Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian dan Jenis Narkoba

Narkoba (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) yakni zat-zat kimiawi jika
dimasukkan kedalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik)
dapat mengubah fikiran, suasana hati, dan perasaan dan perilaku seseorang. Narkoba yang
popular dikalangan masyarakat terdiri dari 3 (tiga) golongan yakni, narkotika, psikotropika,
obat/zat berbahaya. Ketiga golongan ini ditetapkan dalam undang- undang.

1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semi sintesis yang menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapa
menimbulkan ketergantungan (undang-undang No.22 tahun 1997) tentang Narkotika dan
Zat Adiktif lainnya. Narkotika alamiah berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dalam jumlah
relative kecil diperoleh melalui proses yang sederhana, sedangkan narkotika sintesis
maupun semi sintesis muncul karena alas an sangat terbatasnya narkotika alamiah yang
tersedia. Yang termasuk jenis narkotika alamiah adalah :
a. Candu (opium) yang diperoleh dari tanaman bernama papaver somniferum atau yang
lebih dikenal sebagai bunga poppy
b. Morphine (morfin) adalah opoida alamiah yang mempunyai daya analgesic yang kuat,
berbentuk Kristal, berwarna putih dan berubah menjadi kecoklatan dan tidak berbau,
opium mentah mengandung 4 – 21% morfin. Sebagian besar opium diolah menjadi
morfin dan codein, morfin merupakan juga suatu unsur aktif yang berasal dari candu
setelah mengalami proses kimiawi.
1) Pengaruh pemakaian jangka pendek
Pengaruh pemakaian jangka pendek pemakaian morfin adalah rasa melayang,
perasaan gembira yang kemudian berefek pada badan gemetaran,, rasa sakit
diseluruh badan, jantung berdebar-debar, dan susah tidur
2) Pengaruh pemakaian jangka panjang

1
Seorang pecandu morfin akan sulit menghentikan pemakaian morfin akan sulit
menghentikan pemakaian morfin dan akan cenderung mengkonsumsi dalam
jumlah/dosis yang semakin bertambah dan sesering mungkin. Akibatnya pecandu
dapat mengalami overdosis yang mengakibatkan pernafasan menjadi dangkal dan
lambat, tekanan darah dan kesadaran menurun, koma bahkan kematian
c. Heroin yang atau disebut diasetilmorfin berasal dari bahan pokok morfin dan
merupakan opoida semi sintesis berupa serbuk putih yang berasa pahit. Di pasar gelap
heroin dipasarkan dalam ragam warna karena di campur dengan bahan lain seperti
gula, coklat, tepung susu dan lain lain sekitar 24%\
1) Pengaruh Pemakaian Jangka Pendek
Pada jangka pendek, penyalahgunaan heroin menyebabkan hilangnya rasa nyeri
(analgesic) dan timbul nya rasa mengantuk (hipnotik). Rasa ketergantungan
berkurang da nada perasaan gembira (euphoria) yang diikuti perasaan seperti dalam
mimpi. Bagi yang baru pertama kali menggunakannya, timbul perasaan tidak enak
(disforia) pada keadaan keracunan , kondisi berbicara si penyalahguna menjadi
cadel, jalan sempoyongan, bersikap masa bodoh, mengantuk, dan mengalami
penurunan daya ingat
2) Pengaruh Jangka Panjang
Pada pemakaian jangka panjang yang menimbulkan ketergantungan, penyalahguna
akan mengalami gejala putus zat, apabila pemakaian dihentikan. Pada kondisi
overdosis, kesadaran penyalahguna akan menurun sampai kondisi koma,pernafasan
dangkal dan lambat, denyut nadi melambat, tekanan darah turun dan pupil
menyempit. Selain itu dapat terjadi komplikasi medic seperti sembelit (susah buang
air), gangguan menstruasi, impotensi, hepatitis bahkan HIV/AIDS (dikarenakan
pemakaian jarum suntik yang tidak steril)
d. Cocain adalah alkoloida dari daun tumbuhan Erythoxylon Coca sejenis tumbuhan
yang tumbuh dilereng pegunungan Andes di Amerika Selatan. Cocain yang
merupakan narkotika golongan stimultant, terbuat dari dun tanaman Erythoxylon Coca
yang banyak tumbuh di daerah pengunungan Andes, ganja (Cannabis Sativa), dan lain-
lain. Masyarakat Indian Inca suka mengunyak daun koka dalam upacara ritual untuk
menahan lapar atau letih.

2
1) Jenis narkotika sintesis antara lain :
(a) Propoxyphene (Darvon) yaitu sejenis obat yang berfungsi sebagai penahan rasa
sakit.
(b) Methadone (Dolophine) adalah opoida sintesis yang mempunyai daya kerja
lebih aman dan lebih efektif dari pada morfin dengan cara penggunaan ditelan.
Methadon digunakan sebagai terapi subsitusi dala Methadone
Maintenance program, untuk mengobati keergantungan terhadap opoida.
Sedangkan yang termasuk jenis narkotika semi antara lain yaitu :
(a) Hydromorphone (Dimorphone) juga merupakan obat penahan rasa sakit yang
diberikan pada pasien
(b) Oxycodone (Dyhidrone) merupakan obat anti depresi yang bekerja pada system
syaraf
(c) Etorphine dengan kandungan C24H33NO4 juga berfungsi sebagai penahan
rasa sakit, biasanya digunakan untuk membius binatang.
Adapun jenis narkotika yang sering disalahgunakan antara lain opium, morfin,
kokain, opiate, mariyuana dan lain-lain.
1) Pengaruh Pemakaian Jangka Pendek
Cocain sebagai stimulansia berpengaruh merangsang kegiatan susunan
syaraf pusat. Pada pemakaian jangka pendek, segera sesudah pemakaian akan
terjadi peningkatan aktifitas mental emosional, sekaligus perubahan pada faal
(syaraf atau akal) tubuh. Peningkatan aktifitas mental emosional antara lain
bersifat gembira, perasaan melambung, rasa nyaman, peningkatan kemampuan
bersimpati, meningkatkan keakraban, dan bertambahnya percaya diri yang semu.
Perubahan faal tubuh terjadi bersamaan, seperti kehilangan nafsu makan, banyak
berkeringat, rasa haus dan tenggorokan kering, mual, kaku rahang dan bergerak-
gerak, bada gemetar, tekanan darah meningkat, dan denyut nadi bertambah
cepat. Pada intoksisasi cocain, terjadi halusinasi taktil seperti ada serangga
merayap, telinga burdening, kebingungan, nyeri kepala, pembicaraan kacau, dan
cemas. Gal tersebut akan berakibat pada kurangnya kemampuan mengontrol
kesadaran diri.

3
2) Pengaruh Pemakaian Jangka Panjang
Pada penyalahgunaan cocain secara berulang atau jangka panjang akan
menyebabkan hidung berair, luka lambung, selaput hidung berlubang, kurang
gizi, dan kurang darah. Secara langsung dampak cocain akan mempengaruhi
kualitas hidup penyalahguna, dengan kata lain dapat menyebabkan kematian.

2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat adiktif yang dapat mempengaruhi psikis melalui pengaruh
selektif pada susunan syaraf pusat otak menyebabkan perubahan yang khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Di dalam undang-undang No. 5 tahun 1997diuraikan bahwa
psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan Narkoba yang
bersifat psikoaktif memlalui pengaruh seleksi pada susunan syaraf psuat menyebabkan
perubahan khas pada perilaku dan mental. Kedua rumusan psikotropika tersebut
menyatakan bahwa psikotropika adalah jenis-jenis obat yang di produksi untuk tujuan
penyembuhan maupun pemulihan kesehatan bagi penderita penyakit tertentu tetapi
apabila disalahgunakan atau tidak mengikuti petunjuk dokter dapat mengakibatkan
ketergantungan obat yang selanjutnya mengakibatkan terganggunya mekanisme susunan
syaraf pusat (otak).
a. Pengaruh Pemakaian Jangka Pendek
Secara umum reaksi segera penyalahgunaan psikotropika golongan I seperti
halusinogen (LSD,Dob, Psilobsin, dll). Akan menimbulkan daya hayal dan ilusi bagi si
penyalahguna dapat pula menyebabkan disorientasi waktu dan tempat, pada
psikotropika golongan II (Amphetamine, Methamphetamine, dd) pada reaksi segera
akan meningkatkan kewaspadaan yang lebih pada si penyalahguna selain itu dapat
pula meningkatkan gairah dan rasa senang yang berlebihan, pupil mata membesar,
denyut nadi dan tekanan darah meningkat, sukar tidur, serta hilangnya nafsu makan.
Pada pemakaian Amphetamine dosis tinggi selain akan menimbulkan halusinasi,
menimbulkan pula perasaan ringan/melayang, gemetar, dan muntah-muntah.
Sedangkan untuk jenis psikotropika golongan III dan IV yang merupaka jenis depresan
(Traquilizer, Barbituat, dll) dampak segera penyalahgunaan adalah berbicara
kacau,tidak dapat mengendalikan diri dan tingkah laku akan seperti orang mabuk.

4
b. Pengaruh Pemakaian Jangka Panjang
Pada pemakaian secara berulang atau jangka panjang jenis psikotropika golongan I
akan menimbulkan gangguan kejiwaan, khayalan tentang peristiwa yang
menyenangkan dan akhirnya koma sampai meninggal dunia. Untuk psikotropika
golongan II pengaruh pemakaian jangka panjannya adalah rasa gelisah yang
berlebihan pada si penyalahguna, suhu badan naik, daya khayal yang tinggi, tertawa
tidak wajar, hingga akhirnya meningal dunia. Sedangkan pada jenis psikotropika
golongan III dan IV dampak yang terjadi adalah nafas si penyalahguna tersengal-
sengal, kulit lembab dan dingin, pupil mata membesar, denyut nadi cepat dan
melemah, hingga akhirnya koma dan meninggal dunia. Gejala putus obat
prnyalahguna jenis psikotropika ini akan menyebabkan kondisi si penyalahguna selalu
gelisah, insomnia (tidak bias tidur), rasa gemetar, mengigau, tertawa yang tidak wajar
hingga meninggal mendadak.
Jenis obat yang termasuk golongan psikotropika adalah :
1) Obat penenang
Bentuknya berupa tablet, digunakan dengan cara ditelan swcara langsung. Efek
dari penggunaan psikotropika jenis obat penenang adalah memperlambat respon
fisik, mental dan emosi. Penggunaan campuran dengan alcohol dapat
mengakibatkan kematian. Contohnya antara lain : obat tidur, pil koplo, BK,
Nipam, Valium, Lexotan dan lain-lain
2) Ecstasy
Bentuknya berupa tablet berwarna-warni, cara penggunaannya biasanya ditelan
secara langsung. Penggunaan ecstasy dapat mengakibatkan peningkatan detak
jantung dan tekanan darah si pemakai, sehingga menibulkan rasa senang yang
berlebihan. Setelah efek tersebut, biasanya akan terjadi perasaan lelah,cemas dan
depresi. Penggunaan ecstasy dapat menimbulkan kerusakan otak yang permanen
dan kematian. Ecstasy biasanya dikenal dengan ine, ektasi, huge drug, yuppie
drug, essence, clarity, butterfly, dan lain lain.
3) Methamphetamine
Bentuknya berupa serbuk Kristal dan cairan, cara penggunaannya dihisap dengan
bantuan alatb(di-bong). Penggunaan psikotroika jenis Methampetamine akan

5
menimbulkan perasaan melayang sementara yang kemudian berangsur-angsur
membangkitkan kegelisahan yang luar biasa. Dapat menyebabkan kerusakan tubuh
bahkan kematian. Contohnya antara lain adalah shabu-shabu atau ubus.
4) ATS
ATS (Amphetamie Type Stimulans ) adalah nama sekelompok zat/obat yang
mempunyai khasiat sebagai stimultant susunan syaraf pusat. Nama lainnya adalah
Speed, Crystal.

3. Zat Adiktif
Adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menikbulkan
kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi),
yaitu keinginan menggunakan kembali secara terus-menerus. Penggunaan zat adiktif
antara lain akan berefek pada problem kesehatan terutama meruksak otak, liver, ginjal,
dan paru-paru, memperlambat kerja sistem syaraf pusat, memperlambat reflek motorik,
serta dapat menyebabkan kematian akibat berhentinya pernapasan dan gangguan pada
jantung. Efek putus zat akan menimbulkan diantaranya raa sakit dan lelah yang luar biasa
a. Pengaruh pemakian jangka pendek
Dampak segera yang timbul pada penyalahgunaan bahan bahan adiktif terutama
alkohol adalah penggunaan koordinasi motorik, jalan sempoyongan, bcara pelo dan
perubahan pada alam perasaaan. Dapat pula menibulkan rasa relaksasi yang menuju
oada hilangnya pengendalian diri, berbicara tidak jelas dan hilang kesadaran.
b. Pengaruh pemakaian jangka panjang
Pengaruh jangka panjang yang akan dialami penyalahgunaan bahan-bahan adiktif,
khususnya alkohol adalah radang lambung, kerusakan hati, kerusakan otak,
berkurangnya daya ingat, kekacauan pola pikir, gangguan jantung dan darah, depresi,
bahkan memanpukan penyalahguna untuk melakukan tindakan tindakan kriminal.
Pemakaian bahan-bahan adiktif dalam waktu lama dan jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan kematian.

6
Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, zat adiktif yang
digunakan untuk tujuan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan antara lain:
a. Codein
b. Etil morfin
c. Dihidrokodein
d. Garam-garamnya
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika, jenis obat yang
memiliki zat adiktif antara lain:
a. Amfetamin
b. Amobarbital, flunitrazetpam
c. Diapeham, bromazepan,fenobarbital
d. Minuman beralkohol
e. Tembakau
f. Halusinogen
g. Bahan pelarut (solvent, bensin, tiner, cairan lem, dan cat)

Penjelasan beberapa contoh zat adiktif antara lain seperti dibawah ini:
a. Alkohol
Alkohol (ethanol atau enthyl alcohol) dalam hal ini yang dimaksud adalah
minuman beralkohol diatas 4%. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh kelompok
kerja penanggulangan bahaya narkoba. Direktorat Pembinaan Kesiswaan. Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar Menengah (1999), diperoleh data-data seperti yang dijelaskan
mldibawah ini. Data pengunjung rumah sakit ketergantungan obat jakarta. Jenis narkoba
yang paling banyak digunakan di Indonesia sejak tahun 1969-1991 adalah jenis ganja
(cannabis) barbiturat (luminal), alcohol dan morfin. Pada tahun 1992 bertambah lagi
jenis sedatifpnotik (jenis psikotropika) yang popular dengan sebutan ronchypnol, nipan
dicampur ganja, alkohol dengan ekstasi. Heroin yang lebih popular dengan sebutan
putaw mulai digunakan tahun 1994, pada tahun 1997 para pecandu menggunakan
amphetamine/metaphetamine yang popular dengan sebutan shabu atau shabu-shabu dan
kokain. Jenis yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah ganja (canabis),
alkohol, heroin/putaw, shabu-shabu, ecstasy, ganja, dan alkohol.

7
Sebagai gambaran jenis narkotika yang banyak beredar di Indonesia tahun 1999 adalah
sebagai berikut:
1) Alkohol/minuman keras
2) Ganja
3) Hashish. Budha Stick
4) Putaw atau heroin
5) Ecstasy
6) Nipam/Rohipnol
7) LSD (Lysergic Acid Diethylamine)
8) Pil BK/Koplo
9) Lexotan
10) Dumolit
11) Mushroom
12) Lotion anti nysmuk
13) Pengencer cat
14) Perekat kayu
15) Buah kecubung
16) Obat nyamuk

B. Faktor-Faktor Yang Mendorong Penyalahgunaan Narkoba Dan Mitos Yang


Berkembang Di Masyarakat

Bila dicari mitos atau informasi seseorang


1. Rasa ingin tahu/coba-coba
Alasan memakai narkoba sangat berbeda –beda dari tiap individu. Alasan-alasan
yang dikemukakan penyalahguna kebanyakan karena didorong rasa ingin tahu. Rasa
ingin tahu itulah yang menyebabkan seseorang kurang memfilter informasi yang
diterima. Sebagai contoh terdapat mitos bahwa memakai narkoba akan menambah rasa
peraya diri pemakai, diperoleh pula informasi bahwa penyalahguna narkoba dapat
disembuhkan. Informasi-informasi semacam ini dapat disalahartikan hingga si
penyalahguna menyepelekan dampak pemakaian narkoba. Dasar lain pengguna untuk
mendapat kenikmatan (William 1974, Mexim 1991, Rice 1993). Disampan ditemukan

8
karena alasan adanya tekanan sosial lari dari malasah yang sedang diharapi atau
sebaliknya. Penggunaan narkoba akan memperoleh kenikmatan seperti lebih kreati dan
percaya diri jika menghadapi tekanan dan masalah.
2. Ikut-ikutan teman yang memakai narkoba
Dorongan rasa ingin tahu dari teman yang memakai narkoba karena terpengarub
dari cerita yang diperoleh dan oengguna lain yang berisikan hal-hal yang menyegarkan
(yang sesungguhnya hanyalah kesenangan semu pemakai narkoba dan frekuensi
pertemuan yang sering saat menggunakan narkoba memungkinkan seseorang termotivasi
untuk mengulangi kembali, meskipun mereka telah mengetahui bahkan telah merasakan
efek yang tidak menyenangkan. Disamping itu melihat dan menyaksikan kenikmatan
“sementara” yang diperoleh dari teman pengguna narkoba pada saat “pesta” narkoba
akan menimbulkan godaan untuk ikut mencoba atau merasakannya. Kadangkala si
pemakai narkoba tersebut, termasuk bandar, untuk pertama kali akan memberikan secara
cuma-cuma (gratis) ketika terjadi transaksi dengan teman pengguna.
3. Solideritas kelompok (gang / group)
Seorang individu yang juga tergolong sebagai makhluk sosial cenderung
menyukai adanya suatu ikatan dengan individu lainnya yang nantinya akan membentuk
kelompok. Hal yang sam juga terjadi di kalangan siswa atau remja dalam kehidupan
sehari-harinya membentuk suatu pengelompokkan. Sesungguhnya penggelompok-
pengelompokkan seperti ini dibentuk dengan karena alasan seperti memiliki kesukaan
atau hobi yang sama, saling memeiliki kecocokan satu dengan yang lainnya, dan lain-lain
yang sebenarnya kelompok tersebut merupakan wadah yang saling berbagi. Kelompok ini
diperlukan untuk menjalin suatu kerja sama yang diikat rasa solideritas yang kuat yang
kental. Misalnya, salah seorang anggota mendapat ancaman. gangguan atau terlibat
perselisihan faham dengan orang lain, anggota kelompok ini langsung melakukan
perlawanan dengan mengeroyokan. Pada intinya ancaman terhadap satu orang anggota
kelompok, kesenangan satu anggota kelompok merupakan kesenangan bagi anggota
kelompok yang lain. Demikian pula dengan hal penggunaan Narkoba. Mereka ini
mengumpulkan uang untuk membeli apa yang mereka inginkan termasuk Narkoba.
Apabila mereka tidak mempunyai uang, kelompok ini dapat melakukan pencurian

9
pemerasan, pemalakan kepada siapa saja yang dinilai memiliki uang untuk memenuhi
kebutuhan mereka.
4. Biar terlihat gaya (terpengaruh gaya hidup modern yang salah)
Setiap individu memiliki keinginan untuk tampil gaya di mata orang lain termasuk
siswa yang mencari jati diri. Terkadang mereka menggunakan berbagai jenis embel-
embel pada tubuh atau tubuh yang diukur/ditatto. Kadangkala mereka melakukan hal
tersebut karena terpengaruh oleh gaya hidup orang lain atau gaya hidup yang dirasakan
sedang tren yang diperoleh melalui instrument media baik lokal atau asing. Narkoba
merupakan salah satu alternative yang digunakan untuk tampil gaya di depan orang
banyak. Karena dari sifat dan zat yang terdapat dalam jenis dan golongan Narkoba ada
yang dapat menimbulkan percaya diri dan menimbulkan gerakan-gerakan tubuh fisik
yang spontan apabila diperdengarkan suara musik, dan termasuk rasa gembira serta
keberanian menghadapi sesuatu. Penguna narkoba yang menginginkan tampil gaya
cenderung adalah mereka yang sering tampil di khalayak ramai seperti penyanyi, pemain
olah raga, mereka yang sering masuk diskotik dan tempat hiburan sejenis lain-lainnya.
5. Mencari kegairahan atau excitement
Terkadang individu merasa diri tidak eksis di hadapan orang lain yang disebabkan
oleh rasa percaya diri dan kemampuan intelektual yang lebih rendah. Agar dirinya
dirasakan menjadi eksis di depan orang banyak, dan dapat mengungguli orang lain sering
digunakan jenis Narkoba seperti ecstasty, pil koplo/pil BK, Nipam/Rhopinol.
6. Menghilangkan rasa kebosanan
Periode rasa remaja merupakan suatu periode saat seorang mengalami siklus
hidup yang tidak tenang, selalu berubah, dan rentan terhadap goncangan (unsettling time).
Ketidaktenangan dan keinginan untuk selalu berubah tersebut disebabkan karena remaja
mengalami kebosanan. Oleh sebab itu pemakaian narkoba kadang kala bukan digunakan
untuk mengatasi perasaan negatif, tetapi sebagai kesenangan cara mengatasi masalah,
melupakan masala, melepaskan masalah kebosanan. Pemakaian obat untuk mengatasi rasa
bosan ini lebih dikenal dengan istilah instrument.
7. Agar merasa lebih enak
Remaja atau siswa yang menggunakan obat dengan tujuan agar merasa lebih enak
bila ia merasakan pengalaman yang efektif yang dirasakan positif, maka pemakaian dapat

10
berperan efektif sebagai faktor penguat. Biasanya remaja seperti ini menggunakan obat
untuk mendapatkan khayalan atau halusinasi yang enak dan menyenangkan. Seseorang
pengguna Narkoba yang sedang High (suatu istilah yang dignakan para pemakai narkoba
yang mengambarkan perasaan senang yang berlebihan) merasa dirinya memiliki kelebihan
khusus seperti berkemampuan untuk terbang, merasa memiliki indra keenam atau lebih
peka, dan lain sebagainya. Jenis ang digunakan umumnya adalah LSD (Lysergic Acid
Diethylamine). Penggunaan LSD kadangkala dikonsumsi dengan campur dalam minuman
bersoda.
8. Melupakan masalah stress
Secara psikologis, kebanyakan remaja belum memiliki kapasitas dan akar kuat
untuk menghadapi masalah-masalah yang mereka temui di dalam kenyataan yang dialami
sehari-hari. Terkadang mereka memiliki idealisme yang sering berbenturan dengan
lingkungan sekitar. Hal ini mengakibatkan mereka cepat tertekan atau stress. Mereka
kerap menggunakan cara-cara yang salah dalam mengatasi rasa stress yang mereka alami.
Salah satu cara yang salah untuk menghadapi stress adalah dignakannya obat-obatan yang
dapat menimbulkan perasaan santai dan menyenangkan yang diangap dapt melupakan dan
mengatasi masalah atau stress secara instant. Adapun permasalahan-permasalahan yang
sering dihadapi para remaja adalah seperti persoalan putus dengan pacar, menghadapi
keretakan hubungan oran tua yang tidak dapat diselesaikan untuk menghilangkan
masalah-masalah rumit, seringkali remaja menggunakan solusi yang keliru seperti
menggunakan obat-obatan tertentu. Misalnya jenis obat yang dapat membuat tidur,
mabuk, dan menimbulkan perasaan gembira seperti ecstasy, nipam, heroin, dan
sejenisnya.
9. Menunjukkan kehebatan / kekuasaan
Pada masa pertumbuhan dan transisi memasuki usia remaja, kadangkala
menyebabkan setiap individu ingin dikenal jagoan di lingkungan sebaya, Atai di
lingkungan masyarakat. Keinginan tersebut tidak akan terpenuhi jika hnya mengandalkan
kekuatan fisik. Pengaruh dari teman-teman yang telah menggunakan obat-obatan
dirasakan dapat menimbulkan keberanian, maka banyak remaja yang menggunakannya.
Jenis obat-obatan yang dirasakan dapat menimbulkan rasa kehebatan terdapat pada pil BK

11
atau koplo jenis obat ini disamping harganya tidak terlalu mahal khasiatnya efektif
menimbulkan keberanian.
10. Ingin tampil menonjol
Remaja yang sedang tumbuh dan mencari identitas diri umumnya berkeinginan
melakukan kegiatan yang mengandung resiko tinggi terhadap keselamatan dirinya,
seperti ada kecepatan mengendarai kendaraan roda dua dan roda empat, baik itu
menggunakan tenaga atau mesin, memanjat tebing atau mendaki gunung. Persaingan
teman sebaya guna mendapatkan popularitas atau ingin tampil ingin tampil lebih
menonjol di kalangan mereka dalam melakukan aktifitas-aktifitas tersebut terkadang
menyebabkan mereka menggunakan jenis obat-obatan tertentu dengan tanpa
memperhatikan pengaruhnya terhadap kesehatan dan keselamatan dirinya.
11. Merasa sudah dewasa
Penggunaan obat semata-mata didorong oleh perasaan dirinya sudah dewasa, oleh
karena itu remaja seperti ini ingin hidup bebas seperti layaknya orang dewasa yang telah
dapat memutuskan sesuatu jalan hidupnya. Bagi remaja yang merasa sudah dewasa ini
biasanya tidak mau terkait dan ingin lepas dari ketentuan yang dibuat orang tua, guru
tidak diindahkan, bahkan bila cara penyampaiannya tidak pantas menurut kata hatinya,
akan melawan dengan cara kekerasan. Dengan kata lain remaja seperti ini berbuat
semaunya tanpa mengindahkan orang lain dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Agar ia
lebih berani dan orang lain takut atas tindakan yang dilakukan, maka digunakannya jenis
obat yang dapat membuat dirinya terlihat sadid dan pemberani.
12. Menunjukkan sifat berontak
Remaja umumnya berontak apabila tidak dipenuhi atau dihalang-halangi
keinginannya, sikap berontak itu dilakukannya dengan tujuan orang lain merasa takut
sehingga keinginan terpenuhi. Remaja seperti ini dalam menunjukkan sikap berontaknya
bertindak dengan cara kekerasan. Untuk meningkatkan keberanian memberontak ia
menggunakan jenis obat yang membuat dirinya lebih berani apabila orang lain
menghalanginya. Melalui sikap berontak ini, remaja tersebut akan memanfaatkan teman-
temannya yang mengikuti untuk mengumpulkan uang atau dijadikan sebagai preman dan
bertindak keras terhadap orang lain yang mengganggu anggota kelompoknya.

12
13. Mengurangi rasa sakit
Oleh karena obat-obat yang dikonsumsi selama ini telah menimbulkan adiksi yang
kuat di tubuh, maka memerlukan jenis-jenis secara rutin dan apabila tidak terpenuhi akan
timbul rasa sakit di tubuh. Apabila uang untuk membeli tidak ada dilakukan pencurian,
pemerasan, dan pemalakan baik dengan orang tua maupun dengan orang lain.
14. Ikuti tokoh idola
Usia remaja menggunakan usia saat seorang individu sedang mengalami proses
pencarian jati diri tersebut, remaja cenderung mencari dan mengagumi individu atau
tokoh lain yang dianggapnya sebagai tokoh idola. Tokoh yang dijadikan sebagai tokoh
idola dapat berasal dari kalangan selebritis, tokoh terkenal atau orang yang dianggap
hebat atau memiliki kehebatan tertentu. Pada saat ini remaja bukan hanya sekedar
mengagumi sang tokoh tersebut, remaja juga cenderung meniru (mengimitasi) tokoh
idolanya mulai dari cara berpakaian, gaya hidup bahkan tingkah laku sang tokoh idola.
Tak sedikit dari tokoh idola tersebut yang menggunakan narkoba sebagai bagian dari
gaya hidup. Hal seperti ini juga ditiru oleh remaja agar semakin mirip dan sehebat idola
mereka.

C. Manfaat Konseling Dan VCT Pada Pasien HIV


1. Definisi Konseling
Gunarsa S (2000) merangkum pendapat beberapa ahli yang mendefinisikan konseling
sebagai berikut :
a. Robils (1942) mengatakan bahwa konseling adalah hubungan yang bebas dan
berstruktur dengan cara membiarkan klien memperoleh pengertian secara mandiri
yang membimbingnya untuk menentukan langkah positif kea rah orientasi baru
b. Pepinsky dan Pepinsky mengatakan bahwa konseling merupakan interaksi yang
1) Terjadi antara 2 orang, yang satu disebut sebagai konselor dan lainnya sebagai
klien
2) Berlangsung dalam rangka professional
3) Diarahkan agar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada klien

13
c. Smith (1955) mengatakan bahwa konseling adalah proses yang tejadi dalam
hubungan pribadi antara seseorang yang mengalami kesulitan dengan seorang
professional terlatih berpengalaman, dan pengalamannya mungkin dapat digunakan
untuk membantu orang lain sehingga mampu memecahkan persoalan pribadinya.
d. Blocker (1966) mengatakan bahwa konseling adalah upaya menolong seseorang agar
menyadari berbagai reaksi pribadi terhadap pengaruh perilaku lingkungan dan juga
membantu klien dalam membentuk dan memperjelas rangkaian dari tujuan dan nilai-
nilai untuk perilaku selanjutnya
e. Lewis (1970) mengatakan bahwa konseling adalah proses ketika seseorang yang
mengalami kesulitan (klien) dibangu untuk merasakan dan selanjutnya bertindak
dengan cara yang lebih memuaskan dirinya melalui interaksi dan seseorang yang
tidak terlihat yakni konselor. Konselor memberikan informasi dan reaksi untuk
mendorong klien mengembangkan perilaku agar dapat berhubungan secara lebih
efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungannya
f. Elinsenberg (1983) mengatakan bahwa konseling menambah kekuatan pada klien
untuk menghadapi, mengikuti aktifitas yang mengarah pada kemajuan, dan unntuk
menentukan suatu keputusan konseling sehingga membantu klien agar mampu
menguasi masalah yang sedang dan kelak akan dihadapi.

Beberapa faktor penting dalam konseling bahwa :


a. Konseling berhubungan dengan tujuan untuk membantu orang lain menentukan
pilihan dan tindakannya
b. Dalam proses konseling terjadi proses belajar
c. Terjadi perubahan dan perkembangan kepribadian

2. Ciri – Ciri Konseling


a. Konselinng berkaitan dengan kegiatan mempengaruhi secara sengaja agar terjadi
perubahan perilaku pada sebagian dari kepribadian klien
b. Tujuan dari konseling adalah untuk membuat kondisi yang memudahkan terjadinya
perubahan yang disengaja pada sebagian diri klien

14
c. Seperti hal nya dalam semua hubungan, pada klien harus ada pembatasan untuk hal-
hal yang bersifat pribadi bagi konselor. Hanya hal yang berhubungan dengan penyakit
saja yang dibahas
d. Kondisi yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku diperoleh melalui
wawancara
e. Kegiatan mendengarkan harus ada pada konseling, tetapi tidak semua konseling
adalah mendengarkan
f. Konselor harus memahami kliennya
g. Konseling dilakukan dengan tertutup (privacy) dan diskusi bersifat rahasia
confidential)
h. Pattersen dalam Hasbullah (1999) memperjelas mengenai hal-hal yang bukan
konseling dan penjelasannya merupakan perbaikan dari apa yang pernah
dikemukakan sebelumnya ditahun 1967. Perbaikan ini memperjelas bahwa :
1) Konseling bukan kegiatan pemberian informasi meskipun informasi bisa
diberikan dalam konseling
2) Konseling bukan kegiatan pemberian nasihat, sugesti atau rekomendasi
3) Konseling bukan kegiatab untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan atau perilaku
dengan cara memaksa, mengatur atau meyakinkan
4) Konseling bukan seleksi dari tugas yang harus dilakukan dalam menghadapi
bermacam-macam pekerjaan dan aktifitas
5) Konseling bukan kegiatan melakukan wawancara, sekalipun wawancara bisa
dilibatkan dalam konseling

3. Tujuan Utama Konseling


a. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku
Tujuan suatu konseling adalah melakukan perubahan paradigm dan perikaku pada
klien untuk menuju kea rah perubahan yang memungkinkan klien dapat hidup lebih
produktif dan menikmati kepuasan hidup sesuai dengan pembatasan-pembatasan yang
ada dalam masyarakat. Tujuan konseling harus jelas, jadi perubahan perilaku yang
dikehendaki ialah perubahan yang seperti apa dan selanjutnya bagaimana melakukan
perubahan tersebut dengan bantuan dari konselor.

15
b. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu
Dalam hal ini konselor akan membantu mengajarkan bagaimana seharusnya dan
sebaiknya klien bersikap ketika menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah
tersebut.
c. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan
Konseling bertujuan membantu klien agar dapat memperoleh informasi dan penjelasan
diluar pengaruh emosi dan ciri kepribadiannya yang bisa mengganggu proses
keputusan.
Konseling bertujuan membantu seseorang belajar mengenai keseluruhan proses
pengambilan keputusan dari awal hingga akhir, sehingga pada akhirnya ia bisa
melakukannya sendiri.
d. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan
Sebagai makhluk social individu diharapkan mampu membina hubungan yang
harmonis dengan lingkungan sosialnya sejak kecil disekolah, kemudian ketika dewasa
dengan teman sebaya dan rekan sepekerjaan/seprofesi. Dalam keluarga, kegagalan
dalam huungan antarperorangan adalah kegagalan dalam penyelesaian diri, yang
antara lain disebabkan oleh kurang tepatnya individu dalam memandang atau menilai
diri sendiri atau kurangnya keterampilan dalam penyesuaian diri.
e. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien
Konseling berupaya memaksimalkan kebebasan pribadi sesuai dengan lingkungannya.
Konseling juga berupaya untuk memaksimalkan efektifiyas pribadi dengan cara
mengembangkan kemampuan penguasaan klien terhadap lingkungan dan berbagai
respon didalamnya.

Dari uraian mengenai tujuan konseling tersebut dijelaskan bahwa tujuan konseling
sangat dpengaruhi oleh latar belakang teori dan teknik yang dipakaioleh konselor,
sehingga sepertinya terdapat tiga macam tujuan yakni : tujuan utama, tujuan antara,
tujuan segera. Meskipun demikian nampaknya tetap terdapat kesamaan dalam tujuan
konseling yakni membantu klien agar :

16
a. Mengetahui apa yang harus dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan
b. Dapat merasa lebih baik, jauh dari ketegangan, dan tekanan terus-menerus karena ada
persoalan
c. Berfungsi maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki
d. Dapat mencapai sesuatu yang lebh baik karena bersifat positif dan optimis
e. Bisa hidup lebih efektif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan menyesuaikan
diri sesuai dengan tuntutan lingkungan.

D. Konseling HIV/AIDS
1. Definisi konseling HIV/AIDS
Konseling HIV/AIDS merupakan dialog antara seseorang (klien) dengan
pelayanan kesehatan (konselor) yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan orang
tersebut mampu menyesuaikan atau mengadaptasi diri dengan stres dan sanggup
membuat keputusan bertindak berkaitan dengan HIV/AIDS.

Konseling HIV berbeda dengan jenis konseling lainnya, walaupun keterampilan dasar
yang dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik karena:

a. Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual (IMS) dan
HIV/AIDS
b. Membutuhkan pembahasan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi
c. Membutuhkan pembahasan tentang kematian atau proses kematian
d. Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan pendapat dan nilai
yang mungkin sangat bertentangan dengan nilainyang dianut oleh konselor itu sendiri.
e. Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV yang positif
f. Membutuhkan keterampilan salam menghadapi kebutuhan pasangan maupun anggota
keluarga klien.
2. Tujuan Konseling HIV
a. Mencegah penularan HIV dengan cara mengubah perilaku. Untuk mengubah perilaku,
ODHA (orang dengan HIV/AIDS)Ntidak hanya membutuhkan informasi belaka, tetapi
yang jauh lebih oenting adalah pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan
motivasi mereka, misalnya dalam perilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum
suntik, dan lainlain.

17
b. Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis,psikologis, sosial,
dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan untuk memberikan dukungan kepada
ODHA agar mampu hidup secara positif.
Dalam hal ini, konselor juga diharapkan dapat membantu mengatasi rasa putus
asa, rasa duka yang berkelanjutan, kemungkinan stigma, diskrimiasi penyampaian status
HIV pada pasangan seksual, pemustusan hubungan kerja dan lain-lain.
3. Ciri-Ciri Konseling HIV
Konseling merupakan kegiatan membantu klien agar dapat:
a. Memperoleh akses informal yang benar
b. Memahami dirinya dengan lebih baik
c. Agar mampu menghadapi masalahnya
d. Agar mampu berkomuniasi lebih lancar
e. Mengantisipasi harapan-harapan, kereelaan, dan perubahan perilaku
Konseling bukan merupakan percakapan tanpa tujuan, juga bukan memberi
nasihat atau instruksi pada orang untuk melakukan sesuatu sesuai kehendak konselor.
Konseling bersifat sangat pribadi daerah/wilayah, latar belakang klien, dan jenis layanan
medis/sosial yang tersedia. Konseling bersifat tidak eksklusif, artinya setiap orang yang
diberi pelatihan khusus dapat menjadi seorang konselor.
4. Konseling HIV Dianjurkan Untuk Keadaan Berikut:
a. Orang yang sudah diketahui menderita AIDS atau terinfeksi HIV, dan keluarganya.
b. Mereka yang sedang dites untuk HIV (sebelum dan sesudah tes)
c. Mereka yang sedang mencaripertolongan diakibatkan perilaku risiko yang lalu dan
sekarang sedang merencanakan masa depannya.
d. Mereka yang tidak mencari pertolongan namun berperilaku risiko tinggi
e. Orang yang mempunyai masalah akibat infeksi HIV (pekerjaan, perubahan, keuangan,
keluarga dan lain-lain), sebagao akibat infeksi HIV.
5. Petugas Konseling
Selain dokter, perawat, psikolog, psikoterapis, pekerja sosial, dan orang dengan
profesi lain dapat dianjurkan dan dilatih untuk memberikan dukungan konseling. Petugas
konseling tidak harus merupakan petugas kesehatan yang ahli. Guru, penyuluh kesehatan,
petugas laboratorium, pemuka agama, kelompok kerja muda, dukun tradisional, dan

18
anggota kelompok masyarakat dapat menolong dalam konseling pencegahan maupun
konseling dukungan untuk ODHA. Jadi, pada dasarnya yang dapat menjadi petugas
konseling adalah mereka yang masih mempunyai ruang untuk orang lain dalam dirinya.
6. Konseling versus edukasi kesehatan
Perbedaan antara konseling dan edukasi kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 perbedaan konseling dan Edukasi kesehatan

Konseling Edukasi kesehatan


1. proses penyesuaian 1. Proses belajar
2. Bersifat individual atau 2. Kelompok besar atau kecil
kelompok kecil
3. Berorientasi pada masalah 3. Berorientasi pada isi
4. Menurunkan stres 4. Meningkatkan pengetahuan
5. Didominasi mood dan perasaaan 5. Didominasi oleh komprehensi
Sumber. Depkes RI (2003).

Sedangkan persamaannya adalah sebagai berikit:


a. Keduanya memberikan pengetahuan dan mengubah sikap
b. Merupakan komunikasi dua arah
c. Memerlukan pelatihan dalam aspek teknik
7. Jenis konseling HIV/AIDS
Ada beberapa jenis konseling yang dapat dilakukan untuk para penderita HIV/AIDS.
Jenis konseling itu adalah sebagai berikut:
a. Konseling untuk pencegahan terjadinya HIV/AIDS
b. Konseling pre-tes
c. Konseling pasca-tes
d. Konseing keluarga
e. Konseling berkelanjutan
f. Konseling pada mereka yang menghadapi kematian

19
E. VCT (VOLUNTARY COUNSELING TESTING)
1. Definisi VCT
VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus
antara konselor dengan kliennya dengan tujuan untuk mencegah penularan HIV,
memberikan dukungan moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga
dan lingkungannya.

2. Tujuan VCT
VCT mempunyai tujuan sebagai:
a. Upaya pencegahan HIV/AIDS
b. Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/ pengetahuan mereka
tentang faktor-faktor risiko penyebab seseorang terinfeksi HIV
c. Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan mereka
menuju ke program pelayanan dan dokungan termasuk akses terapi antiretroviral, serta
membantu mengurangi stigma dalam masyarakat.
3. Tahap VCT
a. Sebelum deteksi HIV (Pra-Konseling)
Pra konseling disebut juga konseling pencegahan AIDS. Dua hal yang penting
dalam konseling ini, yaitu aplikasi prilaku pasien yang menyebabkan dapat beresiko
tinggi terinfeksi HIV/AIDS dan apakah pasien mengetahui tentang HIV/AIDS dengan
benar.
Apabila prilaku pasien tidak beriko, biasanya setelah mengetahui dengan benar
bagaimana cara AIDS menular, maka pasien akan membatalkan pemeriksaan.
Konselor harus lebih berhati-hati pada pasien dengan prilaku berisiko tinggi karena
harus diteruskan dengan rinci tentang akibat yang akan timbul apabila hasil tes sudah
keluar. Tujuan dari konseling ini adalah untuk mengubah pola tingkah laku. Di
amerika serikat setelah konseling ini berhasil, maka pasien akan membutuhkan tanda
pada “surat persetujuan diperiksa” yang antara lain berisi keamanan pasien bahwa
identitasnya tidak akan dibocorkan hal yang perlu ditanyakan oleh konselor yaitu ada
atau tidaknya sumber dukungan moral dalam hidup pasien yang dapat membantu

20
ketika menunggu hasil tes sampai hasil diagnosis keluar (apa pun hasil, tesnya baik
positif atau negatif). Masa ketika menunggu hasil tes adalah masa yang paling berat
bagi pasien. Saat itu, jika tidak ada seorangpun sebagai pendukung moral maka
konselor diharapkan dapat bertindak sebagai pendukung moral maka konselor
diharapkan dapat bertindak sebagai keluarga bagi pasien.
1) Tujuan Konseling pra-tes HIV/AIDS
Terdapat beberapa tujuan dilakukannya konseling pra-tes pada pasien yang akan
melakukan tes HIV/AIDS. Tujuan tersebut adalah agar:
a) Pasien memahami benar kegunaan tes HIV/AIDS.
b) Pasien dapat menilai risiko dan mengerti persoalan dirinya.
c) Pasien dapat menurunkan rasa kecemasannya.
d) Pasien dapat membuat rencana penyesuaian diri dalam kehidupan.
e) Pasien memilih dan memahami apakah ia akan melakukan tes darah HIV/AIDS
atau tidak.
2) Lima Prinsip Praktis Konseling pra-tes HIV
Ada lima prinsip praktis yang bisa dilakukan saat konseling pra-tes HIV. Lima
prinsip praktis tersebut diuraikan secara singkat di bawah ini:
a) Motif dari pasien HIV/AIDS
Pasien yang secara sukarela (Voluntary) dan secara paksa (Compulsary)
mempunyai perasaan yang berbeda dalam menghadapi segala kemungkinan,
baik pra-tes atau pasca tes.
b) Interpretasi hasil pemeriksaan
(1) Uji saring atau skrining dan tes konfirmasi.
(2) Asimptomatik atau gejala nyata (Full Blown Symptom).
(3) Tidak dapat disembuhkan (HIV) tetapi masih dapat diobati (infeksi
sekunder).
c) Estimasi hasil
(1) Pengkajian risiko bukan hasil yang diharapkan.
(2) Masa jendela.
d) Rencana ketika hasil diperoleh

21
Apa yang akan dilakukan oleh pasien ketika telah mengetahui hasil pemeriksaan,
baik positif maupun negatif.
e) Pembuatan keputusan
Pasien dapat memutuskan untuk mau dan tidak mau diambil darahnya guna
dilakukan pemeriksaan HIV.

b. Deteksi HIV (Sesuai keinginan pasien dan setelah pasien menandatangani lembar
persetujuan (Informed consent)
Tes HIV adalah tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang
sudah positif terinfeksi HIV atau belum. Caranya adalah dengan cara mendeteksi ada
atau tidaknya antibodi HIV dalam sampel darahnya. Hal ini perlu dilakukan agar
seseorang bisa mengetahui secara pasti status kesehatan dirinya, terutama status
kesehatan yang menyangkut risiko dari prilakunya selama ini.
Tes HIV harus bersifat:
1) Sukarela: orang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas
kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain. Ini juga berarti
bahwa ia setuju untuk dites, setelah ia mengetahui hal-hal apa saja yang tercakup
dalam tes it, apa keuntungan dan kerugian dari tes, serta apa saja implikasi dari
hasil tes yang positif ataupun hasil negatif.
2) Rahasia: apa pun hasil tes ini, baik positif ataupun negatif, hanya boleh diberitahu
langsung kepada orang yang bersangkutan.
3) Tidak boleh diwakilkan kepada orang lain, baik orang tua/pasangan, atasan, atau
siapapun.

c. Pasca konseling: Konseling setelah Deteksi HIV


Pasca konseling merupakan kegiatan konseling yang harus diberikan setelah
hasil tes diketahui, baik hasilnya positif maupun negatif, konseling pasca-tes sangat
penting untuk membantu mereka yang hasilnya HIV positif agar dapat mengetahui
cara menghindarkan penularan HIV kepada orang lain. Cara untuk mengatasinya dan
menjalani hidup secara positif. Bagi mereka yang hasil tes nya HIV negatif, maka
konseling pasca tes bermanfaat untuk membantu tentang berbagai cara mencegah
infeksi HIV di masa mendatang.

22
1) Tujuan Konseling pasca-tes:
Hasil negatif:
a) Pasien dapat memehami arti periode jendela.
b) Pasien dapat membuat keputusan akan tes ulang atau tidak, kapan waktu tepat
untuk mengulang.
c) Pasien dapat mengembangkan pedoman praktis bagi dirinya untuk mengurangi
risiko melalui perilakunya.
Hasil positif:
a) Pasien dapat memahami dan menerima hasil tes secara tepat.
b) Pasien dapat menurunkan masalah psikologis dan emosi karena hasil tes.
c) Pasien dapat menyesuaikan kondisi dirinya dengan infeksi dan menyusun
pemecahan masalah serta dapat menikmati hidup.
d) Pasien dapat mengembangkan pedoman praktis bagi dirinya untuk mengurangi
risiko melalui prilakunya.
2) Jenis Tes untuk Mendeteksi HIV
Jenis tes yang biasa digunakan untuk mendeteksi seseorang terinfeksi
HIV/AIDS adalah dengan menggunakan tes ELISA Latex Agglutination dan
Westem Blot. Apabila tes ELISA atau Latex Aggulutination menunjukkan bahwa
pasien terinfeksi HIV, maka hasilnya perlu dikonfirmasikan lagi dengan tes
Western Blot sebelum pasien benar-benar dipastikan positif terinfeksi HIV.
Tes juga dapat dilaksanakan untuk menguji antigen HIV, yaitu tes antigen
P24 atau PCR (Polymerase Cbain Reaction). PCR ini hanya dipakai untuk penelitian
pada kasus-kasus yang sulit dideteksi dengan tes antibodi, misalnya untuk tes pada
bayi yang lahir dari ibu yang positif terinfeksi HIV dan kasus-kasus yang
diperlukan masih berada dlam periode jendela. Periode jendela adalah teganggan
waktu antara masuknya HIV ke dalam tubuh seseorang dan munculnya antibodi
terhadap HIV, waktunya biasanya antara 1 sampai 6 bulan. Selama periode tersebut
seseorang yang sudah terinfeksi HIV masih menunjukkan hasil tes yang negatif.
Yang terpenting adalah bahwa pelayanan VCT harus dilakukan oleh petugas
yang sangat terlatih dan berkualitas tinggi dalam melakukan konseling dan deteksi
HIV. Hal ini penting mengingat terinfeksinya seseorang dengan HIV/AIDS akan

23
berdampak pada kehidupan pada penderitanya dan orang-orang yang berinteraksi
dengannya.

24

Anda mungkin juga menyukai