi Badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat

badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan

kecepatan tertentu. Indeks ini merupakan indikator yang

baik untuk menilai status gizi saat ini dan independen

terhadap umur.

a) Keuntungan BB/TB :

(1) Tidak memerlukan data umum

(2) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal

dan kurus)

b) Kelemahan indeks BB/TB :

(1) Tidak dapat memberikan gambaran, apakah orang

tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan

tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur

tidak dipertimbangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

(2) Membutuhkan dua macam alat ukur

(3) Pengukuran relatif lebih lama dan membutuhkan dua

orang untuk melakukannya

(4) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil

pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok

non-profesional

b. Klinis

Metode inididasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal

tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,

rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid .

c. Biokimia

Pemeriksaan spesimen diuji secara laboratoris yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh

yang digunakan antara lain: urin, tinja, darah, beberapa jaringan

tubuh lain seperti hati dan otot .

d. Biofisik

Suatu metode penentuan status gizi dengan melihat

kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan

struktur jaringan (Supariasa, 2001).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

4. Body Mass Index (BMI)

Menurut Sugondo dan Sidartawan (2007) Body Mass Index atau

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator yang paling sering

digunakan dan praktis untuk mengukur status gizi pada orang dewasa,

menggunakan rumus berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan

dalam meter kuadrat (m2).

Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan

tubuh.Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi

dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi

kesehatan.Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.

Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan yaitu

mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, mudah

diperoleh dan relatif murah harganya, ketelitian penimbangan maksimum

0,1 kg dan skalanya mudah dibaca. Tinggi badan merupakan ukuran

antropometrik kedua yang cukup penting. Keistimewaannya bahwa ukuran

tinggi badan akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai

mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung

dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.

Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT), diukur

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑔)


melalui rumus:
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚)2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

Bila melakukan penilaian BMI, perlu diperhatikan akan adanya

perbedaan individu dan etnik. Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah

mengusulkan kriteria dan klasifikasi BMI sendiri.

Tabel 2.1Klasifikasi BMI Wilayah Asia Pasifik

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat badan kurang (underweight) <18,5

Kisaran Normal 18,5 – 22,9

Berat badan lebih (overweight) > 23,5

• Berisiko Obes 23,5 – 24,9

• Obes I 25,0-29,9

• Obes II > 30,0

Sumber: WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia Pacific Perspective:

Redefining Obesity and its Treatment

5. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore

Status gizi merupakan salah satu faktor risiko yang memengaruhi

dismenore. Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer,

karena di dalam tubuh orang yang mempunyai kelebihan berat badan

terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan

hiperplasi pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan

lemak) pada organ reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya

mengalir pada proses menstruasi menjadi terganggu dan timbul dismenore

primer (Widjanarko, 2006).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Menurut Fancin (2004), pada gizi kurang (underweight) selain

akan memengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh juga akan terjadi

gangguan menstruasi karena pada saat fase luteum membutuhkan nutrisi

lebih banyak. Sedangkan pada wanita yang mempunyai status gizi kurang

(underweight) tidak dapat memenuhi nutrisi tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

A. Kerangka Pemikiran

Status Gizi

Underweight Normal Overweight

Kebutuhan Regresi Korpus luteum Jaringan lemak yang


nutrisi saat fase berlebih
luteal tidak
terpenuhi Progesteron turun
Mendesak
pembuluh darah
Labilisasi membran
Gangguan fungsi lisosom
organ reproduksi
Berkurangnya
Endometrium dan vaskularisasi uterus
ovum luruh

Menstruasi

Tidak dismenore Enzim fosfolipase


meningkat

Hidrolisis senyawa
fosfolipid

Asam arakhidonat

Prostaglandi
Faktor Perancu :
1. Menarche lebih awal Miometrium
2. Belum pernah hamil terangsang
3. Menorhagia
4. Perokok
Keterangan: 5. Kebiasaan olahraga Kontraksi dan disritmia
6. Stres uterus meningkat
: Variabel yang 7. Faktor genetik
tidak diteliti 8. Gangguan organ
reproduksi Iskemia
: Variabel yang
commit to user
diteliti
Dismenore primer
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

B. Hipotesis

Ada hubungan status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia
subur.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai