Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia akhir-akhir
ini mengalami peningkatan, bahkan beberapa bahan alam telah diproduksi secara
fabrikasi dalam skala besar. Penggunaan obat tradisional memiliki efek samping
yang lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia, di
samping itu harganya lebih terjangkau daripada obat yang mengandung bahan
kimia(Tampubolon, 1981).
Keuntungan lain penggunaan obat tradisional adalah bahan bakunya
dapat diperoleh dan harganya yang relatif murah bagi masyarakat. Delapan puluh persen
penduduk Indonesia hidup di pedesaan dan kadang sulit dijangkau oleh tim medis
dengan obat-obat modern (Poedjarwoto dkk., 1992). Mahalnya biaya pengobatan
modern menyebabkan masyarakat kebanyakan berpaling ke obat tradisional yang
berasal dari bahan alami. Selain keuntungan tersebut di atas, obat tradisional terdapat
dalam jumlah yang banyak. Selanjutnya senyawa aktif yang
terkandung di dalam obat tradisional dengan bahan alami dapat dijadikan sebagai
senyawa penuntun
(Sardjoko, 1993).
Tanaman Sambung nyawa ini merupakan tanaman semak semusim juga dapat
mengobti penyakit ginjal. Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak etanol
daun sambung nyawa mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit karena
diinfus dengan benzpirena. Sambung nyawa bersifat manis, tawar, dingin dan sedikit
toksik. Rasa manis mempunyai sifat menguatkan (tonik) dan juga menyejukkan (Backer
and Van den Brink Jr, 1965).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Ekstrak Etanol Daun Sambung Nyawa memiliki efek farmakologis
antiinflamasi ?
2. Apakah ekstrak etanol daun Sambung Nywa mempunyai daya antiinflamasi pada
tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi larutan karagenin 1% ?
3. Bagaimana stabilitas fisik sediaan gel Ekstrak Etanol 70% Daun Sambung Nyawa ?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan obat-obatan tradisional di dunia dan Indonesia
2. Mengetahui klasifikasi dari tanaman Sambung Nyawa
3. Mengetahui nama tanaman Sambung nyawa dalam berbagi versi bahasa
4. Mengetahui Morfoogi tanaman Sambung Nyawa
5. Mengetahui kandungan kimia tanaman Sambung Nyawa
6. Mengetahui manfaat dan penggunaan tanaman Sambung Nyawa
7. Menerapkan tanaman Sambung Nyawasebagai obat herbal dalam penyobatan
penyakit

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sambung Nyawa


2.1.1 Sistematika Tanaman Sambung Nyawa (Gynura Procumben Back)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales (Campanulatae)
Suku : Asteraceae (Compositae)
Negara : Afrika yang beriklim tropis
Marga : Gynura
Jenis : Gynura procumbens Back (lour) Merr
(Backer and Van den Brink Jr, 1965)

2.1.2 Nama Botani tanaman Sambng Nyawa


Tanaman Sambung Nyawa mempunyai nama botani Gynura procumbens Back ( Lour.)
Merr. (Backer and Van den Brink Jr, 1965)

2.1.3 Nama Lain Sambung Nyawa


Nama daerah tanaman Sambung Nyawa Ngokilo, Sambung njawa, ngokilo, daun dewa,
kalingsir(Sundase), Daun dewa (Heyne, 1987; Wijayakusuma jet al., 1992)(Melayu), Sambung
nyawa dan ngokilo beluntas cina (Thomas, 1989)(Jawa)

2.1.4 Uraian tentang tanaman


Tanaman Sambung Nyawa ini Bila daunnya diremas berbau khas aromatis. Batangnya
berbentuk segi empat beruas-ruas, dan panjang ruas dari pangkal sampai keujung semakin
pendek, ruasnya berwarna hijau dengan bercak ungu. Daunnya tunggal berbentuk elips
memanjang atau bulat telur terbalik tersebar. Tangkai daun memiiki panjang ½-3 ½ cm, helaian
daunnyapun memiliki panjang 3 ½-12 ½ cm, dan lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas
berwarna hijau tua dan bagian bawah berwarna hijau muda. Kedua permukaan daun tersebut
memiliki rambut-rambut halus. Tulang daun seperti menyirip dan menonjol pada permukaan
daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan.

2.1.5 Daerah distribiusi, habitat dan budidayanya


Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa pada ketinggian 1 – 1200 m dpl, terutama
tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 m dpl. Banyak ditemukan tumbuh di selokan, semak
belukar, hutan terang, dan padang rumput . Secara kultur jaringan, eksplan yang terbaik untuk
penumbuhan kalus G(Backer and Van den Brink Jr, 1965).

2.1.6 Kegunaan di masyarakat


Biasanya daun sambung nyawa ini dikonsumsi sebagai lalapan yang dimakan sebagai
hidangan pelengkap. Namun kini sudah bisa dikonsumsi secaara praktis dalam bentuk kapsul.
Batang tanaman ini sering digunakan untuk menurunkan demam. Tanaman ini juga digunakan
untuk menyembuhkan penyakit ginjal, disentri, infeksi kerongkongan, dan di samping itu
digunakan juga pada upaya menghentikan perdarahan, mengatasi tidak dating bulan (haid) dan
gigitan binatang berbisa(ular). Daun sambung nyawa bersifat anti neoplastik, menurunkan
tekanan darah. Tanaman Sambung nyawa ini juga dapat digunakan dalam penyembuhan
penyakit ginjal, disentri, infeksi kerongkongan, dan disamping itu juga digunakan pada upaya
menghentikan pendarahan. Umbi untuk menghilangkan bekuan darah (haematom),
pembengkakan, patah tulang, dan perdarahan setelah melahirkan(Backer and Van den Brink Jr,
1965)

2.1.7 Kandungan kimia


Daun tanaman Gynura procumbens Back mengandung senyawa flavonoid, sterol tak
jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri (Pramono and Sudarto, 1985). Sambung nyawa
mengandung minyak Atsiri (0,05%0) dengan komonen utama Germakrena β (23,71%), β
kadinena (20,19%), dan sedicanol (22,42%). Sedangkan hasil analisis kualitatif dengan metode
kromatografi lapis tipis yang dilakukan Sudarsonoet al.(2002) mendeteksi adanya sterol,
triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. Sugiyantoet al.(2003) juga menyatakan
berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun tanaman Gynura
procumbens Back terdapat tiga flavonoid , golongan flavon dan flavonol. Penelitian oleh Idrus
(2003) menyebutkan bahwa Gynura procumbens Backmengandung sterols, glikosida sterol,
quercetin, kaempferol-3-O-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida,quercetin-3-O-
rhamnosyl(1-6)galaktosida,quercetin-3-O rhamnosyl(1-6)glukosida. Dengan menggunakan
metode perhitungan secara Reed-Muench di-ketahui bahwa LD50 ekstrak etanol daun sambung
nyawa sebesar 5.556 g/kg BB. Jika diasumsikan berat badan orang dewasa rata-rata 50 kg, LD50
tercapai jika mengkonsumsi sebanyak 27,78 g ekstrak atau lebih kurang sama dengan daun
sambung nyawa segar sejumlah 277g(Backer and Van den Brink Jr, 1965)

2.2 Ekstrak
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan.
Ekstrak adalah sediaan kering kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia menurut cara
yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah dibuat
serbuk (Anonim, 1979). Penyarian simplisia ini dapat dilakukan dengan cara maserasi perkolasi,
atau penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol air dilakukan
dengan cara maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi
(Anonim, 1979). Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia
dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope kemudian dimaserasi. Maserasi, kecuali dinyatakan
lain lakukan sebagai berikut : 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajad halus
yang cocok dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian cairan penyari ,
ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai, diperas,
dicuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Maserat
dipindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung cahaya, selama 2
hari, dienap tuangkan atau saring (Anonim, 1979).

2.3 Diuretik
Diuretik merupakan obat yang berfungsi untuk membuang banyak kelebihan garam dan
air dari dalam tubuh melalui urine. Jumlah garam, terutama natrium, yang diserap kembali oleh
ginjal akan dikurangi. Natrium tersebut akan ikut membawa cairan yang ada di dalam darah,
sehingga produksi urine bertambah. Akibatnya, cairan tubuh akan berkurang dan tekanan
darah akan turun. Diuretik juga dapat efektif dalam mengobati darah tinggi atau hipertensi.
Khusus diuretik jenis karbonat anhidrase, dapat juga mengobati glaukoma dan terkadang
digunakan untuk mengobati penyakit akibat ketinggian (altitude sickness). Kondisi lainnya yang
juga dapat membutuhkan diuretik ialah diabetes insipidus.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Kategori penelitian yang digunakan termasuk kategori penelitian eksperimental semu, yaitu
mengamati kemungkinan pengaruh diantara variabel dengan melakukan pengamatan terhadap
kelompok eksperimental semu pada berbagai kondisi perlakuan dan membandingkan dengan
kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Sampel dan Populasi


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian dari daun tanaman Gynura
Procumben Back dan hewan uji diberi perlakuan dengan ekstrak etanol daun sambung nyawa
dosis Suspensi Furosemide dosis 1,008 g / 200 gBB, K (-) : Larutan CMC 0,5%, ID1 : Infusa Daun
Sambung Nyawa Dosis 0,126 g / 200 gBB, ID2 : Infusa Daun Sambung Nyawa Dosis 0,252 g / 200
gBB, ID3 : Infusa Daun Sambung Nyawa Dosis 0,504 g / 200 gBB.

C. Rencana percobaan
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dari
tanaman sambung nyawa yang akan digunakan sebagai bahan uji dalam penelitian
sebagai bahan uji. Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Fakultas
Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
2. Pembuatan ekstrak etanol daun sambung nyawa
Daun tanaman sambung nyawa yang sudah dikeringkan, dihaluskan dan diayak dengan
ayakan nomor 8 dibuat ekstrak. Pembuatan ekstrak dengan menggunakan 125g (10
bagian) simplisia daun sambung nyawa dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%
sebanyak 937,5ml (75 bagian). Maserasi dilakukan selama 5 hari dengan pengadukan
dua kali sehari. Maserat yang diperoleh dari penyaringan dikumpulkan. Ampas yang
tersisa dimaserasi lagi 2 hari, disaring dan dikumpulkan sampai diperoleh 1250ml (100
bagian). Maserat yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu tak
lebih dari 500C, hingga konsistensi terbentuk masa yang kental.
3. Pembuatan supensi karagenin 1%
Sejumlah 0,05 gram karagenin ditimbang seksama disuspensikan dalam 5,0 ml larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).
4. Pembuatan larutan CMC Na 0,05%
Sebanyak 0,5 gram CMC ditimbang kemudian dimasukan dalam lumpang yang berisi 10
ml aquades yang telah dipanaskan, lalu dicampur sampai homogen. Larutan CMC
dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml . Volumenya dicukupkan dengan aquades
hingga 100 ml.
5. Uji pendahuluan
a.) Penetapan dosis CMC Na
Penetapan dosis CMC Na dilakukan dengan membagi hewan uji Sebanyak 15
ekor hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu : kontrol positif (suspensi
furosemide 1,008 mg/200 g BB), kontrol negatif (larutan CMC 0,5%), infusa daun
sambung nyawa 0,126 g/200 g BB, infusa daun sambung nyawa 0,252 g/200 g BB dan
infusa daun sambung nyawa 0,504 g/200 g BB. Pengujian terhadap efek diuretik
dilakukan dengan mengukur volume urin yang dikeluarkan selama 6 jam.
b.) Penetapan waktu pemberian CMC Na
Dilakukan dengan membagi hewan uji Sebanyak 15 ekor hewan uji dibagi
menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu : kontrol positif (suspensi furosemide 1,008
mg/200 g BB), kontrol negatif (larutan CMC 0,5%), infusa daun sambung nyawa 0,126
g/200 g BB, infusa daun sambung nyawa 0,252 g/200 g BB dan infusa daun sambung
nyawa 0,504 g/200 g BB. Pengujian terhadap efek diuretik dilakukan dengan mengukur
volume urin yang dikeluarkan selama 6 jam.
c.) Orientasi dosis ekstrak etanol daun sambung nyawa
bagian dari daun tanaman Gynura Procumben Back dan hewan uji diberi
perlakuan dengan ekstrak etanol daun sambung nyawa dosis Suspensi Furosemide dosis
1,008 g / 200 gBB, K (-) : Larutan CMC 0,5%, ID1 : Infusa Daun Sambung Nyawa Dosis
0,126 g / 200 gBB, ID2 : Infusa Daun Sambung Nyawa Dosis 0,252 g / 200 gBB, ID3 :
Infusa Daun Sambung Nyawa Dosis 0,504 g / 200 gBB.
d.) Penetapan waktu pemberian ekstrak etanol daun sambung nyawa
Penetapan waktu pemberian ekstrak etanol daun sambung nyawa dilakukan
dengan membagi hewan uji Sebanyak 15 ekor hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok
perlakuan, yaitu : kontrol positif (suspensi furosemide 1,008 mg/200 g BB), kontrol
negatif (larutan CMC 0,5%), infusa daun sambung nyawa 0,126 g/200 g BB, infusa daun
sambung nyawa 0,252 g/200 g BB dan infusa daun sambung nyawa 0,504 g/200 g BB.
Pengujian terhadap efek diuretik dilakukan dengan mengukur volume urin yang
dikeluarkan selama 6 jam.
6. Uji efek diuretik ekstrak etanol daun sambung nyawa
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa tikus putih jantan galur
wistar (Rattus noervegicus) sebanyak 15 ekor berusia 3-4 bulan dengan berat badan
150-250 gram. Tikus terlebih dahulu dibagi dalam dalam 5 kelompok perlakuan, setiap
kelompok terdiri dari 3 ekor tikus dan diadaptasikan selama 7 hari. Sebelum perlakuan,
tikus telah dipuasakan selaam 8 jam terlebih dahulu, lalu diadaptasikan pada kandang
metabolit sebelum perlakuan. Perlakuan dengan sediaan uji yang diberikan secara per
oral pada masing masing kelompok adalah :
Kelompok I : akuades 2,5ml/200gramBB (kontrol negatif)
Kelompok II : CMC Na dosis 2,25 mg/kgBB (kontrol positif)
Kelompok III : ekstrak etanol daun sambung nyawa dosis 490mg/KgBB
Kelompok IV : ekstrak etanol daun sambung nyawa dosis 245mg/KgBB
Kelompok V : ekstrak etanol daun sambung nyawa dosis 123mg/KgBB
Sebelum perlakuan, tikus telah dipuasakan selaam 8 jam terlebih dahulu, lalu
diadaptasikan pada kandang metabolit sebelum perlakuan.

D. Alat dan bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : kandang pemeliharaan hewan uji,
kandang perlakuan, sarung tangan, tempat air minum, erlenmeyer, labu ukur, gelas
ukur, lumpang, corong pisah, timbangan analitik, hot plate, panci infus, batang
pengaduk, termometer, kain kassa, alluminium foil, wadah penampung urin, NGT
(nasogastric tube) no. 5, disposable syringe 1 ml dan 5 ml, pipet volumetri, cutter, dan
masker.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun sambung nyawa, hewan
uji, furosemide 40 mg sebagai kontrol positif, CMC (Carboxy Methyl Cellulose) 0,5%,
aquades dan pakan ternak.

1.) Tanaman uji


Tanaman ini Berasal dari daerah Afrika yang beriklim tropis menyebar ke Srilangka,
Sumatera dan Jawa. Tumbuh liar di pekarangan, ladang atau ditanam orang untuk
obat-obatan. Tumbuh sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Bagian yang
digunakan adalah daun serta kumpulan tangkai muda tanaman sambung nyawa.
Pengeringan dilakukan dalam oven dengan suhu tidak lebih dari 400C. Serbuk
simplisia diserbuk dan diayak dengan ayakan nomor 8(Pramono, 1996).
2.) Reagensia
Sejumlah 0,05 gram karagenin ditimbang seksama disuspensikan dalam 5,0 ml
larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3.) Hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa tikus putih jantan galur wistar
(Rattus noervegicus) sebanyak 15 ekor berusia 3-4 bulan dengan berat badan 150-
250 gram.

E. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program statistika metode SPSS, uji analisis
varians satu arah (One Way ANOVA). Taraf kepercayaan yang digunakan yaitu 95% atau
α 0.05.
BAB IV
KERANGKA KONSEP

Anda mungkin juga menyukai