Anda di halaman 1dari 11

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA 2018/2019

Mata kuliah :Psikologi Pendidikan


Hari / Tanggal : Senin/ April 2019
Semester : 2C/ PGSD
Dosen Pengampu : Mutmainah, M. Si
Waktu : 90 menit
Sifat : Tertutup

1. Bagaimana perbedaan pemikiran antara William James, John Dewey dan E.L.
Thorndike, dan bagaimana aplikasinya dalam dunia pendidikan dari masing-masing
ahli, jelaskan?

2. Jelaskan tentang metode observasi dalam psikologi pendidikan, dan bagaimana


aplikasinya dalam pembelajaran di SD!Bagaimana analisa anda dengan fenomena
kemerosotan moral yang terjadi di Indonesia, bila dihubungkan dengan proses
perkembangan manusia?

3. Tujuan psikologi pendidikan antara lain adalah:


a. memberi pengetahuan riset secara efektif untuk dapat diaplikasikan dalam situasi
mengajar, jelaskan!
b. membuat penilaian penting dikelas dan pengalaman pribadi mengajar, jelaskan!

4. Jelaskan tentang metode observasi dalam psikologi pendidikan, dan bagaimana


aplikasinya dalam pembelajaran di SD!

5. Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga dalam proses perkembangan anak!

6. Jelaskan tentang perkembangan moral anak di Sekolah Dasar (SD), dan bagaimana
upaya-upaya yang harus dilakukan guru dalam meningkatkan perkembangan moral
pada anak usia SD!
JAWAB

1. Pemikiran William James: Pendidikan adalah mengumpulkan semua insting asli yang
dikenal anak, dan tujuan pendidikan adalah oraganisasi pengenalan kebiasaan sebagai
bagian dari diri untuk menjadikan diri yang lebih baik. Pragmatisme adalah suatu
sikap metode dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan
kepercayaan sebagai ukuran kebenaran, termasuk dalam bidang pendidikan.
Aplikasi dalam dunia pendidikan Pada dasarnya filsafat pragmatisme adalah berusaha
untuk lebih menekankan metode dan pendirian dari pada kepada dokstrin filsafat yang
sistematis yaitu metode yang menyelidiki eskperimen yang dipakai dalam segala
bidang pengalaman manusia. Salah satunya dibidang pendidikan. Filsafat
pragmatisme dalam pendidikan ini bersikap kritis terhadap sistem-sistem filsafat
sebelumnya. Seperti bentuk-bentuk aliran materealisme, idealisme dan realisme. Pada
filsafat pragmatisme dalam pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang
bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi didalam
masyarakat.

Pemikiran Jhon Dewey: pendidikan adalah sebuah keniscayaan yang berlangsung


secara alami, berfungsi sosial, memiliki nilai dan makna membimbing dan menjadi
tanda perkembangan peradaban. John Dewey mengemukakan bahwa belajar
tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum
seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama
lain. Apabila belajar siswa tergantung pada pengalaman dan minat siswa maka
suasana belajar siswa akan menjadi lebih menyenangkan dan hal ini akan mendorong
siswa untuk berfikir proaktif dan mampu mencari pemecahan masalah, di samping itu
kurikulum yang diajarkan harus saling terintegrasi agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan memiliki hasil maksimal.
Teori kognitif John Dewey dapat diaplikasikan dalam pembelajaran siswa khususnya
pada pembelajaran kognitif. Pembelajaran kognitif menekankan pada keaktifan siswa
dalam berpikir untuk memecahkan masalah dengan cara merekonstruksi masalah
dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat. Hal ini tentunya akan
melatih siswa untuk berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah. Proses
pembelajaran kognitif harus dilakukan secara berkelanjutan agar ada perkembangan
dalam kemampuan berpikir siswa.
Pemikiran E.L. Thorndike: belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Teori belajar Thorndike di sebut “Connectionism” karena belajar merupakan proses
pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon.
Aplikasi teori Thorndike sebagai salah satu aliran psikologi tingkah laku dalam
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pembelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Setiap pembelajaran yang berpegang pada teori belajar behavioristik telah terstruktur
rapi, dan mengarah pada bertambahnya pengetahuan pada siswa. Penerapan yang
sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Sebelum memulai proses belajar mengajar, pendidik harus memastikan siswanya
siap mengikuti pembelajaran tersebut. Jadi setidaknya ada aktivitas yang dapat
menarik perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
- Pembelajaran yang diberikan sebaiknya berupa pembelajaran yang kontinu, hal ini
dimaksudkan agar materi lampau dapat tetap di ingat oleh siswa.
- Dalam proses belajar, pendidik hendaknya menyampaikan materi dengan cara yang
menyenangkan, contoh dan soal latihan yang diberikan tingkat kesulitannya
bertahap, dari yang mudah sampai yang sulit. Hal ini agar siswa mampu menyerap
materi yang diberikan.
- Pengulangan terhadap penyampaian materi dan latihan, dapat membantu siswa
mengingat materi terkait lebih lama.
- Supaya peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran, proses harus bertahap
dari yang sederhana hingga yang kompleks.
- Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus segera diberi hadiah, dan yang
belum baik harus segera diperbaiki.
- Dalam belajar, motivasi tidak begitu penting, karena perilaku peserta didik
terutama ditentukan oleh penghargaan eksternal dan bukan oleh intrinsic
motivation. Yang lebih penting dari ini ialah adanya respon yang benar terhadap
stimulus.
- Materi yang diberikan kepada peserta didik harus ada manfaatnya untuk kehidupan
anak kelak setelah dari sekolah.
- Thorndike berpendapat, bahwa cara mengajar yang baik bukanlah mengharapkan
murid tahu bahwa apa yang telah di ajarkan, tetapi guru harus tahu apa yang
hendak diajarkan. Dengan ini guru harus tahu materi apa yang harus diberikan,
respon apa yang diharapkan dan kapan harus memberi hadiah atau membetulkan
respon yang salah.
- Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik dan
harus terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan
menurut bermacam-macam situasi.
2. Suatu cara yaitu dengan mengamati tingkah laku dan memperhatikannya secara
psikis. Kemudian mencatat adanya perilaku yang menyimpang atau berbeda. Metode
observasi ini dibagi menjadi dua, yaitu metode observasi natural atau alami dan
metode observasi terkontrol. Observasi alamiah dilakukan secara alami yaitu
pencatatan dan perhatian difokuskan pada tingkah laku yang biasa ada tanpa
dipengaruhi oleh faktor tambahan atau mengubah- ubah suasana yang direncanakan.
Misalnya yaitu observasi pada kehidupan anak dari jam sekian ke jam sekian. Hal ini
dilakukan untuk mengamati aspek kepribadian atau perilaku tertentu. Hasil observasi
tentu harus dipisahkan dengan tafsiran atau anggapan observer.Observasi terkontrol
yaitu bilamana lingkungan dirubah atau dikondisikan sedemikian rupa untuk tujuan
observer dan berpengaruh pada hasil pengamatan yang diinginkan. Misalnya ingin
mengamati respon anak terhadap suatu lingkungan pergaulan tertentu, lalu melihat
perubahan atau reaksi dari anak. Observasi ini bisa dilakukan secara berkelompok
dengan jenis kelamin yang sama dan waktu yang berbeda.
Penggunaan Metode Observasi:
a. Melatih siswa untuk peka terhadap peristiwa atau gejala yang terjadi dalam
lingkungannya.
b. Melatih siswa untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan nilai-nilai
moral yang diperoleh di kelas.
c. Memperluas cakrawala siswa mengenai nilai-nilai moral atau ilmu pengetahuan
yang diperoleh didalam kelas dipadukan dengan kenyataan.

Pengaplikasian Metode Observasi:


a. Melakukan pengamatan
b. Mengumpulkan data (inventarisasi data)
c. Analisis, interpretasi, dan evaluasi data
d. Penarikan kesimpulan
e. Penyusunan laporan
Analisa kemerosotan moral yang ada di indonesia yang umum terjadi saat ini sedang
menghantui Bangsa Indonesia?

1. Budaya hedonisme yang tinggi


Budaya Barat tidak hanya memiliki dampak positif di dalamnya, namun mereka
juga memiliki budaya negatif yang patutu dihindari masyarakat kita salah satunya
adalah budaya hedonisme atau suka jalan-jalan dengan perilaku konsumtif.
Buadaya ini seiring berjalannhya waktu semakin disukai oleh remaja Indonesia.
Mereka lebih suka untuk berjlaan—jalan atau hang out bersama teman-temannya
dibandingkan belajar di rumah pada malam hari.

2. Pola berpakaian yang semakin minim


Jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, saat ini kita lebih sering
menjumpai remaja perempuan menggunakan pakaian yang serba mini seperti
memakai hotpants dan tanktop. Seakan-akan budaya memakai pakaian mini yang
lebih menonjolkan bagian tubuh terutama kaki saat ini sudah dianggap lumrah
oleh mereka, padahal yang namanya pikiran laki-laki terhadap wanita yang
memakai pakaian mini dari dulu sampai saat ini sama saja.

3. Menurunnya sikap sopan santun terhadap orang lain


Budaya leluhur Indonesia yang sangat memegang budaya sopan santun antar satu
sama lain terutama dengan orang yang lebih tua dari kita haruslah tetap
dilestarikan. Buadaya tersebut dapat membatasi diri ktia dari perbuatan semena-
mena antar satu sama lain dan kita bisa lebih menghargai pendapat orang lain.
Namun dengan mencontoh budaya Barat, banyaknya remaja yang sudah tidak
terlalu mempedulikan hal tersebut. Contohnya saja, saat ada remaja berjalan
melewati orang tua sedang duduk, tak jaring kita menemukan bahwa sebagain
dari remaja tidak menundukan badan ataupun kepala saat berjalan. Bahkan ada
beberapa yang tidak menoleh sedikitpun terhadap apa yang dilewatinya.

Dari beberapa paparan di atas sudah seharusnya kita lebih peduli terhadap nasib
penerus bangsa ini. Tidak hanya pemerintah yang perlu membenahi hal tersebut,
namun dari diri kita sendiri juga perlu untuk turut membantu dengan memberi
tahu mana yang benar dan mana yang salah jika kita menemui fenomena-
fenomena terbut di lingkungan sekitar. Karenan nasib suatu Bangsa akan selalu
berada di tangan pemuda-pemudanya. Oleh karena itu, kita harus menanamkan
aspek moral yang baik ketika sejak dini karena ketika anak berumur 3-12 tahun
sudah mempunyai rasa ingin tahu yang besar , mengenal banyak hal disekitar, dan
sudah bisa meniru tingkah laku orang dewasa. Pada usia remaja umur 12 -20
tahun anak sudah mengalami perubahan baik fisik, intelektual, maupun
emosional, dan pada usia dewasa anak harus bisa menyesuaikan diri dengan
masyarakat sekitar. Maka dari itu kita harus menanam penanaman moral yang
baik ketika anak masih dini agar ketika dewasa mereka sudah bisa membedakan
mana yang harus mereka lakukan dan mana yang harus merika tinggalkan supaya
kemerosotan yang ada diindonesia semakin terminimalisir.

3. Memberi pengetahuan riset secara efektif untuk dapat diaplikasikan dalam situasi
mengajar adalah guru harus meneliti segala aspek yang harus diketahui ketika
mengajar itu bagaimana agar proses belajar mengajar berjalan dengan efektif.
Membuat penilaian penting dikelas dan pengalaman pribadi mengajar: dalam hal ini
guru harus bisa menilai atau mengevaluasi siswa ketika belajar dan mengevaluasi
proses pembelajaran yang telah diajarkan agar segala sesuatu yang membuat
keganjalan dalm proses belajar mengajar bisa terminimalisir.
4. Suatu cara yaitu dengan mengamati tingkah laku dan memperhatikannya secara
psikis. Kemudian mencatat adanya perilaku yang menyimpang atau berbeda. Metode
observasi ini dibagi menjadi dua, yaitu metode observasi natural atau alami dan
metode observasi terkontrol. Observasi alamiah dilakukan secara alami yaitu
pencatatan dan perhatian difokuskan pada tingkah laku yang biasa ada tanpa
dipengaruhi oleh faktor tambahan atau mengubah- ubah suasana yang direncanakan.
Misalnya yaitu observasi pada kehidupan anak dari jam sekian ke jam sekian. Hal ini
dilakukan untuk mengamati aspek kepribadian atau perilaku tertentu. Hasil observasi
tentu harus dipisahkan dengan tafsiran atau anggapan observer.Observasi terkontrol
yaitu bilamana lingkungan dirubah atau dikondisikan sedemikian rupa untuk tujuan
observer dan berpengaruh pada hasil pengamatan yang diinginkan. Misalnya ingin
mengamati respon anak terhadap suatu lingkungan pergaulan tertentu, lalu melihat
perubahan atau reaksi dari anak. Observasi ini bisa dilakukan secara berkelompok
dengan jenis kelamin yang sama dan waktu yang berbeda.
Penggunaan Metode Observasi:
a. Melatih siswa untuk peka terhadap peristiwa atau gejala yang terjadi dalam
lingkungannya.
b. Melatih siswa untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan nilai-nilai
moral yang diperoleh di kelas.
c. Memperluas cakrawala siswa mengenai nilai-nilai moral atau ilmu pengetahuan
yang diperoleh didalam kelas dipadukan dengan kenyataan.
Pengaplikasian Metode Observasi:

a. Melakukan pengamatan
b. Mengumpulkan data (inventarisasi data)
c. Analisis, interpretasi, dan evaluasi data
d. Penarikan kesimpulan
e. Penyusunan laporan

5. Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama dan utama dalam


mempengaruhi perkembangan anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di
lingkungan keluarga, sehingga keluarga mempunyai peran yang banyak dalam
membentuk perilaku dan kepribadian anak serta memberi contoh nyata kepada anak.
Karena di dalam keluarga, anggota keluarga bertindak seadanya tanpa dibuat-buat.
Dari keluarga inilah baik dan buruknya perilaku dan kepribadian anak terbentuk.
Walaupun ada juga faktor lain yang mempengaruhi. Orang tua merupakan contoh
yang paling mendasar dalam keluarga. Apabila orang tua berperilaku kasar dalam
keluarga, maka anak cenderung akan meniru. Begitu juga sebaliknya, orang tua yang
berperilaku baik dalam keluarga, maka anak juga cenderung akan berperilaku baik.
Cara orang tua dalam mendidik anak juga mempengaruhi perkembangan perilaku dan
kepribadian anak. Orang tua yang otoriter sering memaksakan kehendak anak, selalu
memaksa anak untuk menaati peraturan-peraturan yang diberikan orang tua kepada
anaknya. Dari pengasuhan ini, jiwa anak cenderung akan tertekan akibat paksaan-
paksaan, kurangnya kepercayaan diri dalam bergaul, serta kurangnya kebebasan anak
dalam bereksplorasi.
Sedangkan orang tua yang permisif lebih cenderung memberi kebebasan kepada
anaknya tanpa memberi control dan batasan-batasan. Orang tua hanya sedikit
memberi nasihat dan bimbingan. Dari bentuk pengasuhan ini, anak cenderung bebas
dalam bertingkah laku tanpa adanya control yang kuat pada dirinya. Anak akan
terkesan manja karena kebebasan yang diberikan dan kurangnya hukuman atau
ganjaran yang ia dapat dari hasil perbuatannya.
Yang berikutnya yaitu pengasuhan orang tua yang otoritatif. Dalam pengasuhan ini,
selain menuntut anaknya untuk mematuhi peraturan, anak juga diberi kesempatan
untuk berpikir dan berdiskusi mengenai peraturan-peraturan yang dibuat oleh orang
tuanya. Orang tua memberi kebebasan kepada anaknya untuk bereksplorasi, tetapi
juga memberikan control kepada anak. Dalam pengasuhan seperti ini, anak merasa
ada dan ikut berperan dalam keluarga. Anak lebih mandiri dan mempunyai pendirian
yang kuat, tanggung jawab yang besar, percaya diri dan mempunyai kendali diri yang
kuat.
Hal-hal yang dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya :
1. Pengarahan
Pengarahan berupa tuntutan tentang pemahaman mana yang benar, mana yang salah,
mana yang boleh dilakukan, dan mana yang tidak boleh dilakukan.
2. Contoh Langsung
Baik disengaja atau tidak, orang tua dengan sendirinya akan menjadi contol bagi
anaknya. Cara dan gaya orangtua berperilaku akan menjadi sumber objek imitasi bagi
anak. Yang lebih sulit dan sering tidak disadari orangtua adalah contoh langsung ini,
karena dipengaruhi beberapa faktor, antara lain pengalaman masa kecil orangtua,
kepribadian dasar, dan pola hidup orangtua. Anak melihat bagaimana orangtuanya
bersikap terhadap dirinya maupun lingkungannya dan bagaimana orangtua
menyelesaikan problem-problem yang dihadapinya. Inilah sebenarnya yang paling
menentukan kepribadian seorang anak setelah dewasa kelak. Jadi alangkah baiknya
apabila orangtua senantiasa melakukan introspeksi, apakah tindakan mereka selama
ini berpengaruh baik pada anak atau sebaliknya.
3. Sikap yang Konsisten
Sikap yang konsisten berarti sikap dan pandangan yang tetap dalam menilai suatu
perbuatan, termasuk pada anak sendiri. Banyak orang yang fasih menguraikan tentang
perbuatan yang baik, perbuatan dosa dan lain sebagainya. Ada juga orang yang fasih
untuk orang lain, bisa menerapkan pada diri sendiri, tetapi justru gagal menurunkan
pada anak-anaknya. Sikap konsisten benar-benar membutuhkan kematangan berpikir
sebagai orangtua yang bijak. Sebagian orangtua terjerumus ke dalam perasaan tidak
tega untuk mengecawakan perasaan putra-putrinya sehingga mentolerir kesalahan
yang dilakukan anak. Sebagian lagi lebih suka membiarkan anaknya berpola hidup
yang kurang baik karena tidak mau bersusah payah menuntun ke arah yang benar dan
sebagiannya lagi merasa bahwa bagaimanapun kesalahan anak, bukanlah kesalahan
yang fatal, karena anak merupakan sosok kecil yang wajar melakukan suatu
pelanggaran.
4. Memberi ganjaran dan hukuman.
Anak akan mendapat pujian ketika ia memperoleh suatu prestasi yang
membanggakan, atau sesuatu hal yang membuat dirinya dan orang lain merasa
senang. Selain itu anak juga akan mendapat teguran atau hukuman apabila anak
melakukan hal-hal yang dianggap salah atau kurang baik.
6. Teori kohlberg tentang perkembangan moral merupakan pelumas, modifikasi, dan
redefeni atas teori piaget. Teori ini didasarkan atas analisisnya terhadap hasil
wawancara dengan anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan dengan
suatu dilema moral, di mana mereka harus memilih antara tindakan menaati peraturan
atau memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang bertentangan dengan beraturan.
Hal penting dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk
mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan
tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata.
Moral merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi remaja, terutama sebagai
pedoman untuk menentukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal
yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa
transisi. Moralitas pada hakitatnya adalah penyelesaian konflik antara dirinya dan
orang lain, antara hak dan kewajiban (Setiono, 1994).
Tahapan Perkembangan Moral
1 Tingkat 1 (0-9 thn “Prakonvensional”)
Tahap 1: Moralitas heteronomi (orientasi kepatuhan dan hukuman) Melekat pada
aturan
Tahap 2: Individualisme/ instrumentalisme (orientasi minat pribadi) Kepentingan
nyata individu. Menghargai kepentingan oranglain
2. Tingkat 2 (9-15 thn ”Konvensional”
Tahap 3: Reksa interpersonal (orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
(sikap anak baik). Mengharapkan hidup yang terlihat baik oleh orang lain dan
kemudian telah menganggap dirinya baik.
Tahap 4: Sistem sosial dan hati nurani (orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan
sosial (moralitas hukum dan aturan). Memenuhi tugas sosial untuk menjaga sistem
sosial yang berlangsung.
3. Tingkat 3 (Diatas 15 thn “Pascakonvensional”
Tahap 5: Kontrak sosial Relatif menjungjung tinggi aturan dalam memihak
kepantingan dan kesejahteraan untuk semua.
Tahap 6: Prinsip etika universal Prinsip etis yang dipilih sendiri, bahkan ketika ia
bertentangan dengan hukum
Perkembangan moral menurut Piaget terjadi dalam dua tahapan yang jelas. Tahap
pertama disebut “tahap realisme moral” atau “moralitas oleh pembatasan” dan tahap
kedua disebut “tahap moralitas otonomi” atau “moralitas oleh kerjasama atau
hubungan timbal balik”.

Pada tahap pertama, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap
peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap orang tua dan semua
orang dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan anak mengikuti peraturan
yang diberikan oleh mereka tanpa mempertanyakan kebenarannya.

Pada tahap kedua, anaka menilai perilaku atas dasar tujuan yang mendasarinya. Tahap
ini biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 tahun dan berlanjut hingga usia 12 tahun atau
lebuh. Anak mulai mempertimbangkan keadaan tertentu yang berkaitan dengan suatu
pelanggaran moral.

Upaya Sekolah Dalam Rangka Mengembangkannya

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan


program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar
mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual,
intelektual, emosional, maupun social.

Upaya sekolah dalam memfasilitasi tugas-tugas perkembangan siswa akan berjalan


baik apabila di sekolah tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat atau
efektif, baik menyangkut aspek menejemennya maupun profesionalisme para
personelnya.

Masa remaja akhir sudah mampu memahami dan mengarahkan diri untuk
mengemnbangkan dan memelihara identitas dirinya. Dalam proses perkembangan
independensi sebagai antisipasi mendekati masa dewasa yang matang, remaja:

a. Berusaha untuk bersikap hati-hati dalam berprilaku, memahami kemampuan dan


kelemahan dirinya.
b. Meneliti dan mengkaji makna, tujuan, dan keputusan tentang jenis manusia seperti
apa yang dia inginkan.
c. Memperhatikan etika masyarakat, keinginan orangtua dan sikap teman-temannya.
d. Mengembangkan sifat-sifat pribadi yang diinginkannya.

Anda mungkin juga menyukai