Anda di halaman 1dari 24

FILSAFAT ESENSIALISME PENDIDIKAN

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

DiasuhOleh :
Drs. Hidayah Ansori, M.Si

Disusunoleh :
Kelompok 3
Herdi Aulia 1610131210007
Muhammad Ridhani 1610131310013
Muhammad Rizaldi 1610131210013
Widodo Setio Sejati 1610131210019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MAGKURAT BANJARMASIN
FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................................. 2

BAB II ISI ................................................................................................................................ 3

2.1 Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme......................................................................... 3

2.2 Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan Esensialisme ....................................................... 5

2.3 Tokoh Tokoh Filsafat Pendidikan Esensialisme ............................................................. 7

2.4 Implementasi Filsafat Pendidikan Esensialisme ............................................................. 8

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Aliran Esensialisme .......................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 12

3.2 Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

LAMPIRAN............................................................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat kita mendengar kata filsafat, konotasi kita akan segera pada sesuatu yang
bersifat prinsip atau suatu pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai dasar. Pada
hakikatnya, semua yang ada di alam ini sudah sejak awal menjadi pemikiran dan teka-teki
yang tak habis-habisnya diselidiki. Jadi, filsafat adalah hasil usaha manusia dengan kekuatan
akal budinya untuk memahami radikal, integral, dan universal tentang hakikat sarwa yang
ada (Tuhan, alam, dan manusia), serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari pemahaman
tersebut. Dengan demikian, jelaslah bahwa hal ini memerlukan perenungan yang mendalam
dan mengasas pada usaha akal dan pekerjaan pikiran manusia. Karenanya, filsafatlah yang
bertugas untuk mencari jawaban dengan cara ilmiah, objektif, memberikan
pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal budi manusia.

Ada beberapa aliran filsafat pendidikan salah satunya adalah aliran Esensialisme
yang mana Esensialisme membahas tentang “Conservatif road to culture” yakni aliran ini
ingin kembali kepada kebudayaan lama warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan –
kebaikannya bagi kehidupan manusia, Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai – nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan
kestabilan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu filsafat pendidikan aliran Esensialisme ?

2.Bagaimana sejarah lahirnya filsafat pendidikan aliran Esensialisme ?

3.Bagaimana implementasi filsafat pendidikan aliran Esensialisme ?

4.Apa kelebihan dan kekurangan dari filsafat pendidikan aliran Esensialisme ?

1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui apa itu filsafat pendidikan aliran Esensialisme

2. Mengetahui sejarah lahirnyapembentukan filsafat pendidikan aliran Esensialisme

3. Mengetahui bagaimana implementasi filsafat pendidikan aliran Esensialisme

4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari filsafat pendidikan aliran Esensialisme

2
BAB II
ISI

2.1 Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme


Esensialisme berasal dari kata latin essential yang berarti “hal yang pokok/hakiki”.
Aliran esensialisme menekankan pentingnya penyampaian hal-hal yang esensial (hakiki)
dalam pendidikan. Aliran ini merupakan reaksi terhadap progresivisme yang terlalu
menekankan metode belajar melalui pemecahan masalah dan aktivitas sendiri para siswa
untuk mengikuti minat dan kebutuhan mereka.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, esensialisme menekankan pada tujuan
pewarisan nilai-nilai kultural-historis kepada peserta didik melalui pendidikan yang
akumulatif, bertahan lama serta bernilai untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahun ini
dilaksanakan dengan memberikan keterampilan, sikap, dan nilai yang merupakan bagian
esensial dari unsur-unsur pendidikan.
Guru dalam proses pendidikan dipandang sebagai center for excellence, karena
dituntut untuk menguasai bidang studi dan sebagai model atau figur yang diteladani oleh
peserta didik. Guru harus menguasai materi pengetahuannya, sebab mereka dianggap
memegang posisi tertinggi dalam pendidikan. Melalui sekolah, guru berperan untuk
mentransmisikan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan
oleh peserta didik dalam masyarakat.
Terdapat beberapa prinsip yang menjadi asumsi dalam aliran esensialisme, yaitu:
1. Kegiatan belajar pada dasarnya menuntut kerja keras dan latihan yang kadang
membosankan. Kalau progresivisme sangat menekankan kebebasan peserta didik
dalam melaksanakan kegiatan belajarnya, namun esensialisme sangat
menekankan perlunya kedisiplinan dalam belajar. Peserta didik diajak untuk
mengejar cita-citanya, suatu “mimpi” yang hanya menjadi minat dan
kebutuhannya sesaat.
Di antara berbagai spesies makhluk hidup, hanya manusia saja yang dapat
menguasai keinginan-keinginan spontannya. Kalau hal ini tidak pernah dilatih
dan dibiasakan pada diri anak didik, maka pendidik tidak membantu mereka

3
untuk mempergunakan secara maksimal “sesuatu” yang “mungkin” menjadi
bakat dan potensinya. Kalau seorang pendidik hanya menuruti egoisitasnya, akan
berimplikasi pada “terbunuh”nya pertumbuhan serta penyemaian sikap disiplin
diri peserta didik.
2. Inisiatif pokok dalam pendidikan tidak terletak pada murid tetapi pada guru.
Peserta didik sebagai orang yang belum dewasa memerlukan bimbingan dan
kontrol orang yang lebih dewasa untuk mencapai pemenuhan dirinya sebagai
manusia. Peranan guru sebagai pendidik adalah menjadi penghubung antara
dunia anak dengan dunia orang dewasa karena anak tidak mungkin memahami
dunia orang dewasa.
Menurut para esensialis, guru harus bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didiknya. Ia harus secara intelektual dan emosional memiliki
kualifikasi untuk menjadi pemimpin mereka yang sesungguhnya. Mengutip
ucapan Brickman: “Esensialisme menempatkan guru pada pusat dunia
pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan akademik,
pengetahuan tentang psikologi anak dan memantau perkembangan peserta didik
dalam proses belajarnya; memiliki kemampuan untuk menyampaikan fakta dan
cita-cita kepada generasi muda, suatu penghargaan terhadap dasar-dasar historis
dan filosofis pendidikan; dan pengabdian yang sungguh-sungguh pada
pekerjaannya.
3. Inti proses pendidikan adalah dikuasainya bahan yang sebelumnya sudah
ditetapkan. Menurut kaum esensialis, inti dari proses pendidikan adalah
penguasaan bahan pelajaran yang sebelumnya sudah ditetapkan oleh guru.
Pandangan ini sesuai dengan pandangan kaum realis bahwa lingkungan fisik dan
sosial faktor yang menentukan bagaimana ia harus hidup.
4. Kaum esensialis menyetujui pandangan kaum progresifis bahwa pendidikan
harus mampu menciptakan peserta didik memiliki kemampuan untuk
mewujudkan bakat-bakat dan kemampuannya. Namun, kaum esensialis
menyatakan bahwa perwujudan itu mesti terlaksana dalam dunia yang tidak

4
tergantung pada individu dan sebaliknya dunia yang mempunyai peraturan di
mana individu tersebut harus tunduk.
Dalam hal ini, tujuan dari pendidikan adalah untuk membantu peserta
didik untuk mengenali dunia tersebut seperti adanya dan tidak hanya menafsirkan
sesuai dengan minat dan kepentingan mereka. Bahan pelajaran mesti
disampaikan kepada mereka sesuai dengan urutan dan tatanan logisnya.
5. Sekolah mesti mempertahankan metode tradisional yang menekankan disiplin
mental. Kaum esensialis tidak menyangkal adanya hubungan dari metode
pemecahan masalah sebagai metode belajar. Akan tetapi metode ini tidak boleh
menjadi cara satu-satunya dalam seluruh proses belajar mengajar. Banyak
pengetahuan bersifat abstrak dan tidak dapat diurai secara memuaskan ke
permasalahan-permasalahan yang dianggap praktis. Walaupun belajar sambil
melakukan (learning by doing) mungkin cocok dalam situasi tertentu dan untuk
anak didik tertentu, akan tetapi konsep seperti itu tidak berlaku secara universal
dan general. (Sadulloh, 2010)

2.2 Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan Esensialisme


Gerakan ini muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya,
seperti William C. Bagley, Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel, pada tahun
1983 mereka membentuk suatu lembaga yang di sebut "The esensialist commite for the
advanced of American Education" Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru
besar pada "teacher college," Columbia University, ia yakin bahwa fungsi utama sekolah
adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda. (Jalaluddin & Idi,
2009)

Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri yang berbeda dengan
pregresivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran,
dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu nilai-nilai memenuhinya adalah yang
berasal dari kebudayaan dan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakang.

5
Kesalahan dari kebudayaan sekarang menurut essensialisme yaitu terletak pada
kecenderungan bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah
ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak diingini
kita sekarang, hanya dapat di atasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, yaitu
kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu, dengan demikian kita boleh optimis terhadap
masa depan kita dan masa depan kebudayaan umat manusia.

Essensialisme mengadakan protes terhadap progressvisme, namun dalam proses


tersebut tidak menolak atau menentang secara keseluruhan pandangan proregssvisme seperti
halnya yang dilakukan perenialisme. Ada beberapa aspek dari progresivisme yang secara
prinsipil tidak dapat diterimanya. Mereka berpendapat bahwa betul ada hal-hal yang esensial
dari pengalaman anak yang memiliki nilai esensial tersebut apabila manusia berpendidikan.
Akar filsafat mereka mungkin idealisme, mungkin realisme, namun kebanyakan mereka
tidak menolak epistemologi Dewey.

Esensialisme didukung oleh idelisme modern yang mempunyai pandangan yang


sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada, dan juga didukung oleh Realisme
yang berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung ada apa dan bagaimana keadaannya
apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pola pada subjek tersebut.

Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap
orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui/ menyesuaikan diri
dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman
emosional yang berupa pemahaman dan peragaan senang tak senang mengenai nilai
tersebut. Menurut Realisme pengetahuan tersebut terbentuk berkat bersatunya stimulus dan
tanggapan tertentu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut Idealisme, pengetahuan
timbul kerena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme
berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang telah teruji
ketangguhannya dan kekuatannya sepanjang masa.

6
2.3 Tokoh Tokoh Filsafat Pendidikan Esensialisme
Berikut ini adalah para tokoh - tokoh yang mengemukakan pendapatnya mengenai
filsafat Esensialisme, yaitu :

1. Desiderius Erasmus, hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16. Ia
merupakan tokoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada
dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan
internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat.
2. Johan Amos Comenius, ia adalah seorang yamg memiliki pandangan realis dan
dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan
membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena pada hakikatnya dunia
adalah dinamis dan bertujuan.
3. John Locke, ia berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan
situasi dan kondisi.
4. Johan Henrich Pestalozzi, ia mempunyai kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu
tercermin pada manusia, sehingga pada diri manusia terdapat kemampuan-
kemampuan wajarnya, selain itu manusia juga mempunyai hubungan
transcendental langsung dengan Tuhan.
5. Johan Friederich Frobel, ia memandang bahwa anak sebagai makhluk yang
berekspresi kreatif, karenanya tugas pendidikan adalah memimpin anak kearah
kesadaran diri yang murni selaras dengan fitrah kejadiannya.
6. Johan Friederich Herbert, ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah
menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan.
7. William T Harris, ia berpendapat bahwa tugas pendidikan ialah mengizinkan
terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti yang berdasarkan kesatuan
spiritual. Kedudukan sekolah adalah sebagai lembaga yang memelihara nilai-nilai
yang telah turun temurun dan menjadi panutan penyesuaian diri kepada
masyarakat.

7
2.4 Implementasi Filsafat Pendidikan Esensialisme
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah
pada generasi pelajar dewasa ini, melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari
disiplin tradisional. Selanjutnya mengenai peranan guru banyak persamaan dengan
perenialisme. Guru dianggap sebagai seorang yang menguasai lapangan subjek khusus dan
merupakan model contoh yang sangat baik untuk digugu dan tiru. Guru merupakan orang
yang mengusai pengetahuan, dan kelas berada di bawah pengaruh dan penguasaan guru.
(Sadulloh, 2010)

Berikut beberapa pandangan Esensialisme di beberapa bidang (Anwar, 2015):

1. Pandangan ontologi Esensialisme


Dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta
isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat,
kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk kebahagiaan dunia dan
akherat.Isi pengetahuannya mencakup, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakkan.
2. Pandangan epistemologi essensialisme
teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk
mengerti epistomologi esensialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari
bahwa realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti
mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan
kesemestiannya. Berdasarkan kualitas inilah manusia memproduksi
pengetahuannya secara tepat dalam benda-benda, ilmu alam, biologi sosial, dan
agama.
3. Pandangan aksiologi esensialise
Pandangan Aksiologi sangat dipegaruhi oleh ontologi dan
epistemologi.Teori Nilai
Menurut Idealisme: sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga
mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. Penganut idealisme

8
berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu
seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif berada didalam dan
melaksanakan hukum-hukum itu.
Teori Nilai Menurut Realisme:
kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual, melainkan
tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bisa dihayati oleh subjek tertentu
dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut

4. Pandangan mengenai belajar


Essensialisme yang didukung oleh pandangan idealisme berpendapat
bahwa bila seseorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya
sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Akal budi
manusia membentuk, mengatur, mengelompokkannya dalam ruang dan waktu.
Dengan prinsip itu dapat dikatakan bahwa belajar pada seseorang sebenarnya
adalah mengembangkan jiwa pada dirinya sendiri sebagai substansi spritual. Jiwa
membina dan menciptakan dirinya sendiri. Jadi belajar adalah menerima dan
mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang
timbul untuk ditambah dan dikurangi serta diteruskan kepada angkatan
berikutnya. Belajar adalah cerminan dari jiwa yang aktif.
5. Pandangan Kurikulum Essentialisme
Essensialisme adalah suatu teori pendidikan yang menegaskan bahwa
pendidikan selayaknya bergerak dalam kegiatan pembelajaran tentang keahlian
dasar, seni dan sains yang telah nyata-nyata berguna dimasa lalu dan tetap
demikian dimasa yang akan datang. Para essensialis percaya bahwa beberapa
keahlian esensi atau dasar mempunyai kontribusi yang besar terhadap keberadaan
manusia seperti membaca, menulis, aritmatika dan perilaku sosial yang beradab.
Keahlian dasar ini merupakan hal yang selayaknya dan memeng dibutuhkan
sehingga selalu ada dalam setiap kurikulum sekolah dasar yang baik..
Pada kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri dari
sejarah, matematika, sains dan sastra. Kurikulum perguruan tinggi terdiri dari dua

9
komponen yaitu mata kuliah umum dan sains. Dengan menguasai mata kuliah ini
yaitu yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan alam, seorang siswa
mempersiapkan diri untuk berpartisipasi ssecara efektif dalam masyarakat
beradab.
Jadi intinya kurikulum hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai
yang sederhana sampai yang kompleks. Kurikulum direncanakan dan disusun
berdasarkan pikiran yang matang agar manusia dapat hidup harmonis dan
menyesuaikan diri dengan sifat-sifat kosmis.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Aliran Esensialisme


Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari esensialisme (Barnadip, 1987):

Kelebihan:
a. Esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses
pendidikan, namun tidak mendukung perenialisme bahwa subject matter yang
benar adalah realitas abadi yang disajikan dalam buku-buku besar dari peradaban
barat. Great Book tersebut dapat digunakan namun bukan untuk mereka sendiri
melainkan untuk dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ada pada
dewasa ini.
b. Esensialis berpendapat bahwa perubahan merupaka suatu kenyataan yang tidak
dapat diubah dalam kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi manusia dalam
sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan masyarakat secara
terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan imtelegensi manusia yang
mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan amandemen cara-cara
bertindak,organisasi,dan fungsisosial.
Kelemahan:
a. Menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan
kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat
tradisi pada pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa dan
mengenyampingkan kemungkinan perubahan.

10
b. Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena
mereka berpedoman pada filsafat yang berbeda. Beberapa pemikir esensialis
bahkan memandang seni dan ilmu sastra sebagai embel-embel dan merasa
bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar adalah hal-hal yang
benar-benar penting yang diperlukan siswa agar dapat memberi kontribusi pada
masyarakat.
c. Peran guru sangat dominan sebagai seorang yang menguasai lapangan, dan
merupakan model yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan
orang yang menguasai pengetahuan dan kelas dibawah pengaruh dan
pengawasan guru. Jadi, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan
pada siswa.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, dalam makalah ini kita dapat mengetahui tentang filsafat pendidikan aliran
Esensialisme,yaitu aliran yang menolak norma-norma yang berlaku dimasyarakat tetapi
masih memakai nilai-nilai zaman dahulu. Dan bagaimana filsafat pendidikan tersebut dibuat
dan dicetuskan. Filsafat ini sendiri lahir pada zaman renaissance serta
pengimplementasiannya pada pendidikan. Contohnya seperti pembelajaran yang berpusat
pada seorang guru saat pembelajaran berlangsung. Dan juga kita dapat mengetahui apa
kekurangan dan kelebihan dari aliran filsafat ini.

3.2 Saran
Jika dilihat dari peranan filsafat dan manfaat dari filsafat itu sendiri, ada baiknya kita
mempelajari dan lebih memahami serta mendalami kajian dari ilmu filsafat. Aliran filsafat
esensialisme adalah aliran filsafat yang bergerak dalam bidang pendidikan, inti dari aliran
esensialis yaitu menggunakakan nilai-nilai budaya pilihan sebagai dasar pendidikan yang
kukuh, tetap dan stabil, dengan demikian pendidikan mempunyai arah yang jelas. Aliran ini
sangat memfokuskan pembelajaran kepada seorang guruyang mana guru menjadi pusat
pembelajaran, karena itu ada baiknya jika seorang guru mempelajari aliran ini lebih dalam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. (2015). Filsafat Pendidikan. Jakarta: KENCANA Prenadamedia Group.

Barnadip, I. (1987). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Andi Ofset.

Jalaluddin, & Idi, A. (2009). Filsafat Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

Sadulloh, U. (2010). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

13
LAMPIRAN

1. Secara umum, filsafat dapat diartikan sebagai…


A. Ilmu pengetahuan yang menyelidiki seuatu secara mendalam dengan menggunakan
akal dan fikiran
B. Sekumpulan sikap dan kepercayaan
C. Sekumpulan masalah yang di teliti.
D. Berfikir tentang masalah-masalah yang ada.
E. Merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh

2. Pengertian filsafat secara etimologi adalah cinta terhadap ?


A. Kebahagian
B. Kasih sayang
C. Kebenaran
D. Ilmu pengetahuan
E. Kebijaksanaan

3. Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang didalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan)
yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui adalah pengertian filsafat
menurut ?
A. Plato
B. Langeveld
C. Immanuel kant
D. Al faribi
E. Harol Titus

4. Manakah diantara jawaban di bawah ini yang mendorong manusia untuk berfilsafat ?
A. Keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan

14
B. Keheranan, kesangsian dan ketidak tahuan
C. Keheranan, kesadaran akan keterbatasan dan rasa ingin tahu
D. Kesangsian, kesadaran akan ketidak tahuan dan rasa ingin tahu
E. Kesadaran akan ketidak tahuan, rasa ingin tahu, dan ketidaktahuan
5. Tujuan Filsafat adalah ?
A. Untuk mencari hakikat dari suatu gejala atau fenomena secara mendalam
B. Untuk mencari faham baru
C. Untuk mencari jawaban dari setiap permasalahan yang di selidiki
D. Untuk menuangkan pemikiran dari setiap permasalahan
E. Untuk mencari kebenaran

6. Filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan semua pemikiran umum mengenai
pendidikan adalah merupakan pendapat dari ?
A. Karl max
B. Aristoteles
C. Hasan Langgulung
D. John Dewey
E. Notonagoro

7. Yang termasuk dalam pengertian filsafat pendidikan idealisme adalah…


A. Bahwa kenyataan tersusun atas peraturan-peraturan pendidikan
B. Bahwa kenyataan tersusun atas norma-norma yang berlaku
C. Bahwa kenyataan tersusun atas asas-asas kekeluargaan
D. Bahwa kenyataan tersusun atas faham kebebasan berdemokrasi
E. Bahwa kenyataan tersusun atas gagasan atau spirit.

8. Jiwa manusia adalah roh yang berasal dari ide eksternal dan sempurna. Pandangan ini
dikemukakan oleh ?
A. Plato
B. Socrates

15
C. Immanuel kant
D. Kattsof
E. Van der viej

9. Salah satu prinsip belajar yang dikemukakan oleh Commenius adalah…?


A. Peserta didik harus memperlengkapi diri dengan belajar sendiri terlebih dahulu
B. Peserta didik harus memiliki dasar yang baik
C. Pelajaran harus berkesinambungan atau belangsung secara sikuens.
D. Peserta didik harus berdisiplin dalam belajar
E. Peserta didik harus rajin membaca agar membantu proses belajar.

10. Aliran yang berfikir sederhana dan berfikir realitas sebagaimana adanya adalah ciri
dari..?
A. Filsafat pendidikan realisme
B. Filsafat pendidikan idealisme
C. Filsafat pendidikan materialisme
D. Filsafat pendidikan pragmatisme
E. Filsafat pendidikan eksistensialisme

11. Manakah yang termasuk dari 3 pokok pemikiran pendidikan yang didasarkan menurut
John dewey ?
A. Pendidikan sebagai jaminan kehidupan yang layak
B. Pendidikan merupakan sebuah kewajiban
C. Pendidikan berfungsi untuk penggalian pengetahuan
D. Pendidikan sebagai pertumbuhan
E. Pendidikan sebagai faham yang harus dilaksanakan atau dilakukan

12. Kelanjutan yang logis dari cara berfikir progresifisme dalam pendidikan adalah
pengertian filsafat pendidikan..?
A. Filsafat pendidikan realisme
B. Filsafat pendidikan idealisme

16
C. Filsafat pendidikan materialisme
D. Filsafat pendidikan pragmatisme
E. Filsafat pendidikan rekonstruksionisme

13. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum didalam pancasila, merupakan gambaran
manusia pancasila yang dikemukakan oleh..?
A. Socrates
B. Hamdi muluk
C. Surajiyo
D. Jalaludin
E. Paulus wahana

14. Ciri – ciri orang yang berfilsafat diantaranya..?


A. Berfikir
B. Merenung
C. Bertanya
D. Berkerja
E. Diam

15. Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah untuk memajukan pendidikan adalah..?
A. Menambah tenaga pendidik
B. Mensosialisasikan pentingnya pendidikan kepada daerah-daerah terpencil
C. Menambah sekolah-sekolah ke daerah-daerah terpencil
D. Konsep manjemen pendidikan berbasis sekolah,standarisasi pendidikan dan sebagainya
E. Memprofesionalkan guru agar mendidik dengan baik

16. Salah satu upaya yang dapat dilakukan sindiknas untuk mempersatukan pendidikan di
Indonesia adalah…?
A. Pendidikan dilandasi oleh kemampuan peserta didik

17
B. Menambah tenaga pendidik ke daerah terpencil
C. Menambah dana ke daerah-daerah untuk membantu pendidikan
D. Pengelolaan pendidikan di semua tingkatan harus secara professional
E. Pemerataan fasilitas sekolah

17. Masyarakat Asia Tenggara akan terjerumus ke dalam anarki jika gagal menemukan
formula
federasi pluralis yang memadai, pernyataan ini di kemukakan oleh..?
A. Furnivall
B. Hafid Abbas
C. Mastuhu
D. H.A.R. Tilaar
E. Plato

18. Paedagogiek berasal dari bahasa Yunani, yang artinya ?


A. Ilmu pengetahuan tentang filsafat.
B. Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan seseorang
C. Ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala perbuatan pendidikan
D. Ilmu yang menekankan pemerataan pendidikan
E. Ilmu yang menuntut perubahan di bidang pendidikan

19. Pembebasan seseorang dari kendali yang kaku dan memberikan orang tersebut
kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide, keputusan, dan tindakan adalah
pengertian dari Empowerment menurut…?
A. Karl Max
B. Jan Carizon
C. Immanuel Kant
D. Plato
E. Socrates

18
20. Menurut McLeod, pengertian pendidikan berarti….?
A. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
B. Perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pendidikan
C. Segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup
D. Pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak
E. Pemberdayaan dan proses pembebasan seseorang dari kekakuan.

21. Dari batasan pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa perumusan yang baik harus
berdasarkan unsur sebagai berikut, yaitu…..?
A. Bentuk pendidikan, Pelaku pendidikan, pengurus pendidikan
B. Bentuk pendidikan, pelaku pendidikan, sasaran pendidikan, sifat pendidikan, tujuan
pendidikan
C. Pelaku pendidikan, pemberi pendidikan, tujuan pendidikan, pelaksana pendidikan
D. Sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, pemberi pendidikan
E. Bentuk pendidikan, sasaran pendidikan, tujuan pendidikan

22. Aliran yang berpendapat bahwa manusia lahir dari pembawaan baik dan buruk ialah….?
A. Nativisme
B. Naturalisme
C. Empirisme
D. Konvergensi
E. Paedagogiek

23. Semua lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang


merupakan pengertian dari….?
A. Lingkungan keluarga
B. Lingkungan pendidikan
C. Lingkungan sekolah
D. Lingkungan masyarakat
E. Lingkungan social

19
24. Ada 2 hal yg sangat penting dikemukakan didalam pembangunan pendidikan nasional
yaitu :
A. Pemerataan pendidikan di semua daerah dan meningkatkan kualitas pendidikan
B. Menambah tenaga pengajar profesional dan penambahan anggaran
C. Lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan nilai dan desentralisasi terhadap
otonomi
Keilmuan serta manajemen yang efisien dan efektif
D. Memperbaiki standar kelulusan siswa dan penambahan fasilitas pendidikan
E. Pembaharuan UU pendidikan dan kepedulian ekstra terhadap dunia pendidikan

25. Suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai
serta sikap adalah pengertian belajar yang dikemukakan oleh….?
A. Good & Brophy
B. Winkel
C. Aristoteles
D. Sudardja
E. Gunawan

Kunci Jawaban Soal


1. A
2. E
3. C
4. A
5. A
6. D
7. E
8. A
9. C

20
10. C
11. D
12. E
13. E
14. A
15. D
16. D
17. A
18. C
19. B
20. B
21. B
22. A
23. B
24. C
25. B

21

Anda mungkin juga menyukai