Seorang bapak berusia 42 tahun datang ke rumah sakit dekat rumahnya. Bapak ini
mengeluhkan nyeri dada, ia menunjuk rasa nyerinya ternyata di bagian substernal. Ia juga
merasa nyerinya lama sekali, kurang lebih 20 menit an nyerinya. Dengan begitu bapak ini
mengaku aktivitasnya terganggu, karena sedikit-sedikit nyerinya muncul dan agak lama.
Tubuhnya juga sering mengeluarkan keringat, padahal juga tidak dalam ruangan yang panas.
Saat diperiksa untuk menegakkan diagnosis, didapatkan peningkatan abnormal enzim CKMB
dan Troponin nya.
1. Dari hasil gambaran dan penegakan diagnosis, kira-kira hasil apa yang didapatkan? Dan apa
yang membuat semakin menguatkan diagnosis nya?
A. Non STEMI MI, peningkatan enzim CKMB
B. STEMI MI, peningkatan enzim CKMB
C. STEMI MI, nyeri dada lebih dari 20 menit
D. Non STEMI, lama kurang dari 20 menit
E. STEMI, peningkatan Troponin
2. Manakah dibawah ini untuk terapi medis yang sesuai dengan diagnosis diatas?
A. Penggunaan beta-blocker IV jika ada takikardia dan decomp cordis
B. Harus menggunakan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE inhibitor) setelah
pulang dari rumah sakit selama tidak ada kontraindikasi.
C. CCB dihidropiridin direkomendasikan sebagai pengganti beta-blocker pada pasien
diatas.
D. Antagonis Aldosteron dalam semua penyakit nyeri
E. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE inhibitor) jika ada takikardia, nyeri, dan
decomp cordis
Pembahasan :
Diatas adalah Angina Unstable (UA)/ NSTEMI
NSTEMI adalah sindroma klinik yang disebabkan oleh oklusi parsial atau emboli distal arteri
koroner
Saat dianamnesis didapatkan beberapa hasil yaitu :
-Nyeri dada substernal
-Lama lebih dari 20 menit
-Keringat dingin
- Dapat disertai penjalaran kelengan kiri, punggung, rahang dan ulu hati
- Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko: kencing manis, kolesterol, darah tinggi, keturunan
Dan yang paling menggarisbawahi NSTEMI ini yaitu didapatkan hasil peningkatan abnormal
enzim CKMB(Creatin Kinase Miokard Band) dan Troponin
Manajemen medis UA / NSTEMI terdiri dari terapi beta-blocker, ACE inhibitor / blocker
reseptor angiotensin, antagonis aldosteron, inhibitor reduktase HMG-CoA, blocker saluran
kalsium, nitrat, terapi antiplatelet, dan terapi antikoagulasi. Pengobatan dengan fibrinolytics
(tPA) TIDAK dianjurkan untuk manajemen UA / NSTEMI, hanya untuk STEMI dalam kasus
tertentu
CCB dihidropiridin adalah obat yang direkomendasikan sebagai pengganti beta-blocker pada
pasien dengan asma berat dan angina tidak stabil atau peningkatan infark miokard non-ST.
Sementara ada sedikit data tentang keefektifan beta-blocker selama UA / NSTEMI, ada banyak
selama STEMI.
Sumber :
Brauwald, Eugene. 2011. Unstable Angina and Non–ST Elevation Myocardial Infarction.
American Journal Cricital Care Medicine. ATS Journal
Malik, Ahmad. Hajira Basit. 2019. Non ST Segment Elevation (NSTEMI) Myocardial
Infarction. NCBI
ATEROSKELROSIS
Seorang ibu datang ke rumah sakit bersama anaknya. Ternyata si ibu ini terkena stroke.
Anaknya menjelaskan bahwa si ibu sering kehilangan kesadaran, sakit kepala tiba tiba,
aktivitas nya sangat terganggu karena sering merasa kelelahan, penglihatannyaa juga terganggu
sering buram dan menghitam. Dokter menjalaskan bahwa banyak sekali etiologi dari stroke ini.
Salah satunya aterosklerotik bisa menyebabkan stroke, apabila dilihat dari kondisi dan postur
tubuh dari si ibu ini.
3. Terdapat beberapa perjalanan dan alur aterosklerosis secara histopatologik. Bagaimana
ururtan dan tahap-tahap tersebut?
A. Fatty Streak, Fibrosis, Lesi komplikata
B. Fibrosis, plak ateroma, fatty streak
C. Plak Ateroma, Fibrosis, ulserasi
D. Lesi komplikata, kalsifikasi, ulserasi
E. Kalsifikasi, Ulserasi, Fibrosis
4. Aterosklerosis itu dapat dimulai pada usia anak-anak meskipun terkadang tidak
memunculkan gejala-gejala yang khas, namun tetap melewati atau bermanifestasi sendiri
melalui beberapa mekanisme. Berikut mekanisme yang benar dan terkait atersklerotik adalah?
A. Pelebaran lumen vaskuler yang diikuti pembentukan trombus
B. Penyempitan lumen vaskuler tanpa diikuti pembentukan trombus
C. Ruptur plak yang diikuti pembentukan trombus
D. Kuatnya dinding pembuluh darah yang diikuti pembentukan aneurisma
E. Rusaknya sumber tromboembolus, tetapi tidak mengalami kerusakan organ
Pembahasan :
Aterosklerosis merupakan suatu kondisi dimana terjadi pembentukan plak di dalam lumen
pembuluh darah arteri. Aterosklerosis ini bisa menyebabkan stroke, iskemia, dan infark
jantung. Ada beberapa perjalanan aterosklerosis secara histopatolgik
a. Lesi awal (fatty streak) : merupakan lesi arterosklerosis yang awal dan pertama kali
ditemukan pada saat terjadinya kerusakan sel endotelial di daerah percabangan arterial karena
stress regangan (shear stress).
b. Lesi lanjut (fibrosis, plak ateroma) : konversi dari fatty streak ke lesi fibrotik yang ditandai
dengan adanya tutup fibrotik (fibrotic cap). Fibrotic cap ini berwarna agak keputih – putihan ,
berkalsifikasi dan dapat menonjol ke dalam lumen sehingga dapat menyebabkan sumbatan
parsial dari arteri
c. Lesi komplikata (ulserasi, kalsifikasi) : terdapat dalam jumlah banyak dengan adanya
peningkatan umur. Bagian dari inti plak yang mengalami komplikasi akan menyebabkan
ukuran menjadi bertambah besar dan dapat mengalami perkapuran. Ulserasi dan perdarahan
menyebabkan trombosis, pembentukan aneurisma, dan diseksi dari dinding pembuluh darah
yang akan menyebabkan timbulnya gejala penyakit
Lalu untuk manifestasi klinik dari aterosklerosis yaitu
-Penyempitan lumen vaskuler (misal gangren pada tungkai karena aterosklerosis dapat memicu
stenosis arteri)
-Ruptur plak diikuti adanya trombus
-Dinding pembuluh darah yang semakin lemah diikuti ruptur dan aneurisma
-Pembentukan sumber debris tromboembolus yang berefek pada rusaknya organ sebelah di
distal.
Sumber :
Rahman, Arif. 2012. Faktor – Faktor Risiko Mayor Aterosklerosis pada Berbagai Penyakit
Aterosklerosis di Rsup Dr. Kariadi Semarang . Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang.
ANTI-PLATELET
5. Pasien PJK yang datang ke suatu rumah sakit tipe B lalu diobati secara konservatif. Pasien
yang datang ini merupakan pasien PJK yang sudah terdokumentasi terdapat penyempitan atau
lesi aterosklerosis di pembuluh darah koroner (dengan MSCT atau angiografi koroner) namun
tidak dilakukan tindakan intervensi bedah atau pemasangan stent. Penderita PJK ini akhirnya
diberikan edukasi perihal kendali faktor risiko seperti kendali hipertensi (tekanan darah sistolik
harus kurang dari 130 mmHg), kendali gula darah (gula darah puasa kurang dari 110 mg/dl),
kendali kolesterol (kadar LDL < 70 mg/dl), dan penderita harus berhenti merokok.
Dokter memberikan obat-obatan golongan antiplatelet pada pasien. Obat anti-platelet yang
seperti apa yang diberikan dokter?
A. Aspirin, Clopidogrel
B. Aspirin, nitrat
C. Nitrat, clopidogrel
D. Verapamil, nitrat
E. Aspirin, Verapamil
Pembahasan :
Anti platelet menjadi salah satu obat penting untuk pencegahan sekunder pada pasien-pasien
yang menderita penyempitan pembuluh darah koroner atau penyakit jantung koroner (PJK).
Contoh dari obat anti platelet yaitu aspirin dan clopidogrel. Aspirin bekerja dengan
menghambat enzim siklooksigenase sehingga menghambat produksi tromboksan A2 (TXA2).
Sedangkan clopidogrel secara kompetitif dan irreversibel menghambat adenosine diphospate
(ADP) P2Y12 reseptor. Adenosine diphosphate yang berikatan dengan P2Y12 reseptor
menginduksi perubahan ukuran platelet dan melemahkan agregasi platelet sementara.
Obat-obatan yang dikonsumsi sesuai panduan adalah golongan antiplatelet seperti Aspirin 80
mg atau Clopidogrel 75 mg (pilih salah satu) diberikan dalam dosis tunggal dan dikonsumsi
jangka panjang dengan pantauan klinik tiap 3-6 bulan
Hal yang harus diperhatikan pada pemberian antiplatelet yaitu memastikan obat dikonsumsi
sesudah makan dan memperhatikan tanda-tanda gastritis atau feses yang menjadi hitam.
Hindari penggunaan dua macam anti platelet (Dual anti platelet) tanpa indikasi kecuali untuk
pasien-pasien PJK pasca pemasangan stent yang diberikan dua macam antiplatelet selama 1
tahun.
Sumber :
Dr. Isman Firdaus, SpJP(K), FIHA, FAPSIC, FESC, FSCAI. Penggunaan Obat Anti Platelet
pada Pasien Penyakit Jantung Koroner. Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta
STEMI DAN NON-STEMI
STEMI NON-STEMI
Definisi Kejadian oklusi mendadak di Sindroma klinik yang
arteri koroner epikardial disebabkan oleh oklusi
dengan gambaran EKG parsial atau emboli distal
elevasi segmen ST arteri koroner,tanpa elevasi
segmen ST pada gambaran
EKG.
Nyeri Dada Kurang dari 20 menit Lebih berat dan lama, lebih
dari 30 menit
Kriteria Diagnosis Tidak ada peningkatan Terdapat peningkatan
abnormal enzim CKMB abnormal enzim CKMB
dan/atau Troponin dan/atau Troponin
EKG EKG : EKG:
- Elevasi segmen ST> 1 mm - Tidak ada elevasi segmen
di minimal dua lead yang ST
berdekatan,
- Ada perubahan segmen ST
- Terdapat evolusi pada EKG atau gelombang T
1 jam kemudian
Diagnosis Banding Angina prinzmetal, LV Stroke, gagal jantung
aneurisma, Perikarditis,
Early repolarisasi.
Pacemaker, LBBB lama
ANGINA STABLE DAN UNSTABLE