2
Departemen Farmasi Klinis dan Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya
3
Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian (PIOLK), Fakultas Farmasi, Universitas
Surabaya
( adji_ps@hotmail.com)
*
ABSTRAK
Perilaku dan faktor dominan penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep di Surabaya belum diketahui
secara pasti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifkasi perilaku dan faktor yang paling mempengaruhi
penggunaan antibiotik tanpa resep. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan pada masyarakat yang mem-
beli antibiotik tanpa resep dokter di 90 apotek di Surabaya selama bulan Desember 2014-April 2015. Identifikasi
perilaku dilakukan melalui 8 pertanyaan majemuk, dan identifikasi faktor dilakukan melalui dua metode statistik,
yakni analisis deskriptif melalui perbandingan mean pertanyaan dalam masing-masing tema faktor, dan analisis
faktor menggunakan orthogonal rotation (varimax). Total 267 responden terlibat dalam penelitian. Mayoritas
masyarakat yang membeli antibiotik tanpa resep dokter berusia 21-30 tahun (36,33%), membeli dengan frekuensi
1 kali/bulan (45,70%), membeli untuk diri sendiri (56,55%), membeli segera setelah gejala muncul (33,70%),
membeli untuk indikasi pilek/flu (21,30%). Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif ditemukan bahwa tema “hal-
hal yang mendorong” merupakan faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep di apotek. Pada
metode analisis faktor, nilai cumulative percent total variance explained adalah sebesar 48,03%, dengan nilai ter-
besar pada faktor pertama yakni sebesar 23,91%. Faktor paling mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep
adalah kemudahan akses memperoleh antibiotik dan penghematan biaya. Hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk menentukan metode intervensi yang tepat untuk menanggulangi permasalahan penggunaan antibiotik tanpa
resep di apotek. Dengan mempertimbangkan kompleksitas faktor penyebab perilaku tersebut, apoteker tidak seha-
rusnya dituduh sebagai satu-satunya pihak penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep.
Kata kunci : Antibiotik, apoteker komunitas, obat tanpa resep
ABSTRACT
There is limited information regarding the behavior and determinant factors of non-prescribed use of anti-
bioticsin Surabaya. The purpose of this study was to identify the behavior and the most influential factors in using
antibiotics without prescription. This was a cross sectional studyconducted insubjects who bought antibiotics with-
out prescription in 90 pharmacies in Surabaya during December 2014-April 2015. Eight complex questions were
used to identify the behavior. The contributing factors of non-prescription behavior were identified by using two
statistical methods, including: descriptive analysis by comparing the mean of the questions in each factor theme,
and factor analysis using orthogonal rotation (varimax). There were 267 respondents involved in this study. The
majority of respondents who bought antibiotics without prescription ranged from age 21-30 years old (36.33%),
frequency buying antibiotics 1/month (45.70%), intended for themselves (56.55%), buying antibiotics soon after
the symptoms appeared (33.70%), and intended for runny nose/flu indication (21.30%). Based on the descriptive
statistic, the theme “aspects that encourage” was found as the factor contributed to the use of antibiotics without
prescription. The value of cumulative percent total variance found in the factor analysis method explained was
48.03%, with the biggest value on the first factor that was 23.91%. The most influential factor was the ease of ac-
cess to get the antibiotics and the saving of money. The results of this study can be used to determine the appropri-
ate intervention to deal with the use of antibiotics without prescription in the pharmacies.Considering the complex
causes of such behavior, pharmacist should not be blamed as the only cause of non-prescribed use of antibiotics.
Keywords: Antibiotics, community pharmacist, non-presribed use of medicine
Copyright © 2018 Universitas Hasanuddin. This is an open access article under the CC BY-NC-SA license
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
DOI : http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v14i4.5080
406
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 4, Desember 2018
407
Dewi Paskalia Andi Djawaria : Analisis Perilaku dan Faktor Penyebab Perilaku Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep di Surabaya
408
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 4, Desember 2018
analisis faktor. Domain faktor dengan mean paling Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian
besar dianggap sebagai domain faktor yang paling Karakteristik n=267 %
dominan mempengaruhi perilaku penggunaan an- Umur
tibiotik tanpa resep dokter. Analisis deskriptif ter- 15-20 tahun 29 10,86
hadap lima domain faktor dilakukan untuk mem- 21-30 tahun 97 36,33
berikan gambaran besar domain dalam Theory of 31-40 tahun 60 22,47
Planned Behaviour yang dominan berkontribusi 41-50 tahun 51 19,10
terhadap perilaku penggunaan antibiotik tanpa 51-60 tahun 19 7,12
resep dokter. >60 tahun 11 4,12
Analisis faktor (factor analysis) dilakukan Jenis Kelamin
Laki-laki 109 40,82
dengan metode orthogonal rotation (varimax).
Perempuan 158 59,18
Cut-off point untuk nilai R yang dianggap me- Pendidikan
menuhi syarat dalam analisis faktor adalah ≥0,400. SD/sederajat 6 2,25
Kesesuaian jumlah sampel untuk dianalisis de- SMP/sederajat 12 4,49
ngan menggunakan analisis faktor ditunjukkan SMA/sederajat 125 46,82
melalui nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure Diploma/Strata 1 52 19,48
of sample adequacy. Jumlah sampel dinyatakan Pascasarjana 6 2,25
sesuai untuk dianalisis dengan analisis faktor apa- NA 66 24,71
bila nilai KMO >0,500. Analisis faktor dilakukan Pekerjaan
terhadap 10 tema penyebab penggunaan antibiotik Pelajar/mahasiswa 31 11,61
Ibu rumah tangga 26 9,74
tanpa resep dokter. Dengan demikian, hasil ana-
Wiraswasta 95 35,58
lis faktor akan memberikan gambaran yang lebih PNS/BUMN/ TNI-Polri 5 1,87
detail dari analisis deskriptif. Analisis pertanyaan Pekerja di bidang kesehatan 8 3,00
majemuk kuesioner dilakukan dengan menggu- Karyawan/karyawati 20 7,48
nakan analisis data deskriptif yang digambarkan Tidak bekerja 1 0,37
dengan perbandingan frekuensi pilihan jawaban Guru 4 1,50
yang paling sering muncul (modus). Keseluruhan Kuli 1 0,37
proses ini dilakukan dengan menggunakan SPSS NA 76 28,46
20.0. NA : Not alvailable (responden tidak memberikan jawaban);
SD: Sekolah Dasar; SMP: Sekolah Menegah Pertama; SMA:
Sekolah Menegah Atas; PNS: Pegawai Negeri Sipil; BUMN:
HASIL Pegawai Badan Usaha Milik Negara; TNI-Polri : Tentara
Total terdapat 267 responden yang terlibat Nasional Indonesia- Kepolisisan Republik Indonesia.
dalam penelitian ini, 109 orang (40,82%) pasien
tidak menjawab pertanyaan ini. Sebanyak 122 pa-
berjenis kelamin laki-laki dan 158 orang (59,18%)
sien (45,70%) membeli antibiotik dengan frekuen-
pasien berjenis kelamin perempuan. Mayoritas
si 1 kali/bulan, dan hanya 9 pasien (3,40%) yang
responden yang ikut serta dalam penelitian ber-
membeli antibiotik dengan frekuensi 2-3 kali/
ada pada rentang usia 21-30 tahun yaitu sebanyak
minggu. Sebanyak 151 pasien (56,55%) membeli
97 orang (36,33%). Data karakteristik responden
antibiotik untuk diri sendiri dan 25 pasien (9,36%)
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
membeli antibiotik untuk orang lain.
Hasil analisis bagian pertama kuesioner,
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif ter-
yakni delapan pertanyaan dengan jawaban ma-
hadap 14 pertanyaan rating yang bertujuan untuk
jemuk pada kuesioner yang bertujuan untuk me-
mengidentifikasi faktor penyebab penggunaan an-
metakan perilaku penggunaan antibiotik tanpa
tibiotik tanpa resep dokter dapat dilihat pada Ta-
resep dokter di apotek dapat dilihat pada Tabel 2.
bel 3 (detail pertanyaan untuk bagian kedua kue-
Berdasarkan pertanyaan majemuk tersebut, diper-
sioner tidak ditampilkan). Hasil analisis deskriptif
oleh hasil bahwa 63 pasien (23,60%) sering mem-
tersebut menegaskan bahwa faktor yang dominan
beli antibiotik tanpa resep di apotek, 203 orang
mempengaruhi perilaku pembelian antibiotik tan-
(76,00%) jarang membeli antibiotik tanpa resep
pa resep dokter adalah “hal-hal yang mendorong”
dokter di apotek, sedangkan satu pasien (0,37%)
409
Dewi Paskalia Andi Djawaria : Analisis Perilaku dan Faktor Penyebab Perilaku Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep di Surabaya
perilaku pembelian antibiotik tanpa resep. “Hal- keamanan, efek samping, dan pengetahuan akan
hal yang mendorong” dalam penelitian ini ada- bahaya penggunaan antibiotik tanpa resep dokter
lah pengalaman penggunaan antibiotik sebelum- di apotek.
nya, perilaku peresepan dokter, dan akses untuk Hasil analisis faktor terhadap 14 pertanyaan
memperoleh antibiotik. Faktor yang paling tidak kuesioner dipaparkan secara detail pada Tabel 4.
dominan mempengaruhi perilaku pembelian an- Hasil analisis dengan KMO measure of sampling
tibiotik tanpa resep dokter adalah “faktor hal-hal adequacy menunjukkan nilai sebesar 0,749. Nilai
yang mencegah perilaku pembelian antibiotik tan- cumulative percent total variance explained ada-
pa resep dokter di apotek”. Faktor ini meliputi isu lah sebesar 48,03%. Analisis faktor terhadap 14
410
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 4, Desember 2018
411
Dewi Paskalia Andi Djawaria : Analisis Perilaku dan Faktor Penyebab Perilaku Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep di Surabaya
Tabel 3. Karakteristik Responden Penelitian dokter. Oleh karena itu, informasi terkait perilaku
No Domain Mean dan penyebab masyarakat dalam menggunakan
1 Persepsi dan perilaku penggunaan 2,678 antibiotik tanpa resep dokter diharapkan dapat me-
antibiotik oleh pasien mungkinkan pihak-pihat terkait, termasuk peme-
2 Hal-hal yang mendorong penggunaan 2,823 rintah melakukan intervensi yang tepat pada pihak
antibiotik tanpa resep di apotek yang tepat.
3 Hal-hal yang mencegah penggunaan 2,547 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
antibiotik tanpa resep di apotek sebanyak 58,80% pasien yang membeli antibiotik
4 Personel yang mendorong - tanpa resep dokter di apotek berada pada rentang
penggunaan antibiotik tanpa resep usia 21-40 tahun. Hasil ini serupa dengan hasil
dokter di apotek
penelitian dari Abasaeed et al. dan Bin Nafisah et
5 Aspek legal 2,680
al.10,25 Hasil penelitian yang dilakukan di Suraba-
pertanyaan kuesioner (Tabel 4) menemukan 3 ya dan diperkuat dengan bukti-bukti terpublikasi
underlying factors yang mempengaruhi perilaku tersebut menegaskan besarnya penggunaan antibi-
penggunaan antibiotik tanpa resep dokter, yaitu: otik tanpa resep dokter oleh populasi pada rentang
1) Kemudahan akses memperoleh antibiotik dan usia produktif. Salah satu pertimbangan kelompok
penghematan biaya (cumulative percent total vari- usia produktif dalam menggunakan antibiotik tan-
ance explained sebesar 23,91%), 2) Pengetahuan pa resep dokter adalah efektivitas biaya. Penelitian
yang keliru terkait penggunaan/manfaat antibiotik Khan et al. di India terhadap 744 pasien usia pro-
(cumulative percent total variance explained sebe- duktif (18-50 tahun) menyatakan bahwa 88,00%
sar 14,93%), dan 3) Kurangnya pemahaman me- responden menggunakan antibiotik tanpa resep
ngenai kompetensi dan kewenangan profesi tena- dokter karena merasa lebih efektif secara biaya.9
ga kesehatan (cumulative percent total variance Efektivitas biaya dalam hal ini tidak hanya tim-
explained sebesar 9,19%). bul karena penghematan biaya yang seharusnya
dibutuhkan untuk mendapatkan layanan di pusat
PEMBAHASAN layanan kesehatan saja, tetapi juga karena dapat
Penelitian ini merupakan penelitian yang mencegah kemungkinan hilangnya produktivitas
mengeksplorasi faktor penyebab perilaku peng- sebagai akibat sakit yang dialami. Penggunaan an-
gunaan antibiotik tanpa resep dokter di komuni- tibiotik tanpa resep dipersepsikan oleh masyarakat
tas dari perspektif pengguna akhir antibiotik yang dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit
dalam hal ini adalah masyarakat yang melakukan sehingga pasien tidak kehilangan banyak waktu
praktek pembelian antibiotik tanpa resep. Ter- untuk bekerja.
dapat sebuah penelitian yang menghitung jum- Mayoritas responden dalam penelitian ini
lah apotek di Surabaya yang melayani pembelian menyatakan bahwa antibiotik tanpa resep dokter
antibiotik tanpa resep dokter.24 Puspitasari et al. diperoleh dari apotek (51,31%). Banyaknya war-
menyatakan terdapat 90% dari 80 sampel apotek ga Surabaya yang mendapatkan antibiotik dari
melayani pembelian antibiotik tanpa resep dokter. apotek juga ditemukan di bagian Indonesia lain.
Tidak terdapat informasi penyebab perilaku dari Hasil penelitian oleh Widayati et al. di Yogyakarta
sisi masyarakat sebagai pembeli antibiotik dalam yang menemukan bahwa 64,00% antibiotik untuk
penelitian tersebut. Tanpa adanya informasi terkait penggunaan tanpa resep diperoleh dari apotek.26
faktor penyebab masyarakat menggunakan anti- Program intervensi secara masal di Indonesia yang
biotik tanpa resep dokter, dikhawatirkan adanya ditujukan untuk memperbaiki persepsi masyarakat
kecenderungan untuk menyalahkan pekerja apo- awam terkait penggunaan antibiotik perlu dibuat.
tek sebagai aktor utama pencetus perilaku penggu- Salah satu program intervensi yang terbukti efektif
naan antibiotik tanpa resep dokter. Kecenderungan mengendalikan penggunaan antibiotik tanpa resep
tersebut akan memicu dihasilkannya intervensi dokter adalah program kampanye yang diprogram-
yang dapat merugikan pekerja apotek dan tidak kan secara serentak dan sistematis di suatu negara.
menyelesaikan akar permasalahan utama penye- Program intervensi berupa kampanye serentak te-
bab perilaku penggunaan antibiotik tanpa resep lah dilakukan di Perancis dan menunjukkan efekti-
412
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 4, Desember 2018
vitas dalam menurunkan jumlah peresepan antibio- antibiotik sisa dari resep sebelumnya juga dapat
tik untuk gejala flu like syndrome sebesar 26,50% menandakan kurangnya kepatuhan pasien dalam
(95%CI=19,60%-33,50%) di seluruh wilayah menggunakan antibiotik. Sebuah bukti penelitian
Perancis dalam kurun waktu 5 tahun.27 Kampanye terpublikasi menunjukkan fenomena ketidakpatuh-
serupa juga sedang dilakukan di Thailand, yang an penggunaan antibiotik. Hasil penelitian oleh
berdasarkan publikasi terakhir telah mencapai Suaifan et al. terhadap 679 responden mahasiswa
fase ke-3 yang bertujuan memperkuat kerjasama di Yordania yang menunjukkan bahwa 61,20% res-
dan mencari cara untuk memperluas implementasi ponden tidak menyelesaikan penggunaan antibio-
program intervensi.28 Melihat adanya kedekatan tik sesuai durasi yang seharusnya, 5,50% respon-
secara geologis, metode kampanye yang dilaku- den mengurangi dosis antibiotik tanpa berkon-
kan di Thailand sangat mungkin diadopsi di Indo- sultasi ke dokter, dan 11,20% responden meng-
nesia dengan berbagai penyesuaian. Pelaksanaan hentikan penggunaan antibiotik tanpa berkonsul-
program serupa diharapkan dapat membantu me- tasi ke dokter.30 Alasan terbesar responden tidak
ngurangi penggunaan antibiotik swamedikasi di menyelesaikan penggunaan antibiotik sesuai an-
Indonesia. juran dokter adalah responden telah merasa lebih
Hasil lain terkait perilaku penggunaan anti- baik (59,10%) dan lupa atau tidak punya waktu
biotik tanpa resep dokter dalam penelitian ini yang (14,30%).30 Penelitian lebih lanjut terkait kepatu-
perlu mendapat perhatian adalah terdapat 11,98% han penggunaan antibiotik dengan setting Indone-
pasien yang menggunakan antibiotik sisa resep sia perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran
dokter sebelumnya untuk swamedikasi antibio- utuh dari fenomena perilaku swamedikasi dengan
tik. Perilaku tersebut juga ditemukan dalam buk- antibiotik sisa pengobatan.
ti penelitian terpublikasi yang lain. Grigoriyan et Sebanyak 65 pasien (24,34%) menggunakan
al. juga menunjukkan bahwa riwayat penggunaan antibiotik tanpa resep dokter karena disarankan
antibiotik dengan resep dokter dalam 1 tahun sebe- oleh teman/kerabat yang bekerja di bidang kese-
lumnya, meningkatkan risiko swamedikasi dengan hatan dan hanya satu orang (0,38%) yang meng-
antibiotik sisa pengobatan (leftover antibiotics).29 gunakan antibiotik karena disarankan oleh orang
Fenomena swamedikasi dengan menggunakan penting di desa. Hasil penelitian ini mempertegas
413
Dewi Paskalia Andi Djawaria : Analisis Perilaku dan Faktor Penyebab Perilaku Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep di Surabaya
besarnya pengaruh lingkungan sekitar dalam me- antibiotik tanpa resep karena telah sukses meng-
nentukan sebuah perilaku. Bukti penelitian yang gunakan antibiotik tanpa resep dokter pada pe-
dilakukan di negara lain menunjukkan besarnya ngobatan sebelumnya.34 Besarnya dominasi faktor
pengaruh apoteker dalam perilaku penggunaan an- pengalaman yang ditemukan dalam penelitian ini
tibiotik tanpa resep dokter.31 Perbedaan antara ha- dan beberapa penelitian terpublikasi lainnyadapat
sil penelitian ini dan penelitian di negara lain dapat dijelaskan dengan teori perilaku kesehatan. Dilihat
dipicu oleh perbedaan kultur dan budaya yang ada dari kerangka Theory of Planned Behavior (TPB),
di negara-negara tersebut yang menyebabkan per- pengalaman penggunaan antibiotik tanpa resep
bedaan model interaksi masyarakatnya. Besarnya dokter sebelumnya dapat membentuk kepercayaan
perilaku penggunaan yang didasarkan pada saran terhadap hasil perilaku (beliefs about outcome)
kerabat dalam penelitian ini mempertegas model yang nantinya akan mempengaruhi sikap pasien
masyarakat Indonesia yang sangat komunal. Salah terhadap perilaku penggunaan antibiotik tanpa
satu ciri masyarakat komunal adalah kepercayaan resep dokter (attitude towards behavior).35
terhadap kerabat yang sangat kuat, bahkan melebi- Aspek kedua yang diklasifikasikan dalam
hi kepercayaan terhadap tenaga kesehatan. kategori “hal-hal yang mendorong” perilaku pem-
Antibiotik dalam penelitian ini digunakan belian antibiotik tanpa resep dokter dalam peneli-
oleh pasien untuk mengatasi indikasi pilek/flu tian ini adalah perilaku peresepan dokter. Peneli-
(57 pasien/21,35%), demam (53 pasien/19,85%) tian terpublikasi lain juga menunjukkan dominasi
dan batuk (47 pasien/17,60%). Beberapa peneli- faktor peresepan dokter terhadap pembelian anti-
tian terpublikasi juga menegaskan beberapa gejala biotik tanpa resep dokter.36 Pola peresepan dokter
tersebut menjadi penyebab utama pasien membeli merupakan salah satu pengejawantahan “subjective
antibiotik tanpa resep dokter.31,32 Penggunaan an- norm” dari TPB yang berarti perilaku orang-orang
tibiotik untuk flu dan diare merupakan praktek yang dianggap penting oleh masyarakat menentu-
penggunaan antibiotik untuk indikasi yang kurang kan perilaku kesehatan dari masyarakat tersebut.
tepat. Flu dan diare umumnya disebabkan oleh Besarnya peresepan antibiotik untuk penyakit de-
virus, bukan bakteri, sehingga tidak memerlukan ngan gejala tertentu diidentifikasi oleh masyarakat
terapi antibiotik. Selain tidak diperlukan, peng- sebagai suatu pola umum peresepan yang kemu-
gunaan antibiotik tanpa resep dokter juga berpo- dian dapat disalah artikan implementasinya dalam
tensi menyebabkan penundaan pemeriksaan diri kehidupan sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri,
ke dokter yang pada akhirnya akan menempatkan tingginya peresepan antibiotik oleh dokter di ko-
pasien pada risiko tertinggi mengalami kegagalan munitas juga disebabkan tidak tersedianya metode
diagnosis kemungkinan adanya penyakit yang se- atau alat diagnostik yang dapat membantu mene-
rius, seperti tuberculosis.33 tapkan mikroorganisme yang menyebabkan infek-
Hasil analisis deskriptif terkait faktor do- si secara cepat dan tepat.37 Kultur yang ada saat
minan yang menyebabkan perilaku penggunaan ini mampu mendeteksi mikroorganisme penyebab
antibiotik tanpa resep menunjukkan domain “hal- infeksi dalam waktu minimal 3 hari, sehingga ku-
hal yang mendorong” yang dalam penelitian ini rang aplikatif dalam praktek sehari-hari. Lama-
meliputi pengalaman penggunaan antibiotik se- nya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan
belumnya, perilaku peresepan dokter, dan akses hasil kultur menyebabkan dokter memilih untuk
untuk memperoleh antibiotik sebagai faktor utama meresepkan antibiotik untuk alasan keselamatan
penyebab perilaku tersebut. Pengalaman penggu- pasien. Oleh karena itu, diperlukan pengemba-
naan antibiotik sebelumnya sebagai faktor domi- ngan suatu alat uji diagnostik yang dapat men-
nan menentukan perilaku penggunaan antibiotik deteksi mikroorganisme penyebab infeksi secara
tanpa resep dokter juga ditemukan dalam peneli- cepat dan tepat. Inovasi ini diharapkan dapat me-
tian Khan et al. di India yang menunjukkan bahwa ngurangi penggunaan antibiotik yang tidak perlu,
56,50% pasien melakukan swamedikasi antibiotik sehingga secara tidak langsung turut mengurangi
karena telah menggunakan antibiotik sebelum- penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di apo-
nya.9 Penelitian lain oleh Shah et al. di Pakistan tek.
juga menunjukkan bahwa 33,00% menggunakan Hasil analisis faktor dalam penelitian ini
414
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 4, Desember 2018
selaras dengan hasil analisis deskriptif dan mem- paling mempengaruhi perilaku pembelian antibio-
pertegas faktor yang dominan mempengaruhi pe- tik tanpa resep dokter dalam penelitian ini adalah
rilaku pembelian antibiotik tanpa resep di apotek, kemudahan akses untuk memperoleh antibiotik di
yaitu faktor kemudahan akses memperoleh antibio- apotek. Kontrol pemerintah berupa implementasi
tik dan faktor penghematan biaya dengan percent regulasi yang lebih ketat merupakan salah satu
of variance explained sebesar 23,91%. Dominasi pendekatan intervensi yang diharapkan dapat me-
faktor kemudahan akses memperoleh antibiotik nutup akses penggunaan antibiotik tanpa resep
dan faktor penghematan biaya dalam menentukan dokter yang demikian luas terjadi di Indonesia.
perilaku penggunaan antibiotik secara swamedika- Namun demikian, pendekatan secara tegas melalui
si juga ditemukan dalam penelitian Yu et al. pada pembuatan kebijakan terhadap akses pembelian
tahun 2014 di Cina. Kemudahan akses memper- antibiotik di komunitas, tidak akan membuahkan
oleh antibiotik menjadi faktor yang menjadi ala- hasil yang optimal apabila tidak disertai dengan
san 19,00% orang tua di perkotaan dan 12,00% perubahan perilaku tenaga kesehatan. Penelitian
orang tua di pedesaan untuk melakukan swamedi- lebih lanjut terkait perilaku penjualan antibiotik
kasi antibiotik pada anak.38 Penelitian terpublika- tanpa resep dokter oleh petugas apotek dan fak-
si lain oleh Donkor et al. terhadap 422 pelajar di tor yang mempengaruhi perilaku tersebut perlu
Ghana juga menunjukkan bahwa 40,50% pasien dilakukan. Intervensi terhadap aktor pelaku pem-
melakukan swamedikasi antibiotik karena biaya belian dan penjualan antibiotik tanpa resep secara
yang lebih murah dan menghindari lamanya waktu holistik diharapkan dapat memberikan dampak se-
yang dibutuhkan untuk memperoleh obat di pusat cara signifikan terhadap penurunan perilaku peng-
layanan kesehatan.36 gunaan antibiotik yang tidak bertanggung jawab di
Penelitian ini memiliki keterbatasan yak- komunitas.
ni faktor penyebab penggunaan antibiotik tanpa
resep dokter yang tidak dapat digeneralisasikan DAFTAR PUSTAKA
pada seluruh wilayah Indonesia khususnya daerah 1. National Center for Health Statistics. Nation-
dengan budaya yang lain. Hal ini dinyatakan de- al Hospital Ambulatory Medical Care Survey:
ngan mempertimbangkan bahwa budaya memiliki 2010 Outpatient Department Summary Ta-
pengaruh dalam menentukan perilaku seseorang bles. Hyattsvile, MD; 2010.
termasuk perilaku kesehatan, dalam hal ini ada- 2. National Center for Health Statistics. National
lah pembelian antibiotik tanpa resep.39 Selain itu, Ambulatory Medical Care Survey: 2009 Sum-
generalisasi hasil penelitian ini terhadap individu mary Tables. Hyattsvile, MD; 2009.
yang tidak memiliki kemampuan membaca dan 3. WHO Collaborating Centre for Drug Statistics
menulis (illiterate) tidak dapat dilakukan karena Methodology. Guidelines for ATC Classifica-
tidak terdapat kelompok tersebut yang terlibat se- tion and DDD Assignment 2013. Oslo; 2012.
bagai responden. Penelitian lebih lanjut terhadap 4. European Centre for Disease Prevention and
kelompok masyarakat dengan budaya yang berbe- Control. Surveillance of Antimicrobial Con-
da dan masyarakat yang tidak memiliki kemam- sumption in Europe 2010. Stockholm: ECDC;
puan membaca dan menulis perlu dilakukan untuk 2013.
mengetahui perilaku dan faktor penyebab perilaku 5. Al-faham Z, Habboub G, Takriti F. The sale
penggunaan antibiotik tanpa resep pada kelompok of Antibiotics without Prescription in Pharma-
khusus tersebut. cies in Damascus, Syria. J Infect Dev Ctries.
2011;5(5):369-99.
KESIMPULAN DAN SARAN 6. Plachouras D, Kavatha D, Antoniadou A, Gi-
Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpul- annitsioti E, Poulakou G, Kanellakopoulou K,
kan bahwa penggunakan antibiotik yang didapat- et al. Dispensing of Antibiotics without Pre-
kan tanpa resep dokter di Surabaya sebagian be- scription in Greece. 2008: Another Link in the
sar dilakukan oleh kelompok masyarakat usia Antibiotic Resistance Chain. Euro Surveill.
produktif untuk mengobati gejala yang umumnya 2010;15(7):4-7.
disebabkan oleh patogen non-bakteri. Faktor yang 7. Bin Abdulhak AA, Altannir MA, Almansor
415
Dewi Paskalia Andi Djawaria : Analisis Perilaku dan Faktor Penyebab Perilaku Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep di Surabaya
MA, Almohaya MS, Onazi AS, Marei MA, et 17. Hadi U, van den Broek P, Kolopaking EP, Zair-
al. Non Prescribed Sale of Antibiotics in Ri- ina N, Gardjito W, Gyssens IC. Cross Section-
yadh, Saudi Arabia: a cross sectional study. al study of Availability and Pharmaceutical
BMC Public Health. 2011;11(1):538. Quality of Antibiotics Requested with or with-
8. Llor C, Cots JM. The Sale of Antibiotics with- out Prescription (Over the Counter) in Suraba-
out Prescription in Pharmacies in Catalonia, ya, Indonesia. BMC Infect Dis. 2010;10:203.
Spain. Clin Infect Dis. 2009;48(10):1345-9. 18. Nga do TT, Chuc NT, Hoa NP, Hoa NQ,
9. Khan SJ, Khan S, Shah N, Complex HM. Self Nguyen NT, Loan HT, et al. Antibiotic Sales
Medication with Antibiotics in Urban Areas of in Rural and Urban Pharmacies in Northern
Peshawar. Gomal Journal of Medical Scienc- Vietnam: an Observational Study. BMC Phar-
es. 2011;9(1):2009-12. macol Toxicol. 2014;15:6.
10. Abasaeed A, Vlcek J, Abuelkhair M, Kubena 19. Zoorob R, Grigoryan L, Nash S, Trautner
A. Self Medication with Antibiotics by the BW. Non Prescription Antimicrobial Use
Community of Abu Dhabi Emirate, Uni- in a Primary Care Population in the Unit-
ted Arab Emirates. J Infect Dev Ctries. ed States. Antimicrob Agents Chemother.
2009;3(7):491-7. 2016;60(9):5527-32.
11. Widayati A, Suryawati S, de Crespigny C, 20. World Health Organization. Antimicrobial Re-
Hiller JE. Self Medication with Antibiotics in sistance. WHO Web Sites; 2014 [cited 2016
Yogyakarta City Indonesia: a Cross Section- Apr 20]; Available from: http://www.who.int/
al Population Based Survey. BMC Res Notes. mediacentre/factsheets/fs194/en/.
2011;4:491. 21. Centers for Disease Control and Prevention.
12. Skalet AH, Cevallos V, Ayele B, Gebre T, Antibiotic Resistance Threats in the United
Zhou Z, Jorgensen JH, et al. Antibiotic Se- States, 2013. U.S. Department of Health and
lection Pressure and Macrolide Resistance in Human Services Web Sites; 2013 [cited 2016
Nasopharyngeal Streptococcus Pneumoniae: a Apr 20]; Available from: https://www.cdc.
Cluster Randomized Clinical trial. PLoS Med. gov/drugresistance/pdf/ar-threats-2013-508.
2010;7(12):e1000377. pdf.
13. Hicks LA, Chien YW, Taylor TH, Haber M, 22. Djawaria DPA, Prayitno A, Setiawan
Klugman KP. Outpatient Antibiotic Prescrib- E.Pengembangan dan Validasi Kuesioner un-
ing and Non-Susceptible Streptococcus Pneu- tuk Mengidentifikasi Faktor Penyebab Per-
moniae in the United States, 1996-2003. Clin ilaku Penggunaan Antibiotik tanpa Resep
Infect Dis. 2011;53(7):631-9. Dokter. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
14. Tan SK, Tay YK. Profile and Pattern of Ste- 2018;16(1):107-114.
vens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal 23. Notoadmojo S. Metodologi Penelitian Kese-
Necrolysis in a General Hospital in Singapore: hatan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta;
Treatment Outcomes. Acta Derm Venereol. 2005.
2012;92(1):62-6. 24. Puspitasari HP, Faturrohmah A, Herman-
15. Durrieu G, Maupiler M, Rousseau V, Chebane syah A. Do Indonesian Community Phar-
L, Montastruc F, Bondon-Guitton E, et al. Fre- macy Workers Respond to Antibiotics Re-
quency and Nature of Adverse Drug Reactions quests Appropriately?. Trop Med Int Health.
Due to Non-Prescription Drugs in Children: a 2011;16(7):840-6.
Retrospective Analysis from the French Phar- 25. Bin Nafisah S, Bin Nafesa S, Alamery AH,
macovigilance Database. Paediatr Drugs. Alhumaid MA, AlMuhaidib HM, Al-Eidan
2018;20(1):81-7. FA.Over the Counter Antibiotics in Saudi Ara-
16. Emeka PM, Al-Omar MJ, Khan TM. A Qua- bia, an Urgent Call for Policy Makers. J Infect
litative Study Exploring Role of Community Public Health. 2017;10(5):522-6.
Pharmacy in the Irrational Use and Purchase 26. Widayati A, Suryawati S, de Crespigny C, Hill-
of Non-Prescription Antibiotics in Al Ahsa. er JE. Beliefs about the Use of Non Prescribed
EurJ Gen Med. 2012; 9(4):230-4. Antibiotics among People in Yogyakarta City,
416
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 4, Desember 2018
Indonesia: a Qualitative Study Based on the 33. Belkina TV, Khojiev DS, Tillyashaykhov
Theory of Planned Behavior. Asia PacJ Public MN, Tigay ZN, Kudenov MU, Tebbens JD,
Health. 2015;27(2):NP402-13. et al. Delay in the Diagnosis and Treatment
27. Sabuncu E, David J, Bernede-Bauduin C, Pe- of Pulmonary Tuberculosis in Uzbekistan:
pin S, Leroy M, Boelle PY, et al. Significant a Cross Sectional Study. BMC Infect Dis.
Reduction of Antibiotic Use in the Commu- 2014;14:624.
nity after a Nationwide Campaign in France, 34. Shah SJ, Ahmad H, Rehan RB, Najeeb S,
2002-2007. PLoS Med. 2009;6(6):e1000084. Mumtaz M, Jilani MH, et al. Self Medication
28. Sumpradit N, Chongtrakul P, Anuwong K, with Antibiotics among Non-Medical Univer-
Pumtong S, Kongsomboon K, Butdeemee P, sity Students of Karachi: a Cross-Sectional
et al. Antibiotics Smart Use: a Workable Mod- Study. BMC Pharmacol Toxicol. 2014;15:74.
el for Promoting the Rational Use of Medi- 35. Ogden J. Health Beliefs. Health Psychology.
cines in Thailand. Bull World Health Organ. 4th ed. New York: Open University Press;
2012;90(12):905-13. 2007.
29. Grigoryan L, Monnet DL, Haaijer-Ruskamp 36. Donkor ES, Tetteh-quarcoo PB, Nartey P,
FM, Bonten MJ, Lundborg S, Verheij TJ. Self Agyeman IO. Self-Medication Practices with
Medication with Antibiotics in Europe: a case Antibiotics among Tertiary Level Students in
for action. Curr Drug Saf. 2010;5(4):329-32. Accra, Ghana: a Cross-Sectional Study. Int J
30. Suaifan GARY, Shehadeh M, Darwish DA, Environ Res Public Health. 2012;9(10): 3519-
Al-ijel H, Yousef AM, Darwish RM. A Cross 29.
Sectional Study on Knowledge, Attitude and 37. Bebell LM, Muiru AN. Antibiotic Use and
Behavior Related to Antibiotic Use and Resis- Emerging Resistance How Can Resource
tance among Medical and Non Medical Uni- Limited Countries Turn the Tide?. Glob Heart.
versity Students in Jordan. Afr J Pharm Phar- 2014;9(3):347-58.
macol. 2012;6(10):763-70. 38. Yu M, Zhao G, Staisby Lundborg C, Zhu Y,
31. Belkina T, Al Warafi A, Hussein Eltom E, Tad- Zhao Q, Xu B. Knowledge, Attitudes, and
jieva N, Kubena A, Vicek J. Antibiotic Use Practices of Parents in Rural China on the Use
and Knowledge in the Community of Yemen, of Antibiotics in Children: a Cross-Sectional
Saudi Arabia, and Uzbekistan. J Infect Dev Study. BMC Infect Dis. 2014;14:112.
Ctries. 2014;8(4):424-9. 39. Levesque A, Li HZ. The Relationship between
32. Fadare JO, Tamuno I. Antibiotic Self Medica- Culture, Health Conceptions, and Health Prac-
tion among University Medical Undergradu- tices: a Qualitative-Quantitative Approach. J
ates in Northern Nigeria. JPublic Health Epi- Cross Cult Psychol. 2014;45(4):628-45.
demiol. 2011;3(5):217-20.
417