“RESPIRASI TUMBUHAN”
Disusun oleh:
Erdayanti Safitri (1701140491)
Isroul Lusiana Nur Indah Sari (1701140490)
Melvinda Trivia Krisnanda (1701140481)
Normala Sari (1701140487)
Yantiah (1701140483)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan
sebagaiman mestinya. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah kepada
rasulullah Muhammad SAW, kepada sahabat-sahabatnya, dan kepada umatnya
hingga akhir zaman.
Makalah ini kami buat dengan sesederhana mungkin dan jika ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami berharap dan memohon saran serta
kritikan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini ke depannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengertian sehari-hari, bernafas sekedar diartikan sebagai
proses pertukaran gas di paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi
tidaklah demikian. Pernafasan lebih menunjuk kepada proses pembongkaran
atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh
energi atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama adalah
karbohidrat.
1
tanpa melibatkan oksigen. Pembongkaran semacam ini disebut respirasi
anaerob.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan respirasi?
2. Apa yang dimaksud dengan kuosien respirasi?
3. Bagaimana mekanisme respirasi pada tumbuhan?
4. Bagaimana proses fermentasi pada tumbuhan?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan respirasi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kousien respirasi
3. Untuk mengetahui mekanisme respirasi pada tumbuhan
4. Untuk mengetahui proses fermentasi pada tumbuhan
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi
1
D. Dwijoseputro, Pengantar Fiologi Tumbuhan, Granmedia, Jakarta, 1985, Hal 129
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian respirasi
Respirasi merupakan proses biologis pada makhluk hidup artinya proses
penyerapan O2 yang digunakan dalam proses pembakaran (oksidatif) dengan
menghasilkan energi dan diikuti adanya proses pengeluaran sisa pembakaran
berupa gas karbodioksida dan air. Karbohidrat dan asam-asam organik
merupakan subtart utama dalam jaringan yang diperlukan oleh kebanyakan
tumbuhan dalam proses respirasi.
3
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
C. Kuosien Respirasi
Jika karbohidrat seperti sukrosa, fruktan, atau pati yang digunakan
sebagai substrat pada proses respirasi dan jika senyawa tersebut teroksidasi
secara sempurna, maka jumlah O2 yang digunakan akan persis sama dengan
jumlah CO2 yang dihasilkan. Nisbah CO2/O2 ini disebut Kuosien Respirasi,
sering disingkat RQ (respiratory quoitient). Nilai RQ ini pada kebanyakan
kasus akan mendekati nilai 1. Sebagai contoh, nilai RQ rata-rata dari
daunberbagai spesies adalah sekitar 1,05. Biji dari tanaman serealia dan legum
dimana pati merupakan cadangan karbohidrat utama juga menunjukkan nilai
RQ mendekati 1,0
2
Octhaviani Paramita. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi, Produksi
Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera Indica L) Var Gedong Gincu pada Berbagai Suhu
Penyimpanan. Kompetensi teknik, 2(1), 2010: hal 29-38
4
Dengan mengetahui nilai RQ dari suatu organ atau jaringan, akan
dapat diperkirakan jenis senyawa yang dioksidasi (substrat dari proses
respirasi) pada organ atau jaringan tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa
senyawa yang dioksidasi mungkin terdiri beberapa jenis, sehingga nilai
RQ yang terukur merupakan rata-rata dari hasil oksidasi berbagai senyawa
tersebut. Secara umum nilai RQ ini dapat digunakan sebagai indikasi dari
porsi karbohidrat sebagai substrat respirasi. Jika nilai RQ semakin
mendekati 1 maka semakin dominan porsi karbohidrat sebagai substrat
respirasi.3
Reaksi glikolisis secara lengkap dapat dilihat pada gambar di bawah ini,
dimana pada gambar ini diperlihatkan senyawa-senyawa antara yang
terbentuk, enzim yang berperan dan aktivator logam yang di butuhkan.
Secara ringkas reaksi glikolisis dapat ditulis sebagai berikut :
3
Benyamin Lakitan. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press:Jakarta, 2015, hal
188-189.
5
Glukosa + 2 NAD + 2 ADP + 2 H2PO4 = 2 piruvat + 2 NADH + 2 H + 2
ATP + 2 H2O
Gambar 1 . 1 Glikolisis
B. Dekarboksilasi Oksidatif
6
Mg2+ dan timin pirifosfat. Disini di hasilkan 2 x 1 NADH + H+ dan
membebaskan 2 x 1 CO2.4 Bagan reaksinya adalah sebagai berikut :
C. Siklus Krebs
Siklus Krebs disebut juga Siklus Asam Sitrat, karena asam sitrat
merupakan senyawa-senyawa yang penting. Nama lazim lainnya dari
siklus ini adalah siklus asam trikaboksilat (TCA), istilah yang digunakan
karena asam sitrat dan asam isositrat mempunyai tiga gugus karboksil.
Reaksi-reaksi siklus krebs ini berlangsung pada mitokondria.5
4
Sumadi & aditya Marianti. Biologi sel. Yogyakarta : Graha ilmu, 2007, hlm, 98-100.
5
.Frank B Salisbury & Cleon W Ross. Fisiologi Tumbuhan JILID 2. Bandung: Institut
Teknologi Bandung. Hal.95
7
Tahap-tahap dalam siklus krebs adalah sebagai berikut.
5. Suksinil ko-A akan diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinil ko-A
sintetase. Pada reaksi ini akan dihasilkan GTP yang kemudian dapat
berupah menjadi ATP.
8
2. Sintesi ATP secara langsung, yakni 1 molekul ATP untuk setiap
molekul piruvat yang di oksidasi.
3. Pembentukan kerangka karbon yang dapat digunakan untuk sintesis
asam-asam amino tertentu, yang kemudian dapat di konversi untuk
membentuk senyawa yang lebih besar.6
D. Transpor Elektron
Transfer elektron atau transpor elektron merupakan proses
produksi ATP (energi) dari NADH dan FADH2 yang dihasilkan dalam
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs. Transfer elektron
terjadi di membran dalam mitokondria, yang dibantu oleh kelompok-
kelompok protein yang terdapat pada membran tersebut. Proses ini disebut
juga dengan fosforilasi oksidatif.
6
. Benyamin Lakitan, . . . Hal. 189-191
9
pada mitokondria. Pengangkutan electron berlangsung mulai dari senyawa
perantara yang secara termodinamis sulit direduksi (senyawa potensial
reduksi negative) menuju senyawa yang mempunyai kecendrungan yang
lebih besar untuk menerima elektron (senyawa dengan potensial reduksi
yang lebih tinggi atau bahkan positif).7
7
. Benyamin Lakitan, . . . Hal. 191
10
komplek protein II. Transfer pada komplak protein II tidak memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran. Setelah dari
komplek protein II, elektron akan ditangkap oleh ubiquinon dan proses
selanjutnya sama dengan transfer elektron dari NADH. Jadi pada transfer
elektron yang berasal dari FADH2 , hanya terjadi 2 kali pemompaan
H+ keluar menuju ruang antar mebran. Oleh sebab itu dalam proses
kemiosmosis hanya terbentuk 2 molekul ATP saja.
8
Frank B Salisbury & Cleon W Ross, . . . hlm. 93.
11
dengan tanggapan tanaman terhadap kondisi hipoksia atau anoksia, baik yang
terjadi secara alami, misalnya karena penggenangan atau yang dirancang
untuk penelitian dengan menggunakan gas nitrogen sebagai pengganti udara
normal untuk menjamin ketidaktersediaan oksigen.9
1. Ketersediaan substrat
Respirasi bergantung pada tersedianya substrat yakni tumbuhan
yang kelaparan, yang kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah,
melakukan respirasi pada laju yang rendah. Jika starvasi (defisiensi bahan
cadangan makanan) pada tumbuhan terjadi sangat parah, maka protein
juga dapat dioksidasi. Protein tersebut dihidrolisis menjadi asam amino
penyusunnya, yang kemudian diurai melalui reaksi-reaksi glikolitik dan
siklus krebs. Asam glutamate dan aspartat akan dikonversi menjadi asam
alfaketoglutarat dan asam oksaloasetat. Demikian pula halnya dengan
alanin yang dioksidasi untuk membentuk asam piruvat. Pada saat daun
mulai menguning, maka sebagian besar protein dan senyawa mengadung
nitrogen pada kloroplas akan terurai. Ion-ion amonium yang dibebaskan
dari penguraian tersebut akan digunakan dalam sintesis glutamin dan
asparagine. Hal ini akan menghindari tumbuhan dari keracunan
amonium.10
2. Ketersediaan oksigen
Pasokan O2 juga mempengaruhi respirasi, tapi peranannya sangat
berbeda, bergantung pada jenis tumbuhan dan bahkan bagian tumbuhan.
9
Benyamin Lakitan, . . . hlm. 188.
10
Ibid. Hlm.199-200.
12
Keragaman normal kandungan O2 udara terlalu kecil untuk mempengaruhi
respirasi sebagian besar daun dan batang. Lagipula, laju penetrasi O2 ke
dalam daun, batang, dan akar biasanya cukup untuk mempertahankan
tingkat pengambilan normal O2 oleh mitokondria, terutama karena
sitokrom oksidase mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen
sehingga akan tetap berfungsi walaupun konsentrasi O2 di udara hanya
sekitar 0,05%. Hambatan laju respirasi karena ketersedian oksigen terjadi
pada sistem perakaran tumbuhan jika media tumbuhnya digenangi (seluruh
pori tanah berisi air). Hal ini terjadi karena laju difusi oksigen di dalam air
jauh lebih lambat dibandingkan di udara.11
3. Suhu
Nilai Q10 untuk respirasi antara suhu 5oC sampai 25oC adalah antar
2,0 sampai 2,5. Berarti untuk kisaran suhu tersebut, laju respirasi akan
meningkat lebih dari dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10oC. jika suhu ditingkatkan sampai sekitar 35oC , laju respirasi tetap
meningkat tetapi dengan nilai Q10 ini diduga disebabkan karena penetrasi
oksigen melalui kutikula atau peridermis tidak mencukupi kebutuhan.
Pada suhu yang lebih tinggi lagi (sekitar 40oC) laju respirasi akan mulai
menurun, hal ini disebabkan karena sebagian enzim-enzim yang berperan
akan mulai mengalami denaturasi.
4. Jenis dan umur tumbuhan
Adanya perbedaan morfologi antara berbagai jenis tumbuhan,
maka terjadi pula perbedaan laju respirasi antara tumbuhan tersebut.
Bakteri dan jamur umumnya menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dari tumbuhan tingkat tinggi, jika dihitung persatuan berat keringnya.
Perbedaan ini terutama disebabkan karena bakteri dan jamur, keduanya
mengandung sedikit senyawa yang diakumulasi sebagai bahan cadangan
makanan dan tidak mengandung sel-sel kayu nonmetabolik sebagaimana
pada tumbuhan tingkat tinggi. Jaringan meristematik juga menunjukkan
laju respirasi yang lebih tinggi disbanding jaringan tua. Secara umum
11
Frank B Salisbury & Cleon W Ross, … hlm. 107.
13
terdapat korelasi yang kuat antara laju pertumbuhan dengan laju respirasi,
karena dalam pertumbuhan akan digunakan ATP, NADH, dan NADPH
untuk sintesis protein, bahan penyusun dinding sel, komponen membran
dan asam-asam nukleat. Penggunaan ATP, NADH, dan NADPH ini akan
meningkatkan ketersediaan ADP, NAD+, dan NADP+ untuk respirasi.
Umur tumbuhan akan mempengaruhi laju respirasinya. Laju respirasi
tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan
vegetatif awal (dimana laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudan turun
dengan bertambahnya umur tumbuhan.
Respirasi pada organ buah juga tinggi pada saat awal pertumbuhan
buah, yakni pada saat sel aktif membelah kemudian menurun. Tetapi pada
jenis buah tertentu (misalnya apel) penurunan laju respirasi nini kemudian
diikuti dengan peningkatan laju respirasi. Gejala ini disebut klimakterik.
Klimakterik terjadi berbarengan dengan tahap pematangan penuh dari
buah tersebut dan peningkatan laju respirasi ini dirangsang oleh etilen
yang terbentuk pada jaringan buah tersebut. Beberapa jenis buah tidak
mengalami klimakterik, misalnya jeruk, anggur, nanas, dan stroberi.12
12
Benyamin Lakitan, … hlm. 200-201.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Respirasi merupakan proses biologis pada makhluk hidup artinya proses
penyerapan O2 yang digunakan dalam proses pembakaran (oksidatif)
dengan menghasilkan energi dan diikuti adanya proses pengeluaran sisa
pembakaran berupa gas karbodioksida dan air.
2. Jika karbohidrat seperti sukrosa, fruktan, atau pati yang digunakan sebagai
substrat pada proses respirasi dan jika senyawa tersebut teroksidasi secara
sempurna, maka jumlah O2 yang digunakan akan persis sama dengan
jumlah CO2 yang dihasilkan. Nisbah CO2/O2 ini disebut Kuosien
Respirasi,
3. Mekanisme Respirasi Pada Tumbuhan yaitu ada glikolisis, Dekarboksilasi
Oksidatif, Siklus krebs dan Transpor Elektron.
4. fermentasi yang berlangsung pada tumbuhan hidup dapat ditelusuri pada
publikasi-publikasi yang berhubungan dengan tanggapan tanaman
terhadap kondisi hipoksia atau anoksia, baik yang terjadi secara alami,
misalnya karena penggenangan atau yang dirancang untuk penelitian
dengan menggunakan gas nitrogen sebagai pengganti udara normal untuk
menjamin ketidaktersediaan oksigen.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi : Ketersediaan substrat,
Ketersediaan oksigen, suhu, jenis dan umur tumbuhan
B. Saran
Dari uraian di atas maka penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, untuk itu pemakalah mohon kritikan dan saran
yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Granmedia: Jakarta.
16