Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 6

“RESPIRASI TUMBUHAN”

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari :

Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan

Dosen Pengampu : Nanik Lestariningsih, M.Pd

Disusun oleh:
Erdayanti Safitri (1701140491)
Isroul Lusiana Nur Indah Sari (1701140490)
Melvinda Trivia Krisnanda (1701140481)
Normala Sari (1701140487)
Yantiah (1701140483)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan
sebagaiman mestinya. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah kepada
rasulullah Muhammad SAW, kepada sahabat-sahabatnya, dan kepada umatnya
hingga akhir zaman.

Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang dengan


kegigihan dan keikhlasannya membimbing kami mata kuliah tafsir dan hadist
tarbawi sehingga kami bisa mengetahui sedikit demi sedikit apa yang sebelumnya
kami tidak ketahui. Yang berjudul “Respirasi Tumbuhan” Juga tak lupa teman-
teman seperjuangan yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini kami buat dengan sesederhana mungkin dan jika ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami berharap dan memohon saran serta
kritikan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini ke depannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Palangka Raya, September 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian respirasi ...................................................................................... 3
B. Pengertian Respirasi Tumbuhan .................................................................. 3
C. Kuosien Respirasi ........................................................................................ 4
D. Mekanisme Respirasi Pada Tumbuhan ........................................................ 5
E. Proses Fermentasi pada Tumbuhan ............................................................ 11
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi ............................................ 12
BAB III ................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengertian sehari-hari, bernafas sekedar diartikan sebagai
proses pertukaran gas di paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi
tidaklah demikian. Pernafasan lebih menunjuk kepada proses pembongkaran
atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh
energi atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama adalah
karbohidrat.

Setiap mahkluk hidup melakukan aktivitas bernafas, atau yang disebut


dengan respirasi. Tidak terkecuali dengan tumbuhan juga melakukan respirasi.
Tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong pada organisme autotrof,
yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyawa organik yang
dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang
dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis. Fotosintesis atau
asimilasi karbon adalah proses pengubahan zat-zat anorganik H2O dan
CO2 oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan cahaya.
Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang mempunyai
klorofil.

Kalau fotosintesis adalah suatu proses penyusunan (anabolisme atau


asimilasi) di mana energi diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai
zat kimia, maka proses respirasi adalah suatu proses pembongkaran
(katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan dibongkar
kembali untuk menyelenggarakan proses–proses kehidupan.

Pembakaran membutuhkan oksigen (O2), terjadai di dalam setiap sel


yang hidup. Energi yang diperoleh berupa energi kimia (ATP) yang digunakan
untuk berbagai aktivitas fisiologi dalam tubuh. Di samping itu, pembakaran
menghasilkan pula zat sisa berupa gas asam arang (CO2) dan air. Pada
organisme anaerob, pembongkaran zat sumber tenaga (glukosa) berlangsung

1
tanpa melibatkan oksigen. Pembongkaran semacam ini disebut respirasi
anaerob.

Tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernafasannya, umumnya diserap


melalui daun (stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi
aerob. Bila dalam keadaan anaerob atau kurang oksigen, jaringan melakukan
respirasi secara anaerob. Misal pada akar yang tergenang air. Pada respirasi
aerob, terjadi pembakaran (oksidasi) zat gula (glukosa) secara sempurna,
sehingga menghasilkan energi jauh lebih besar (36 ATP) daripada respirasi
anaerob (2 ATP saja). Demikian pula respirasi yang terjadi pada jazad renik
(mikroorganisma). Sebagian mikroorgaanisma melakukan respirasi aerobik
(dengan zat asam), anerobik (tanpa zat asam) atau cara keduanya (aerobik
fakultatif).1

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan respirasi?
2. Apa yang dimaksud dengan kuosien respirasi?
3. Bagaimana mekanisme respirasi pada tumbuhan?
4. Bagaimana proses fermentasi pada tumbuhan?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan respirasi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kousien respirasi
3. Untuk mengetahui mekanisme respirasi pada tumbuhan
4. Untuk mengetahui proses fermentasi pada tumbuhan
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi

1
D. Dwijoseputro, Pengantar Fiologi Tumbuhan, Granmedia, Jakarta, 1985, Hal 129

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian respirasi
Respirasi merupakan proses biologis pada makhluk hidup artinya proses
penyerapan O2 yang digunakan dalam proses pembakaran (oksidatif) dengan
menghasilkan energi dan diikuti adanya proses pengeluaran sisa pembakaran
berupa gas karbodioksida dan air. Karbohidrat dan asam-asam organik
merupakan subtart utama dalam jaringan yang diperlukan oleh kebanyakan
tumbuhan dalam proses respirasi.

B. Pengertian Respirasi Tumbuhan


Respirasi tumbuhan merupakan suatu proses di mana tumbuhan itu
menyerap molekul oksigen yang terdapat di udara untuk dapat menghasilkan
air, karbon dioksida, serta juga energi, yang dibutuhkan tanaman untuk dapat
tumbuh dan berkembang. Respirasi pada tumbuhan tersebut diketahui terjadi
diwaktu pagi serta siang hari bersamaan dengan proses fotosintesis dan juga
diwaktu malam hari saat tumbuhan tidak melakukan fotosintesis. Dapat juga
dikatakan bahwa 100% dari proses respirasi itu terjadi pada saat tumbuhan
berfotosintesis.

Proses respirasi pada tanaman tersebut melibatkan penggunaan gula


yang dihasilkan selama fotosintesis dan juga oksigen untuk menghasilkan
energi bagi pertumbuhan tanaman. Dalam banyak hal, respirasi tersebut
merupakan kebalikan dari fotosintesis. Di lingkungan alami, tanaman juga
menghasilkan makanannya sendiri untuk dapat bertahan hidup.

Dalam proses fotosintesis tumbuhan itu menggunakan karbon dioksida


(CO2) dari lingkungan untuk dapat menghasilkan gula serta oksigen (O2),
yang nantinya dimanfaatkan ialah sebagai sumber energi. Perbedaan yang
lainnya antara fotosintesis serta juga respirasi ialah fotosintesis hanya terjadi
pada daun serta batang saja, respirasi itu terjadi pada daun, batang serta juga
akar tanaman.

3
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :

1. Respirasi Aerob, yaitu respirasi yang memerlukan oksigen, penguraiannya


lengkap sampai menghasilkan energi, karbondioksida, dan uap air.

2. Respirasi Anaerob, yaitu respirasi yang tidak memerlukan oksigen tetapi


penguraian bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi ini jarang terjadi,
hanya dalam keadaan khusus.2

C. Kuosien Respirasi
Jika karbohidrat seperti sukrosa, fruktan, atau pati yang digunakan
sebagai substrat pada proses respirasi dan jika senyawa tersebut teroksidasi
secara sempurna, maka jumlah O2 yang digunakan akan persis sama dengan
jumlah CO2 yang dihasilkan. Nisbah CO2/O2 ini disebut Kuosien Respirasi,
sering disingkat RQ (respiratory quoitient). Nilai RQ ini pada kebanyakan
kasus akan mendekati nilai 1. Sebagai contoh, nilai RQ rata-rata dari
daunberbagai spesies adalah sekitar 1,05. Biji dari tanaman serealia dan legum
dimana pati merupakan cadangan karbohidrat utama juga menunjukkan nilai
RQ mendekati 1,0

Besarnya kosien respirasi tergantung pada substrat, jika bahan cadangan


yang dominan bukan pati, misalya lemak atau minyak menjadi lebih
rendah.Nilai RQ serendah 0,7 dapat terjadi pada lemak. RQ protein kira-kira
0,79 karena sebagai penyusun molekul, oksigen sedikit dalam protein, tetapi
oksidasinya memerlukan banyak oksigen. RQ lebih dari 1 diperoleh bila
substratnya asam organik, karena oksigen dalam molekul cukup banyak
sehingga kebutuhan oksigen dari luar sangat sedikit. Misalnya asam tetrat :

2 C4H6O5 + 5 O2 ® 6 CO2 + 6 H2O RQ = 1,6

2
Octhaviani Paramita. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi, Produksi
Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera Indica L) Var Gedong Gincu pada Berbagai Suhu
Penyimpanan. Kompetensi teknik, 2(1), 2010: hal 29-38

4
Dengan mengetahui nilai RQ dari suatu organ atau jaringan, akan
dapat diperkirakan jenis senyawa yang dioksidasi (substrat dari proses
respirasi) pada organ atau jaringan tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa
senyawa yang dioksidasi mungkin terdiri beberapa jenis, sehingga nilai
RQ yang terukur merupakan rata-rata dari hasil oksidasi berbagai senyawa
tersebut. Secara umum nilai RQ ini dapat digunakan sebagai indikasi dari
porsi karbohidrat sebagai substrat respirasi. Jika nilai RQ semakin
mendekati 1 maka semakin dominan porsi karbohidrat sebagai substrat
respirasi.3

D. Mekanisme Respirasi Pada Tumbuhan


A. Glikolisis

Rangkaian reaksi untuk mengkonversi glukosa, glukosa -1-P, dan


fruktosa menjadi asam piruvat pada sitosol disebut reaksi glikolisis.
Glikolisis secara harfiah berarti penguraian gula (pada awalnya istilah ini
digunakan untuk menjelaskan proses penguraian gula untuk menghasilkan
etil alkohol atau etanol, tetapi penguraian gula pada kondisi kecukupan
oksigen akan menghasilkan asam piruvat). Gula yang diurai adalah
heksosa. Beberapa tahap dari reaksi glikolisis mungkin berlangsung pada
kloroplas atau plastida lainnya, tetapi reaksi pada plastida-plastida ini tidak
lengkap.

Glikolisis merupakan tahap pertama dari 3 tahap proses respirasi.


Glikolisis kemudian diikuti oleh reaksi-reaksi pada siklus krebs dan
selanjutnya transfor elektron yang berlangsung pada mitokondria.

Reaksi glikolisis secara lengkap dapat dilihat pada gambar di bawah ini,
dimana pada gambar ini diperlihatkan senyawa-senyawa antara yang
terbentuk, enzim yang berperan dan aktivator logam yang di butuhkan.
Secara ringkas reaksi glikolisis dapat ditulis sebagai berikut :

3
Benyamin Lakitan. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press:Jakarta, 2015, hal
188-189.

5
Glukosa + 2 NAD + 2 ADP + 2 H2PO4 = 2 piruvat + 2 NADH + 2 H + 2
ATP + 2 H2O

Glikolisis memberikan beberapa manfaat, yakni :

1. Mereduksi 2 molekul NAD+ menjadi NADH untuk setiap molekul


heksosa yang dirombak.

2. Setiap molekul heksosa yang dirombak akan dihasilkan 2 molekul ATP,


jika substratnya berupa glukosa -1-P, glukosa -6-P, atau fruktosa -6-P
maka akan dihasilkan 3 molekul ATP.

3. Melalui glikolisis akan dihasilkan senyawa-senyawa antara yang dapat


menjadi bahan baku untuk sintesis berbagai senyawa yang terdapat
dalam tumbuhan.

Gambar 1 . 1 Glikolisis

B. Dekarboksilasi Oksidatif

Dalam mitokondria asam piruvat akan diubah menjadi asetil KoA.


Reaksi ini dikatakan dekarboksilasi oksidatif karena terjadi oksidasi dan
kehilangan gugusan karboksil menjadi CO2. Dekarboksilasi oksidatif
memerlukan 3 kompleks enzim yaitu asam piruvat dekarboksilase,
dihidroksilipoil transasetilase dan dehidroksilipoil dehidrogenase.
Sedangkan kovaktor enzim yang terlibat adalah KoA, NAD+, asam lipoat,

6
Mg2+ dan timin pirifosfat. Disini di hasilkan 2 x 1 NADH + H+ dan
membebaskan 2 x 1 CO2.4 Bagan reaksinya adalah sebagai berikut :

Gambar 1 . 2 Dekarboksilasi oksidatif

C. Siklus Krebs
Siklus Krebs disebut juga Siklus Asam Sitrat, karena asam sitrat
merupakan senyawa-senyawa yang penting. Nama lazim lainnya dari
siklus ini adalah siklus asam trikaboksilat (TCA), istilah yang digunakan
karena asam sitrat dan asam isositrat mempunyai tiga gugus karboksil.
Reaksi-reaksi siklus krebs ini berlangsung pada mitokondria.5

4
Sumadi & aditya Marianti. Biologi sel. Yogyakarta : Graha ilmu, 2007, hlm, 98-100.

5
.Frank B Salisbury & Cleon W Ross. Fisiologi Tumbuhan JILID 2. Bandung: Institut
Teknologi Bandung. Hal.95

7
Tahap-tahap dalam siklus krebs adalah sebagai berikut.

1. Asetil co-A akan berikatan dengan oksaloasetat membentuk sitrat,


reaksi ini dikatalisis enzim sitrat sintase.

2. Sitrat akan diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase.

3. Isositrat akan diubah menjadi alfa-ketoglutarat oleh ezim isositrat


dehidrogenase. Dalam reaksi ini dilepaskan molekul CO2 dan
dihasilkan NADH.

4. Alfa-ketoglutarat akan diubah menjadi suksinil ko-A oleh enzim alfa


ketoglutarat dehidrogenase. Dalam reaksi ini akan dilepaskan CO2 dan
dihasilkan NADH.

5. Suksinil ko-A akan diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinil ko-A
sintetase. Pada reaksi ini akan dihasilkan GTP yang kemudian dapat
berupah menjadi ATP.

6. Suksinat akan diubah menjadi fumarat oleh enzim suksinat


dehidrogenase. Pada reaksi ini akan dihasilkan FADH2.

7. Fumarat akan diubah menjadi malat oleh enzim fumarase.

8. Malat akan diubah menjadi oksaloasetat oleh enzim malat


dehidrogenase. Pada tahap ini juga dihasilkan NADH.

Satu molekul asetil ko-A yang masuk siklus krebs akan


menghasilkan 1 ATP, 3 NADH, 1 FADH2 dan 2 CO2. Karena satu
molekul glukosa akan diubah menjadi dua asetil ko-A, maka satu
molekul glukosa yang menjalani siklus krebs akan menghasilkan 2 ATP,
6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2.

Fungsi utama Siklus Krebs adalah:

1. Mereduksi NAD+ dan FAD menjadi NADH dan FADH 2 yang


kemudian di oksidasi untuk menghasilkan ATP.

8
2. Sintesi ATP secara langsung, yakni 1 molekul ATP untuk setiap
molekul piruvat yang di oksidasi.
3. Pembentukan kerangka karbon yang dapat digunakan untuk sintesis
asam-asam amino tertentu, yang kemudian dapat di konversi untuk
membentuk senyawa yang lebih besar.6
D. Transpor Elektron
Transfer elektron atau transpor elektron merupakan proses
produksi ATP (energi) dari NADH dan FADH2 yang dihasilkan dalam
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs. Transfer elektron
terjadi di membran dalam mitokondria, yang dibantu oleh kelompok-
kelompok protein yang terdapat pada membran tersebut. Proses ini disebut
juga dengan fosforilasi oksidatif.

Jika NADH dan FADH2 yang dihasilkan dari Glikolisis maupun


Siklus Krebs di oksidasi, maka akan di hasilkan ATP. Walaupun dalam
oksidasi ini akan diserap O2 dan dihasilkan H2O, namun NADH dan
FADH2 tidak dapat bereaksi langsung dengan oksigen dan molekul air
tersebut. Electron yang terlibat di transfer melalui beberapa senyawa-
senyawa yang berperan inin membentuk sistem pengangkutan electron

6
. Benyamin Lakitan, . . . Hal. 189-191

9
pada mitokondria. Pengangkutan electron berlangsung mulai dari senyawa
perantara yang secara termodinamis sulit direduksi (senyawa potensial
reduksi negative) menuju senyawa yang mempunyai kecendrungan yang
lebih besar untuk menerima elektron (senyawa dengan potensial reduksi
yang lebih tinggi atau bahkan positif).7

Tahapan transfer elektron adalah sebagai berikut.


1. NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I.
Peristiwa ini membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari
matriks mitokondria menuju ruang antar membran. NADH yang telah
kehilangan elektron akan berubah menjadi NAD+.
2. Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
3. Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan
memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
4. Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
5. Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan
memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
6. Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian
berikatan dengan 2 ion H+ membentuk H2O.
7. Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi
memicu dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran.
H+ atau proton tersebut akan kembali menuju matriks mitokondria
melalui enzim yang disebut ATP sintase.
8. Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut
membentuk ATP secara bersamaan. Karena terdapat 3 H+ yang masuk
kembali ke dalam matriks, maka terbentuklah 3 molekul ATP.
9. Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan
dengan kemiosmosis.
Tahapan transport elektron pada FADH2 yaitu FADH2 akan
mentransfer elektronnya bukan kepada komplek protein I, namun pada

7
. Benyamin Lakitan, . . . Hal. 191

10
komplek protein II. Transfer pada komplak protein II tidak memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran. Setelah dari
komplek protein II, elektron akan ditangkap oleh ubiquinon dan proses
selanjutnya sama dengan transfer elektron dari NADH. Jadi pada transfer
elektron yang berasal dari FADH2 , hanya terjadi 2 kali pemompaan
H+ keluar menuju ruang antar mebran. Oleh sebab itu dalam proses
kemiosmosis hanya terbentuk 2 molekul ATP saja.

E. Proses Fermentasi pada Tumbuhan


Glikolisis penting karena piruvat yang dihasilkan dapat dioksidasi di
mitokondria untuk menghasilkan cukup banyak ATP, jauh lebih banyak
daripada yang dihasilkan glikolisis. Walaupun glikolisis dapat berfungsi
dengan baik tanpa O2, oksidasi lebih lanjut dari piruvat dan NADH oleh
mitokondria memerlukan oksigen. Karena itu, bila oksigen terbatas, NADH
dan piruvat mulai tertimbun. Pada keadaan ini, tumbuhan menjalankan
fermentasi (respirasi anaerobik), membentuk etanol atau asam laktat (biasanya
etanol). Dua reaksi terdiri dari dekarboksilasi untuk membentuk asetaldehid,
kemudian direduksi secara cepat oleh NADH membentuk etanol. Semua
reaksi ini dikatalis oleh asam piruvat dekarboksilase dan alkohol
dekarboksilase. Beberapa sel mengandung asam laktat dehidrogenase, yang
menggunakan NADH untuk mereduksi piruvat menjadi asam laktat. Etanol
atau asam laktat, atau keduanya merupakan produk fermentasi, bergantung
pada aktivitas tiap-tiap dehidrogenase yang ada. Pada setiap keadaan, NADH
ialah pereduksi, dan hanya pada keadaan anaerobiklah NADH tersedia dalam
jumlah yang cukup banyak untuk menjalankan reduksi. Lebih jauh, pada
beberapa tumbuhan NADH digunakan untuk menimbun senyawa lain bila O2
terbatas, terutama asam malat dan gliserol. Terjadinya fermentasi pada
berbagai tumbuhan pada keadaan kekurangan oksigen akan diuraikan.8

Secara lebih rinci mengenai fermentasi yang berlangsung pada


tumbuhan hidup dapat ditelusuri pada publikasi-publikasi yang berhubungan

8
Frank B Salisbury & Cleon W Ross, . . . hlm. 93.

11
dengan tanggapan tanaman terhadap kondisi hipoksia atau anoksia, baik yang
terjadi secara alami, misalnya karena penggenangan atau yang dirancang
untuk penelitian dengan menggunakan gas nitrogen sebagai pengganti udara
normal untuk menjamin ketidaktersediaan oksigen.9

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi


Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi respirasi. Penjelasan tentang
reaksi satu persatu yang terlibat telah menolong kita untuk memahami
bagaimana faktor itu mempengaruhi laju respirasi dan peranannya dalam
pemeliharaan dan pertumbuhan tanaman. Adapun beberapa faktor lingkunga
terhadap proses biokimia respirasi

1. Ketersediaan substrat
Respirasi bergantung pada tersedianya substrat yakni tumbuhan
yang kelaparan, yang kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah,
melakukan respirasi pada laju yang rendah. Jika starvasi (defisiensi bahan
cadangan makanan) pada tumbuhan terjadi sangat parah, maka protein
juga dapat dioksidasi. Protein tersebut dihidrolisis menjadi asam amino
penyusunnya, yang kemudian diurai melalui reaksi-reaksi glikolitik dan
siklus krebs. Asam glutamate dan aspartat akan dikonversi menjadi asam
alfaketoglutarat dan asam oksaloasetat. Demikian pula halnya dengan
alanin yang dioksidasi untuk membentuk asam piruvat. Pada saat daun
mulai menguning, maka sebagian besar protein dan senyawa mengadung
nitrogen pada kloroplas akan terurai. Ion-ion amonium yang dibebaskan
dari penguraian tersebut akan digunakan dalam sintesis glutamin dan
asparagine. Hal ini akan menghindari tumbuhan dari keracunan
amonium.10
2. Ketersediaan oksigen
Pasokan O2 juga mempengaruhi respirasi, tapi peranannya sangat
berbeda, bergantung pada jenis tumbuhan dan bahkan bagian tumbuhan.

9
Benyamin Lakitan, . . . hlm. 188.
10
Ibid. Hlm.199-200.

12
Keragaman normal kandungan O2 udara terlalu kecil untuk mempengaruhi
respirasi sebagian besar daun dan batang. Lagipula, laju penetrasi O2 ke
dalam daun, batang, dan akar biasanya cukup untuk mempertahankan
tingkat pengambilan normal O2 oleh mitokondria, terutama karena
sitokrom oksidase mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen
sehingga akan tetap berfungsi walaupun konsentrasi O2 di udara hanya
sekitar 0,05%. Hambatan laju respirasi karena ketersedian oksigen terjadi
pada sistem perakaran tumbuhan jika media tumbuhnya digenangi (seluruh
pori tanah berisi air). Hal ini terjadi karena laju difusi oksigen di dalam air
jauh lebih lambat dibandingkan di udara.11
3. Suhu
Nilai Q10 untuk respirasi antara suhu 5oC sampai 25oC adalah antar
2,0 sampai 2,5. Berarti untuk kisaran suhu tersebut, laju respirasi akan
meningkat lebih dari dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10oC. jika suhu ditingkatkan sampai sekitar 35oC , laju respirasi tetap
meningkat tetapi dengan nilai Q10 ini diduga disebabkan karena penetrasi
oksigen melalui kutikula atau peridermis tidak mencukupi kebutuhan.
Pada suhu yang lebih tinggi lagi (sekitar 40oC) laju respirasi akan mulai
menurun, hal ini disebabkan karena sebagian enzim-enzim yang berperan
akan mulai mengalami denaturasi.
4. Jenis dan umur tumbuhan
Adanya perbedaan morfologi antara berbagai jenis tumbuhan,
maka terjadi pula perbedaan laju respirasi antara tumbuhan tersebut.
Bakteri dan jamur umumnya menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dari tumbuhan tingkat tinggi, jika dihitung persatuan berat keringnya.
Perbedaan ini terutama disebabkan karena bakteri dan jamur, keduanya
mengandung sedikit senyawa yang diakumulasi sebagai bahan cadangan
makanan dan tidak mengandung sel-sel kayu nonmetabolik sebagaimana
pada tumbuhan tingkat tinggi. Jaringan meristematik juga menunjukkan
laju respirasi yang lebih tinggi disbanding jaringan tua. Secara umum

11
Frank B Salisbury & Cleon W Ross, … hlm. 107.

13
terdapat korelasi yang kuat antara laju pertumbuhan dengan laju respirasi,
karena dalam pertumbuhan akan digunakan ATP, NADH, dan NADPH
untuk sintesis protein, bahan penyusun dinding sel, komponen membran
dan asam-asam nukleat. Penggunaan ATP, NADH, dan NADPH ini akan
meningkatkan ketersediaan ADP, NAD+, dan NADP+ untuk respirasi.
Umur tumbuhan akan mempengaruhi laju respirasinya. Laju respirasi
tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan
vegetatif awal (dimana laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudan turun
dengan bertambahnya umur tumbuhan.
Respirasi pada organ buah juga tinggi pada saat awal pertumbuhan
buah, yakni pada saat sel aktif membelah kemudian menurun. Tetapi pada
jenis buah tertentu (misalnya apel) penurunan laju respirasi nini kemudian
diikuti dengan peningkatan laju respirasi. Gejala ini disebut klimakterik.
Klimakterik terjadi berbarengan dengan tahap pematangan penuh dari
buah tersebut dan peningkatan laju respirasi ini dirangsang oleh etilen
yang terbentuk pada jaringan buah tersebut. Beberapa jenis buah tidak
mengalami klimakterik, misalnya jeruk, anggur, nanas, dan stroberi.12

12
Benyamin Lakitan, … hlm. 200-201.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Respirasi merupakan proses biologis pada makhluk hidup artinya proses
penyerapan O2 yang digunakan dalam proses pembakaran (oksidatif)
dengan menghasilkan energi dan diikuti adanya proses pengeluaran sisa
pembakaran berupa gas karbodioksida dan air.
2. Jika karbohidrat seperti sukrosa, fruktan, atau pati yang digunakan sebagai
substrat pada proses respirasi dan jika senyawa tersebut teroksidasi secara
sempurna, maka jumlah O2 yang digunakan akan persis sama dengan
jumlah CO2 yang dihasilkan. Nisbah CO2/O2 ini disebut Kuosien
Respirasi,
3. Mekanisme Respirasi Pada Tumbuhan yaitu ada glikolisis, Dekarboksilasi
Oksidatif, Siklus krebs dan Transpor Elektron.
4. fermentasi yang berlangsung pada tumbuhan hidup dapat ditelusuri pada
publikasi-publikasi yang berhubungan dengan tanggapan tanaman
terhadap kondisi hipoksia atau anoksia, baik yang terjadi secara alami,
misalnya karena penggenangan atau yang dirancang untuk penelitian
dengan menggunakan gas nitrogen sebagai pengganti udara normal untuk
menjamin ketidaktersediaan oksigen.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi : Ketersediaan substrat,
Ketersediaan oksigen, suhu, jenis dan umur tumbuhan

B. Saran
Dari uraian di atas maka penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, untuk itu pemakalah mohon kritikan dan saran
yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Granmedia: Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 2015. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press:


Yogyakarta

Salisbury, Frank B & Cleon W Ross. Fisiologi Tumbuhan JILID 2. Institut


Teknologi Bandung: Bandung

Sumadi & Aditya.2007. Biologi sel. Graha ilmu: Yogyakarta

Paramita, Octhaviani. 2010. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi,


Produksi Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera Indica L) Var
Gedong Gincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Kompetensi teknik,
2(1): hal 29-38

16

Anda mungkin juga menyukai