Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN PUSTAKA

A. KISTA OVARIUM
Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduktif wanita.
Berlokasi di pelvis, di samping uterus, yang mana adalah cekungan, berbentuk
seperti buah peer pada bayi yang sedang tumbuh. Masing-masing ovarium ukuran
dan bentuknya seperti buah kenari. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon
wanita. Hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya fungsi dari sel
dan organ tertentu.
Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur dikeluarkan dari
satu ovarium dalam proses yang disebut ovulasi. Perjalanan sel telur dari ovarium
melalui tuba falopii menuju ke uterus. Ovarium juga merupakan sumber utama
dari hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini
mempengaruhi perkembangan dari payudara wanita, bentuk tubuh, dan rambut
tubuh. Hormon-hormon ini juga mengatur siklus menstruasi dan kehamilan.
1. Definisi
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian
mana saja dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk.
Tipe kista ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang
biasanya terbentuk selama siklus menstruasi normal. Setiap bulan, ovarium
seorang wanita tumbuh kista kecil yang menahan sel telur. Ketika sebuah sel
telur matur, kantung membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga dapat
berjalan melewati tuba falopii untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung
pecah. Salah satu tipe dari kista fungsional, ada yang dinamakan kista folikular,
kantung ini tidak terbuka untuk mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista
tipe ini biasanya akan menghilang setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus
luteum, bentuk lain dari kista fungsional, terbentuk apabila kantung kista ini
tidak menghilang. Malahan kantung kista menutup lagi setelah sel telur
dikeluarkan.
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam (silent killer). Karena,
memang seringkali penderita tidak ada perasaan apa-apa. Kalaupun terjadi
keluhan biasanya sudah lanjut misalnya: sering kembung, teraba massa atau ada
benjolan di perut bagian bawah, gangguan pencernaan, dan lain-lain.
Sampai sekarang belum ada cara deteksi dini yang sederhana untuk
memeriksa adanya keganasan ovarium itu. Sekarang ini yang bisa dipakai
masih menggunakan USG, tetapi itu agak sulit kalau diterapkan secara massal
karena biayanya cukup mahal. Berbeda halnya dengan kanker serviks yang bisa
dideteksi dini dengan papsmear.
Orang yang menggunakan pil KB risiko terjadinya kanker ovarium bisa
lebih kecil. Karena kanker ovarium itu terjadi kalau ovariumnya aktif,
mengalami pertumbuhan folikel. Tapi dengan menggunakan kontrasepsi
hormonal terutama pil KB, proses itu pada ovarium ditekan, sehingga risikonya
terjadi keganasan pada ovarium menurun.
Kista ovarium ini bisa juga terjadi pada anak-anak, bahkan ketika masih
bayi, pada remaja sampai orang tua. Tetapi kebanyakan dialami wanita berusia
di atas 40 tahun. Bahkan, pada bayi dalam kandungan bisa ditemukan kista
ovarium. Pada ibu hamil yang ada kista neoplasti, bila menutupi jalan lahir
kistanya bisa dioperasi saat hamil. Tetapi jika kistanya tidak menutupi jalan
lahir, kistanya bisa dioperasi setelah melahirkan.

2. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan
multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif
lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang
berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau
jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari
ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor
sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.15
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.

3. Gejala-gejala dari kista ovarium


Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala.
Namun kadang-kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti:
a. Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen
b. Agak sakit pada bagian belakang bawah dan paha.
c. Bermasalah dalam pengeluaran urine secara komplit
d. Nyeri selama hubungan seksual.
e. Peningkatan berat badan
f. Nyeri pada saat menstruasi dan perdarahan abnormal
g. Nausea dan vomiting.
h. Breast tenderness

4. Diagnosa
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian
bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya
(besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau
tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya
uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak
di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya
kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh,
sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan
tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor
ovarium bisa menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal
ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut
disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang
dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor
ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau
nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam
anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada
pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena
perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan
diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh
kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan
analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam
pembuatan differensial diagnosis.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis adalah :
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.
d. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi
kista bila dinding kista tertusuk

6. Penanganan
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor
nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm
diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista
korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama
2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan
tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor
besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan
operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita
muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan
tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko
dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

7. Prognosis
William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan : prognosis dari kista jinak
sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di
ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas
berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan
keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara
86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel
granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel
skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang
buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal
memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut
berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor
nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan
yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan
angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama
5 tahun adalah 86.2%.

Tipe kista yang lain:


1. Endometrioma. Kista ini tumbuh pada wanita yang memiliki endometriosis, yaitu
jaringan dari uterus tumbuh di luar uterus. Jaringan ini bisa menempel di ovarium,
dan tumbuh. Kista ini dapat menyebabkan rasa nyeri selama hubungan seksual dan
menstruasi.
2. Cystadenoma. Kista ini tumbuh dari sel pada permukaan luar ovarium. Kista ini
biasanya berisi cairan seperti air atau kental, seperti gel yang lengket. Kista ini dapat
membesar dan menyebabkan nyeri.
3. Kista dermoid. Sel-sel di ovarium dapat membentuk rambut, gigi, atau
pertumbuhan jaringan lain yang dapat menjadi bagian dari pembentukan kista
ovarium. Kista ini juga dapat membesar dan menyebabkan nyeri.
4. Polikistik ovarium. Sel telur matur di dalam folikel atau kantung, tapi kantung ini
tidak membuka untuk mengeluarkan sel telur. Siklus terulang, folikel terus tumbuh di
dalam ovarium dan membentuk kista.

8. Klasifikasi kista ovarium


Klasifikasi tumor ovarii sampai sekarang belum ada yang benar-benar
memuaskan, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis.
Tumor kistik merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang bersifat
non-neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari corpus luteum. Tetapi di
samping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma. Oleh
karena itu tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam golongan non-
neoplastik (fungsionil) dan golongan neoplastik.
a. Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)
1. Kista Follikel
Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses
atresia folliculi. Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati,
disertai kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel.
Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan
follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista
yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Biasanya
besarnya tidak melebihi sebuah jeruk. Sering terjadi pada pubertas,
climacterium, dan sesudah salpingektomi.
Gejala-gejala
Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang karakteristik,
bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala-gejala apapun. Kurve
suhu basal bersifat monofasis. Bila mencapai ukuran yang cukup besar,
kista tersebut dapat memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah
yang dikenai. Seperti pada semua tumor ovarii dapat menyebabkan
torsi. Kadang-kadang walaupun jarang, dapat terjadi rupture spontan,
dengan disertai tanda-tanda perdarahan intra abdominal sehingga
gambaran klinisnya dapat menyerupai suatu kehamilan ektopik yang
terganggu. Yang paling sering terjadi ialah cairan kista tersebut
mengalami resorpsi secara spontan setelah satu atau dua siklus.
Diagnosa
Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi dari tumor
tersebut. Tetapi kita tidak akan dapat menentukan dengan sekali
pemeriksaan, apakah kista ini neoplastik atau non neoplastik, kecuali
bila ukurannya sangat besar.
Terapi
Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami resorpsi
spontan. Bila harus diadakan operasi oleh karena adanya salah satu
gangguan klinis atau oleh karena indikasi lain, sebaiknya tindakannya
disesuaikan dengan keadaan. Bila kista kecil dapat dilakukan punksi
atau eksisi saja. Bila besar sebaiknya di enucleasi dengan meninggalkan
jaringan ovarium yang normal.
b. Kista Lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar
kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari
corpus luteum haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu
terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak
jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis
dan berwarna kekuning-kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi
resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggallah cairan
yang jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama
dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein
sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam
dalam jaringan-jaringan perut.
Gejala-gejala
Pada beberapa kasus sering mnyerupai kehamilan ektopik. Haid
kadang-kadang terlambat, diikuti dengan perdarahan sedikit yang terus
menerus, disertai rasa sakit pada bagian perut bawah. Pada pemeriksaan
klinis ditemukan benjolan yang sakit. Ada yang menganggap kista ini
sebagai korpus luteum persistens, dimana oleh sesuatu sebab tidak
terjadi regresi. Suatu jenis yang jarang dari kista lutein ialah yang
ditemukan pada mola hydatidosa atau chorio epithelioma. Dalam
beberapa kasus dari jenis ini, dindingnya dibentuk oleh sel granulose
yang mengalami luteinisasi, tetapi pada umumnya kista dibntuk oleh sel
theca lutein dan jaringan ikat.
c. Stein Levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik,
permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada
pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunica yang tebal dan fibrotik.
Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi
tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang
disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme,
sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe. Kecenderungan virilisasi
mungkin disebabkan hyperplasi dari tunica interna yang menghasilkan
zat androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang
autosomal dominant.
d. Germinal inclusion cyst
Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium.
Biasanya terjadi pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala
yang berarti.
e. Kista endometrial
2. Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif
a. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding
kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat
terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga
bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri
atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui
apakah ada keganasan.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia
mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu
elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat
bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang penulis lain
menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.
Angka Kejadian
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan
kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari
seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40%
dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%;
sedangkan Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970)
37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita
berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas.
Gambaran Klinik
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu,
permukaan berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran
yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan.
Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang
normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui yang
bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang
dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini
dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif,
yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus
dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang
terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif
di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental
seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari
percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh
epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel
yang membundar karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang
terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti
struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada
dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan
pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah
timbulnya penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan
menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena
ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah
padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti
dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas.
Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma
musinosum.
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi
tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang
normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-
ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan
mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah
timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika
berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk
mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum
mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus
dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan
terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu
diperiksa pula.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal epithelium).
Angka Kejadian
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan
kistadenoma musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama.
Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970)
dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%, Sapardan (1970) 15%,
Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya,
disurabaya hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini
masing-masing 39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat angka
20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat angka 36,1%.
Gambaran Klinik
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun
dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna
kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan
papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan
kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena
campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya
penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin
membedakan gambaran makroskopik kistadenoma serosum papiliferum
yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik pun tidak
selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding
kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan
sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena
tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium),
maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar
epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam
stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum
papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
Perubahan Ganas
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan
stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma
serosum secara mikroskopik digolongkan kedalam kelompok tumor ganas.
Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum yang
jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-
beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari
kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila pada suatu
kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka
prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis
pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus
tersebut menurut pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium
yang ganas (clinically malignant).
Terapi
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum.
Hanya, berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu
dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.
Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen
section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi.

d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada
hubungannya dengan endometriosis ovarii.
e. Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel
kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen
entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang
paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses
partenogenesis.
Angka Kejadian
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang
kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir
25% dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa
reproduksi walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil.
Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya
mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah
sebagai berikut : Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%;
Hariadi dan Gunawan masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita
dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935)
melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium
yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung,
diantaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun.
Gambaran Klinik
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista
kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian
kistik kenyal, di bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista
berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar
dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat
satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan
entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan
mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan
tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk
dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur
dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula
merupakan gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari
semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang
tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen
ektodermal. Ada kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat
dan menyebabkan terjadinya tumor yang khas.
Termasuk di sini:
a) Struma ovarium
Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-
kadang dapat menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS.
Dr. Soetomo Surabaya pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium,
semuanay tak berfungsi dan tidak ganas. Hariadi selam 5 tahun (1963-
1968) menemukan 3 kasus struma ovarium (= 0,5%), Djaswadi selam
10 tahun (1965-1974) hanya mencatat satu kasus (= 0,5%); sedangkan
Gunawan selama 3 tahun (1974-1977) melaporkan satu kasus (=
0,2%).
b) Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum
Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari
satu elemen dari epitelium germinativum.
c) Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus
dibuktikan adanya hormon koriogonadotropin.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Obstetri patologi dan Ginekologi. Bagian obstetric dan ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung; Elstar Offset Bandung.
F. Gary Cunningham, F. Gant N.(et al), alih bahasa, Andry Hartono, Y. Joko S.(et al).
2005. Obstetri William. Edisi 21. Cetakan pertama. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.. p1036-1037.
Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak Pada Alat-alat Genital. In :
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan. Edisi
ketiga. Cetakan ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo..
p.355-361.
Sutoto, M.S.J. 1994. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kandungan,Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, p : 346-365
William Helm, C.. 2005. Ovarian Cysts. American College of Obstetricians and
Gynecologists. Available at http://emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai