DIAJUKAN UNTUK
DOSEN PENGAMPU :
DIAJUKAN OLEH:
KELOMPOK F
FAKULTAS KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWARAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Paliatif Pada
Pediatrik: Nyeri Pada Pediatrik” Diajukan Untuk sehingga kami dapat membuat serta
menyelesaikan makalah ini. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga
mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Yang terhormat Ibu Ns. Ira Mulya Sari, S.Kep, M.Kep,Sp.Kep.An selaku dosen mata
kuliah keperawatan paliatif
2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaian
makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun
pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
kekurangan- kekurangan tersebut sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................23
3.2 Saran……………………………………………………………………………………………………………………..23
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tentang konsep nyeri pada pediatrik
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dibandingkan nyeri kutaneus, contohnya adalah nyeri pergelangan kaki yang
terkilir.
c. Nyeri Viseral, nyeri yang dihasilkan dari stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cranium dan thorak. Nyeri viseral seringkali disebabkan karena spasme
otot, iskemia, atau regangan jaringan. Obstruksi usus akan mengakibatkan nyeri
viseral.
3. Berdasarkan Lokasi/Letak
a. Nyeri Radiasi
Nyeri radiasi adalah nyeri yang menyebar, dirasakan pada tempat sumber nyeri dan
menyebar ke jaringan sekitarnya, contohnya nyeri jantung mungkin tidak hanya
dirasakan di bagian dada namun menyebar ke sepanjang bahu kiri dan turun ke
lengan.
b. Nyeri Alih (Referred Pain)
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari jaringan yang menyebabkan nyeri.
Nyeri alih contohnya yaitu nyeri bagian visera abdomen yang dirasakan didaerah
kulit yang jauh dari organ penyebab nyeri.
c. Nyeri yang Tidak dapat Dilacak (Intractable Pain)
Nyeri yang tidak dapat dilacak adalah nyeri yang sulit diatasi, misalnya nyeri pada
keganasan tingkat lanjut/ kanker maligna.
d. Nyeri Neuropatik
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pusat atau tepi. Nyeri
neuropatik berlangsung lama, tidak menyenangkan, dan dapat digambarkan sebagai
rasa terbakar, tumpul, dan gatal; nyeri tajam, seperti ditembak dapat juga dirasakan.
e. Nyeri Phantom
Nyeri phantom adalah sensasi yang sangat menyakitkan yang dirasa pada bagian
tubuh yang hilang (mis. kaki yang diamputasi) atau yang mengalami paralisis
karena cedera medulla spinalis. Nyeri neuropatik dapat dibedakan dari sensasi
phantom yaitu perasaan bahwa bagian tubuh yang hilang masih tetap ada.
7
S-severity : keparahan: "Berikan saya nomor antara 0-10 untuk menunjukkan
nyeri kamu."
T-timing: waktu: "? Sudah berapa lama kamu merasakan rasa nyeri ini.
Berapa lama rasa nyeri itu kamu rasakan setiap kali nyeri itu
datang?"
Pengkajian nyeri berdasarkan tingkat perkembangan (James & Ashwill, 2007) yaitu:
8
a. Neonatus dan bayi
- Biasanya menunjukkan perubahan dalam ekspresi wajah, termasuk
mengerutkan kening, menyeringai, alis berkerut, ekspresi terkejut, dan wajah
berkedip.
- Menunjukkan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung dan penurunan
saturasi oksigen.
- Bersuara tinggi, tegang, menangis keras
- Ekstremitas menunjukkan tremor
- Menemukan lokasi nyeri, memijat daerah tersebut dan menjaga bagiannya.
b. Toddler
- Menunjukkan dengan menangis keras
- Mampu menyampaikan secara verbal untuk menunjukkan ketidaknyamanan
seperti “Aduh”, “Sakit”.
- Mencoba untuk menunda prosedur karena dianggap menyakitkan
- Menunjukkan kegelisahan umum
- Menyentuh area yang sakit
- Lari dari perawat
c. Pra Sekolah
- Sakit dirasakan sebagai hukuman atas sesuatu yang mereka lakukan.
- Cenderung menangis
- Menggambarkan lokasi dan intensitas nyeri
- Menunjukkan regresi untuk perilaku sebelumnya, seperti kehilangan kontrol
- Menolak rasa sakit untuk menghindari kemungkinan diinjeksi
d. Sekolah
- Menggambarkan rasa sakit dan mengukur intensitas nyeri
- Menunjukkan postur tubuh kaku
- Menunjukkan penarikan
- Menunda untuk melakukan prosedur
e. Remaja
- Merasakan nyeri pada tingkat fisik, emosi, dan kognitif
- Mengerti sebab dan efeknya
- Menggambarkan rasa sakit dan mengukur intensitas nyeri
- Meningkatkan ketegangan otot
9
- Menunjukkan penurunan aktivitas motorik
- Menyebutkan kata sakit atau berdebar untuk menjelaskan nyeri
10
Item Perilaku Skor
Tangisan Tidak menangis 1 Anak tidak menangis.
Mengerang 2 Anak mengerang atau
menangis tanpa suara.
Merintih 2 Anak menangis, tapi tangisan
lirih dan merengek.
Menjerit 3 Anak menangis dengan
kekuatan penuh, menangis
dengan diikuti keluhan atau
tanpa keluhan.
11
2 Badan tampak bergerak
Menguat bergeser.
Menggigil 2 Badan tampak tegang dan
kaku.
Naik 2 Badan tampak berguncang
tak beraturan.
Terbatasi 2 Badan anak berubah posisi
ke atas.
2 Badan anak terbatasi.
12
c) The Toddler-Preschooler Postoperative Pain Scale (TPPPS)
Skala ini digunakan untuk mengobservasi nyeri pasca operasi pada anak
usia 1-5 tahun. Skala ini terdiri dari 3 kategori perilaku nyeri yaitu: (1)
keluhan nyeri secara verbal, (2) ekspresi wajah, (3) ekspresi nyeri tubuh.
d) The Parent’s Postoperative Pain rating Scale (PPPRS)
Skala ini adalah skala yang dapat digunakan orang tua untuk menilai
nyeri yang dirasakan anak mereka dengan mencatat perubahan perilaku
anaknya.
e) Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)
Skala ini mengkaji intensitas nyeri pada bayi dengan rata-rata umur
kehamilan 33,5 minggu. Skala terdiri dari 6 variabel penilaian dengan total
skor 0 untuk tidak ada nyeri sedangkan 7 nilai nyeri hebat. Variabel yang
dinilai adalah ekspresi wajah (0-1), menangis (0-2), pola pernafasan (0-1),
tangan (0-1), kaki (0-1), dan kepekaan terhadap rangsangan (0-1).
f) CRIES (Criying, requiring increased oxygen, Increased vital sign,
Expression, and Sleeplessness)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pascabedah
neonatal (0-6 bulan) yang baru. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor
total 0 untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut
adalah menangis (0-2), peningkatan kebutuhan oksigen tambahan (0-2),
peningkatan tanda vital (0-2), ekspresi (0-2), tidak bisa tidur (0-2).
0 1 2
Menangis Tidak Nada tinggi Tidak nyaman
Perlu O2 untuk Tidak <30% >30%
saturasi > 95 %
Peningkatan Denyut Denyut Denyut jantung dan
tanda vital jantung dan jantung dan tekanan darah
tekanan darah tekanan darah meningkat >20% dari
= atau < meningkat keadaan praoperasi
praoperasi <20% dari
keadaan
praoperasi
13
Ekspresi Tidak ada Meringis Meringis/menyeringai
Tidak tidur Tidak Bangun Bangun terus-
dengan menerus
interval
sering
Sumber: Hockenberry & Wilson (2009)
g) Skala Nyeri Post Operasi (Post Operative Pain Score/POPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji nyeri pada bayi usia 1-7 bulan.
Skala ini terdiri dari 10 penilaian dengan masing-masing skor 0-2 dengan
rentang skor total 0 untuk nyeri hebat dan 20 untuk tidak nyeri. Variabel
yang dinilai adalah tidur (0-2), fleksi jari-jari tangan maupun kaki (0-2),
exoresi wajah (0-2), kemampuan menghisap (0-2), kualitas menangis (0-2),
suara (0-2), gerakan spontan (0-2), rangsangan spontan (0-2), consolability
(kemampuan dihibur) (0-2), keramahan (0-2).
h) Pain Assessment Tool (PAT)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada bayi dengan
umur kehamilan 27 minggu sampai matur. Skala ini terdiri dari 10 variabel
penilaian dengan skor total 4 untuk tidak ada nyeri dan 20 untuk nyeri hebat.
Variabel tersebut adalah sikap/suara (1-2), pernafasan (1-2), pola tidur (0-
2), frekuensi jantung (1-2), ekspresi (1-2), saturasi (0-2), warna (0-2),
tekanan darah (0-2), menagis (0-2), persepsi perawat (0-2).
i) Pain Ratting Scale (PRS)
Skala ini digunakan untuk mengakji intensitas nyeri pada bayi umur 1-
36 bulan. Skala ini terdiri dari 6 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak
ada nyeri dan 5 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah tersenyum, tidur
tidak ada perubahan ketika digerakkan maupun disentuh (0), membutuhkan
sedikit kata-kata, gelisah bergerak, menangis (1), perubahan perilaku, tidak
mau makan/minum, menangis dengan periode pendek, mengalihkan
perhatian dengan bergoyang atau dot (2), peka rangsang, tangan dan kaki
bergerak-gerak, wajah meringis (3), menggapai-gapai, meratap dengan
nada tinggi, orang tua meminta obat untuk mengurangi nyeri, tidak dapat
mengalihkan perhatian (4), tidur yang lama terganggu sentakan, menangis
terus-menerus, pernafasan cepat dan dangkal (5).
14
j) Objective Pain Score (OPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak mulai 4
bulan sampai 18 tahun. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0
tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Adapun penilaian tersebut adalah
tekanan darah (0-2), menangis (0-2), bergerak (0-2), agitasi (0-2), dan
bahasa tubuh (0-2).
k) Nurses Assessment of Pain Inventory (NAPI)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak baru
lahir sampai 16 tahun. Skala ini terdiri dari 3 penilaian dengan skor total 0
untuk tidak ada nyeri dan 7 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah
gerak tubuh (0-2), wajah (0-3) dan menyentuh (0-2).
l) Behavioral Pain Score (BPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak usia 3-
36 bulan. Skala ini terdiri dari 3 penilaian dengan skor total 0 tidak ada nyeri
dan 8 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah ekspresi wajah (0-2),
menangis (0-3) dan bergerak (0-3).
m) Modified Behavioral Pain Score (MBPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada usia 4-6 bulan.
Skala ini terdri dari 3 penilaian dengan skor total 0 tidak ada nyeri dan 10
untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah ekspresi wajah (0-3), menangis
(0-4), dan gerak (0, 2, 3).
n) Riley Infant Scale (RIPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada usia lebih dari
36 bulan. Skala ini terdiri daro 3 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak
ada nyeri dan 3 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah wajah netral,
tenang, tidur tenang, tidak ada teriakan, consolable, bergerak dengan mudah
(0); mengerutkan kening, gerakan tubuh gelisah, susah tidur, merintih,
meringis, dengan sentuhan (1), gigi terkatup, agitasi moderat, tidur sebentar-
sebentar, sulit untuk dihibur, menangis (2), dan ekspresi menangis penuh,
meronta-ronta, tidur waktu yang lama terganggu oleh sentakan atau tidak
tidur, menangis dengan nada tinggi, tidak dapat dihibur, menjerit ketika
disentuh / pindah (3).
2) Physiologic Measures
15
Pengukuran fisiologis tidak dapat dipisahkan dari respon tubuh terhadap
nyeri dan bentuk stress lainnya pada tubuh. Perubahan fisiologis secara
mendalam/besar seringkali menyertai pengalaman nyeri. Parameter fisiologis,
antara lain denyut nadi, pernapasan, tekanan darah, telapak tangan berkeringat,
level kortison, oksigen transkutaneus, vagal tone, dan konsentrasi endorphin.
Parameter ini tidak menunjukkan lokasi nyeri, tetapi memberikan informasi
yang berguna mengenai tingkat distress (keadaan bahaya) anak secara umum
yang mengalami nyeri. Penilaian nyeri secara fisiologis berguba pada infant dan
anak yang tidak bisa berkomunikasi secara verbal (Hockenberry & Wilson,
2009).
b. Pengukuran Subjektif (Subjective- Self Report Measures)
Semua jenis rasa nyeri, informasi terpenting dapat diperoleh ketika anak
mengukur rasa nyeri itu sendiri. Beberapa metode membantu anak-anak dalam
mengukur nyeri mereka sendiri. Pemilihan ukuran tertentu harus didasarkan pada
tingkat perkembangan anak dan kesukaan, kebijakan institusi, dan ketersediaan
instrumen. Sebuah ukuran kuantitatif nyeri juga menambah validitas ketika
mendiskusikan pengobatan nyeri dengan anggota tim perawatan kesehatan karena
melaporkan nyeri anak dengan angka atau langkah-langkah yang lebih kredibel
daripada mengatakan "dia bilang dia sakit"( Potts & Mandleco, 2012). Terdapat
beberapa skala pengukuran nyeri pada anak, antara lain (Hockenberry & Wilson,
2009):
1) FACES Pain Rating Scale (Wong and Baker, 1988)
Skala ini digunakan pada anak usia 3 tahun dan usia yang lebih tua.
16
1Caucasian 2African American 3Hispanic 4Asian Boy &
5Girl Oucher
Sumber: www.oucher.org
3) Word Graphic Rating Scale (Tesler, Savedra, Holzemer, and Others, 1991)
Skala ini digunakan pada anak usia 4-17 tahun.
4) Numeric Scale
Skala ini digunakan pada anak usia 5 tahun dan usia yang lebih tua.
17
5) Visual Analog Scale (VAS)(Cline, Herman, Shaw, and Others, 1992)
Skala ini digunakan pada anak usia 4,5 tahun dan usia yang lebih tua; pada
umumnya pada anak usia 7 tahun.
Tidak Nyeri
Nyeri Hebat
18
distraksi. Prinsip distraksi adalah mengalihkan fokus anak terhadap nyeri yang
dirasakan kepada hal/kegiatan lain yang disenangi. Teknik distraksi dapat
dilakukan melalui meniup gelembung, mendengarkan musik, bermain, menoton
video, dan lainnya.
b. Breathing Techniques
Pola pernapasan tertentu diatur agar dapat meningkatkan relaksasi anak.
Teknik pola pernapasan membutuhkan konsentrasi dan perhatian anak sehingga
mengambil pikiran dari rasa sakit prosedural. Hal ini mengajarkan anak untuk
mengelola stres. Dua jenis teknik pernapasan dapat digunakan: pernapasan dada
berirama dalam dan berpola pernapasan dangkal.
c. Guided Imagery
Imajinasi dipandu adalah proses relaksasi dan fokus konsentrasi pada
membayangkan gambar. Teknik ini menggunakan suara dan gambaran dalam
imajinasi seseorang untuk menghasilkan rasa kesejahteraan. Guided imagery
berguna untuk kecemasan pra operasi dan manajemen nyeri pasca operasi. Anak
didorong untuk membayangkan berada di tempat favorit dan kemudian
membayangkan pemandangan, suara dan bau di tempat favorit tersebut.
d. Progressive Muscle Relaxation
Anak dapat mencapai relaksasi, mengurangi kecemasan dan nyeri
melalui identifikasi bagian tubuh yang nyeri. Teknik ini mengajarkan anak
secara sistematik progresif, fokus pada tujuan merelaksasi tubuh tahap demi
tahap. Hal ini dirancang untuk membantu anak-anak mengenali dan mengurangi
ketegangan tubuh berhubungan dengan nyeri. Instruksi yang diberikan kepada
kelompok otot yang tegang dan tahan dalam kondisi itu selama 10 detik dan
perhatikan cara otot terasa tegang ketika dibandingkan dengan bagaimana
rasanya ketika ketegangan itu santai.
e. Biofeedback
Prinsipnya adalah untuk menerjemahkan keadaan fisik tubuh menjadi
sinyal audio-visual. Teknik ini menggunakan alat, elektroda dipasang secara
eksternal diatas setiap pelipis. Elektroda mengukur ketegangan kulit dalam
microvolt. Anak belajar mencapai relaksasi yang optimal dengan menggunakan
umpan balik dari poligraf sementara ia menurunkan tingkat ketegangan actual
yang sedang dialami. Terapi ini sangat efektif untuk mengatasi ketegangan otot
19
dan nyeri kepala.
f. Hypnosis
Teknik ini melibatkan perhatian berfokus untuk mencapai tingkat yang
lebih dalam relaksasi. Kecenderungan anak-anak untuk memiliki rentang
perhatian yang pendek memungkinkan teknik hipnosis untuk lebih menangkap
rentang perhatian dan anak tetap fokus jauh dari prosedur yang menyakitkan.
Hipnosis membantu mengubah persepsi nyeri melalui sugesti positif.
g. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
TENS adalah metode yang menggunakan stimulasi listrik voltase rendah
secara langsung diarea nyeri yang teridentifikasi, pada titik akupresur,
sepanjang area saraf perifer yang mempersarafi area nyeri tersebut, atau
sepanjang kolom spinal. Penggunaan TENS bermanfaat untuk mengurangi
nyeri kronis dan akut, menurunkan kebutuhan opiat dan kemungkinan depresi
fungsi pernapasan karena penggunaan narkotik, dan memfasilitasi keterlibatan
klien dalam pelaksanaan pengendalian nyeri.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berman, Snyder, Kozier, dan Erb (2009) menyatakan bahwa nyeri adalah
sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi
dengan orang lain.
Respon anak terhadap nyeri mengikuti pola perkembangan dan dipengaruhi
temparemen, kemampuan koping, dan pajanan terhadap nyeri dan prosedur yang
menyakitkan sebelumnya. Pengkajian nyeri perlu menggunakan berbagai strategi
pengkajian untuk membantu dalam memperoleh hasil pengkajian nyeri yang lebih
akurat.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca dan juga penulis dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai konsep nyeri pada pediatric.
Penulis meminta saran dan kritikan kerena makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan dan penulis mohon maaf apabila ada yang salah.
23
Daftar Pustaka
Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb, G. (2009). Buku ajar praktik keperawatan klinik
kozier dan erb. Jakarta: EGC.
Mutaqqin, Arif dan Sari, Kumala. (2011). Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.A., & Perry, A. G. (2006). Fundamental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Jakarta: EGC.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
24