Mengukur Luas Lahan Dengan Metode Poligo
Mengukur Luas Lahan Dengan Metode Poligo
PENDAHULUAN
2.1 Poligon
Poligon (poly = banyak, gonos = sudut) adalah serangkaian garis lurus yang
menghubungkan titik-titik di permukaan bumi. Metode poligon adalah salah satu
cara penentuan posisi horizontal banyak titik. Tujuan pengukuran poligon untuk
menentukan koordinat titik-titik ikat (kontrol) pengukuran (Kusumawati, 2014).
Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah
ditentukan dari pengukuran lapangan. Poligon dapat dijadikan sebagai kontrol
jarak dan sudut, basis titik untuk pengukuran selanjutnya, serta memudahkan
perhitungan pada plotting peta. Selain itu, poligon juga sebagai dasar untuk
tempat pelaksanaan pengukuran yang lainnya (Kusumawati, 2014).
Data yang diperoleh dari pengukuran yaitu tinggi instrumen (Ti), benang
atas (BA), bacaan lingkaran vertikal (Vtk), benang tengah (BT), bacaan lingkaran
horizontal (Hz), benang bawah (BB). Sedangkan data yang diperlukan sebagai
pengikat (datum) yaitu azimut titik ikat. Selain itu, data yang diperlukan sebagai
datum adalah koordinat titik ikat dan tinggi titik ikat (Saleh, 2011).
Menurut Perdana (2010), penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini
membutuhkan:
a. Koordinat awal
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah
dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya titik triangulasi atau titik-
titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan.
Bila dipakai sistem koordinat lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga
koordinat tertentu dan titik tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik-titik lainya.
b. Koordinat akhir
Koordinat titik ini dibutuhkan untuk memenuhi syarat geometri hitungan
koordinat dan tentunya harus dipilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang
sama dengan koordinat awal.
c. Azimut awal
Azimut awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari
sistem koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di tempuh dengan
dua cara yaitu sebagai berikut :
1. Hasil hitungan dari koordinat titik-titik yang telah diketahui dan akan
dipakai sebagai tititk acuan sistem koordinatnya.
2. Hasil pengamatan astronomis (matahari). Pada salah satu titik poligon
sehingga didapatkan azimut ke matahari dari titik yang bersangkutan.
Dan selanjutnya dihasilkan azimut kesalah satu poligon tersebut dengan
ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimut matahari).
d. Data ukuran sudut dan jarak
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol perlu
diukur di lapangan. Data ukuran tersebut, harus bebas dari sistematis yang
terdapat pada alat ukur sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat dan
alam diusahakan sekecil mungkin bahkan kalau bisa ditiadakan.
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian
acuan. Azimut ialah sudut yang dimulai dari utara yang besaran azimut antara 0°-
360°. Dalam pengukuran tanah datar, azimut biasanya diukur dari utara, tetapi
para ahli astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai selatan
sebagai arah acuan (Walidjatun, 2010).
Menurut Kusumawati (2014), macam-macam sudut azimut yaitu:
a. Azimut sebenarnya, yaitu sudut yang dibentuk antara utara geografis dengan
titik yang dituju.
b. Azimut magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik
yang dituju.
c. Azimut peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik
yang dituju.
Bearing adalah sudut yang diukur dari utara maupun selatan berputar searah
jarum jam ataupun berlawanan jarum jam ke titik yang dituju. Besarnya bearing
antara 0°-90° dan ditulis dengan dua huruf arahnya. Sudut arah merupakan satu
sistem penentuan arah garis dengan memakai sebuah sudut dan huruf-huruf
kuadran. Sudut arah sebuah garis adalah sudut lancip horizontal antara sebuah
meridian acuan dan sebuah garis (Kusumawati, 2014).
Bearing suatu arah awal harus dihitung kembali sebagai sebuah pengecekan
memakai sudut terakhir. Adanya ketidaksesuaian menunjukkan bahwa telah
terjadi galat (error) aritmetik atau sudut-sudutnya tidak diratakan dengan benar
sebelum menghitung sudut arah. Sudut-sudut poligon harus diratakan sesuai
dengan penjumlahan geometrik yang benar sebelum sudut arah dihitung. Jika
sudut-sudut poligon tidak menutup karena misalnya ada perbedaan dua detik dan
tidak diratakan sebelum menghitung sudut arah maka sudut arah asli dan
pengecekan yang dihitung juga akan berselisih dua detik, dengan anggapan tidak
ada kesalahan hitung yang lainnya (Kusumawati, 2014).
III. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah theodolite NIKON NE-100,
kaki tiga, bak ukur, GPS, meteran, patok, payung, dan alat tulis-menulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah baterai, kertas grafik dan
kertas kalkir.
4.1 Hasil
Tabel 1. Perhitungan Pengukuran Poligon
Sudut Azimuth
Titik Jarak D CrD L CrL DCr LCr
(°)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, jenis poligon yang digunakan dalam pengukuran adalah
poligon tertutup yang menggunakan enam buah patok. Prinsip pengukuran
poligon yaitu mengetahui luas suatu daerah yang dibatasi oleh patok-patok. Luas
yag hendak diketahui dalam praktikum ini adalah luas dalam batas patok.
Praktikum ini menggunakan alat utama, yaitu theodolite dan GPS. Theodolite
dapat mengukur besaran sudut dengan bacaan lingkaran. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kusumawati (2014), bahwa bacaan lingkaran horizontal pada
theodolite merupakan arah horizontal teropong ketitik bidik tertentu. Penggunaan
GPS dimaksudkan untuk mengetahui arah utara suatu lokasi pengukuran. Sudut
yang terbentuk akibat putaran searah jarum jam dengan titik acuan arah utara
disebut titik azimut. Sudut azimut penting diketahui karena berhubungan dengan
sistem koordinat yang dihasilkan yang berlanjut pada proses pengolahan data. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Kusumawati (2014), bahwa sudut azimut mutlak
diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari sistem koordinat yang dihasilkan
dan pengadaan datanya
Dalam pengukuran poligon tertutup dikenal dengan istilah sudut dalam.
Sudut dalam adalah data yang dibentuk antara garis-garis poligon. Sudut dalam
tersebut dapat diketahui dengan menganalisa besarnya sudut yang dibentuk antara
suatu titik ke titik lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusumawati (2014),
bahwa sudut dalam adalah sudut yang terletak di bagian dalam poligon tertutup
yang dibentuk dari garis-garis poligon yang saling berhubungan.
Dalam pengolahan data poligon tertutup dikenal istilah departure correction
dan latitude correction. Departure correction dan latitude correction digunakan
untuk membuktikan apakah titik pulang dan titik pergi berada pada titik yang
sama dengan parameter nilai nol. Nilai nol tersebut menunjukkan bahwa titik
pulang dan titik pergi dari dari poligon berada pada titik yang sama. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kusumawati (2014), bahwa poligon tertutup merupakan metode
pengukuran dimana garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi
banyak yang tertutup secara matematis dan geometris sehingga memiliki
ketelitian yang sama atau lebih besar dari ketelitian awal. Pada praktikum ini,
nilai departure correction dan latitude correction adalah nol yang membuktikan
bahwa titik pulang dan titik pergi dari dari poligon berada pada titik yang sama.
Pengukuran poligon dapat diaplikasikan dalam pengukuran titik-titik kontrol
sebuah konstruksi karena poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-
sudut dan jarak tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusumawati (2014),
bahwa poligon dapat dijadikan sebagai kontrol jarak dan sudut. Selain itu,
pengukuran poligon dapat dirasakan manfaatnya ketika hendak mengetahui
kepemilikan tanah, topografik, dan memudahkan perhitungan pada plotting peta.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusumawati (2014), bahwa poligon dapat
dijadikan sebagai kontrol jarak dan sudut, basis titik untuk pengukuran
selanjutnya, serta memudahkan perhitungan pada plotting peta. Selain itu, poligon
juga sebagai dasar untuk tempat pelaksanaan pengukuran yang lainnya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Kusumawati, Yuli. 2014. Catatan Kuliah Ilmu Ukur Tanah. Pusat Survei Geologi:
Bandung.