Abstrak
Artikel ini membahas mengenai eksistensi penerapan RDA. Penerapan tersebut yaitu:
struktur RDA sebagai pedoman katalogisasi, penerapan RDA di era modern dan
menetapkan kebijakan pengatalogan RDA. Resources Desception and Accsess (RDA)
menjadi standar untuk katalog berbasis komputer yang menyediakan instruksi dan panduan
dalam merumuskan data untuk deskripsi dan temu kembali informasi di era modern
termasuk versi digital dan sambung jaring (online) yang diatur berdasarkan Functional
Requirements for Bibliographic Records (FRBR). Penerapan RDA dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya: a) Penyusunan pedoman RDA. b) sosialisasi kebijakan dan
pedoman RDA. c) koordinasi dan kerjasama pelaksanaan penerapan RDA.
A. Pendahuluan
Dunia perpustakaan kini telah memasuki era bar seiring diperkenalkannya RDA
sebagai standar baru pengatalogan yang menggantikan peran AACR2. Setiap perpustakaan
saat ini menerapkan suatu sistem informasi berfungsi untuk mengelola pengetahuan dalam
berbagai bentuk dan diatur sedemikian rupa agar informasi yang diperlukan dapat
ditemukan kembali dengan cepat dan tepat. Salah satu sistem temu balik yang umum
dikenal di perpustakaan adalah katalog perpustakaan.
Katalog merupakan hasil dari proses katalogisasi. Kegiatan katalogisasi secara garis
besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan, yaitu katalogisasi deskriptif. Katalogisasi
deskriptif, mengacu pada fisik bahan perpustakaan (judul, pengarang, jumlah halaman,
dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan tajuk entri utama dan
tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD. Kegiatan kedua adalah
pengindeksan subyek, dimana subyek buku diindeks ke dalam bentuk nomor kelas. Proses
ini biasa disebut juga proses klasifikasi.
Pengolahan bahan pustaka yang mencakup pengolahan dan pelayan bahan pustaka
menurut Anglo American Cataloguing Rules (AACR) masih sederhana dan konvensional,
serta sarana penelusuran informasi hanya terbatas pada kartu katalog yang disajikan secara
manual saja. Seirung perkembangan teknologi, bahan pustaka telah banyak beralih
menjadi bentuk digital. Begitu pula dengan bentuk pengolahannya yang harus berbasis
komputer, sarana temu kkembali informasi yang terbacakan mesin komputer melalui
katalog terpasang atau yang dikenal dengan Online Public Access Cataloging (OPAC)
RDA merupakan hasil dari International Conference on the Principles & Future
Development of AACR yang diselenggarakan di Toronto pada tahun 1997 (Joint Steering
Committee for Development of RDA, 2008). RDA merupakan istilah untuk peraturan
katalog yang baru, yang berbasis pada AACR, yang merupakan standar deskripsi
bibliografi yang paling banyak digunakan di dunia, yang dikembangkan oleh Komite
Bersama untuk Revisi AACR.
Menurut Himayah (2013) Resource Description and Access atau RDA adalah suatu
standar untuk deskripsi dan akses baru yang dibuat untuk menggantikan AACR pada tahun
2009. RDA dikembangan sebagai sarana katalogisasi generasi baru yang didesain untuk
dunia digital. RDA akan berisi instruksi untuk pendeskripsian semua jenis material,
termasuk versi digital dan online. Deskripsi akan dapat digunakan dalam lingkungan
digital dalam katalog web-based dan layanan penelusuran. Standar RDA dirilis sebagai
sarana berbasis web dan bukan tercetak seperti AACR sekarang ini.
RDA resmi menggantikan AACR, setelah mulai diimplementasikan tahun 2010 oleh
perpustakaan di AS, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Australia dan akan menyusul Jerman
dan Perancis (Joint Steering Committee of RDA, 2011). Negara-negara lainnya di Asia
seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, China masih dalam proses persiapan
pengimplementasian sistem ini, mungkin termasuk juga Perpustakaan Nasional RI.
B. Pembahasan
1. Struktur RDA
Menurut Ahmad (2017) RDA merupakan standar pengatalogan baru yang dapat
digunakan dengan berbagai encoding data, mislanya : MODS (Metadata Object
Description Standard), MARC, Dublin Core. MARC merupakan standar encoding
yang paling banyak dipakai di lingkungan perpustakaan untuk menjaga kontinutas,
RDA harus kompatibel dengan MARC. RDA juga memerhatikan perkembangan
standar-standar untuk lembaga non perpustakaan (Arsip, museum, penerbit,
dlsb.).RDA terbit Juni 2010 sebagai komponen dari RDA Toolkit. RDA merupakan
hasil kerjasama international sebuah komite bersama, yaitu Joint Steering for
Development of RDA.
Menurut Triani (2017) ada tiga bagian utama di RDA, ditambah beberapa
lampiran (untuk penggunaan huruf kapital, singkatan, kata sandang, penyajian data
deskriptif dan data pengendalian titik temu) , suatu daftar istilah, dan index. Ketiga
bagian utama adalah:
Penyusunan standar RDA dirilis sebagai alat bantu berbasis web (RDA Toolkit
Online) dan bukan tercetak seperti AACR sekarang ini yang dirancang untuk
kebutuhan dunia digital dan bisa disesuaikan dengan besar-kecilnya perpustakaan,
jenis perpustakaan, kebijakan perpustakaan, dll. Meskipun terdapat banyak perubahan
signifikan, namun RDA dibangun di atas fondasi AACR yang telah lama digunakan
oleh pustakawan untuk menghasilkan jutaan katalog di seluruh dunia sejak diterapkan
lebih dari beberapa dekade.
Menurut Triani (2017) RDA dirancang untuk pengatalogan semua jenis bahan
pustaka, terutama sekali untuk pengatalogan bahan pustaka digital. Pengatalogan RDA
dapat dikodekan menggunakan skema metadata yang ada seperti, MARC 21,
Dublioncore, MODS, juga dapat dikodekan ke skema metadata lainnya. Penerapan
RDA di perpustakaan juga berdampak pada sarana penelusuran informasi, dimana
penggunaan katalog kartu akan digantikan dengan penggunaan katalog online.
Kegiatan katalogisasi secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan, yaitu
katalogisasi deskriptif. Katalogisasi deskriptif, mengacu pada fisik bahan perpustakaan
(judul, pengarang, jumlah halaman, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi
bibliografi, menentukan tajuk entri utama dan tambahan.
a. Bahan perpustakaan yang memiliki lebih dari tiga pengarang dalam kebijakan
penerapan RDA harus mencantumkan semua nama pengarang yang tertera.
b. Untuk suatu karya yang memiliki jenis media yang berbeda, masing-masing
dibuatkan deskripsinya dan ditetapkan satu judul yang dipilih sebagai judul
utama.
c. Istilah yang digunakan pada RDA mewakili Content, Media dan Carrier.
Hal yang paling utama pada saat akan diterapkan RDA adalah perubahan pada
sistem aplikasi perpustakaan, terutama penambahan dan perubahan ruas yang
disesuaikan dengan perubahan konsep dan deskripsi pengatalogan harus sejalan dengan
format MARC.
C. Kesimpulan
RDA dirancang untuk pengatalogan semua jenis bahan pustaka, terutama sekali
untuk pengatalogan bahan pustaka digital. Pengatalogan RDA dapat dikodekan
menggunakan skema metadata yang ada seperti, MARC 21, Dublioncore, MODS, juga
dapat dikodekan ke skema metadata lainnya. Penerapan RDA di perpustakaan juga
berdampak pada sarana penelusuran informasi, dimana penggunaan katalog kartu akan
digantikan dengan penggunaan katalog online.
Daftar Pustaka
Himayah. (Mei, 2013). Resource Description and Accsess (RDA) sebagai Peraturan Baru
Katalogisasi. Jurnal Iqra, Vol. 7, 1-8.
Pedoman RDA: resource description and accsess. (2016). Jakarta: Perpustakaan Nasional.