Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERNALAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATERI


INDUKSI MATEMATIKA DI SMA NEGERI 1 BAKI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Metodologi Penelitian Matematika I

Dosen Pengampu : Sutopo, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

KELOMPOK 6-A

1. Dwi Rizki Amalia K1316018


2. Muhammad Nashiruddin K1316038
3. Soraya Fajarwati K1316060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2018
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul 1
Daftar Isi 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang Masalah 3
B. Identifikasi Masalah 4
C. Pembatasan Masalah 5
D. Rumusan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 6
F. Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS 7
A. Kajian Pustaka 7
B. Kerangka Berfikir 19
C. Hipotesis 21
BAB III METODE PENELITIAN 22
A. Tempat dan Waktu 22
B. Desain Penelitian 22
C. Populasi dan Sampel 25
D. Teknik Pengambilan Sampel 25
E. Teknik Pengumpulan Data 26
F. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 26
G. Teknik Analisis Data 28
H. Prosedur Penelitian 23
Daftar Pustaka 34

2
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam kemajuan


suatu bangsa. Suatu bangsa dikatakan maju apabila bangsa tersebut
mempunyai kualitas pendidikan yang baik. Banyak upaya yang ditelah
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, namun pada
kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia saat ini tergolong masih
rendah. Demikian halnya dalam pendidikan matematika, meskipun telah
banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pada
kenyataanya prestasi yang dicapai siswa masih rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa usaha perbaikan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
belum sepenuhnya berhasil. Kualitas pendidikan yang baik dapat dilihat
melalui proses pembelajaran dan hasil prestasi belajar siswa. Selain guru,
siswa harus berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran. Salah satu
wujud keaktifan siswa ditunjukkan dalam kemandirian siswa dalam belajar.

Matematika yang mana sebagai suatu disiplin ilmu yang secara jelas
mengandalkan proses berpikir. Proses berpikir tersebut digunakan dalam
pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep sendiri salah satu
kemampuan siswa yang dibutuhkan yaitu kemampuan penalaran. Kemampuan
penalaran merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika. Kemampuan penalaran matematis siswa yang rendah akan
mempengaruhi kualitas belajar siswa yang akan berdampak pada rendahnya
prestasi hasil belajar siswa. Siswa dengan kemampuan penalaran yang rendah
akan selalu mengalami kesulitan menghadapi permasalahan. Kemampuan
penalaran siswa harus diasah agar siswa dapat menggunakan nalar yang logis

3
dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Salah satu materi yang
membutuhkan kemampuan penalaran siswa yaitu materi induksi matematika.
Dalam materi tersebut, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan penalaran
yang baik agar siswa mampu memahami materi tersebut secara maksimal.

Selain kemampuan penalaran siswa yang digunakan untuk


meningkatkan prestasi siswa, kemandirian belajar juga turut andil dalam
upaya siswa untuk memahami konsep matematika. Akan tetapi, kemandirian
belajar masih menjadi hambatan. Beraneka ragam kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam pembelajaran mandiri dari mulai kurang paham terhadap konsep
sampai motivasi yang kurang menyebabkan hasil belajar yang diraihpun
menjadi kurang maksimal sehingga jauh dari target yang diinginkan. Dari sini,
kita ketahui bahwa kemampuan penalaran siswa dan juga kemandirian belajar
siswa memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Dari masalah di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian


dengan judul “Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dan Kemampuan
Penalaran Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Induksi
Matematika Di SMA Negeri 1 Baki Tahun Pelajaran 2018/2019”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka
diperoleh beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Matematika dianggap sulit dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
2. Dalam kegiatan belajar, kemampuan penalaran siswa berbeda-beda, ada
yang tinggi, sedang maupun rendah. Sehingga dalam hal ini
memungkinkan adanya perbedaan prestasi belajar siswa
3. Kemandirian belajar siswa pada materi induksi matematika dimungkinkan
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa

4
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang


dikaji dapat terarah dan lebih mendalam, maka masalah tersebut dibatasi
sebagai berikut:

1. Kemandirian belajar dibatasi pada keinginan yang kuat dalam usaha


mencapai prestasi belajar sesuai dengan yang diharapkan dan dilandasi
oleh perasaan, harapan dan pemusatan perhatian pada pelajaran
matematika khususnya materi Induksi Matematika.
2. Kemampuan penalaran siswa dibatasi pada kemampuan penalaran untuk
menyelesaikan masalah pada pelajaran matematika khususnya materi
Induksi Matematika.
3. Prestasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar
matematika dengan pokok bahasan Induksi Matematika.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan pada
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan
prestasi belajar siswa pada materi Induksi Matematika?
2. Apakah terdapat hubungan positif antara kemampuan penalaran siswa
dengan prestasi belajar siswa pada materi Induksi Matematika?
3. Apakah terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan
kemampuan penalaran siswa?

5
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi
belajar siswa pada materi InduksiMatematika
2. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan penalaran siswa dengan
prestasi belajar siswa pada materi Induksi Matematika
3. Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dengan
kemampuan penalaran siswa

F. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini penulis berharap semoga hasilnya dapat berguna
untuk:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru dan peneliti
sebagai calon guru untuk memperhatikan kemandirian belajar serta proses
penalaran dalam proses belajar mengajar matematika untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran matematika
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah dan
pendorong motivasi untuk meneliti pada masalah yang lain atau mata
pelajaran yang lain

6
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Kemandirian Belajar
a. Pengertian Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapat awalan ke
dan akhiran an yang membentuk suatu kata keadaan atau kata benda.
Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai
kemandirian tidak dapat dipisahkan dari pembahasan diri itu sendiri, yang
dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self karena diri itu
merupakan inti dari kemandirian (Ali & Asrori, 2008:109).
Dalam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata
“independence” yang artinya suatu kondisi dimana seseorang tidak
tergantung pada orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap
percaya diri (Chaplin, 2011:343).
Emil Durkheim mendefinisikan kemandirian sebagai elemen
esensial ketiga dari moralitas yang bersumber pada kehidupan masyarakat.
Kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor yang menjadi
prasyarat yaitu:
1) Disiplin yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas, serta
2) Komitmen terhadap kelompok (Ali & Asror, 2008:110)
Parker (2005:227) berpendapat bahwa kemandirian berkenaan
dengan tugas dan keterampilan bagaimana mengerjakan sesuatu,
mencapai sesuatu dan bagaimana mengelola sesuatu. Kemandirian juga
berarti adanya kemampuan menyelesaikan suatu hal sampai tuntas.
Kemandirian berkenaan dengan dimilikinya tingkat kompetensi fisikal

7
tertentu sehingga hilangnya kekuatan atau koordinasi tidak akan pernah
terjadi ditengah upaya seseorang mencapai sasaran. Kemandirian berarti
tidak adanya keragu – raguan dalam menetapkan tujuan dan tidak dibatasi
oleh kekuatan akan kegagalan.
Menurut Erickson (Monks, 2002:272) “Kemandirian yaitu suatu
sikap usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk
menemukan dirinya dengan proses mencari identitas ego yaitu merupakan
perkembangan kearah yang mantap untuk berdiri sendiri”.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kemandirian dapat diartikan sebagai usaha seseorang untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan melepaskan diri dari
orangtua atau orang dewasa untuk mengerjakan sesuatu atas dorongan
diri sendiri dan kepercayaan diri tanpa adanya pengaruh dari lingkungan
dan ketergantungan pada orang lain, adanya kebebasan mengambil
inisiatif untuk mengatur kebutuhan sendiri, dan mampu memecahkan
persoalan dan hambatan yang dihadapi tanpa bantuan orang lain.
Kemampuan tersebut hanya mungkin dimiliki jika seseorang
berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang
dikerjakan atau diputuskannya, baik dalam segi manfaat maupun kerugian
yang akan dialaminya.
Menurut Masrun (Widayatie, 2009:19) kemandirian ditunjukkan
dalam beberapa bentuk, yaitu:
1) Tanggungjawab, yaitu kemampuan memikul tanggungjawab,
kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas, mampu
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya, kemampuan menjelaskan
peranan baru, memiliki prinsip mengenai apa yang benar dan salah
dalam berfikir dan bertindak.
2) Otonomi, ditunjukkan dengan mengerjakan tugas sendiri, yaitu suatu
kondisi yang ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas

8
kehendak sendiri dan bukan orang lain dan tidak tergantung pada
orang lain dan memiliki rasa percaya diri dan kemampuan mengurus
diri sendiri.
3) Inisiatif, ditunjukkan dengan kemampuan berfikir dan bertindak
secara kreatif.
4) Kontrol Diri, kontrol diri yang kuat ditunjukkan dengan pengendalian
tindakan dan emosi mampu mengatasi masalah dan kemampuan
melihat sudut pandang orang lain.
Mustafa berpendapat bahwa ciri – ciri kemandirian adalah sebagai
berikut:
1) Mampu menentukan nasib sendiri, segala sikap dan tindakan yang
sekarang atau yang akan datang dilakukan oleh kehendak sendiri dan
bukan karena orang lain atau tergantung pada orang lain.
2) Mampu mengendalikan diri, yakni untuk meningkatkan pengendalian
diri atau adanya kontrol diri yang kuat dalam segala tindakan,
mampu beradaptasi dengan lingkungan atas usaha dan mampu
memilih jalan hidup yang baik dan benar.
3) Bertanggungjawab,yakni kesadaran yang ada dalam diri seseorang
bahwa setiap tindakan akan mempunyai pengaruh terhadap orang lain
dan dirinya sendiri serta bertanggungjawab dalam melaksanakan
segala kewajiban baik itu belajar maupun melakukan tugas – tugas
rutin.
4) Kreatif dan inisiatif, kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif
dan inisiatif sendiri dalam menghasilkan ide –ide baru.
5) Mengambil keputusan dan mengatasi masalah sendiri,memiliki
pemikiran, pertimbangan, pendapat sendiri dalam mengambil
keputusan yang dapat mengatasi masalah sendiri, serta berani
mengahadapi resiko terlepas dari pengaruh atau bantuan dari pihak
lain.

9
Menurut Parker ciri – ciri kemandirian yaitu:
1) Tanggungjawab, yaitu memiliki tugas untuk menyelesaikan sesuatu
dan diminta pertanggungjawaban atas hasil kerjanya. Individu
tumbuh dengan pengalaman tanggungjawab yang sesuai dan terus
meningkat. Sekali seorang dapat meyakinkan dirinya sendiri maka
orang tersebut akan bisa meyakinkan orang lain dan orang lain akan
bersandar kepadanya. Oleh karena itu individu harus diberi
tanggungjawab dan berawal dari tanggungjawab untuk mengurus
dirinya sendiri.
2) Indepedensi, yakni merupakan kondisi dimana seseorang tidak
tergantung pada otoritas dan tidak membutuhkan arahan dari orang
lain, indepedensi juga mencakup ide adanya kemampuan mengurus
diri sendiri dan menyelesaikan masalah sendiri.
3) Otonomi dan kebebasan untuk menentukan keputusan sendiri, yakni
kemampuan menentukan arah sendiri berarti mampu mengendalikan
atau mempengaruhi apa yang akan terjadi kepada dirinya sendiri.
Dalam pertumbuhannya, individu seharusnya menggunakan
pengalaman dalam menentukan pilihan, tentunya dengan pilihan
yang terbatas dan terjangkau yang bisa mereka selesaikan dan tidak
membawa mereka menghadapi masalah yang besar.
Dari beberapa ciri – ciri yang dikemukakan para ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa kemandirian itu ditandai dengan adanya
tanggungjawab, bisa menyelesaikan masalah sendiri, serta adanya
otonomi dan kebebasan untuk menentukan keputusan sendiri

10
b. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu
proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Slameto (2010: 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Sugihartono (2007: 74) “Belajar merupakan suatu proses
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan
tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanen atau
menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya”.
Menurut Ngalim (2006: 102) “Belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam
tingkah laku dan atau kecakapan”.
Wina (2009: 112) mengungkapkan “Belajar adalah proses mental
yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya
perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi
individu dengan lingkungan yang disadari”.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dalam wujud perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri karena adanya interaksi dengan
lingkungan yang disadari.

11
c. Pengertian Kemandirian Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mandiri adalah ”berdiri
sendiri”. Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak
menggantungkan diri kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki
keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar, bersikap, berbangsa maupun
bernegara (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1990:13).
Menurut Stephen Brookfield (2000:130-133) mengemukakan
bahwa “Kemandirian belajar merupakan kesadaran diri, digerakkan oleh
diri sendiri, kemampuan belajar untuk mencapai tujuannya”.
Desi Susilawati, (2009:7-8) mendiskripsikan kemandirian belajar
sebagai berikut:
1) Siswa berusaha untuk meningkatkan tanggung jawab dalam
mengambil berbagai keputusan.
2) Kemandirian dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap
orang dan situasi pembelajaran.
3) Kemandirian bukan berarti memisahkan diri dari orang lain.
4) Pembelajaran mandiri dapat mentransfer hasil belajarnya yang berupa
pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi.
5) Siswa yang belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya
dan aktivitas seperti membaca sendiri, belajar kelompok, latihan dan
kegiatan korespondensi.
6) Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan seperti
berdialog dengan siswa, mencari sumber, mengevaluasi hasil dan
mengembangkan berfikir kritis.
7) Beberapa institusi pendidikan menemukan cara untuk mengembangkan
belajar mandiri melalui program pembelajaran terbuka.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang mandiri tidak
tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab

12
sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar
akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang
dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang
lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam
proses pembelajaran.
Anton Sukarno (1989:64) menyebutkan ciri-ciri kemandirian
belajar sebagai berikut: Siswa merencanakan dan memilih kegiatan
belajar sendiri Siswa berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara
terus menerus Siswa dituntut bertanggung jawab dalam belajar Siswa
belajar secara kritis, logis, dan penuh keterbukaan Siswa belajar dengan
penuh percaya diri
Menurut Sardiman ciri-ciri kemandirian belajar yaitu meliputi:
1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak
atas kehendaknya sendiri
2) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan
3) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk
mewujudkan harapan
4) Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif dan
tidak sekedar meniru
5) Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk
meningkatkan prestasi belajar
6) Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan
tanpa mengharapkan bimbingan dan tanpa pengarahan orang lain.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
belajar adalah sikap mengarah pada kesadaran belajar sendiri dan segala
keputusan, pertimbangan yang berhubungan dengan kegiatan belajar
diusahakan sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses
belajar tersebut.

13
2. Kemampuan Penalaran
a. Kemampuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan berasal dari
kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu,
sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan.
Sedangkan menurut Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge (2009: 57).
kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam
menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam
tugas dalam suatu pekerjaan.
Selanjutnya Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge (2009: 57-
61) menyatakan bahwa kemampuan keseluruhan seorang individu pada
dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu :
1) Kemampuan Intelektual, merupakan kemampuan yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktifitas mental (berfikir, menalar dan
memecahkan masalah).
2) Kemampuan Fisik, merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas
yang menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan, dan karakteristik
serupa.

b. Pengertian Penalaran
Menurut R.G Soekadijo penalaran adalah suatu bentuk pemikiran.
Sedangkan menurut W. Poespoprodjo ilmu penalaran atau logika adalah
ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat. Dengan kata lain
ditunjuk sasaran atau bidang logika, yaitu kegiatan pikiran atau akal budi
manusia. Dengan berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk “mengolah”

14
pengetahuan yang kita terima melalui panca indera, dan ditunjukkan untuk
mencapai suatu
kebenaran.
Fadjar Shadiq mengatakan “Penalaran merupakan suatu kegiatan,
suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan
atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan
sebelumnya”.
Penalaran merupakan salah satu kejadian dari proses berpikir.
Pengertian mengenai berpikir (thinking) yaitu serangkaian proses mental
yang banyak macamnya seperti mengingat kembali sesuatu hal, berkhayal,
menghafal, menghitung dalam kepala, menghubungkan beberapa
pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau mengira-ngira berbagai
kemungkinan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penalaran
merupakan proses berpikir mengingat kembali sesuatu hal, berkhayal,
menghafal, menghitung dalam kepala, menghubungkan beberapa
pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau mengira-ngira berbagai
kemungkinan. dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

c. Pengertian Kemampuan Penalaran


Berdasarkan definisi kemampuan dan penalaran diatas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan penalaran adalah kesanggupan atau
kecakapan seorang individu untuk melakukan suatu proses berpikir seperti
mengingat kembali sesuatu hal, berkhayal, menghafal, menghitung dalam
kepala, menghubungkan beberapa pengertian, menciptakan sesuatu
konsep atau mengira-ngira berbagai kemungkinan sehingga dapat menarik
kesimpulan.

15
3. Prestasi Belajar Materi Induksi Matematika
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Sumadi (2002:297), “Prestasi Belajar sebagai nilai yang
merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait
dengan kemajuan atau Prestasi Belajar siswa selama waktu tertentu”.
Bukti keberhasilan dari seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar
atau mempelajari sesuatu merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh
siswa dalam waktu tertentu.
Menurut Nana (2009: 102) :
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas
yang dimiliki oleh seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh
seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam
bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik.
Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha
belajar. Dengan mengetahui prestasi belajar, dapat diketahui kedudukan
anak di dalam kelas. Seperti yang dinyatakan oleh Sutratinah (2001: 43)
bahwa “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang
dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam
periode tertentu”.
Berdasarkan beberapa pengertian prestasi belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian dari kegiatan
belajar yang telah dilakukan dan merupakan bentuk perumusan akhir
yang diberikan oleh guru untuk melihat sampai dimana kemampuan siswa
yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai.

16
b. Pengertian Materi Induksi Matematika
Induksi matematika adalah metode pembuktian yang sering
digunakan untuk menentukan kebenaran dari suatu pernyataan yang
diberikan dalam bentuk bilangan asli. Induksi matematika merupakan
teknik pembuktian yang baku dalam matematika. Melalui induksi
matematika, kita dapat mengurangi langkah pembuktian yang sangat rumit
untuk menemukan suatu kebenaran dari suatu pernyataan matematis hanya
dengan sejumlah langkah terbatas. Prinsip induksi matematika memiliki
efek domino (jika suatu domino disusun berjajar dengan jarak tertentu,
saat satu ujung domino dijatuhkan ke arah domino lain, maka semua
domino akan jatuh satu per satu).
Pertama mengetahui penggunaan induksi matematis adalah dalam
karya matematis abad ke-16 Francesco Maurolico (1494-1575). Maurolico
menulis secara ekstensif pada karya-karya matematika klasik dan
membuat banyak kontribusi kepada geometri dan optik. Dalam bukunya,
Arithmeticorum Libri Duo, Maurolico menyajikan berbagai sifat-sifat
bilangan bulat bersama-sama dengan bukti dari sifat-sifat ini. Untuk
beberapa bukti sifat-sifat ini ia mengemukakan metode induksi matematis.
Penggunaan metode induksi matematis pertamanya dalam buku ini adalah
untuk membuktikan bahwa jumlah dari n bilangan bulat positif ganjil
pertama sama dengan n2.
Dengan induksi matematika dapat melakukan pembuktian
kebenaran suatu pernyataan matematika yang berhubungan dengan
bilangan asli, bukan untuk menemukan formula. Berikut ini disajikan
prinsip-prinsip induksi matematika:
1) Misalkan P (n) merupakan suatu pernyataan bilangan asli.
Langkah awal (Basic Step) : Buktikan P (1) benar
2) Langkah Induksi (Induction step) : Asumsi P(k) benar.
Akan ditunjukkan P (k+1) benar, untuk setiap k bilangan asli.

17
Pada proses pembuktian dengan prinsip induksi matematika, untuk
langkah awal tidak selalu dipilih n=1, n=2 atau n=3. Tetapi dapat dipilih
sebarang nilai n sedemikian sehingga dapat mempermudah supaya proses
langkah awal dipenuhi. Selanjutnya yang ditemukan dilangkah awal
merupakan modal untuk langkah induksi. Artinya jika p(1) benar maka
P(2) benar, . jika P(2) benar maka P(3) benar demikian seterusnya hingga
disimpulkan P(k) benar. Dengan menggunakan P(k) benar, maka akan
ditunjukkan P(k+1) benar. Jika P(n) memenuhi kedua prinsip induksi
matematika, maka formula P(n) terbukti benar. Jika salah satu dari kedua
prinsip tidak dipenuhi, maka formula P(n) salah.

c. Pengertian Prestasi Belajar Materi Induksi Matematika


Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan induksi matematika
diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar materi induksi
matematika adalah hasil penilaian dari kegiatan belajar yang telah
dilakukan dan merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh
guru untuk melihat sampai dimana kemampuan siswa dalam materi
induksi matematika.

18
B. Kerangka Berpikir

Dari kajian pustaka dapatlah disusun suatu kerangka berpikir guna


memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang timbul, sebagai berikut:

1. Hubungan positif antara kemandirian belajar terhadap prestasi belajar pada


materi induksi matematika.
Dalam suatu proses pembelajaran salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa khususnya pada materi induksi
matematika adalah kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar adalah
sikap yang mengarah pada kesadaran belajar sendiri dan segala keputusan,
pertimbangan yang berhubungan dengan kegiatan belajar diusahakan sendiri
sehingga bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses belajar tersebut.
Siswa dengan kemandirian belajar yang tinggi berarti siswa tersebut
mempunyai kesadaran belajar sendiri, dapat mempertimbangan dan
mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan belajarnya, dapat
berusaha sendiri serta bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses belajar
yang dijalani. Kemandirian siswa yang tinggi akan memungkinkan siswa
memiliki prestasi belajar yang baik khususnya pada materi induksi
matematika.
2. Hubungan positif antara kemampuan penalaran siswa terhadap prestasi belajar
pada materi induksi matematika.
Selain faktor kemandirian belajar, kemampuan penalaran siswa juga
sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi induksi
matematika. Untuk melakukan pembuktian dengan induksi matematika siswa
harus melalui proses menalar seperti mengingat kembali sesuatu hal,
berkhayal, menghafal, menghitung dalam kepala, menghubungkan beberapa
pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau mengira-ngira berbagai
kemungkinan sehingga dapat menarik kesimpulan dari hal yang dibuktikan.
Dengan demikian siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang tinggi

19
akan memungkinkan siswa tersebut memiliki prestasi belajar yang baik
khususnya pada materi induksi matematika.
3. Hubungan positif antara kemandirian belajar dan kemampuan penalaran siswa
terhadap prestasi belajar pada materi induksi matematika.
Kemandirian belajar dan kemampuan penalaran siswa berpengaruh
terhadap prestasi belajar pada materi induksi matematika. Siswa yang
memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan memiliki kesadaran belajar
sendiri dan mampu bertanggung jawab dalam proses pembelajaran yang
diikuti dan siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang baik akan mudah
menyelesaikan soal pada materi induksi matematika. Dengan demikian, jika
siswa memiliki kesadaran belajar sendiri serta mampu bertanggung jawab
dalam proses pembelajaran yang diikuti dan dapat menyelesaikan soal pada
materi induksi matematika dengan baik maka prestasi belajar siswa pada
materi induksi matematika juga akan baik.
Dari berbagai kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan
kerangka penelitian dalam penelitian sebagai berikut:

X1

X2

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian

Keterangan:
X1 : Kemandirian belajar
X2 : Kemampuan penalaran
Y : Prestasi belajar materi induksi matematika

20
C. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas dapat


dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar pada materi induksi matematika.
2. Terdapat hubungan positif antara kemampuan penalaran siswa
terhadap prestasi belajar pada materi induksi matematika.
3. Terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dan kemampuan
penalaran siswa terhadap prestasi belajar pada materi induksi
matematika.

21
22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dikelas X di SMA Negeri 1 Baki Tahun
Pelajaran 2018/2019 semester 2.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2018, tahun
ajaran 2018/2019.

B. Desain Penelitian
1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yang bertujuan


untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dan kemampuan
penalaran siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi Induksi
Matematika.

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif


kuantitatif korelasional yang bersifat ex post fact. Menurut Sutrisno Hadi
(1996:6) mengemukanan bahwa “Metode deskriptif adalah suatu metode
penyelidikan yang membicarakan masalah yang aktual dengan cara
mengumpulkan data, menyusun data, atau mengklasifikasikan data
tersebut, menganalisadan menginterpretasikannya”. Kuantitatif menurut
Suharsimi Arikunto (1996:243) adalah penelitian yang berupa angka-
angka dari hasil perhitungan atau pengukuran.

22
Menurut Suharsimi Arikunto (1996:249) “Koefisien korelasi
adalah suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan
hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan
tingkat hubungan antara variabel-variabel. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa ponelitian deskriptif kuantitatif korelasional adalah
suatu metode yang membicarakan masalah yang ada pada masa sekarang
atau masalah yang aktual dengan berdasar pada fakta-fakta yang ada
dengan cara mengumpulkan data, menyusun kemudian menganalisa data
tersebut ke dalam bentuk angka atau skor, kemudian dicari ada atau
tidaknya hubungan antara variabel bebas dan veriabel terikat. Penelitian
ini berorientasi pada fakta yang tampak dan data yang diperoleh dianalisa
secara statistik dengan metode regresi korelasi.

Menurut Budiono (2003:109) ex post facto adalah data yang


dikumpulkan setelah kejadian yang dipersoalkan telah berlangsung atau
telah lewat. Jadi dalam penelitian ini data variabel bebas diambil dengan
bantuan angket, dan variabel terikatnya dengan dokumentasi. Disamping
itu digunakan studi pustaka sebagai metode bantu dalam mendapat
petunjuk teori-teori sebagai landasan dalam penelitian.

2. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dengan satu variabel
terikat, yaitu:
 Variabel Bebas
1) Kemandirian Belajar
a) Definisi Operasional :
Kemandirian belajar siswa adalah kecenderungan yang ada
pada diri siswa untuk melakukan dan mengendalikan aktivitas

23
belajar sendiri dalam usaha mencapai tujuan yang dianggap
bernilai dan bermanfaat.
b) Skala Pengukuran : skala interval
c) Indikator : skor angket tentang kemandirian
belajar
d) Simbol : X1

2) Kemampuan Bernalar
a) Definisi Operasional :
Kemampuan Bernalar yaitu proses berpikir yang berusaha
menghubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
diketahui menuju kepada suatu kesimpulan
b) Skala Pengukuran : skala interval
c) Indikator : hasil tes psikotes oleh psikolog
d) Simbol : X2

 Variabel Terikat
1) Prestasi Belajar Siswa
a) Definisi Operasional :
Prestasi belajar siswa adalah hasil dari proses pembelajaran
pada materi logika matematika
b) Skala Pengukuran : skala interval
c) Indikator : Nilai Harian Kelas X SMAN 1 Baki
d) Simbol :Y

24
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (1996: 115) berpendapat bahwa “populasi adalah
keseluruhan objek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X SMA Negeri 1 Baki tahun ajaran 2018/2019 sebanyak 5 kelas
yaitu kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, X MIA 4 dan X MIA 5 yang
terdiri dari 170 siswa.
2. Sampel
Suharsimi Arikunto (1996: 115) mengatakan bahwa “sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Suharsimi Arikunto (1996:
120) “bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semuanya sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, sedangkan
jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%”.
Karena populasi terdiri dari 5 kelas sebanyak 170 siswa, maka sampel
diambil 20%. Jadi sampel yang diambil sebanyak 1 kelas sebanyak 34
siswa yaitu kelas X MIA 1.

D. Teknik Pengambilan Sampel


Sutrisno Hadi (2001 :75) mengatakan bahwa “Clustor Random
Sampling” adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan
mengambil kelompok-kelompok dalam populasi. Pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan dengan cara cluster random sampling atau sampling
acak kelompok, yaitu sampling random yang dikenakan berturut-turut
terhadap unit-unit atau sub populasi, sebab populasi terdiri dari beberapa
kelompok yang mempunyai tingkat atau strata yang sama yaitu berupa kelas.
Teknik cluster random sampling memberikan kemungkinan yang sama
bagi setiap kelompok untuk dipilih sebagai sampel. Pada penelitian ini
diambil sampel dari populasi yaitu sebanyak 34 siswa kelas X MIA 1.

25
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan


menggunakan metode angket dan metode dokumentasi. Metode angket
merupakan merupakan metode pengumpulan data yang dilaksanakan dengan
cara mengajukan sejumlah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek
penelitian, responden atau sumber data.

Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh


keterangan tentang kemandirian belajar siswa. Sedangkan metode
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan
penalaran siswa yang diperoleh dari hasil psikotes yang dilakukan oleh
psikolog dan juga data prestasi belajar siswa pada materi Induksi Matematika
melalui nilai Penilaian Harian materi Induksi Matematika.

F. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data tentang


kemandirian belajar terhadap prestasi siswa berupa angket. Angket yang
digunakan berupa pertanyaan-pertanyaan yang dilengkapi dengan alternative
jawaban yang harus dijawab oleh responden sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Angket yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam
jenis angket langsung yang tertutup dalam bentuk pilihan ganda dengan skala
likert. Pemberian skor menurut Suharsini Arikunto (2002 : 215) dengan
kriteria sebagai berikut:

a. Item pertanyaan positif


Skor 4 untuk alternative jawaban sangat setuju (SS)
Skor 3 untuk alternative jawaban setuju (S)

26
Skor 2 untuk alternative jawaban tidak setuju (TS)
Skor 1 untuk alternative jawaban sangat tidak setuju (STS)
b. Item pertanyaan negative
Skor 1 untuk alternative jawaban sangat setuju (SS)
Skor 2 untuk alternative jawaban setuju (S)
Skor 3 untuk alternative jawaban tidak setuju (TS)
Skor 4 untuk alternative jawaban sangat tidak setuju (STS)

Berikut disampaikan prosedur pembuatan angket dalam bentuk


penelitian:
1) Spesifikasi data
Spesifikasi data ditekankan pada konsep yang menjadi
perhatian dalam lingkup masalah dan tujuan penelitian. Konsep
yang telah disusun kemudian dijabarkan kedalam aspek yang dapat
ditentukan dan dapat diukur indicator serta sumber dayanya
2) Pembuatan kisi-kisi angket

Sebelum angket dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya.


Konsep dasar dalam penyusunan angket dalam penelitian ini
adalah tentang kemandirian belajar siswa. Dari variabel dan
indicator yang telah dirumuskan kemudian dapat dibuat kisi-kisi
angket yang masing-masing diwakili oleh item-item sebagai alat
ukur.

3) Penyusunan angket
Penyusunan angket meliputi pembuatan-pembuatan item-item
pertanyaan atau pernyataan, alternative jawaban, surat pengantar
angket dan petunjuk pengisian angket.

4) Uji coba instrumen

27
Uji coba angket dilaksanakan sebelum angket digunakan.
Subjek uji coba angket diambil dari populasi penelitian diluar
sample. Uji coba angket dimaksudkan untuk mendapatkan angket
yang dapat mengukur sesuai keadaan sebenarnya. Hasil uji coba
tersebut kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya, kemudian
digunakan untuk memperbaiki angket tersebut.
a) Uji Validitas
Uji validitas kesahihan butir menggunakan rumus korelasi
Product Moment sebagai berikut:
𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
rxy= 2 2
√(𝑁 ∑𝑋 2−(∑ 𝑋) )(√(𝑁 ∑𝑌 2−(∑ 𝑌) )

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
N = jumlah objek uji coba
X = skor butir angket
Y = skor total angket
Dengan kriteria pengujian :

Jika rxy > r table maka angket dikatan valid.

Jika rxy < r table maka angket dikatan tidak valid.

b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menggunakan rumus alpha sebagai berikut:

𝑘 ∑ 𝛿𝑏2
𝑟11 = ( ) (1 − 2 )
𝑘−1 𝛿𝑡
Keterangan:
𝑟11 : Koefisien Reliabilitas
k : Banyaknya item angket
𝛿𝑏2 : variansi item angket

28
𝛿𝑡2 : variansi total
Dengan kriteria pengujian:

Jika r11 > r table maka angket dikatan reliabel.

Jika r11 < r table maka angket dikatan tidak


reliabel.

5) Perbaikan angket
Perbaikan angket diperlukan untuk memilih butir-butir item
dari angket tersebut merupakan butir yang valid dan reliabel.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi yang
melibatkan 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Hubungan antara X1
(kemandirian belajar), X2 (kemampuan penalaran siswa), Y (prestasi belajar
matematika) pada populasi dimodelkan sebagai berikut:
𝑌𝑖 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝜀𝑖
dengan :
i=1,2,...,n;
𝑌𝑖 = prestasi belajar pada subjek ke-i
𝛽0 = suku tetap;
𝛽𝑖 = koefisien regresi pada Xj; j = 1,2;
𝜀 = residu.

Sebelum dilakukan analisis korelasi, dilakukan uji persyaratan, yaitu : (1) uji
independensi antara variabel X1 dengan X2 , dan (2) uji linearitas regresi antara
X1 dengan Y dan X2 dengan Y.

1. Uji Independensi

29
Uji ini dilakukan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan atau
kaitan antara variabel bebas, yaitu antara X1 (kemandirian belajar) dan X2
(kemampuan penalaran siswa). Bila ternyata tidak terdapat hubungan atau
kaitan antara variabel bebas tersebut, maka variabel-variabel bebas
tersebut bersifat independent atau bebas. Uji independensi antara variabel
X1 (kemandirian belajar) dan X2 (kemampuan penalaran siswa)
menggunakan rumus korelasi momen produk Karl Pearson dan dengan
taraf signifikansi 5%. Dalam penelitian ini digunakan rumus:
𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑋𝑗 −(∑ 𝑋𝑖 )(∑ 𝑋𝑗 )
𝑟𝑥𝑖 𝑥𝑗 = 2 2
√(𝑛 ∑𝑋𝑖 2−(∑ 𝑋𝑖 ) )(√(𝑛 ∑𝑋𝑗 2−(∑ 𝑋𝑗 ) )

Keterangan:

𝑟𝑥𝑖 𝑥𝑗 =koefisien korelasi antara 𝑥𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑥𝑗

n = banyaknya subjek

𝑋𝑖 , 𝑋𝑗 = variabel bebas

Keputusan Uji , jika 𝑟𝑥𝑖 𝑥𝑗 > r table maka variabel bebasnya independent
(tidak ada korelasi)

Dan jika jika 𝑟𝑥𝑖 𝑥𝑗 < r table maka variabel bebasnya dependen (ada
korelasi)

2. Uji Linearitas Regresi


a. Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi
Induksi Matematika
Persamaan regresinya yaitu :
Y = a + bX1
Dengan menggunakan analisis variansi regresi linier sederhana dengan
uji F pada SPSS dan membandingkannya dengan F pada tabel.

30
Jika Fhitung > Ftabel=α,1,n-2 (n adalah jumlah subjek) yang berarti bahwa
koefisien arah persamaan regresinya adalah berarti.
b. Kemampuan Penalaran Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada
Materi Induksi Matematika
Persamaan regresinya yaitu :
Y = a + bX2
Dengan menggunakan analisis variansi regresi linier sederhana
dengan uji F pada SPSS dan membandingkannya dengan F pada tabel.
Jika Fhitung > Ftabel=α,1,n-2 (n adalah jumlah subjek) yang berarti bahwa
koefisien arah persamaan regresinya adalah berarti.

Setelah dilakukan uji independensi dan linearitas regresi, maka dilakukan uji
analisis regresi, sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Hubungan Antara X1 (Kemandirian Belajar)


Dengan Y (Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Induksi Matematika)
Dengan menggunakan analisis variansi regresi linier sederhana
dengan uji t pada SPSS. Jika thitung > ttabel=α,df dengan df = n-k-1 (n adalah
jumlah subjek dan k adalah jumlah variabel independen) maka
kesimpulannya adalah terdapat hubungan positif antara kemandirian
belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi nduksi matematika.

2. Untuk Mengetahui Hubungan Antara X2 (Kemampuan Penalaran


Siswa) Dengan Y (Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Induksi
Matematika)
Dengan menggunakan analisis variansi regresi linier sederhana
dengan uji t pada SPSS. Jika thitung > ttabel=α,df dengan df = n-k-1 (n adalah
jumlah subjek dan k adalah jumlah variabel independen) maka
kesimpulannya adalah terdapat hubungan positif antara kemampuan

31
penalaran siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi induksi
matematika.

3. Untuk Mengetahui Hubungan Antara X1(Kemandirian Belajar) Dan


X2 (Kemampuan Penalaran Siswa) Dengan Y (Prestasi Belajar Siswa
Pada Materi Induksi Matematika)
Dengan menggunakan analisis variansi regresi linier berganda
pada SPSS. Pada tabel model summary jika nilai R mendekati 1 maka
hubungan antara X1 dan X2 sangat kuat. Nilai R2 menunjukkan seberapa
besar porsentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1 dan X2)
terhadap variabel dependen (Y), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Standard
error of the estimated menunjukkan banyaknya kesalahan model regresi
yang memprediksi nilai Y.

Untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2) secara


bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
(Y) maka digunakan uji F pada SPSS. Jika Fhitung > Ftabel=α,df1,df2 (df1 =
jumlah variabel-1 dan df2 = n-k-1 dengan n adalah jumlah subjek dan k
adalah jumlah variabel independen) berarti bahwa terdapat hubungan
positif antara kemandirian belajar siswa dengan kemampuan penalaran
siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa pada materi
induksi matematika. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar
siswa dengan kemampuan penalaran siswa secara bersama-sama terhadap
prestasi belajar siswa pada materi induksi matematika.

32
H. Prosedur Penelitian
Penelitian Korelasional ini haruslah melalui prosedur :
(1) Rumuskan masalah dan Tujuan Penelitian. Rumusan masalah penelitian
jenis ini merupakan rumusan masalah korelasional.
(2) Lakukan penelaahan kepustakaan. Telaah pustaka bertujuan untuk
mendefinisikan konstruks yang terkait dengan variabel penelitian beserta
indikator-indikator pengukurannya. Selain itu, digunakan juga untuk
menyusun kerangka berfikir.
(3) Buatlah hipotesis penelitiannya. Sebaiknya diungkapkan dalam hipotesis
berarah. Misalnya terdapat korelasi positif antara variabel X1 dan X2
dengan Y. Ini menunjukkan bahwa landasan teoritisnya belum kuat.
(4) Buatlah rancangan atau pendekatannya, yang meliputi :
(a) Identifikasikan variabel-variabel yang relevan;
(b) Pilih atau susun alat pengukur (instrumen) yang cocok untuk
mengukur variabel yang telah dipilih;
(c) Jika peneliti memilih untuk menyusun instrumen sendiri, lakukan
validasi pakar dan lakukan uji coba untuk melihat kelayakan butir-
butir dan reliabilitasnya;
(d) Pilih teknik statistik yang cocok untuk masalah yang sedang digarap;
(e) Tentukan populasi dan sampel penelitian.
(5) Kumpulkan data. Data yang dikumpulkan biasanya berupa data berskala
interval. Namun dapat pula data yang berskala ordinal.
(6) Lakukan analisis data yang telah terkumpul dan buatlah interpretasinya.
Analisis statistiknya, biasanya, adalah analisis korelasi dan regresi (bila
semua datanya merupakan data interval).
(7) Susunlah laporan hasil penelitian dan lakukan publikasi melalui
konferensi atau jurnal ilmiah.

33
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009).

Budiyono, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press.

Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Arruz Media, 2010).

Fadjar Shadiq, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi (Yogyakarta: PPPG

Matematika, 2004).

Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika (Semarang: Balai

Diktat Keagamaan Semarang, 2007).

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2010).

34

Anda mungkin juga menyukai