Anda di halaman 1dari 24

PALIATIF PADA PEDIATRIK: NYERI PADA PEDIATRIK

DIAJUKAN UNTUK

TUGAS KEPERAWATAN PALIATIF

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Ira Mulya Sari, S.Kep, M.Kep,Sp.Kep.An

DIAJUKAN OLEH:

KELOMPOK F

SHOFFIYAH MAGHFUROH NATASHA IRMAYUNI (1711313043)


(1711313029)
INDAH MARDIANI (1711313045)
NISYA DWI ADHILA (1711313031)
KRISTINA WANGGUAY (1711319001)
DEA ANGELABERTI (1711313033)
SINCE OLIVIA RUMATRAY
TIKA NELSYA PUTRI (1711313035) (1711319003)
MIFTAH FAUZYAH (1711313037)

FAKULTAS KEPERAWATAN

ILMU KEPERAWARAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Paliatif Pada
Pediatrik: Nyeri Pada Pediatrik” Diajukan Untuk sehingga kami dapat membuat serta
menyelesaikan makalah ini. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga
mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Yang terhormat Ibu Ns. Ira Mulya Sari, S.Kep, M.Kep,Sp.Kep.An selaku dosen mata
kuliah keperawatan paliatif

2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaian
makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun
pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
kekurangan- kekurangan tersebut sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang,29 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 2

1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nyeri…………………………………...........................................................................4


2.2 Klasifikasi Nyeri..........................................................................................................4
2.3 Prinsip Pengkajian Nyeri.............................................................................................6
2.4 Pengukuran Nyeri....................................................................................................... 9
2.5 Penatalaksanaan Nyeri................................................................................................17
2.6 Asuhan Keperawatan Nyeri........................................................................................19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................23

3.2 Saran……………………………………………………………………………………………………………………..23

Daftar Pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


International Association for Study of Pain (IASP), menyatakan bahwa nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (James & Ashwill, 2007).
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri adalah memahami tiga komponen fisiologis berikut
yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan implus melalui
serabut saraf perifer. Serabut saraf memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medulla
spinalis. Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus
nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral.
Sekali stimulus mencapai korteks cerebral, maka otak menginterprelasikan kualilas nyeri
dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi
kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter dan Perry, 2006).
Respon anak terhadap nyeri mengikuti pola perkembangan dan dipengaruhi
temparemen, kemampuan koping, dan pajanan terhadap nyeri dan prosedur yang
menyakitkan sebelumnya. Pengkajian nyeri perlu menggunakan berbagai strategi
pengkajian untuk membantu dalam memperoleh hasil pengkajian nyeri yang lebih akurat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu nyeri?
2. Bagaimana klasifikasi dari nyeri?
3. Bagaimana prinsip pengkajian nyeri?
4. Bagaimana pengukuran nyeri?
5. Bagaimana penatalaksanaan nyeri?
6. Bagaimana asuhan keperawatan nyeri?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tentang konsep nyeri pada pediatrik
4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nyeri


International Association for Study of Pain (IASP), menyatakan bahwa nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (James & Ashwill, 2007).
Berman, Snyder, Kozier, dan Erb (2009) menyatakan bahwa nyeri adalah sensasi yang
sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang
lain.

2.2 Klasifikasi Nyeri


Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi (Berman, Snyder,
Kozier, &Erb, 2009), sebagai berikut:
1. Berdasarkan Lama/Durasinya
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan selama periode penyembuhan yang
diharapkan, baik yang awitannya tiba-tiba atau yang lambat dan tanpa
memerhatikan intensitasnya. Nyeri akut pada anak, contohnya: nyeri tindakan
invasive, nyeri pasca operasi, sakit kepala, sakit perut , dan lainnya.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung berkepanjangan, biasanya nyeri
berulang atau menetap sampai enam bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi
tubuh. Contoh nyeri akut pada anak antara lain nyeri kanker dan nyeri sedasi
perawatan akhir hidup.
2. Berdasarkan Sumbernya
a. Nyeri Kutaneus/ Superfisial, yaitu nyeri yang berasal dari kulit atau jaringan
subkutan, contohnya: luka akibat teriris kertas yang menimbulkan nyeri tajam
dengan sedikit rasa terbakar.
b. Nyeri Somatik Dalam, yaitu nyeri yang berasal dari ligament, pembuluh darah,
tulang, tendon dan syaraf. Nyeri menyebar dan cenderung berlangsung lebih lama

5
dibandingkan nyeri kutaneus, contohnya adalah nyeri pergelangan kaki yang
terkilir.
c. Nyeri Viseral, nyeri yang dihasilkan dari stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cranium dan thorak. Nyeri viseral seringkali disebabkan karena spasme
otot, iskemia, atau regangan jaringan. Obstruksi usus akan mengakibatkan nyeri
viseral.
3. Berdasarkan Lokasi/Letak
a. Nyeri Radiasi
Nyeri radiasi adalah nyeri yang menyebar, dirasakan pada tempat sumber nyeri dan
menyebar ke jaringan sekitarnya, contohnya nyeri jantung mungkin tidak hanya
dirasakan di bagian dada namun menyebar ke sepanjang bahu kiri dan turun ke
lengan.
b. Nyeri Alih (Referred Pain)
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari jaringan yang menyebabkan nyeri.
Nyeri alih contohnya yaitu nyeri bagian visera abdomen yang dirasakan didaerah
kulit yang jauh dari organ penyebab nyeri.
c. Nyeri yang Tidak dapat Dilacak (Intractable Pain)
Nyeri yang tidak dapat dilacak adalah nyeri yang sulit diatasi, misalnya nyeri pada
keganasan tingkat lanjut/ kanker maligna.
d. Nyeri Neuropatik
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pusat atau tepi. Nyeri
neuropatik berlangsung lama, tidak menyenangkan, dan dapat digambarkan sebagai
rasa terbakar, tumpul, dan gatal; nyeri tajam, seperti ditembak dapat juga dirasakan.
e. Nyeri Phantom
Nyeri phantom adalah sensasi yang sangat menyakitkan yang dirasa pada bagian
tubuh yang hilang (mis. kaki yang diamputasi) atau yang mengalami paralisis
karena cedera medulla spinalis. Nyeri neuropatik dapat dibedakan dari sensasi
phantom yaitu perasaan bahwa bagian tubuh yang hilang masih tetap ada.

4. Berdasarkan Penyebab/ Etiologi:


a. Nyeri Fisik
Nyeri fisik adalah nyeri yang bisa terjadi karena stimulus fisik (mis. fraktur femur).
b. Nyeri Psycogenic
6
Nyeri psycogenic terjadi karena sebab yang kurang jelas/sulit diidentifikasi,
bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari (mis. seseorang yang
marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya).
Nyeri mungkin saja disebabkan oleh perpaduan kedua etiologi.

2.3 Prinsip Pengkajian Nyeri


1. Wawancara Nyeri dan Riwayat Nyeri
Pengkajian awal nyeri pada anak meliputi riwayat nyeri dan informasi
komprehensif tentang pengalaman nyeri anak pada masa lalu, strategi perawatan, dan
segala sesuatu yang disukai anak. Perawat perlu menanyakan kepada anak dan
pengasuh anak (mis. orangtua) tentang intervensi dan strategi koping yang telah
berhasil membantu di masa lalu. Pengkajian nyeri meliputi PQRST (presence of pain,
quality, radiation, severity, timing) yang dilakukan oleh perawat dengan cara
mewawancarai kedua orang tua (atau primary care provider) dan anak (Tabel 1), dan
kemudian anak diberi kesempatan untuk menggambarkan dan menilai rasa nyerinya
dengan menggunakan skala pengukuran nyeri. Pada anak-anak yang secara
perkembangan kognitif belum mampu menggambarkan atau mengungkapkan nyeri
yang dirasakannya, perawat melakukan pengkajian kepada orangtuanya. Informasi
yang diberikan orang tua harus dihargai sebagai jawaban klien (Tabel 2). Pengkajian
nyeri secara sistematis untuk memperoleh riwayat nyeri akan menunjukkan penilaian
yang lebih komprehensif (Potts & Mandleco, 2012).

Format Pengkajian Nyeri: PQRST


Pengkajian Nyeri: PQRST
P-presence of adanya nyeri: "Apakah kamu merasa sakit/nyeri hari ini?"
pain
Q-quality : kualitas: "Apa kata yang menggambarkan rasa sakit/ nyeri
kamu?"
(mis. tajam, membakar, kesemutan, dll)
R-radiation : radiasi atau lokasi: "Dimana rasa sakit/nyeri kamu? Apakah
nyerinya hanya disitu atau menyebar di tempat lain?"

7
S-severity : keparahan: "Berikan saya nomor antara 0-10 untuk menunjukkan
nyeri kamu."
T-timing: waktu: "? Sudah berapa lama kamu merasakan rasa nyeri ini.
Berapa lama rasa nyeri itu kamu rasakan setiap kali nyeri itu
datang?"

Pertanyaan Riwayat Nyeri


Pertanyaan untuk Anak Pertanyaan untuk Orangtua
Ceritakan pada saya apa yang sakit/nyeri. Kata-kata apa yang anak anda gunakan
untuk menggambarkan rasa nyerinya?
Ceritakan pada saya tentang sakit yang Gambarkan rasa nyeri yang pernah
pernah kamu rasakan sebelumnya. dialami anak anda.
Kepada siapa kamu bercerita ketika Siapa yang anak anda beritahu ketika
kamu sakit? ia merasakan nyeri?
Apa yang kamu lakukan untuk dirimu Bagaimana anda tahu kapan anak anda
ketika sakit? sedang mengalami nyeri?
Apa yang kamu ingin orang lain lakukan Bagaimana biasanya anak anda
untuk kamu ketika sakit? bereaksi ketika dia merasa nyeri?
Apa yang kamu tidak ingin orang lain Apa yang anda lakukan untuk
lakukan untuk kamu ketika sakit? membantu anak anda ketika dia sedang
nyeri?
Apa yang paling membantu untuk Apa yang anak anda lakukan untuk
membuat sakit/ nyerimu pergi? membantu dirinya sendiri ketika ia
sedang nyeri?
Apa cara yang terbaik untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri anak anda?
Apakah ada hal lain yang ingin kamu Apakah ada hal khusus yang anda
ceritakan pada saya tentang sakit yang ingin saya tahu tentang nyeri anak
pernah kamu alami? (Jika ya, jelaskan) Anda? (jika ya, jelaskan)

Pengkajian nyeri berdasarkan tingkat perkembangan (James & Ashwill, 2007) yaitu:

8
a. Neonatus dan bayi
- Biasanya menunjukkan perubahan dalam ekspresi wajah, termasuk
mengerutkan kening, menyeringai, alis berkerut, ekspresi terkejut, dan wajah
berkedip.
- Menunjukkan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung dan penurunan
saturasi oksigen.
- Bersuara tinggi, tegang, menangis keras
- Ekstremitas menunjukkan tremor
- Menemukan lokasi nyeri, memijat daerah tersebut dan menjaga bagiannya.
b. Toddler
- Menunjukkan dengan menangis keras
- Mampu menyampaikan secara verbal untuk menunjukkan ketidaknyamanan
seperti “Aduh”, “Sakit”.
- Mencoba untuk menunda prosedur karena dianggap menyakitkan
- Menunjukkan kegelisahan umum
- Menyentuh area yang sakit
- Lari dari perawat
c. Pra Sekolah
- Sakit dirasakan sebagai hukuman atas sesuatu yang mereka lakukan.
- Cenderung menangis
- Menggambarkan lokasi dan intensitas nyeri
- Menunjukkan regresi untuk perilaku sebelumnya, seperti kehilangan kontrol
- Menolak rasa sakit untuk menghindari kemungkinan diinjeksi
d. Sekolah
- Menggambarkan rasa sakit dan mengukur intensitas nyeri
- Menunjukkan postur tubuh kaku
- Menunjukkan penarikan
- Menunda untuk melakukan prosedur
e. Remaja
- Merasakan nyeri pada tingkat fisik, emosi, dan kognitif
- Mengerti sebab dan efeknya
- Menggambarkan rasa sakit dan mengukur intensitas nyeri
- Meningkatkan ketegangan otot
9
- Menunjukkan penurunan aktivitas motorik
- Menyebutkan kata sakit atau berdebar untuk menjelaskan nyeri

2.4 Pengukuran Nyeri


a. Pengukuran Objektif (Objective Measures)
1) Behavioral Measures
Pengkajian perilaku sangat berguna untuk mengukur nyeri pada bayi
dan anak preverbal yaitu anak yang belum memiliki kemampuan untuk
mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan, atau pada anak dengan gangguan
mental yang memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyampaikan kalimat
yang memiliki arti. Pengukuran ini bergantung pada observer dalam mengamati
dan merekam perilaku anak misalnya vokalisasi (suara), ekspresi wajah, dan
gerak tubuh yang menunjukkan ketidaknyamanan. Pengukuran nyeri melalui
pengamatan perilaku seringkali reliabel dalam mengukur nyeri akut, nyeri dari
prosedur yang tajam seperti injeksi dan pungsi lumbar, namun kurang reliabel
saat mengukur nyeri yang berkepanjangan (Hockenberry & Wilson, 2009).
Terdapat beberapa skala pengkajian perilaku nyeri yang sering digunakan,
antara lain (James & Ashwill, 2007; Hockenberry & Wilson, 2009; Potts &
Mandleco, 2012):
a) FLACC Pain Assessment Tool
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak mulai
usia 2 bulan-7 tahun. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0
untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah
ekspresi muka (0-2), gerakan kaki (0-2), aktivitas (0-2), menangis (0-2),
kemampuan dihibur (0-2). Hasil skor perilakunya adalah 0: untuk rileks dan
nyaman, 1-3; nyeri ringan/ ketidaknyamanan ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-10
nyeri hebat/ ketidaknayamanan berat.
b) The Children’s Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak usia 1-5
tahun. Skala ini terdiri dari 6 kategori dengan skor total 4 untuk tidak ada
nyeri dan 13 untuk nyeri hebat.

10
Item Perilaku Skor
Tangisan Tidak menangis 1 Anak tidak menangis.
Mengerang 2 Anak mengerang atau
menangis tanpa suara.
Merintih 2 Anak menangis, tapi tangisan
lirih dan merengek.
Menjerit 3 Anak menangis dengan
kekuatan penuh, menangis
dengan diikuti keluhan atau
tanpa keluhan.

Wajah Biasa 1 Eksprei wajah netral.


Menyeringai 2 Ekspresi tampak negatif.
Tersenyum 0 Ekspresi tersenyum.

Ungkapan Tak ada 1 Anak tidak bicara.


Verbal Keluhan lain 1 Anak mengeluh, tapi tidak
disebabkan oleh nyeri
(karena ingin bersma
ibu,atau karena haus).
Keluhan nyeri 2 Anak mengeluh tentang
Keluhan nyeri dan nyeri.
yang lainnya 2 Anak mengeluh tentang
nyeri disertai keluhan lain
Baik (ingin bertemu ibu atau yang
lain).
0 Anak mengatakan hal positif
tanpa mengeluh nyeri.

Gerakan Netral 1 Badan tampak istirahat, tidak


aktif.
Bergeser

11
2 Badan tampak bergerak
Menguat bergeser.
Menggigil 2 Badan tampak tegang dan
kaku.
Naik 2 Badan tampak berguncang
tak beraturan.
Terbatasi 2 Badan anak berubah posisi
ke atas.
2 Badan anak terbatasi.

Sentuhan Tidak tersentuh 1 Anak tidak tersentuh atau


Meraih terkena luka.
Menyentuh 2 Anak meraih tetapi tak
Memegang menyentuh luka..
Terbatas 2 Anak menyentuh area luka.
2 Anak memegang luka
dengan bersemangat.
2 Lengan terbatasi.

Kaki Netral 1 Kaki dalam berbagai posisi


namun relaks, seperti
berenang ataupun gerakan
Menggeliat/ lain.
menendang 2 Definitive uneasy or restless
movements in the legs and/or
Menarik,menegang tampak gerakan yang sulit.
2 Kaki tampak tegang atau
Berdiri menarik kaki mendekati
tubuh .
Terbatasi 2 Berdiri, membungkuk, atau
berlutut.
2 Kaki anak dipegangi.

12
c) The Toddler-Preschooler Postoperative Pain Scale (TPPPS)
Skala ini digunakan untuk mengobservasi nyeri pasca operasi pada anak
usia 1-5 tahun. Skala ini terdiri dari 3 kategori perilaku nyeri yaitu: (1)
keluhan nyeri secara verbal, (2) ekspresi wajah, (3) ekspresi nyeri tubuh.
d) The Parent’s Postoperative Pain rating Scale (PPPRS)
Skala ini adalah skala yang dapat digunakan orang tua untuk menilai
nyeri yang dirasakan anak mereka dengan mencatat perubahan perilaku
anaknya.
e) Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)
Skala ini mengkaji intensitas nyeri pada bayi dengan rata-rata umur
kehamilan 33,5 minggu. Skala terdiri dari 6 variabel penilaian dengan total
skor 0 untuk tidak ada nyeri sedangkan 7 nilai nyeri hebat. Variabel yang
dinilai adalah ekspresi wajah (0-1), menangis (0-2), pola pernafasan (0-1),
tangan (0-1), kaki (0-1), dan kepekaan terhadap rangsangan (0-1).
f) CRIES (Criying, requiring increased oxygen, Increased vital sign,
Expression, and Sleeplessness)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pascabedah
neonatal (0-6 bulan) yang baru. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor
total 0 untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut
adalah menangis (0-2), peningkatan kebutuhan oksigen tambahan (0-2),
peningkatan tanda vital (0-2), ekspresi (0-2), tidak bisa tidur (0-2).
0 1 2
Menangis Tidak Nada tinggi Tidak nyaman
Perlu O2 untuk Tidak <30% >30%
saturasi > 95 %
Peningkatan Denyut Denyut Denyut jantung dan
tanda vital jantung dan jantung dan tekanan darah
tekanan darah tekanan darah meningkat >20% dari
= atau < meningkat keadaan praoperasi
praoperasi <20% dari
keadaan
praoperasi

13
Ekspresi Tidak ada Meringis Meringis/menyeringai
Tidak tidur Tidak Bangun Bangun terus-
dengan menerus
interval
sering
Sumber: Hockenberry & Wilson (2009)
g) Skala Nyeri Post Operasi (Post Operative Pain Score/POPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji nyeri pada bayi usia 1-7 bulan.
Skala ini terdiri dari 10 penilaian dengan masing-masing skor 0-2 dengan
rentang skor total 0 untuk nyeri hebat dan 20 untuk tidak nyeri. Variabel
yang dinilai adalah tidur (0-2), fleksi jari-jari tangan maupun kaki (0-2),
exoresi wajah (0-2), kemampuan menghisap (0-2), kualitas menangis (0-2),
suara (0-2), gerakan spontan (0-2), rangsangan spontan (0-2), consolability
(kemampuan dihibur) (0-2), keramahan (0-2).
h) Pain Assessment Tool (PAT)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada bayi dengan
umur kehamilan 27 minggu sampai matur. Skala ini terdiri dari 10 variabel
penilaian dengan skor total 4 untuk tidak ada nyeri dan 20 untuk nyeri hebat.
Variabel tersebut adalah sikap/suara (1-2), pernafasan (1-2), pola tidur (0-
2), frekuensi jantung (1-2), ekspresi (1-2), saturasi (0-2), warna (0-2),
tekanan darah (0-2), menagis (0-2), persepsi perawat (0-2).
i) Pain Ratting Scale (PRS)
Skala ini digunakan untuk mengakji intensitas nyeri pada bayi umur 1-
36 bulan. Skala ini terdiri dari 6 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak
ada nyeri dan 5 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah tersenyum, tidur
tidak ada perubahan ketika digerakkan maupun disentuh (0), membutuhkan
sedikit kata-kata, gelisah bergerak, menangis (1), perubahan perilaku, tidak
mau makan/minum, menangis dengan periode pendek, mengalihkan
perhatian dengan bergoyang atau dot (2), peka rangsang, tangan dan kaki
bergerak-gerak, wajah meringis (3), menggapai-gapai, meratap dengan
nada tinggi, orang tua meminta obat untuk mengurangi nyeri, tidak dapat
mengalihkan perhatian (4), tidur yang lama terganggu sentakan, menangis
terus-menerus, pernafasan cepat dan dangkal (5).
14
j) Objective Pain Score (OPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak mulai 4
bulan sampai 18 tahun. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0
tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Adapun penilaian tersebut adalah
tekanan darah (0-2), menangis (0-2), bergerak (0-2), agitasi (0-2), dan
bahasa tubuh (0-2).
k) Nurses Assessment of Pain Inventory (NAPI)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak baru
lahir sampai 16 tahun. Skala ini terdiri dari 3 penilaian dengan skor total 0
untuk tidak ada nyeri dan 7 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah
gerak tubuh (0-2), wajah (0-3) dan menyentuh (0-2).
l) Behavioral Pain Score (BPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak usia 3-
36 bulan. Skala ini terdiri dari 3 penilaian dengan skor total 0 tidak ada nyeri
dan 8 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah ekspresi wajah (0-2),
menangis (0-3) dan bergerak (0-3).
m) Modified Behavioral Pain Score (MBPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada usia 4-6 bulan.
Skala ini terdri dari 3 penilaian dengan skor total 0 tidak ada nyeri dan 10
untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah ekspresi wajah (0-3), menangis
(0-4), dan gerak (0, 2, 3).
n) Riley Infant Scale (RIPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada usia lebih dari
36 bulan. Skala ini terdiri daro 3 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak
ada nyeri dan 3 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah wajah netral,
tenang, tidur tenang, tidak ada teriakan, consolable, bergerak dengan mudah
(0); mengerutkan kening, gerakan tubuh gelisah, susah tidur, merintih,
meringis, dengan sentuhan (1), gigi terkatup, agitasi moderat, tidur sebentar-
sebentar, sulit untuk dihibur, menangis (2), dan ekspresi menangis penuh,
meronta-ronta, tidur waktu yang lama terganggu oleh sentakan atau tidak
tidur, menangis dengan nada tinggi, tidak dapat dihibur, menjerit ketika
disentuh / pindah (3).
2) Physiologic Measures
15
Pengukuran fisiologis tidak dapat dipisahkan dari respon tubuh terhadap
nyeri dan bentuk stress lainnya pada tubuh. Perubahan fisiologis secara
mendalam/besar seringkali menyertai pengalaman nyeri. Parameter fisiologis,
antara lain denyut nadi, pernapasan, tekanan darah, telapak tangan berkeringat,
level kortison, oksigen transkutaneus, vagal tone, dan konsentrasi endorphin.
Parameter ini tidak menunjukkan lokasi nyeri, tetapi memberikan informasi
yang berguna mengenai tingkat distress (keadaan bahaya) anak secara umum
yang mengalami nyeri. Penilaian nyeri secara fisiologis berguba pada infant dan
anak yang tidak bisa berkomunikasi secara verbal (Hockenberry & Wilson,
2009).
b. Pengukuran Subjektif (Subjective- Self Report Measures)
Semua jenis rasa nyeri, informasi terpenting dapat diperoleh ketika anak
mengukur rasa nyeri itu sendiri. Beberapa metode membantu anak-anak dalam
mengukur nyeri mereka sendiri. Pemilihan ukuran tertentu harus didasarkan pada
tingkat perkembangan anak dan kesukaan, kebijakan institusi, dan ketersediaan
instrumen. Sebuah ukuran kuantitatif nyeri juga menambah validitas ketika
mendiskusikan pengobatan nyeri dengan anggota tim perawatan kesehatan karena
melaporkan nyeri anak dengan angka atau langkah-langkah yang lebih kredibel
daripada mengatakan "dia bilang dia sakit"( Potts & Mandleco, 2012). Terdapat
beberapa skala pengukuran nyeri pada anak, antara lain (Hockenberry & Wilson,
2009):
1) FACES Pain Rating Scale (Wong and Baker, 1988)
Skala ini digunakan pada anak usia 3 tahun dan usia yang lebih tua.

2) Oucher (Beyer, Denyes, and Villarruel, 1992)


Skala ini digunakan pada anak usia 3-13 tahun.

16
1Caucasian 2African American 3Hispanic 4Asian Boy &
5Girl Oucher

Sumber: www.oucher.org

3) Word Graphic Rating Scale (Tesler, Savedra, Holzemer, and Others, 1991)
Skala ini digunakan pada anak usia 4-17 tahun.

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri


Nyeri Ringan Sedang Berat Hebat

4) Numeric Scale
Skala ini digunakan pada anak usia 5 tahun dan usia yang lebih tua.

17
5) Visual Analog Scale (VAS)(Cline, Herman, Shaw, and Others, 1992)
Skala ini digunakan pada anak usia 4,5 tahun dan usia yang lebih tua; pada
umumnya pada anak usia 7 tahun.

Tidak Nyeri
Nyeri Hebat

2.5 Penatalaksanaan Nyeri


Penatalaksanaan Non Farmakologis
Nyeri dapat mempengaruhi psikologis dan perilaku, intervensi
nonfarmakologis penting dalam mengubah persepsi nyeri/perilaku. Intervensi ini
bertujuan untuk mengurangi rasa takut, penderitaan dan meminimalkan rasa sakit
dan meningkatkan pengendalian rasa nyeri pada anak (Ekwueme, 2009). Intervensi
nonfarmakologis harus cocok untuk anak, dan agar efektif teknik harus sesuai
tahap perkembangan, kepribadian, dan keadaan sekitar anak (James & Ashwill,
2007). Teknik-teknik ini dapat ditetapkan dalam tiga kategori besar (Ekwueme,
2009), antara lain:
- Metode kognitif yang meliputi pendidikan/persiapan, musik, imagery guided,
distraksi dan hipnosis.
- Metode Perilaku diantaranya adalah teknik relaksasi otot progresif, latihan
biofeedback, kontrol pernapasan, dan hipnosis.
- Metode fisik misalnya kompres hangat atau dingin, pijat dan sentuhan,
transkutan stimulasi saraf listrik (TENS), akupunktur/akupresur, dll.
Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologis pada anak antara lain (James &
Ashwill, 2007; Potts & Mandleco, 2012):
a. Distraksi
Anak-anak kurang dari 6 tahun merespon dengan baik untuk teknik

18
distraksi. Prinsip distraksi adalah mengalihkan fokus anak terhadap nyeri yang
dirasakan kepada hal/kegiatan lain yang disenangi. Teknik distraksi dapat
dilakukan melalui meniup gelembung, mendengarkan musik, bermain, menoton
video, dan lainnya.
b. Breathing Techniques
Pola pernapasan tertentu diatur agar dapat meningkatkan relaksasi anak.
Teknik pola pernapasan membutuhkan konsentrasi dan perhatian anak sehingga
mengambil pikiran dari rasa sakit prosedural. Hal ini mengajarkan anak untuk
mengelola stres. Dua jenis teknik pernapasan dapat digunakan: pernapasan dada
berirama dalam dan berpola pernapasan dangkal.
c. Guided Imagery
Imajinasi dipandu adalah proses relaksasi dan fokus konsentrasi pada
membayangkan gambar. Teknik ini menggunakan suara dan gambaran dalam
imajinasi seseorang untuk menghasilkan rasa kesejahteraan. Guided imagery
berguna untuk kecemasan pra operasi dan manajemen nyeri pasca operasi. Anak
didorong untuk membayangkan berada di tempat favorit dan kemudian
membayangkan pemandangan, suara dan bau di tempat favorit tersebut.
d. Progressive Muscle Relaxation
Anak dapat mencapai relaksasi, mengurangi kecemasan dan nyeri
melalui identifikasi bagian tubuh yang nyeri. Teknik ini mengajarkan anak
secara sistematik progresif, fokus pada tujuan merelaksasi tubuh tahap demi
tahap. Hal ini dirancang untuk membantu anak-anak mengenali dan mengurangi
ketegangan tubuh berhubungan dengan nyeri. Instruksi yang diberikan kepada
kelompok otot yang tegang dan tahan dalam kondisi itu selama 10 detik dan
perhatikan cara otot terasa tegang ketika dibandingkan dengan bagaimana
rasanya ketika ketegangan itu santai.
e. Biofeedback
Prinsipnya adalah untuk menerjemahkan keadaan fisik tubuh menjadi
sinyal audio-visual. Teknik ini menggunakan alat, elektroda dipasang secara
eksternal diatas setiap pelipis. Elektroda mengukur ketegangan kulit dalam
microvolt. Anak belajar mencapai relaksasi yang optimal dengan menggunakan
umpan balik dari poligraf sementara ia menurunkan tingkat ketegangan actual
yang sedang dialami. Terapi ini sangat efektif untuk mengatasi ketegangan otot
19
dan nyeri kepala.
f. Hypnosis
Teknik ini melibatkan perhatian berfokus untuk mencapai tingkat yang
lebih dalam relaksasi. Kecenderungan anak-anak untuk memiliki rentang
perhatian yang pendek memungkinkan teknik hipnosis untuk lebih menangkap
rentang perhatian dan anak tetap fokus jauh dari prosedur yang menyakitkan.
Hipnosis membantu mengubah persepsi nyeri melalui sugesti positif.
g. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
TENS adalah metode yang menggunakan stimulasi listrik voltase rendah
secara langsung diarea nyeri yang teridentifikasi, pada titik akupresur,
sepanjang area saraf perifer yang mempersarafi area nyeri tersebut, atau
sepanjang kolom spinal. Penggunaan TENS bermanfaat untuk mengurangi
nyeri kronis dan akut, menurunkan kebutuhan opiat dan kemungkinan depresi
fungsi pernapasan karena penggunaan narkotik, dan memfasilitasi keterlibatan
klien dalam pelaksanaan pengendalian nyeri.

2.6 Rencana Asuhan Keperawatan


Masalah Keperawatan:
Nyeri
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul:
Nyeri akut b.d faktor fisik dan biologi: edema, proses penyakit, infeksi, prosedur
invasif, pembedahan, trauma.
Ditandai dengan: menangis, meringis rewel, gelisah, dan dilihat dari respon verbal
maupun non verbal
Tujuan:
Nyeri berkurang dan respon verbal non verbal kembali normal, dapat beraktifitas
seperti biasa/normal.
Kriteria Hasil:
Anak akan:
- Mengalami penurunan nyeri pada tingkat yang memadai, dibuktikan oleh tingkat
rasa sakit berkurang sesuai dengan tahapan perkembangan, penilaian verbal atau
nonverbal, penilaian dengan alat ukur nyeri, postur tubuh santai, penurunan
menangis, meringis rewel, gelisah.
20
- Kembali ke tingkat aktivitas yang dialami sebelum timbulnya nyeri.
- Mencapai periode tidur tanpa gangguan, setidaknya 90 menit untuk mengalami
siklus REM lengkap (Rapid Eye Movement)
Intervensi
a. Kaji anak dengan menggunakan alat ukur nyeri yang sesuai dengan usia
perkembangan anak. Alat harus menjadi bagian dari grafik anak untuk kemudahan
referensi.
R: Infant dan anak mungkin memiliki kesulitan mengatakan tentang rasa nyerinya.
Alat ukur nyeri membantu mendapatkan informasi yang lebih konsisten,
objektif, dan kuantitatif.
b. Amati dan dokumentasikan tanda-tanda perilaku dan fisiologis nyeri pada anak.
Perhatikan kedua respon verbal dan nonverbal. Nilai tanda-tanda vital.
R: Penilaian nyeri pada anak-anak didasarkan pada laporan anak sakit dan pada
perubahan perilaku serta fisiologis. Anak mungkin mengalami kesulitan
verbalisasi. Perawat harus mengamati perubahan perilaku untuk menilai bayi
dan anak-anak lain yang nonverbal atau tidak mampu berkomunikasi dengan
jelas. Perubahan fisiologis bervariasi dalam respon terhadap rasa sakit dan harus
dievaluasi bersama-sama dengan penilaian perilaku.
c. Tentukan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi anak: pemisahan,
ketakutan, kecemasan, kehilangan kendali, dan keyakinan spritual atau budaya
tentang nyeri.
R: Persepsi dan reaksi anak terhadap nyeri mungkin dipengaruhi oleh faktor
lainnya.
d. Pantau nyeri berdasarkan tahap perkembangan anak.
R: Bayi dan anak-anak disetiap tingkat perkembangan memiliki cara unik untuk
bereaksi dan mengatasi nyeri.
e. Tanyakan kepada anak tentang onset, durasi, lokasi, dan jenis ukuran nyeri.
R: Faktor ini akan menmpengaruhi pemilihan analgesic yang tepat untuk anak.
f. Perhatikan apakah tingkat nyeri anak berbeda saat istirahat, ambulasi, bermain, atau
selama prosedur.
R: Penurunan nyeri dapat segera ditingkatkan melalui pemahaman terhadap sebab
dan akibat
g. Kelola analgesik yang sesuai. Berikan dengan rute oral atau IV. Hindari suntikan.
21
R: Nonopioid cocok untuk nyeri ringan sampai sedang. Analgesik opioid harus
diberikan untuk nyeri sedang sampai berat. Anak takut suntikan dan mungkin
menolak nyeri untuk menghindari suntikan.
h. Terapkan strategi pengurangan nyeri non farmakologi, antara lain: distraksi, teknik
relaksasi, stimulasi kulit, seperti pijat, kompres hangat atau dingin, lingkungan yang
tenang, reposisi, dan menurunkan lingkungan suara dan cahaya, kenyamanan
tindakan (sentuhan, dekapan).
R: Analgesik farmakologi dapat ditingkatkan melalui penggunaan strategi
manajemen nyeri non farmakologi sebagai terapi adjuvant/ pembantu.
i. Libatkan orang tua dalam perawatan.
R: Kehadiran orang tua anak dapat mengurangi rasa takut dan kecemasan, sehingga
mengurangi nyeri yang terasa. Orang tua juga tahu yang terbaik untuk anak
mereka, mereka dapat membantu pengkajian nyeri dan meningkatkan respon
anak terhadap intervensi.

j. Catat respon terhadap obat-obatan maupun non-farmakologis mengukur


pengurangan nyeri dengan menggunakan alat penilaian nyeri yang tepat.
R: Dokumentasi membantu dalam menentukan keefektifan tindakan
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan kesinambungan dalam pengelolaan
nyeri.
k. Observasi efek samping obat.
R: Depresi pernafasan adalah efek samping yang paling serius dari opioid tetapi
jarang terjadi. Efek samping lainnya termasuk sedasi, mual dan muntah, dan
sembelit.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berman, Snyder, Kozier, dan Erb (2009) menyatakan bahwa nyeri adalah
sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi
dengan orang lain.
Respon anak terhadap nyeri mengikuti pola perkembangan dan dipengaruhi
temparemen, kemampuan koping, dan pajanan terhadap nyeri dan prosedur yang
menyakitkan sebelumnya. Pengkajian nyeri perlu menggunakan berbagai strategi
pengkajian untuk membantu dalam memperoleh hasil pengkajian nyeri yang lebih
akurat.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca dan juga penulis dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai konsep nyeri pada pediatric.
Penulis meminta saran dan kritikan kerena makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan dan penulis mohon maaf apabila ada yang salah.

23
Daftar Pustaka

Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb, G. (2009). Buku ajar praktik keperawatan klinik
kozier dan erb. Jakarta: EGC.

Mutaqqin, Arif dan Sari, Kumala. (2011). Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen.
Jakarta: Salemba Medika.

Oman, Kathleen S. (2008). Panduan belajar keperawatan emergensi. Jakarta: EGC

Potter, P.A., & Perry, A. G. (2006). Fundamental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

24

Anda mungkin juga menyukai