Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASAL USUL KEJADIAN MANUSIA MENURUT AL-QUR’AN

Disusun Oleh:

ABDILAH FI’QRI 201810350311007


MOHAMMAD ROFIANSYAH 201810350311027
RIZQ ATHA TSANY E 201810350311041
TOMY ALDI WIJAYA 201810350311052

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan makalah al-islam
kemuhammadiyahan dengan judul "Memahami asal usul manusia dan tujuan
manusia diciptakan berdasarkan al-qur’an dan ilmu sains.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk
itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya

Malang, 4 Maret 2019

penulis
PENDAHULUAN

Pada era yang modern ini, ada banyak penemuan, ilmu pengetahuan, termasuk
asal usul manusia. Kali kami akan membahas asal usul manusia yang di liat dari
aspek ilmu pengetahuan dan agama.
Pada tahun 1994 University of Californa telah melakukan prestasi yang luar
biasa disepanjang penelitian manusia, yaitu dengan ditemukannya fosil dengan berat
55 kg dan tinggi 1,2 meter yang diberi nama ilmiah Ardipithecus ramidius (akar dari
tanah kera). Ia diperkirakan hidup 4,4 juta tahun yang lalu. Ardi memiliki ciri berbeda
dengan Lucy yang juga ditemukan di Afrika. Ia tidak seperti Lucy yang mempunyai
bentuk yang lebih dengan manusia seperti jenis Australopithecus. (di Brainly.co.id)
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di
dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang
sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan
pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk
manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT.
{“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi
semuanya.”} (Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian
matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi
kalian malam dan siang”} (Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera
bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”} (Q. S. Ibrahim: 32),
dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia
berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah
Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai
dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan.
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Kejadian Manusia
Menurut kitab suci Al-Qur’an pada surat AL-HIJR (15),28-29, asal usul
manusia adalah ketika ALLAH berfirman ; dan ingatlah ketika tuhanmu berfirman
kepada para malaikat;”sesungguhnya aku akan menciptakan seseorang dari tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk,maka apabila aku telah
menyempurnakan kejadianya,dan telah meniupkan kedalamnya ruh ciptanku maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Ungkapan ilmiah dari Al-Qur’andan
hadist 15 abad islam telah menjadi bahan penelitian bgi para ahli biologi untuk
memperdalam ilmu tentang organ-organ dan jasad manusia.
Ada beberapa tahapan kejadian manusia diantaranya adalah
a. Proses kejadian manusia pertama (adam)
Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa adam diciptakan oleh allah oleh
tanah yang kering kemudian dibentuk yang sebaik-baiknya,setelah sempurna
maka allah mentiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup.
b. Proses kejadian manusia kedua (siti hawa )
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh allah di dunia ini selalu
dengan keadaan berpasang-pasangan,demikian pula halnya dengan
manusia,allah berkehendak menciptakan lawan jenis untuk di jadikanteman
hidu atau biaa disebut dengan istri
c. Proses kejadian manusia ketiga (keturunan adam dan hawa )
Kejadian manuia ketiga adalah kejadian semua keturunan adam dan hawa
kecuali Nabi Isa a.s dalam proses ini dapat dilihat menurut Al-Qur’andan Al-
hadist dan dapat juga ditinjau secara medis
Dari penyajian diatas dapat disimpulkan bahwa asal usul manusia menurut Al-Qur’an
adalah manusia itu berasal dari sariu pati tanah yang berasal dari lumpur hitam dan
setelah itu dibentuk, dan dalam penciptaanya terdapat tiga proses bagaimana manusia
dimuka bumi ini,dan semua itu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
B. Potensi Manusia Menurut Agama Islam
Apabila kita merenungkan sejarah kehidupan manusia diawali sejak Nabi
Adam dan anak cucunya yang mendiami muka bumi ini. Mereka yang dibesarkan
oleh perkembangan zaman, lalu disusul dengan terwujudnya kesejahteraan di bumi
yang diikuti dengan semakin beraneragamnya peradaban dari generasi ke generasi
silih berganti. Berikut ini beberapa potensi manusia menurut agama Islam yang
diberikan oleh Allah Swt.
1. Potensi Akal
Manusia memiliki potensi akal yang dapat menyusun konsep-konsep,
mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini,
manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka
bumi. Namun, faktor subjektivitas manusia dapat mengarahkan manusia pada
kesalahan dan kebenaran.
2. Potensi Ruh
Manusia memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang
mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara sebagian yang
lain memahami ruh pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan
batin. Soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena manusia memiliki
sedikit ilmu pengetahuan. Biarlah urusan ruh menjadi urusan Tuhan. Allah
swt berfirman: Katakanlah, “Ruh adalah urusan Tuhan-Ku, kamu tidak diberi
ilmu kecuali sedikit”. (QS. Al-Isra: 85)
3. Potensi Qalbu
Qalbu di sini tidak dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu
lebih mengarah pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali
susah. Kadang setuju kadang menolak. Qalbu berhubungan dengan keimanan.
Qalbu merupakan wadah dari rasa takut, cinta, kasih sayang, dan keimanan.
Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau tetap
bersih
4. Potensi Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu
sebagai sesuatu yang suci. Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah
manusia sejak lahir adalah membawa agama yang lurus. Namun, kondisi
fitrah ini berpotensi tercampur dengan yang lain dalam proses
perkembangannya.
5. Potensi Nafs
Dalam bahasa Indonesia, nafs diserap menjadi nafsu yang berarti 'dorongan
kuat untuk berbuat kurang baik'. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak
hanya dorongan berbuat buruk, tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata
lain, nafs ini berpotensi positif dan negatif.
Hakikatnya, nafs pada diri manusia cenderung berpotensi positif. Namun, potensi
negatif daya tariknya lebih kuat dari pada potensi negatif. Oleh karena itu, manusia
diminta untuk menjaga kesucian nafsnya agar tidak kotor. Sebagai manusia, fitrah
kita cenderung mengarah kepada hal-hal yang baik dan terpuji.
C. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada
Allah artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh
Allah swt. Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami
menyebutkan tiga kalsifikasi, yaitu:
a. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan
mengendalikan segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan
tugas itu, Allahmenurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan
yang bahagia dan jalan yang akan membahayakannya. Perbedaan tingkat yang akan
diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia,bukanlah suatu kesempatan bagi si
kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan si
miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama
melalui tolong menolong.
b. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad saw. Di muka bumi ini mengemban misi sebagai
‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan
seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah
swt. guna kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat. Misi tersebut
berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
- Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-
Nya.
- Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota
masyarakat.
- Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola,
pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.
c. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah
swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan
penuh keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia
dalam kehidupannya. Semua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat
dinilai sebagai ibadah jika semua yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut
semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.
d. Ragam Orientasi Hidup Manusia
Orientasi merupakan Orientasi berarti peninjauan untuk menentukan sikap
(arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar. Orientasi berarti pandangan
yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan. Manusia sebagai khalifatullah
menempati posisi ganda diruang publik yang sangat luas, mengelokkan dan
menggiurkan siapapun yang memandangnya secara makro. Disatu sisi merupakan
agen pencerahan, namun pada saat bersamaan manusia justru menjadi agen
kerusakan. Gambaran ini menunjukkan konsekuensi manusia sebagai salah satu
makhluk Allah yang dikaruniai beberapa potensi, secara tidak langsung
menghantarkan kesadaran manusia akan ke Agungan Allah dan keterbatasan
hambanya sebagai makhluk- Nya untuk itu diperlukan penyikapan yang tegas dalam
menempuh perjalanan hidup ini, agar kehidupan dapat mendapat manfaat bagi dirinya
dan orang lain, sehingga dapat memperoleh kebahagiaan dan leselamatan hidup
didunia maupun akhirat. Seorang Muslim senantiasa dituntut untuk mengisi
danmemanfaatkan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Seorang muslim hendaknya
memiliki orientasi hidup yang jelas, yang paling tidak meliputi tiga hal:
a. Orientasi kemanfaatan (kemaslahatan)
Manusia yang baik adalah manusia yang bisa memberi kemanfaatan
(kemaslahatan) yang sebesar-besarnya bagi orang lain. Oleh karena itu, segala potensi
yang kita miliki harus kita gunakan untuk memberi kemanfaatan kebaikan yang
sebesar-besarnya, bila ini yang dilakukan manusia, maka banyak persoalan bisa kita
pecahkan dan banyak kemajuan yang bisa kita capai. Namun, yang amat kita
sayangkan adalah banyak manusia yang belum bisa memberi kemanfaatan kepada
orang lain, bahkan dirinya sendiri saja bermasalah. Oleh karena itu, segala bentuk
kesia-siaan akan ditinggalkan oleh setiap mukmin yang ingin meraih keberuntungan
dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Allah SWT. berfirman:
”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyu' dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna”. (QS. Al-Mu’minun, 23:1-3)
b. Orientasi kepedulian
Sebagai muslim yang beriman sudah pastinya hurus memiliki rasa kepedulian.
Contohnya, kita membantu terhadap kesulitan hidup yang dialami orang lain dan kita
akan berusaha menjadi bagian dari solusinya. Maksudnya yaitu apabila ada orang
yang sedang kesulitan kita membantunya agar kesulitan yang dialaminya dapat
terselesaikan dengan cepat. Inilah kebajikan yang harus kita tunjukkan dalam
kehidupan nyata sebagaimana firman Allah SWT:
”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memer
dekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah,
2:177)
c. Orientasi kedisiplinan
Seorang Muslim senantiasa dituntut untuk disiplin dalam melaksanakan nilai-
nilai kebenaran yang datang dari Allah SWT. dan telah dibimbing dengan
diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuknya sehingga bisa membedakan mana
jalan hidup yang benar dan mana yang salah, Allah SWT. berfirman:
”(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah, 2:185)
e. Hidup Sukses Dalam Pandangan Al-Quran
Hidup didunia merupakan sebuah keseimbangan antara hablumminallah dan
hamblumminannas, karena menurut Ust. H. Muhammad Rahmatullah dalam
artikelnya di buletin mimbar jum’at edisi 18 Muharram 1432 H: “Hidup ini
sesungguhnya surga sebelum surga, jika kita menghendakinya. Ibnu Taimiyah
berkata: Tak akan dapat menikmati surga bagi sesorang yang belum menikmati surga
dunia”. Sahabat inilah yang disampaikan KH. Didin Hafiduddin yang saya kutip
dalam hikmah di republika.co.id adapun Indikator kesuksesan antara lain, seperti
diungkapkan dalam QS Al-Mukminun (23): 1-11 (yang sering dijadikan contoh
pribadi Rasulullah SAW yang sukses), yaitu:
Pertama, selalu berusaha untuk menegakkan shalat dengan penuh
kekhusyukan dengan cara menjadikan shalat sebagai sebuah kebutuhan utama di
samping kewajiban. Shalat dijadikan sebagai medium utama untuk meraih
pertolongan dan ridha Allah SWT. Apalagi jika ditambah dengan shalat berjamaah
yang dijadikannya untuk membangun silaturahim dan menguatkan ukhuwah
Islamiyah di antara sesama orang yang rukuk dan sujud.
Kedua, mampu menghindarkan diri dari ucapan dan tindakan yang tidak ada
manfaatnya. Artinya, berusaha memiliki etos kerja dan produktivitas yang tinggi serta
mempersembahkan yang terbaik dalam bidang dan keahliannya sehingga betul-betul
menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
Ketiga, selalu berusaha mengeluarkan sebagian hartanya untuk diberikan
kepada yang membutuhkan, terutama kaum dhuafa dalam bentuk zakat, infak, dan
bentukbentuk kedermawanan lainnya. Sikap ini akan melahirkan kekuatan etika dan
moral di dalam mencari rezeki. Hanya rezeki yang halal-lah yang ingin ia dapatkan.
Keempat, mampu menjaga akhlak dan kehormatannya dalam pergaulan
dengan lawan jenis sehingga selalu terjaga kejernihan hati, pikiran, dan juga raganya.
Dalam situasi apa pun tidak pernah melakukan kegiatan hura-hura yang penuh
dengan kebebasan dan permisif.
Kelima, selalu berusaha menjaga amanah dan janjinya. Disadari betul bahwa
segala potensi yang ada pada dirinya se-perti ilmu pengetahuan dan harta meru pakan
amanah dan titipan dari Allah SWT yang kemudian akan dipertangungjawabkan di
hadapanNya. Persepsi dan pandangan seperti ini akan menyebabkan seseorang tidak
akan pernah menghalalkan segala macam cara untuk meraih kenikmatan dunia yang
sifatnya sesaat dan sementara.
PENUTUP

Asal usul manusia adalah ketika ALLAH berfirman; dan ingatlah ketika
tuhanmu berfirman kepada para malaikat;”sesungguhnya aku akan menciptakan
seseorang dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi
bentuk,maka apabila aku telah menyempurnakan kejadianya,dan telah meniupkan
kedalamnya ruh ciptaanku maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. Dari
penyajian tersebut dapat disimpulkan bahwa asal usul manusia menurut Al-Qur’an
adalah manusia itu berasal dari sariu pati tanah yang berasal dari lumpur hitam dan
setelah itu dibentuk, dan dalam penciptaanya terdapat tiga proses bagaimana manusia
dimuka bumi ini,dan semua itu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai