Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gejala kesadaran berbangsa dan bernegara yang belum baik itu dapat kita
lihat dalam perilaku individu sebagai rakyat maupun pejabat yang masih
menunjukan tindakan-tindakan yang melanggar kaidah hukum, seperti mafia
hukum, merusak hutan, pencemaran lingkungan, tindak kriminalitas, lebih
mementingkan diri dan kelompok, korupsi, bersikap kedaerahan yang berlebihan
(daerahisme) atau etnisitas yang berlebihan, bertindak anarkhis, penggunaan
narkoba, kurang menghargai karya bangsa sendiri, mendewakan produk bangsa
lain, dan sebagainya.
Benarkah bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia
melemah.
Berbagai peristiwa di tanah air yang terjadi di negeri kita, dapat kita saksikan di
media massa, bagaimana tingkah laku para wakil rakyat, pelajar, mahasiswa dan
juga kelompok masyarakat yang menunjukan tanda- tanda bahwa mereka masih
kurang memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara.
Berbangsa dan bernegara merupakan suatu konsep atau istilah yang menunjukkan
seseorang individu terikat dan atau menjadi bagian dari suatu bangsa dan negara
tertentu.
Masa reformasi telah berakhir, namun krisis yang melanda negeri ini
sangat lambat perubahannya, sangat berbeda dengan Negara- Negara lain yang
begitu cepat dapat mengatasi krisis, Hal ini yang perlu mendapatkan perhatian
bagi kita semua, bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara sangat diperlukan.
Membangun Kesadaran Berbangsa dan Bernegara kepada generasi muda
merupakan hal penting yang tidak dapat dilupakan oleh bangsa ini, karena
pemuda merupakan penerus bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari perjalan
panjang bangsa ini. Kesadaran berbangsa dan bernegara ini jangan ditafsir hanya
berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas memandangnya, sehingga
dalam implementasinya, pemuda lebih kreatif menerapkan arti sadar berbangsa

1
dan bernegara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat kesadaran
berbangsa dan bernegara itu sendiri.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin penulis capai dan sampaikan kepada pembaca dalam
penyusunan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1. Membangkitkan kembali rasa cinta tanah air, sebagai bentuk tanggung
jawab moral untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
2. Menanamkan jiwa patriotisme dan rela berkorban di antara sesama Warga
Negara Indonesia dalam rangka menjaga keutuhan NKRI.
3. Mengajak teman-teman untuk berfikir kritis dalam menanggapi setiap
perubahan yang terjadi di sekeliling kita terutama hal-hal yang berkaitan
dengan keutuhan NKRI dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah


Berikut ini batasan masalah yang akan dibahas pada makalah ini :
1. Mengidentifikasi definisi berbangsa dan bernegara.
2. Mengidentifikasi definisi wawasan nusantara
3. Faktor penghambat dan pendukung kesadaran berbangsa dan bernegara
4. Mengidentifikasi perilaku warga negara dalam menjaga keutuhan Negara
kesatuan republik Indonesia
5. Mengidentifikasi makna dan macam-macam pilar

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berbangsa Dan Bernegara


Indonesia adalah wilayah kepulauan yang terintergrasi secara nasional dari
daerah daratan dan lautan kedalam organisasi berbentuk negara kesatuan untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi dalam mewujudkan masyarakat sejahtera
sebagai realisasi impian yang di amanatkan oleh UUD 1945. Berdasarkan
pendekatan yang diuraikan diatas, diharapkan dapat dipergunakan untuk
menyusun suatu konsepsi yang dapat dipergunakan untuk menyatukan sudut
pandang dalam kita merumuskan, apa yang telah tertuang dalam pasa 32 UUD ‘45
sebelum diadakan perubahan. Dengan sudut pandang itu, diharapkan kita dapat
menyatukan pola berpikir dalam merumuskan visi, misi, tujuan, strategi dalam
mengaktualisasikan BERBANGSA, BERNEGARA, INDONESIA sebagai
pedoman dalam kita bersikap dan berperilaku dalam menjalankan fungsi,
pekerjaan, kerja, jabatan, peran dan tanggung jawab dalam berbangsan dan
bernegara.
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat,
bahasa, sejarah serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan berbangsa adalah
manusia yang mempunyai landasan etika, bermoral , dan ber-aqlak mulia dalam
bersikap mewujudkan makna sosial dan adil. Negara adalah suatu organisasi dari
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu
wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata
tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut.
Sedangkan bernegara adalah manusia yang mempunyai kepentingan yang sama
dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah
nusantara atau Indonesia dan mempunyai cita-cita yang berlandaskan niat untuk
bersatu secara emosional dan rasional dalam membangun rasa nasionalisme secara
eklektis kedalam sikap dan perilaku antar yang berbeda ras, agama, asal
keturunan, adat, bahasa, dan sejarah.

3
2.2 Membangun Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Membangun Kesadaran Berbangsa dan Bernegara kepada pemuda
merupakan hal penting yang tidak dapat dilupakan oleh bangsa ini, karena
pemuda merupakan penerus bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari perjalan
panjang bangsa ini. Akan tetapi kesadaran berbangsa dan bernegara ini jangan
ditafsir hanya berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas
memandangnya, sehingga dalam implementasinya, pemuda lebih kreatif
menerapkan arti sadar berbangsa dan bernegara ini dalam kehidupannya tanpa
menghilangkan hakekat kesadaran berbangsa dan bernegara itu sendiri.
Kesadaran berbangsa dan bernegara sesuai dengan perkembangan bangsa
mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak akan selalu positif.
Bisa saja pada suatu masa kesadaran tersebut tidak seutuh dengan masa
sebelumnya. Bermacam-macam hal yang dapat berpengaruh terhadap kesadaran
berbangsa dan bernegara. Berbagai faktor dalam negeri seperti dinamika
kehidupan warga negara, telah ikut memberi warna terhadap kesadaran berbangsa
dan bernegara tersebut. Demikian pula perkembangan dan dinamika kehidupan
bangsa-bangsa lain di berbagai belahan dunia, tentu berpengaruh pula terhadap
kesadaran itu.
Menjadi sebuah keharusan bagi pemuda untuk ikut bertanggung jawab
mengemban amanat penting ini, bila pemuda sudah tidak memiliki kesadaran
berbangsa dan bernegara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam
kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain
yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.

2.3 Hal Yang Mengganggu Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara Pemuda


Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di
tingkat pemuda yang perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya
kesadaran dan kepekaan sosial di tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-
persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan pemuda untuk membantu
memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial,
ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari semua lapisan

4
keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang
kuat dan tidak dapat di intervensi oleh negara apapun, karena masyarakat itu
sendiri yng harus disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. disitu
pemuda telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara. Akan
tetapi, kondisi itu nampaknya masih jauh dari apa yang diharapkan dari pemuda
itu sesungguhnya, kebanyakan pemuda saat ini lebih cenderung untuk bersikap
individualis atau mementingkan diri sendiri tanpa mau tahu akan persoalan di
sekitarnya.
Penguasan IPTEK yang tidak merata bagi pemuda juga merupakan salah
satu tantangan bagi kita, mau tidak mau segala sesuatu dalam hal penguasan
informasi, jika pemuda kita tidak memiliki kompetensi dibidang ini, maka kita
akan terus tertinggal dan digilas zaman sehingga dominasi negara luar semakin
kuat menguasai negara kita.
Fenomena-fenomena yang disinggung diatas merupakan tantangan bagi
kita dan akan cenderung menjadi pemecah bila tidak segera diatasi, dicari jalan
keluarnya. Kondisi pemuda yang seperti itu juga akan menjadikan pemuda kita
menjadi pemuda yang kehilangan identitas dan krakter yang berdampak pada
hilangnya perekat di masyarakat yaitu pemuda itu sendiri.

2.4 Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Kesadaran Berbangsa dan


Bernegara
1. Faktor pendukung untuk terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara :
 Tingkat ke-amanah-an seorang pejabat : Apabila pejabat amanah dalam
menjalankan tugas, tentu saja semua oknum akan berlaku jujur dalam
menjalankan tugasnya.
 Pemerataan kesejahteraan setiap daerah : Pernyataan ini juga merupakan
pendukung, karena dengan pemerataan ini maka setiap warga akan
merasakan dari adanya aturan yang sama dan perlakuan yang sama sebagai
warga Negara tersebut.
 Keadilan dalm memberikan hak dan kewajiban semua rakyat.
 Kepercayaan kepada wakil rakyat atau pemerintahan : Dengan
memberikan kepercayaan kepada pemerintahan maka akan tumbuh rasa

5
bangga bahwasanya mempunyai Negara yang bisa dibanggakan. Dan
wakil rakyat pun akan dengan senang hati menjalankan amanah.
 Tegasnya hukum dan aturan pemerintahan : Dengan hukum dan aturan
yang tegas serta adil maka akan tercipta kedamaian sehingga akan tumbuh
rasa percaya, bangga terhadap Negara
 Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia.
 Menyadari bahwa berbangsa dan bernegara yang satu.
 Mengetahui lebih banyak nilai positif dan kekayaan bangsa..

2. faktor penghambat untuk terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara


 Rasa malu berbangsa dan bernegara Indonesia.
 Ketidak tahuan akan nilai-nilai positif/kekayaan Negara Indonesia.
 Merosotnya tingkat keamanan Negara Indonesia.
 Ketidak percayaan kepada pemerintahan.
 Ketiadaan kesahajaan para pemimpin.
 Ketidak tegasan hukum yang berlaku.
 Rasa ingin menonjolkan golongan masing-masing.
 Merosotnya nilai toleransi dan saling menghargai.

Diatas merupakan factor-faktor pendukung dan peghambat tercipatanya


kesadaran berbangsa dan bernegara versi saya. Kesimpulannya, semua faktor
penghambat bisa dihindarkan dengan mengajarkan faktor-faktor pendukung sejak
dini. Yakni dengan mengembalikan sosialisasi pendidikan kewarganegaraan di
sekolah-sekolah. Pada pendidikan kewarganegaraan wajib ditanamkan prinsip etik
multikulturalisme, yaitu kesadaran perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap
toleran yaitu menghargai dan mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang
ada pada etnis dan religi harusnya menjadi bahan perekat kebangsaan apabila
antarwarganegara memiliki sikap toleran.

6
2.5 Pengertian Wawasan Nusantara
Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan
Nusantara. Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang berarti
pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan adalah pandangan,
tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan
cara melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi
Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, ian yaitu
benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik.
Berdasarkan pengertian modern, kata “nusantara” digunakan sebagai pengganti
nama Indonesia.

2.6 Paham Geopolitik Indonesia


Geopolitik secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu Geo yang
berarti bumi dan tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang
menjadi wilayah hidup. Geopolitik dimaknai sebagai penyelenggaraan Negara
yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah
atau tempat tinggal suatu bangsa.
Istilah geopolitik pertama kali diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu
bumi politik (political geography) yang kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen
menjadigeographical politic, disingkat geopolitik.
Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi Wawasan
Nusantara. Bagi bangsa Indonesia, geopolitik merupakan pandangan baru dalam
mempertimbangkan faktor-faktor geografis wilayah Negara untuk mencapai
tujuan nasionalnya. Untuk Indonesia, geopolitik adalah kebijakan dalam rangka
mencapai tujuan nasional dengan memamfaatkan keuntungan letak geografis
Negara berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang kondisi geografis tersebut.
Secara geografis, Indonesia memiliki ciri khas, yakni diapit dua samudra
dan dua benua serta terletak dibawah orbit Geostationary Satellite Orbit (GSO).
Dan Indonesia bisa bisa disebut sebagai Benua Maritim Indonesia. Wilayah
Negara Indonesia tersebut dituangkan secara yuridis formal dalam Pasal 25A
UUD 1945 Amandemen IV. Atas dasar itulah Indonesia mengembangkan paham

7
geopolitik nasionalnya, yaitu Wawasan Nusantara. Dan secara historis, wilayah
Indonesia sebelumnya adalah wilayah bekas jajahan Belanda yang dulunya
disebut Hindia Belanda.
Berdasarkan fakta geografis dan sejarah inilah, wilayah Indonesia beserta
apa yang ada di dalamnya dipandang sebagai satu kesatuan. Pandangan atau
Wawasan nasional Indonesia ini dinamakan Wawasan Nusantara. Wawasan
Nusantara sebagai konsepsi geopolitik bangsa Indonesia.

2.7 Perwujudan Wawasan Nusantara


Hakikat dari wawasan nusantara adalah kesatuan bangsa dan keutuhan
wilayah Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia tersebut mencakup :
Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya
Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan Keamanan
Masing-masing cakupan arti dari Perwujudan kepulauan Nusantara
sebagai Satu Kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan Keamanan
(POLEKSOSBUDHANKAM) tersebut tercantum dalam GBHN.

2.8 Kondisi Wilayah Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia


Gambaran Umum Kondisi Wilayah Perbatasan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) Wilayah perbatasan yang meliputi wilayah daratan
dan perairan merupakan manifestasi kedaulatan suatu negara. Letak strategis
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berada diantara dua
benua yaitu benua Australia dan benua Asia serta diapit oleh dua samudera yaitu
samudera Hindia dan Samudera Pasifik merupakan kawasan potensial bagi jalur
lalu-lintas antar negara. Disamping itu Indonesia merupakan negara kepulauan
(Archipelagic States) yaitu suatu negara yang terdiri dari sekumpulan pulau-pulau,
perairan yang saling bersambung (Interconnecting Waters) dengan karakteristik
alamiah lainnya dalam pertalian yang erat sehingga membentuk satu kesatuan.
Sebagai negara kepulauan Indoneia memiliki ±17.505 pulau yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia dengan perbandingan luas daratan dan perairan yaitu

8
1:3. Dengan jumlah pulau yang banyak ternyata menimbulkan berbagai
pemasalahan seperti kaburnya batas-batas wilayah negara (sengketa pulau
sipadan-ligitan, sengketa blok Ambalat), penyelundupan barang dan jasa,
pembalakan liar (Illegal Logging), Perdagangan manusia (Traffic King),
Terorisme, maraknya kejahatan trans nasional (Transnational Crimes) serta
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam. Selain permasalahan diatas masih
terdapat kekurang sigapan Pemerintah RI dalam menjaga integritas wilayah
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) indikasinya adalah
terhadap +/- 17.505 pulau yang dipublikasikan selama ini belum didukung oleh
data secara resmi mengenai nama dan posisi geografisnya. Terlebih, informasi
tentang data pulau-pulau hingga saat ini berbeda-beda antara satu lembaga dengan
lembaga lainnya.
LIPI menyebutkan ada 6.127 nama pulau pada tahun 1972, Pussurta (Pusat
Survey dan Data) ABRI mencatat 5.707 nama pulau pada tahun 1987, dan pada
tahun 1992, Bakosurtanal menerbitkan Gazetteer nama-nama Pulau dan
Kepulauan Indonesia sebanyak 6.489 pulau yang bernama (Sulistiyo, Kompas,
28/02/2004). Perbedaan data tersebut mencerminkan bahwa Indonesia masih
lemah dalam pengelolaan wilayah lautnya, karena dari 17.508 pulau yang diklaim
Indonesia hanya beberapa persen saja yang sudah memiliki nama.
Sebagai negara berdaulat, Indonesia harus segera mendepositkan data-data
pulau yang dimiliki sebagai bukti atau arsip negara. Hal ini penting mengingat
bahwa, pulau-pulau yang telah didepositkan akan menjadi salah satu acuan atau
landasan Indonesia dalam menyelesaikan sengketa perbatasan. Maka tidak heran
selama ini banyak terjadi klaim wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonsia (NKRI) oleh negara tetangga yaitu Malaysia. Hal tersebut disebabkan
oleh kondisi kedua negara yang sama-sama merupakan negara maritim yang mana
wilayah negaranya terdiri dari wilayah perairan dan kedekatan wilayah antara
kedua negara seringkali menyebabkan kaburnya batas-batas kedaulatan diantara
RI dan Malaysia.
Sebagai contoh kaburnya batas wilayah negara di daerah entikong
kalimantan barat dengan wilayah sabah dan serawak yang merupakan wilayah
negara bagian Malaysia, masalah perbatasan wilayah antara Indonesia dan

9
Malaysia di perairan sebelah Pulau Sebatik masih berlarut-larut, ditambah dengan
masalah perairan di sekitar Pulau Sipadan-Ligitan pasca sidang International
Court and Justice (ICJ) tanggal 17 Desember 2002 dan adanya indikasi perekrutan
warga negara Indonesia (WNI) menjadi anggota para militer Malaysia (Askar
Wataniah). fenomena-fenomena yang telah diuraikan diatas disebabkan oleh
Kondisi wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia yang kompleks.

Permasalahan ini dapat dilihat dari tiga aspek yaitu:


1. Aspek Sosial Ekonomi
Wilayah perbatasan merupakan daerah yang kurang berkembang (terbelakang)
yang disebabkan oleh:
a) lokasi yang relatif terisolir/terpencil dengan tingkat aksesibilitas yang
rendah.
b) rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat.
c) rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah
perbatasan (banyaknya jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal).
d) langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan yang diterima
oleh masyarakat di daerah perbatasan (blank spots).
2. Aspek Pertahanan Keamanan
Kawasan perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas dengan pola
penyebaran penduduk yang tidak merata. Sehingga, menyebabkan rentang kendali
pemerintahan sulit dilaksanakan, serta pengawasan dan pembinaan teritorial sulit
dilaksanakan dengan sinergis, mantap dan efisien.
3. Aspek Politik
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan umumnya
dipengaruhi oleh kegiatan sosial ekonomi di negara tetangga. Kondisi tersebut
berpotensi untuk mengundang kerawanan di bidang politik. Apabila kehidupan
ekonomi masyarakat daerah perbatasan mempunyai ketergantungan kepada
perekonomian negara tetangga, maka selain dapat menimbulkan kerawanan di
bidang politik juga dapat menurunkan harkat dan martabat bangsa.

10
Oleh sebab itu kawasan perbatasan merupakan salah satu aset negara yang harus
dijaga dan dipertahankan dari segala bentuk ancaman dan tantangan baik yang
datang dari dalam maupun dari luar negeri.

2.9 Kendala dalam Menjaga Keutuhan Wilayah Perbatasan NKRI


Kendala Dalam Menjaga Keutuhan Wilayah Perbatasan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) Wilayah perbatasan suatu negara yang meliputi
wilayah daratan dan perairan merupakan kawasan tertentu yang mempunyai
dampak penting serta peran strategis bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Wilayah tersebut memiliki keterkaitan yang erat dengan kegiatan di wilayah
negara lain yang berbatasan dengan Indonesia, baik dalam lingkup nasional,
regional (antar negara) maupun internasional.
Disamping itu wilayah perbatasan juga mempunyai dampak politis dan
fungsi pertahanan dan keamanan nasional. Oleh karena peran strategis tersebut,
maka penjagaan wilayah perbatasan Indoensia merupakan prioritas penting
pembangunan nasional untuk menjamin keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Akan tetapi dalam praktek dilapangan terdapat hambatan
ataupun ancaman yang seringkali merugikan bagi kepentingan bangsa Indonesia.
Beberapa permasalahan yang menonjol di daerah perbatasan adalah sebagai
berikut:
Belum adanya kepastian secara lengkap garis batas laut maupun darat.
Kondisi masyarakat di wilayah perbatasan masih tertinggal, baik sumber daya
manusia, ekonomi maupun komunitasnya.
Beberapa pelanggaran hukum di wilayah perbatasan seperti
penyelundupan kayu /illegal logging, Illegal fishing, perdagangan manusia
(Traffick King), penyelundupan narkoba dan lain-lain.
Pengelolahan perbatasan belum optimal, meliputi kelembagaan, kewenangan
maupun program. Eksploitasi sumber daya alam secara ilegal, terutama hasil
hutan dan kekayaan laut. Lemahnya kualitas dan profesionalisme aparatur negara
(stake holders) baik di pusat maupun di daerah.

11
2.10 Pilar Strategis NKRI Sebagai Negara Maritim
Peran sinergis dari lembaga-lembaga negara (Deplu, Dephan, POLRI) dan
Kekuatan TNI yang didukung oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut Republik
Indonesia (Bakorkamla RI) dengan departemen sejenis yang dimiliki oleh
pemerintah negara-negara tetangga merupakan pos yang sangat strategis sebagai
upaya dalam menjaga dan mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Oleh sebab itu strategi pengembangan kawasan
perbatasan yang berbasis koordinatif diharapkan mampu meningkatkan
kesejahteraan diwilayah perbatasan yang pada tujuannya dapat menjaga dan
mempertahankan keutuhan wilayah kedaulatan NKRI dari segala ancaman,
hambatan dan tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Melihat
realita yang terjadi terhadap kondisi wilayah perbatasan Indonesia yang semakin
terancam maka langkah kongkret aktualisasi pilar-pilar strategis memperkuat
kedaulatan wilayah NKRI adalah sebagai berikut:
a) Berdasarkan ketentuan pasal 25 A UUD 1945 yang berbunyi, “Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang. disini berarti instrumen negara yang terdiri dari Deplu. TNI,
Polri, Departemen Pertahanan mempunyai kewenangan legislasi seyogyanya
sinergis dan responsif atas permasalahan yang berkenaan dengan ancaman
terhadap perbatasan dan kedaulatan NKRI ke dalam Prolegnas (Program Legislasi
Nasional). Upaya ini dapat ditempuh dengan jalan mengkaji masalah perbatasan
NKRI dengan instansi atau departemen lain yang terkait agar segera mengajukan
RUU tentang wilayah perbatasan NKRI kepada DPR untuk segera dibahas dan
ditetapkan sebagai undang-undang yang substansinya mampu mengakomodir
segala kepentingan nasional bangsa Indonesia yang berkaitan dengan perbatasan
wilayah NKRI yang meliputi wilayah daratan maupun perairan.
b) Merubah paradigma pola strategi pengembangan kawasan perbatasan yang
hanya menekankan pada aspek keamanan (Security Approach) menjadi pola
pengembangan kawasan perbatasan yang bersifat partisipatif untuk menciptakan
keamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat yang berada didaerah perbatasan
baik dibidang politik, ekonomi, sosial/budaya, pertahanan dan keamanan. Hal ini

12
dimaksudkan bahwa, Partisipasi dari para pihak (Pemerintah daerah, mayarakat,
pelaku usaha, LSM/NGO yang bergerak di bidang perlindungan Sumber Daya
Alam) diharapkan mampu menciptakan stabilitas nasional yang mantap dan
dinamis sebagai modal dasar terciptanya pembangunan nasional dan wujud dari
pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (good governance).
c) Membangun startegi pengembangan kawasan perbatasan yang berbasis
Multy stake holders participation. hal ini dimaksudkan untuk menempatkan peran
serta dari warga negara tidak hanya sebagai obyek pembangunan akan tetapi juga
sebagai subyek atau aktor penggerak pembangunan nasional yang besifat
menyeluruh. Oleh sebab itu kerangka pembuatan kebijakan yang bersifat bottom-
up akan memberikan dampak yaitu terciptanya kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah.
d) Mengadakan kerjasama dengan Instansi/Departemen lain yang terkait untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat.
e) Mengadakan kerjasama dengan aparat penegak hukum, Pemerintah Daerah,
instansi/Departemen, LSM/NGO, dan masyarakat untuk membentuk badan
pengawas daerah perbatasan serta mengoptimalkan pos-pos penjagaan dengan
fasilitas (sarana dan Prasarana) yang memadai. Disamping itu peningkatan
kualitas Sumber daya Manusia dan profesionalisme juga diperlukan guna
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
f) Urgensi peran Bakorkamla untuk berkoordinasi dengan Departemen Luar
Negeri untuk mendorong dan mewujudkan pelaksanaan diplomasi yang lebih arif,
objektif dan konstruktif sebagai landasan penerapan good neighbouring policy
yang perlu dilakukan secara resiprokal dan komprehensif.

2.11 Cara Menjaga Keutuhan NKRI


Sebenarnya banyak cara yang dapat kita lakukan dalam menjaga keutuhan negara
Indonesia
diantaranya:
1. mau bergotong-royong,
2. mencintai dan membeli produksi dalam negeri,
3. melaporkan ke pihak yang berwenang bila ada kejahatan,

13
4. suka bekerja keras,
5. dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
6. toleransi terhadap sesama

2.12 Arti 4 Pilar


4 pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara:
1. Pancasila, Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip
atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD ‘45, adalah hukum
dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia
saat ini.
3. Bhinneka Tunggal Ika, Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan
Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali
diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
4. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), adalah bentuk dari negara
Indonesia, dimana negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan, selain
itu juga bentuk negaranya adalah republik, kenapa NKRI, karena walaupun
negara Indonesia terdiri dari banyak pulau, tetapi tetap merupakan suatu
kesatuan dalam sebuah negara dan bangsa yang bernama Indonesia.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Apabila kita mengajarkan dan melaksanakan apa yang mrnjadi faktor-
faktor pendukung kesadaran berbangsa dan bernegara sejak dini, yakni dengan
mengembalikan sosialisasi pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, juga
sosialisasi di masyarakat, niscaya akan terwujud. Pada pendidikan
kewarganegaraan ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu kesadaran
perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan
mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi sudah
harusnya menjadi bahan perekat kebangsaan apabila antar warganegara memiliki
sikap toleran.
Institusi di masyarakat, baik di partai, lembaga, yayasan, organisasi sosial,
koperasi, ditumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara melalui pendidikan
multikulturalisme. Organisasi sosial-politik , pemuda, olahraga, yayasan,
koperasi, tidak bersifat eksklusif, namun mampu bersifat inklusif dengan
mengembangkan organisasi dengan penanaman kesadaran berbangsa.
Kegiatan dialog Kesadaran Berbangsa dan Bernegara perlu
diselenggarakan dalam rangka mendorong, memupuk, serta meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara untuk meningkatkan kerukunan dan
kesejahteraan; serta merumuskan pokok-pokok pikiran tentang peningkatan
kesadaran berbangsa dan bernegara sebagai bahan kebijakan pemerintah dalam
peningkatan wawasan kebangsaan bagi pemuda, warga masyarakat. Di era
globalisasi ini memang telah terjadi, suka tidak suka tidak bisa dihindari, jika
diambil negatifnya kita akan menjadi berpikiran negatif, akan lebih bijaksana jika
kita mengambil segi positifnya agar kita bisa mengikuti kemajuan jaman, dengan
tidak mengesampingkan budaya local,dalam rangka kecintaan kita pada tanah air
dengan harapan NKRI tetap terpelihara.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/posting/read/685-postingreadkesadaran-
berbangsa-dan-bernegara
https://widirossitaa.wordpress.com/2016/05/20/ringkasan-materi-kesadaran-
berbangsa-dan-bernegara/
http://belajar-ppkn.blogspot.co.id/2016/04/pentingnya-kesadaran-berbangsa-
dan.html
https://rereclaudiamufc28.blogspot.co.id/2016/05/makalah-pkn-membangun-
kesadaran.html
http://pusatinformasi212.blogspot.co.id/2017/03/contoh-dan-pengertian-
pentingnya-kesadaran-berbangsa-dan-bernegara.html

16

Anda mungkin juga menyukai