Anda di halaman 1dari 6

“RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI

RAWAT INAP DI RSUD LEWOLEBA KABUPATEN LEMBATA


BERDASARKAN CRITERIA BEERS “

Proposal Penelitian

Untuk Memenuhi sebagian persyaratan


mencapai derajat sarjana strata 1

Diajukan Oleh:
YOVITA INGIR BLIKOLOLONG
NIM : 164111030

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari
140mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat. Peningkatan tekanan
darah dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko antara lain umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, genetik ( faktor resiko yang tidak dapat diubah/ dikontrol) dan gaya hidup
seperti kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan
jelantah, kebiasaan konsumsi minum – minum beralkohol, obesitas, kurang aktif fisik
, stres, penggunaan estrogen. ( Kemenkes RI,2014).
Hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian dari total semua
kematian ( sekitar 12,8%) diseluruh dunia. Menurut data World Health Organization (
WHO), prevalensi tertinggi adalah di Afrika dengan presentase 46% ( pria dan
wanita), sedangkan prevalensi terendah ada di Amerika dengan presentase 35% ( pria
dan wanita) ( WHO Raised Blood Pressure,2018). Prevalensi hipertensi di wilayah
Asia Tenggara sebesar 36% (pria dan wanita).(WHO.2013)
Prevelensi hipertensi tahun 2018 di Indonesia ( yang di dapat melalui
pengukuran pada umur > 18 tahun) adalah sebesar 34,1% angka ini meningkat 8,3%
dari hasil riskesdas 2013 hanya sebesar 25,8%. Prevelensi di Indonesia yang didapat
menurut diagnosis dokter sebesar 8,4%, yang didiagnosis dokter atau minum obat
sebesar 8,8%. Melalui data prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter atau
minum obat diketahui bahwa dari 8,8% ternyata 54,4% rutin minum obat ,13,3% tidak
minum obat dan 32,3% tidak rutin minum obat. Provinsi dengan prevelensi hipertensi
tertinggi berdasarkan hasil pengkuran penduduk umur > 18 tahun adalah Kalimantan
Selatan sebesar 44,1%, dan terendah di Papua ( 22,2%) .( Riskesdas.2018)
Berdasarkan profil kesehatan provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2017,
prevelensi hipertensi hasil wawancara di seluruh provinsi Nusa Tenggara Timur
adalah 7,2% dan berada dibawah angka nasional yang mencapai 9,4%. Ditambah
dengan penderita yang sedang minum obat hipertensi sendiri meskipun belum pernah
didiagnosis dokter, prevalensi seluruh hipertensi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
adalah 7,4% dan berada dibawah prevalensi nasional yang mencapai 9,5%. Tiga
kabupaten /kota dengan prevalensi tertinggi semua kasus hipertensi adalah
sikka(11,4%),Ende (11,1%), dan ngada (11,1%). Sedangkan prevalensi pasien
Hipertensi rawat inap di RSUD Lewoleba adalah 9,8%. ( kemenkes.2017)
Geriatri (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau
lebih. WHO membagi kriteria pasien lanjut usia berdasarkan tingkatan umur yaitu
usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun (Nugroho, 2014). Jumlah populasi geriatri berusia lebih dari 60 tahun di
Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun yaitu 19.142.805 jiwa tahun 2014
menjadi 21.685.326 jiwa tahun 2015 ( kemenkes RI,2015). Ditinjau dari aspek
kesehatan,dengan semakin bertambahnya usia maka fungsi fisiologis akan menurun
seiring dengan bertambahnya usia akibat proses degenertif sehingga penyakit tidak
menular banyak muncul pada lansia. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 penyakit
yang banyak diderita lansia adalah hipertensi 63,5%. (Riskesdas.2018)
Evaluasi penggunaan obat yang rasional dapat diterapkan untuk mendapatkan
pengobatan yang sesuai bagi pasien usia lanjut usia. Dalam evaluasinya pengobatan
rasional memiliki beberapa kriteria, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan
tepat dosis (Sumawa et al, 2015). Obat yang beredar di rumh sakit sangatlah banyak
meskipun sudah dibatasi dengan adanya formularium rumah sakit. Semakin banyak
obat yang beredar maka perhatian khusus juga semakin diperlukan apakah
penggunaan obat tersebut sudah digunakan dengan benar. Seiring dengan tingginya
kasus hipertensi maka pemilihan obat yang rasional merupakan salah satu bagian
pentingdalam tercapainya kualitas kesehatan. Penggunaan obat yang rasional
mengharuskan pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinis dalam
dosis yang diperlukan tiap individu, dalam kurun waktu tertentu,dan dengan biaya
yang paling rendah. Rasionalitas penggunaan obat sangfatlah penting dilakukan
dengan tujuan untuk menjamin ketepatan peresepan dan penggunaan obat , cost
effectiveness, serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.( kemenkes
2011, dan Florensia.2016).
Beberapa kriteria eksplisit yang dapat digunakan dalam identifikasi potensi
penggunaan obat yang tidak tepat pada geriatri, antara lain: Basger Criteria, STOOP
and START dan Beers Criteria 2019. Beers kriteria adalah daftar eksplisit Potentially
Inappropriate Medication ( PIM) yang biasanya dihindari oleh orang dewasa yang
lebih tua dalam sebagain besar situasi atau dalam situasi tertentu seperti pada penyakit
atau kondisi tertentu. Tujuan dari Beers Kriteria adalah untuk meningkatkan
pemilihan obat, mengurangi efek samping obat, meningkatkan perawatan orang
dewasa yang lebih tua dengan mengurangi paparan mereka terhadap PIM yang
memiliki keseimbangan manfaat dan bahaya yang tidak menguntungkan
dibandingkan dengan pilihan pengobatan alternatif. ( AGS Beers Criteria.2019)
Sebuah penelitian mengenai identifikasi penggunaan obat antihipertensi yang
tergolong dalam Beers Criteria pada pasien geriatri rawat inap menunjukan bahwa
obat – obat yang tergolong dalam Beers Kriteria yaitu Nifedipin (3,44%), Alprazolam
(44,82%), Lorazepam ( 13,79%),Diazepam ( 13,79%), Estazolam ( 6,89%),
Metokloperamide ( 10,34%) dan Asam mefenamat (3,44%). ( Sukmawati et.al.2012).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin melihat Rasionalitas
Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri Rawat Inap Di RSUD
Lewoleba Kabupaten Lembata Berdasarkan Criteria Beers karena belum ada
penelitian tentang Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri Rawat Inap
Berdasarkan Criteria Beers di rumah sakit tersebut maka peneliti tertarik untuk
mengetahui Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri Rawat Inap
Berdasarkan Criteria Beers di RSUD Lewoleba , sehingga melalui penelitian ini dapat
memberi masukan kepada klinisi untuk memilih obat antihipertensi yang paling
efektif untuk pasien geriatri , sehingga dapat menguntungkan baik kepada pasien
maupun health care system dalam meningkatkan kualitas pengobatan hipertensi
geriatri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah : Apakah Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi yang diberikan Pada
Pasien Geriatri Rawat Inap Di RSUD Lewoleba Kabupaten Lembata sudah sesuai
dengan standar pengobatan Berdasarkan Criteria Beers ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
:Untuk mengetahui Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi yang diberikan
Pada Pasien Geriatri Rawat Inap Di RSUD Lewoleba Kabupaten Lembata
Berdasarkan Criteria Beers.
D. Manfaat
Beberapa manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Memberikan sumbangan pengetahuan terhadap penelitian dan pelayanan dibidang
farmasi klinis agar pasien geriatri dapat menerima obat sesuai dengan kondisi
pasien sehingga mengurangi terjadinya efek yang tidak dikehendaki.
2. Bagi RSUD Lewoleba
Dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan dan evaluasi dalam
menetapkan kebijakan terkait penggunaan obat pada pasien geriatri berdasarkan
Beers Criteria sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien geriatri.
3. Bagi Masyarakat
Meningkatkan kualitas hidup pasien geriatri dengan jalan
pengobatan yang sesuai kebutuhan kondisi pasien
Daftar Pustaka

Kemenkes RI. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta : kementrian Kesehatan RI.


Kemenkes RI. 2015.Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS . Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta
World Health Organization . Global Health Observatory ( GHO) data. Raised Blood pressure
2018
World Health Organization. 2013. High Blood Pressuren Global And Regional Overview
Kemenkes RI. 2017.Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS . Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta
Kemenkes RI. 2018.Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS . Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta
Nugroho.W.2014. Keperawatan Gerontik dan Geriatric.Jakarta.EGC
Amerika Geriatrics Society 2012 Beers Kriteria Perbarui Expert Panel. Amerika Geriatrics
Society Diperbarui.
Amerika Geriatrics Society 2019 Beers Kriteria Perbarui Expert Panel. Amerika Geriatrics
Society Diperbarui.
Sumawa P.M.R., Wullur A.C and Yamlean P.V.Y.2015. Evaluasi Kerasionalan Penggunaan
obat Antihipertensi pada pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUP PROF. DR. R. D.
KandouManado. Diakes pada tanggal 14 november 2019 Pharmacon Jurnal Ilmia Farmasi
,4,126-133.
Sukmawati, Rachmat Kosman, Ira Damayanti. 2012. Identifikasi Penggunaan Obat Pada
Pasien Hipertensi Usial Lanjut Dengan Beer’s Criteria Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Ibnu Sina Makasar. Diakses pada tanggal 14 november 2019.

Anda mungkin juga menyukai