Disusun oleh :
Kelompok: 3
1. Haslina Sarihu
2. Kharisma Pertiwi
3. Cindy Syahrier
4. Krisna Yogiswara
5. Muh Denni Pradana
A. Latar Belakang
Letak geografis Indonesia yang berupa kepulauan sangat berpengaruh
terhadap mekanisme pemerintahan Indonesia. Dengan keadaan geografis yang berupa
kepulauan ini, menyebabkan pemerintah sulit mengkoordinasi pemerintahan yang ada
di daerah. Untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerintahan maka
diperlukan adanya berbagai suatu sistem pemerintahan yang dapat berjalan secara
efisien dan mandiri tetapi tetap dibawah pengawasan dari pemerintah pusat.
Hal tersebut sangat diperlukan karena mulai munculnya berbagai ancaman
terhadap keutuhan NKRI. Hal itu ditandai dengan banyaknya daerah-daerah yang
ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumber daya alam
daerah di Indonesia yang tidak merata juga merupakan salah satu penyebab
diperlukannya suatu sistem pemerintahan untuk memudahkan pengelolaan sumber
daya alam yang merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan
nasional.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa terdapat beberapa daerah yang
pembangunannya memang harus lebih cepat dari pada daerah lain. Karena itulah
pemerintah pusat membuat suatu sistem pengelolaan pemerintahan di tingkat daerah
yang disebut Pengelolaan Kekuasaan Negara di daerah untuk mengelola potensi-
potensi dan sekaligus mengembangkannya.
Oleh karena itu, pemakalah berusaha untuk mengkaji lebih dalam tentang
Pengelolaan Kekuasaan Negara di daerah dan pelaksanaan Pengelolaan Kekuasaan
Negara di daerah di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
1. Apa pengertian Pengelolaan Kekuasaan Negara di daerah?
2. Apa tujuan dari Pengelolaan Kekuasaan Negara di daerah tersebut?
3. Bagaimana Pembagian Kekuasaan dalam Kerangka Pengelolaan Kekuasaan
Negara di daerah?
4. Bagaimana pelaksanaan Pengelolaan Kekuasaan Negara di daerah di Indonesia?
5. Apa permasalahan atau kendala dalam penerapan Pengelolaan Kekuasaan
Negara di daerah di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
Pada Pasal 1 Angka 3 Undang- undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Peraturan perundang-
undangan yang mengatur penyelenggaraan negara oleh pemerintahan daerah telah
mengalami banyak perubahan. Perubahan landasan hukum tentang pemerintahan
daerah mempunyai dampak yang besar dalam penyelenggaraan kekuasaan negara di
daerah. Perubahan-perubahan tersebut membuat susunan pemerintahan daerah juga
ikut berubah.
DPRD-GR
2. Pelayanan Masyarakat
Pada umumnya, Sumber Daya Manusia pada pemerintah daerah memiliki
sumber informasi dan pengetahuan yang lebih terbatas dibandingkan dengan sumber
daya pada Pemerintah Pusat. Hal ini mungkin diakibatkan oleh sistem kepegawaian
yang masih tersentralisasi sehingga Pemerintah Daerah memiliki keterbatasan
wewenang dalam mengelola Sumber Daya Manusianya sesuai dengan kriteria dan
karakteristik yang dibutuhkan oleh suatu daerah. Sehingga pelayanan yang diberikan
hanya standar minimum.
4. Pembagian Pendapatan
UU 25/1999 pada dasarnya menganut paradigma baru, yaitu berbeda dengan
paradigma lama, maka seharusnya setiap kewenangan diikuti dengan pembiayaannya,
sesuai dengan bunyi pasal 8 UU 22/1999. Pada saat sekarang ini, banyak daerah yang
mengeluh tentang tidak proporsionalnya jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) yang
diterima, baik oleh Daerah Propinsi maupun Daerah Kabupaten/Kota. Banyak daerah
yang DAU-nya hanya cukup untuk membayar gaji pegawai daerah dan pegawai eks
kanwil, Kandep/Instansi vertikal di daerah. Disamping itu, kriteria penentuan bobot
setiap daerah dirasakan oleh banyak daerah kurang transparan. Kriteria potensi daerah
dan kebutuhan daerah tampaknya kurang representatif secara langsung terhadap
pembiayaan daerah. Dengan demikian perhitungan DAU yang transparan
sebagaimana diatur dalam pasal 7 UU 25/1999 jo PP 104/2000 tentang perimbangan
keuangan terutama pasal-pasal yang menyangkut perhitungan DAU dan faktor
penyeimbangan, kiranya perlu ditata kembali. Kemudian, pembagian bagi hasil
Sumber Daya Alam (SDA) dirasakan kurang mengikuti prinsip-prinsip pembiayaan
yang layak yang sejalan dengan pemberian kewenangan Kepala Daerah Propinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota. Seperti halnya dalam paradigma lama, melalui paradigma
baru pun bagian daerah selalu jauh dari Sumber Daya Alam yang kurang potensial
(seperti: perkebunan, kehutanan, pertambangan umum dan sebagainya), sedangkan
disektor minyak dan gas alam, hanya mendapat porsi kecil. Bagian bagi hasil di
bidang ini perlu diperbesar, sehingga daerah penghasil mendapat bagian yang
proporsional sebanding dengan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
eksplorasi dan eksploitasi SDA tersebut.
6. Disintegrasi
Hal ini dapat menimbulkan perpecahan atau terganggunya stabilitas keamanan
nasional dalam penyelenggaraan sebuah negara. Hal ini dapat disebabkan olek
keegoisan suatu kelompok masyarakat atau daerah dalam mempertahankan suatu
pendapat yang memiliki unsur kepentingan-kepentingan kelompok satu dengan yang
lain. Yang dapat merugikan atau kecemburuan terhadap kelompok-kelompok yang
lain untuk mendapatkan hak yang sama sehingga dapat memecahkan rasa persatuan
dan kesatuan kita dan dapat menimbulkan berbagai pertikaian dalam sebuah negara
atau daerah tersebut. Contohnya: GAM, RMS, dan lain-lain. Solusinya sebaiknya kita
sebagai warga negara yang baik harusnya tidak egois dalam mempertahankan suatu
hak atau pendapat antara kelompok yang satu dengan yang lain dapat menimbulkan
pertikaian dan mengganggu keamanan didaerah tersebut. Namun kita harus bersatu
demi memajukan daerah atau negara yang kita cintai.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN