Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan sebuah proses yang sangat penting dan

diperlukan dalam sepanjang perjalanan kehidupan manusia. Ahli

pendidikan modern merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut : “

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru

berkat pengalaman dan latihan (Zainal, 2010:42). Menurut Kimble dan

Garmezy , sifat perubahan perilaku dalam belajar relatif permanen

(Sumiati, 2009: 8). Motivasi dapat memberikan semangat (dorongan)

yang luar biasa terhadap seseorang untuk berprilaku dan dapat

memberikan arah dalam belajar.Dengan demikian, suatu proses belajar

sebaiknya merupakan pengalaman yang menyenangkan yang dapat

diingat, sehingga mampu mendorong individu tersebut untuk merubah

perilakunya menjadi lebih baik.

Berdasarkan observasi di kelas VIII B SMP Negeri 2 Tanta, nilai

ulangan harian menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA menujukkan angka 43,74 dengan hanya sebanyak 10,53%

siswa yang berhasil mencapai atau melampaui nilai 64. Angka 64

merupakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pembelajaran

IPA di kelas VIII sekolah tersebut. Kelulusan kelas dapat dicapai ketika

jumlah siswa yang mencapai atau melampaui KKM sebanyak 75%.

1
Selain itu, dilakukan pula observasi terhadap motivasi siswa dalam

pembelajaran IPA. Observasi ini dilakukan dengan model ARCS yang

mengandung empat komponen, yaitu: atensi siswa, relevansi

pembelajaran, kepercayaan diri siswa, dan kepuasan siswa terhadap hasil

yang dicapai. Berdasarkan observasi awal hasil pengukuran motivasi

menunjukkan sebanyak 50% siswa termotivasi dengan baik untuk

mengikuti pembelajaran IPA. Sebuah kelas dinyatakan berhasil apabila

75% siswanya mencapai ketuntasan minimal (BSNP, 2006). Oleh karena

itu, kriteria kelulusan motivasi kelas dicapai minimal ketika siswa

termotivasi dengan baik, dan persentase minimal jumlahnya sebanyak

75%.

Hasil observasi lain melalui kuisioner dan wawancara informal di

SMP tersebut pada siswa kelas VIII B, hampir seluruh siswa menyukai

pelajaran IPA. Namun, dalam pembelajaran seringkali siswa mengalami

kesulitan karena beberapa alasan, diantaranya menurut siswa:

1. Mata Pelajaran IPA mengandung banyak teks hafalan, rumus- rumus

yang sulit dimengerti hanya dengan teori dan penjelasan dari guru.

2. Jarangnya guru melaksanakan praktikum dengan alasan kurang

mengerti dalam penggunaan KIT.

Hal tersebut dapat menjadi alasan mereka tidak termotivasi untuk

mempelajari IPA. Selain itu, proses penyampaian materi berlangsung

hanya dengan metode ceramah tanpa media pembelajaran, sehingga

kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehari-hari cenderung berpusat

2
pada guru dan monoton , dengan suasana yang terkesan kaku. Interaksi

dalam proses pembelajaran antara guru dengan siswa, terlebih lagi di

antara sesama siswa belum baik atau kurang interaktif. Aktivitas siswa

lebih banyak mendengar atau menerima. Dampak yang ditimbulkan

adalah siswa menjadi kurang aktif, kurang bergairah , hilang konsenterasi,

cepat bosan dan tidak mandiri.

Jika masalah tersebut tidak terpecahkan maka pembelajaran IPA

tetap menjadi momok yang sangat menakutkan bagi siswa dan hanya

sedikit siswa yang mampu melewati KKM.

Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk

memilih model pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan

materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam

proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru,

siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk

memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi

yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan..

Konsep IPA yang abstrak membutuhkan media visualisasi, dan

pembelajaran di sekolah tersebut kurang memberikan pengalaman yang

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, terdapat

pemanfaatan fasilitas sekolah yang belum optimal pada proses

pembelajaran IPA di kelas tersebut. Karena itu, perlu dilakukan

pengembangan media sebagai alat bantu meningkatkan motivasi belajar

3
siswa yang kemudian menjadi upaya dalam meningkatkan hasil belajar

siswa.

Perkembangan zaman telah membawa kehidupan manusia pada

kemudahan dan kepraktisan dengan bantuan teknologi. Tentu saja, untuk

dapat bertahan di tengah kompetisi kehidupan, adalah penting mengikuti

perkembangan teknologi. Adanya bantuan dari PT. Adaro Indonesia

berupa Software Pesona Edu dapat di manfaatkan sebagai alat bantu

pembelajaran. Software Pesona Edu dimanfaatkan sebagai media

audiovisual.

Berdasarkan uraian di atas perlu kiranya dikembangkan suatu

tindakan yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

audiovisual untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam

mengemukakan gagasan-gagasan terhadap pemecahan suatu masalah

dalam kelompoknya masing-masing.

1.2 Rumusan dan Pemecahan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah dengan penerapan model pembelajaran STAD berbasis media

audio visual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran materi pokok Cahaya dan Alat Optik.

4
b. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran materi pokok Cahaya

dan Alat Optik menggunakan model pembelajaran STAD berbasis

media audio visual .

c. Bagaimana kemampuan guru dalam pembelajaran materi pokok

Cahaya dan Alat Optik menggunakan model pembelajaran STAD

berbasis media audio visual .

Dengan mencermati permasalahan yang terjadi maka alternatif

tindakan yang dipilih adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif

type STAD menggunakan media audiovisual dalam proses pembelajaran

sesuai dengan materi yang sulit dipahami siswa hanya dengan sekedar

penjelasan dari guru.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIIB SMPN


2 Tanta terhadap materi pokok Cahaya dan Alat Optik.
2. Mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran materi pokok
cahaya dan alat optik dengan menggunakan model dan media
pembelajaran di kelas VIIIB SMPN 2 Tanta.
3. Mengetahui kemampuan guru dalam menggunakan model dan
media pembelajaran untuk mengatasi permasalahan pembelajaran.

5
1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa

dengan model dan media pembelajaran yang menarik siswa lebih

aktif belajar dan bisa lebih cepat dalam memahami pelajaran.

b. Bagi guru

dapat memberikan alternatif pemecahan dalam menyampaikan

pembelajaran IPA khususnya materi pokok cahaya dan alat optik.

d. Bagi SMPN 2 Tanta: Hasil penelitian tindakan kelas ini akan

memberikan sumbangan besar kepada sekolah, terutama dalam rangka

perbaikan proses kegiatan belajar mengajar di kelas dan peningkatan

mutu sekolah pada umumnya.

1.5 Defenisi Operasional

1. Motivasi merupakan kondisi psikologis yang turut berperan dalam

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu

2. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar

3. STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

kelompok –kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa

secara hiterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,

penyampaian materi (melalui media audiovisual), kegiatan kelompok,

kuis, dan penghargaan kelompok.

6
4. Media audiovisual, yaitu jenis media pembelajaran yang

menggunakan kemampuan indera telinga atau pendengaran dan indera

mata atau penglihatan (audiovisual). Jenis media pembelajaran ini

menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa. Contoh:

televisi, film, video.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Motivasi

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang turut berperan dalam

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Isbandi Rukminto Adi

(Uno, 2010), motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

berbuat atau berbuat. Motivasi ini tidak dapat diamati secara langsung, tetapi

dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku seseorang, berupa rangsangan,

dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno,

2010). Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan (Sutikno, 2007).

Menurut Uno (2010), motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinstik, berupa

hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan

citacita.

Sedangkan faktor eksternal motivasi belajar ini dapat berupa penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Faktor

eksternal tersebut dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan motivasi

siswa. Lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik dapat

mengarah pada perancangan pembelajaran yang sesuai yang dapat dilakukan guru.

8
Salah satu pembelajaran yang menarik saat ini adalah pembelajaran

berbasis media audio visual .Penggunaan media audio visual ini dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Untuk mengetahui besarnya

peningkatan motivasi ini digunakan angket motivasi dengan desain ARCS yang

dirancang oleh John Keller. John Keller mendeskripsikan minat belajar dan

motivasi belajar siswa melalui empat komponen utama, yaitu: Atensi (perhatian),

Relevansi (kesesuaian), Kepercayaan diri, dan Kepuasan. Keempat komponen

utama ini kemudian menjadi nama model tersebut, yaitu: ARCS (Attention,

Relenvance, Confidence, Satisfaction). Keempat kategori ini memberikan dasar

untuk menggabungkan berbagai konsep, teori, strategi, dan taktik yang berkaitan

dengan motivasi belajar (Keller, 2004).

Komponen pertama, yaitu attention, digunakan untuk memeriksa

peningkatan perhatian siswa. Komponen kedua, yaitu relevance, terkait

pemeriksaan evaluasi siswa yang relevan terhadap lingkungan dan kebutuhan

siswa. Komponen ketiga, yaitu Confidence, terkait dengan ekspeksi siswa

mengenai kesuksesan belajar yang ditunjukan untuk dikorelasikan dengan upaya

sesungguhnya dan kinerja siswa. Komponen terkahir, yaitu Satisfaction, terkait

dengan kepuasan siswa dalam feedback yang terkandung dalam pembelajaran

(Baker, 2007).

9
Hasil belajar Siswa

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif dan permanen dan

secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced

practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Uno, 2010).

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar. Berdasarkan pengertian Jenkins dan Unwin, dapat

diartikan bahwa hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang

diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu (Uno, 2010).

Hasil belajar merupakan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan

pendidikan. Hasil belajar dikatakan baik apabila siswa sudah memahami belajar

dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi (Munawar,

2009).

Menurut Arikunto (2007), terdapat tiga macam tingkah laku yang dikenal

umum dan merupakan domain utama dalam hasil belajar, yaitu:

a. Ranah Kognitif, yaitu hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta.

b. Ranah Afektif, yaitu meliputi sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi

lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,

menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks

nilai.

c. Ranah Psikomotor yang meliputi keterampilan motorik, manipulasi

bendabenda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

10
Pada penelitian ini hasil belajar diukur pada ranah kognitif. Diantara enam

aspek yang terkandung dalam ranah kognitif, penelitian ini dikhususkan pada

aspek memahami. Dalam aspek memahami siswa diharapkan mampu memahami

hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep (Arikunto,2007).

Menurut Munawar (2009a), terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi

dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa.Faktor internal tersebut

meliputi fisik dan psikis. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi

keberhasilan belajar. Kondisi fisik ini perlu diperhatikan, misalnya asupan nutrisi

yang sesuai kebutuhan, olahraga teratur serta cukup tidur.

Selain jasmani, faktor psikologis juga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar.

Hal ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental. Faktor

psikologis ini meliputi hal-hal, seperti; intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar

seseorang, kemauan yang dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu

keberhasilan belajar, bakat yang menentukan tinggi rendahnya kemampuan

seseorang dalam suatu bidang. Sedangkan faktor eksternal terutama berasal dari

lingkungan keluarga. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya

perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-

anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Selain itu,

lingkungan sekolah yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau

11
disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten dapat juga

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Menurut Andreson (2007), saat memilih jenis kegiatan belajar, maka harus

digunakan pemikiran serius untuk jenis kegiatan yang akan membantu mengingat,

mempertahankan, dan mengembangkan hasilnya.

Gambar 1. Piramida Pengalaman Edgar Dale

Berdasarkan Piramida Pengalaman Edgar Dale diatas bahwa kemampuan

mengingat seseorang akan sangat baik ketika mereka memilih mengingat dengan

melakukan kegiatan aktif. Ketika kegiatan itu berupa mengatakan dan menulis,

kemampuan mengingat seseorang akan mencapai keberhasilan 70%. Lebih dari

itu, ketika hal yang harus diingat itu dilakukan maka kemampuan mengingat

seseorang akan meningkat hingga mencapai keberhasilan 90%. Sejalan dengan

12
hal tersebut, pada jenis kegiatan yang sama seseorang juga akan mampu

menganalisis, mendefinisikan, membuat, serta mengevaluasi.

Sementara itu, dalam piramida pengalaman Edgar Dale tersebut juga

menunjukkan hasil yang lebih rendah pada jenis kegiatan yang pasif, baik dalam

kemampuan mengingat maupun hal yang dapat dilakukan setelah pengalaman itu

didapatkan. Andreson (2007) juga menambahkan, belajar aktif akan mencakup

kegiatan-kegiatan yang mengenakan otak kita dan kapasitas untuk mengingat apa

yang kita alami. Belajar pasif akan mencakup kegiatan-kegiatan yang orang masih

bisa belajar dari, tetapi umumnya tidak seefektif belajar aktif.

Berdasar pada piramida pengalaman Edgar Dale, media dan keterlibatan

peserta didik dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi penguasaan

materi. Semakin aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, semakin baik

penguasaan siswa terhadap materi (Legowo, 2008).

Pemilihan metode yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya

pembelajaran kooperatif dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Model Pembelajaran Kooperatif Type STAD

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John

Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh

guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif (Surianta,2008).

13
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama

sebagai berikut; a) Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru

dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru

dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. b) Kerja

kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para

siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan

jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama

dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran,

c) Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan

tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling

membantu, d) Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan

mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi

terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok, e) Penghargaan kolompok.

Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan pengghargaan.

Media Pembelajaran

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan

dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Sumiati, 2009 :

160). Bentuk-bentuk media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan

pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. Pembelajaran dengan

menggunakan media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata

(symbol verbal). Dengan demikian dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar

lebih berarti bagi siswa.

14
Media pembelajaran sangat beraneka ragam (Sumiati, 2009 : 160-161)

Berdasarkan kemampuan indra, jenis media pembelajaran terdiri atas :

1) Media audio, yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan

kemampuan indera telinga atau pendengaran (audio). Jenis media

pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa bunyi atau suara. Contoh :

radio, tape recorder, telpon.

2) Media visual, yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan

kemampuan indera mata atau penglihatan (visual). Jenis media

pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa bentuk atau rupa yang dapat

dilihat.

3) Media audio visual, yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan

kemampuan indra telinga atau pendengaran dan indra mata atau

penglihatan (audio-visual). Jenis media pembelajaran ini menghasilkan

pesan berupa suara dan bentuk atau rupa.

Media audiovisual yang dapat digunakan dalam pembelajaran banyak

ragamnya setiap jenis alat memiliki tingkat keefektifan sendiri-sendiri.Media

audiovisual dalam penelitian ini merupakan software yang di rancang disesuaikan

dengan rencana pembelajaran dan akan ditayangkan untuk disaksikan siswa.

Software ini berupa pengemasan materi pembelajaran yang dilengkapi gambar dan

animasi serta media lainnya untuk menerangkan konsep IPA secara lebih real.

15
Salah satu manfaat atau kelebihan media pembelajaran adalah menarik

perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat , motivasi, aktivitas dan

kreativitas belajar siswa (Sumiati, 2009 : 164))

Materi cahaya dan alat optik merupakan salah satu materi yang diajarkan

pada siswa kelas VIII semester genap. Materi ini tercakup dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006), siswa diharapkan

memahami materi cahaya dan alat optik.

Karakteristik materi cahaya dan alat optik dalam IPA SMP agar bisa

dipahami siswa tidak cukup dengan membaca dan ceramah. Tetapi materi ini

merupakan konsep dan penerapan IPA, jadi harus di visualisasikan dan dilakukan

percobaan.

Di dalam KTSP, materi ini terdapat dalam standar kompetensi 6. Memahami

konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk

teknologi sehari-hari.

Kegiatan penelitian dimulai ketika siswa telah menyelesaikan kompetensi dasar

mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya

dan mendeskripsi-kan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Maka, dalam

penelitian dilanjutkan dengan kompetensi dasar menyelidiki sifat-sifat cahaya dan

hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa pada siklus 1,dan

Mendeskripsi-kan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

pada siklus 2.

16
2.2 Kerangka Berfikir

Materi Pokok Cahaya dan Alat Optik termasuk materi yg sulit di jelaskan hanya

dengan teori saja. Penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD

menggunakan media audiovisual dapat memotivasi siswa dan membantu siswa

untuk dengan mudah dapat memahami materi ini sehingga hasil belajar yang di

capai memuaskan.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas,

peneliti dapat mengemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD berbasis media

audiovisual pada materi pokok Cahaya dan Alat Optik di kelas VIIIB SMPN 2

Tanta Kabupaten Tabalong, motivasi dan hasil belajar siswa akan meningkat “.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tanta Tabalong.

Waktu pelaksanaan tindakan adalah sejak awal bulan mei sampai dengan awal

Juni 2012. Jadi tindakan akan berlangsung selama lebih kurang 2 bulan semester

genap 2012.

Sebagai subyek penelitian ini dipilih salah satu kelas VIII SMPN 2 Tanta .

Pertimbangan pemilihan subyek penelitian didasarkan atas tingkat ketuntasan

serta motivasi siswanya. Kelas yang dipilih sebagai subyek penelitian ini adalah

kelas yang memiliki tingkat ketuntasan terendah serta motivasi yang rendah dan

kelas tersebut sedang membelajarkan tentang materi pokok cahayadan alat optik.

3.2 Subyek yang Terlibat sebagai Peneliti

a. Kepala Sekolah berperan sebagai observer kegiatan PTK

b. Guru berperan sebagai peneliti yang sejak perencanaan telah melibatkan guru

mitra, menyusun rencana tindakan dan melaksanakan rancangan

pembelajaranndan assesmen, sedangkan guru mitra menjadi observer. Kemudian

secara bersama-sama melakukan analisis hasil observasi dan assesmen,

melakukan interprestasi dan refleksi dan selanjutnya merancang tindak lanjt

penelitian untuk siklus berikutnya.

c. siswa dilibatkan secara aktif dalam skenario pembelajaran dan menjadi sumber

informasi tentang pembelajaran yang dilaksanakan melalui angket.

18
3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian antara lain berupa angket, instrumen tes, dan lembar

observasi. Instrumen telah di validasi isi (content validity) oleh 2 orang validator.

3.4 Rencana Tindakan

Peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut : Menyusun

angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran ,

melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat , mengumpulkan

data dari pengamat (observer) untuk mengetahui proses pembelajaran yang

dilakukan dan melaporkan hasil penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus. Pada masing-

masing siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan sesuai pokok bahasan yang akan

disajikan, sehingga pada kedua siklus terdapat 6 kali pembelajaran. Sesuai dengan

KTSP di kelas VIII SMP, maka materi pelajaran pada masing-masing petemuan

adalah sebagai berikut:

Siklus I :

(1) Pertemuan I untuk pokok bahasan Cahaya,

(2) Pertemuan II untuk pokok bahasan Cermin

(3) Pertemuan III untuk pokok bahasan Lensa.

Siklus II :

(1) Pertemuan I untuk pokok bahasan Alat Optik : Mata

(2) Pertemuan II untuk pokok bahasan Alat Optik : Kamera dan Lup

(3) Pertemuan III untuk pokok bahasan Alat Optik : Mikroskop, Teleskop

dan Periskop.

19
Pada keenam pertemuan model pembelajaran yang digunakan adalah

model pembelajaran kooperatif type STAD dan media pembelajaran yang

digunakan adalah media audiovisual .

Sebagaimana rancangan penelitian tindakan, maka setiap siklus terdiri

atas tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada siklus I tahap perencanaan meliputi hal-hal seperti:

1. Pembagian materi pelajaran menjadi unit-unit bahan ajar

2. Penyusunan rencana dan skenario pembelajaran,

3. Penyusunan LKS

4. Penyusunan soal-soal kuis individu

5. Penyusunan dan uji coba instrumen tes

6. Penyusunan lembar observasi

7. Pembagian kelompok.

8. Penyusunan perangkat penilaian pembelajaran

Kedelapan komponen ini disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan perangkat yang telah digunakan selama ini dengan

beberapa penyempurnaan. Pada siklus II, perencanaan tidak

sebanyak siklus I, karena beberapa hal sudah tidak dilakukan lagi.

Yang masih dilakukan adalah pembagian materi menjadi unit-unit

bahan ajar, penyusunan rencana pembelajaran, penyusunan

skenario pembelajaran, penyusunan LKS, penyusunan soal-soal

kuis, serta penyusunan instrumen kognitif,. Untuk kelompok siswa,

20
tetap menggunakan kelompok yang sama sampai akhir siklus II.

Dalam penyusunan rencana pembelajaran siklus II, khusus pada

bagian kegiatan belajar mengajar mengacu pada hasil reflaksi

siklus sebelumnya. Hal-hal yang masih kurang pada siklus

sebelumnya disempurnakan pada siklus selanjutnya.

b. Pelaksanaan Tindakan :

Pada tahap ini dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif type STAD berbasis media audiovisual.

Prosedur pembelajaran pada setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi materi pelajaran dalam beberapa unit bahan

ajar sesuai dengan urutan materi dalam KTSP . Guru

membagi siswa dalam beberapa kelompok.

2. Guru menyajikan materi pelajaran awal melalui media

audiovisual

3. Siswa diberikan tugas kelompok untuk menentukan tingkat

pemahaman siswa terhadap materi.

4. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

5. Guru memberikan kuis, hal ini bertujuan untuk menunjukkan

apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam

kelompok.

6. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang

berprestasi.

21
c. Observasi

Pada tahap ini dilakukan proses observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat

serta diikuti dengan evaluasi yang relevan. Observasi dilakukan

bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan pembelajaran. di kelas.

Kegiatan observasi dilakukan oleh 1 (satu) orang guru terhadap guru

yang mengajar. Dalam hal ini, observer merupakan rekan sejawat

peneliti di sekolah tempat peneliti bertugas dan peneliti sendiri

bertindak sebagai guru yang mengajar.

Observasi yang dilakukan pada kedua siklus tidak berbeda. Dalam

melakukan observasi, pengamatan dilakukan terhadap hal-hal yang

relevan dengan permasalahan seperti keadaan kelas, kegiatan guru,

aktivitas siswa selama pembelajaran, motivasi siswa terhadap model

pembelajaran dan media yang digunakan, interaksi guru-siswa serta

jalannya pembelajaran secara keseluruhan. Observasi motivasi

melalui angket dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai

dilaksanakan.

Perekaman data observasi dilakukan dalam suatu format observasi.

Selanjutnya untuk memfasilitasi perekaman data observasi digunakan

jurnal harian, yang berisi konteks (informasi tentang hari, tanggal dan

waktu pembelajaran serta materi pelajaran) serta rekaman data tentang

kegiatan belajar-mengajar. Pada akhir setiap siklus dilaksanakan

22
evaluasi. Pada tahap ini, siswa mengerjakan soal-soal tes untuk

mengukur kemampuan kognitif. Soal-soal yang diberikan meliputi

seluruh materi pelajaran yang diberikan pada siklus tersebut. Instrumen

tes akhir siklus berbentuk tes objektif dengan 4 pilihan.

Berbeda dengan kuis yang dilaksanakan pada saat pembelajaran, soal-

soal tes evaluasi akhir siklus ini sama untuk setiap siswa. Tujuan

pelaksanaan evaluasi ini adalah untuk mengetahui keberhasilan

tindakan pada setiap siklus. Untuk menentukan keberhasilan masing-

masing siklus, skor yang diperoleh siswa dibandingkan dengan

indikator keberhasilan. Tindakan pada masing-masing siklus dianggap

berhasil jika dari tindakan tersebut 80% siswa dapat menguasai materi

pelajaran lebih besar dari 60%.

d. Refleksi

Hasil yang didapat dari observasi maupun evaluasi dikumpulkan, serta

dianalisis untuk kemudian dilakukan refleksi. Kegiatan ini dilakukan

untuk melihat sejauh mana kegiatan yang telah dilaksanakan berhasil

meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep terkait yang

pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi. Selain

data hasil observasi dan evaluasi dari tim peneliti, jurnal harian dari

guru pengajar juga sangat berguna untuk bahan refleksi. Refleksi

pelaksanaan siklus I dilaksanakan setelah seluruh kegiatan siklus I

selesai, demikian pula dengan refleksi siklus II.

23
Dalam melaksanakan refleksi, peneliti mendiskusikan hasil observasi

dengan observer. Pada kegiatan ini yang dibahas adalah kesesuaian

skenario pembelajaran dengan pelaksanaan tindakan. Selain itu

didiskusikan pula permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam

pembelajaran. Selanjutnya berdasarkan hasil tes didiskusikan pula

keberhasilan tindakan dengan menggunakan kriteria yang telah

ditetapkan. Pada siklus I motivasi dan hasil belajar sudah memenuhi

indikator yang telah ditetapkan, namun dari segi pengelolaan

pembelajaran dan aktivitas siswa masih ada bagian yang belum efektif

Pada siklus II bagian yang belum efektif ini menjadi fokus utama

perbaikan tindakan. Kesalahan bisa terjadi pada rencana kegiatan

belajar mengajar yang disusun, bisa pada guru yang mengajar atau bisa

juga pada siswa. Oleh karena itu dalam tahap analisis dan refleksi,

peneliti membahas bersama-sama dengan observator tentang segala

sesuatu yang menjadi kekurangan pada siklus tersebut, untuk

kemudian diperbaiki pada siklus berikutnya, sehingga pada akhir

kegiatan diperoleh suatu perencanaan tindakan yang benar-benar

sesuai untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

24
3.5 Sumber, Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

DATA PENELITIAN YANG INSTRUMEN PENGUMPUL DATA

AKAN DIKUMPULKAN

Hasil Belajar siswa Instrumen Tes

Aktivitas Siswa Lembar observasi

Motivasi siswa Angket

Kemampuan Guru Lembar observasi

3.6 Teknik Analisis Data

Data dianalisis secara Deskrptif kualitatif.

3.6.1 Analisis data Hasil Angket

Selain instrumen yang berupa tes, dilakukan pula penjaringan data mengenai

motivasi siswa. Angket ini dibuat dengan mengacu pada angket motivasi yang

sesuai untuk pembelajaran menggunakan media audiovisual, yaitu angket

motivasi ARCS yang telah diadaptasi oleh peneliti

3.6.2 Analisis Data Hasil Tes

Ketuntasan belajar berdasarkan hasil tes pilihan ganda

3.6.3 Analisis Data Hasil Pengamatan

1) Pengamatan Kemampuan Guru

25
a. Untuk mengetahui keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, dihitung persentase keterlaksanaan langkah-

langkah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

b. Untuk mengetahui kualitas pelaksanaan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran skor yang diberikan pengamat di rata-ratakan dan

dikonversikan dengan kategori yang telah ditentukan.

2) Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa

Fokus observasi pada masing- masing pertemuan dirata-ratakan

kemudian dikonversikan dengan kategori yang telah ditentukan.

Kriteria predikat kemampuan guru dan aktivitas siswa adalah

sebagai berikut :

Rentang Nilai Predikat

90 – 100 Sangat baik

75 – 89 Baik

60 – 74 Cukup

0 - 59 Kurang

3.7 Indikator Keberhasilan

Penelitian dikatakan berhasil jika 80% siswa mencapai nilai ≥ 64 , motivasi

siswa dalam kategori baik, aktivitas belajar kategori baik serta kemampuan guru

minimal dapat mencapai keterlaksanaan RPP 95 % dengan kategori pelaksanaan

baik.

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Motivasi siswa

Tabel 4.1 Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I


Komponen Rata-rata kategori
Attention( perhatian) 3,77 Baik
Relevance (relevansi) 3,72 Baik
Confidence (percaya diri) 3,68 Baik
Satisfaction (kepuasan) 3,94 Baik

Tabel 4.2 Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus II


Komponen Rata-rata kategori
Attention( perhatian) 3,79 Baik
Relevance (relevansi) 3,77 Baik
Confidence (percaya diri) 3,74 Baik
Satisfaction (kepuasan) 4,03 Baik

4.1.2 Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yang diteliti meliputi hasil kerja kelompok dalam

proses pembelajaran STAD berbasis media audiovisual dan penguasaan matei

setelah kegiatan pembelajaran yang dinilai dengan tes hasil belajar.

a. Hasil belajar kelompok

Tabel 4.3 Skor Perkembangan Kelompok Siklus I


Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Kelompok Skor Penghargaan Skor Penghargaan Skor Penghargaan
Tim Tim Tim Tim Tim Tim
1 22 hebat 24 hebat 24 hebat
2 20 hebat 20 hebat 22,5 hebat
3 20 hebat 22 hebat 22 hebat
4 22 hebat 24 hebat 26 Super

27
Tabel 4.4 Skor Perkembangan Kelompok Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Kelompok Skor Penghargaan Skor Penghargaan Skor Penghargaan
Tim Tim Tim Tim Tim Tim
1 26 Super 26 Super 26 Super
2 25 Super 25 Super 25 Super
3 24 hebat 26 Super 26 Super
4 26 Super 26 Super 26 Super

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan jumlah skor perkembangan tiap

anggota kelompok kemudian dibagi dengan jumlah anggota kelompok tersebut.

Pada siklus I hampir semua kelompok mendapat predikat tim hebat,

kecuali kelompok 4 mendapat penghargaan tim super pada pertemuan ke-3.

Sedangkan pada siklus II hampir semua kelompok mendapat penghargaan tim

super , ini menandakan kinerja siswa dalam kelompoknya sangat bagus.

b. Hasil Belajar individual

Berdasarkan Data hasil penelitian pada siklus I mengenai hasil belajar IPA

materi pokok cahaya melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis media

audiovisual diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh siswa dari post tes

adalah 95,00 dan nilai terendah adalah 40,00 dan rata-rata hasil belajar IPA pada

siklus I sebesar 70,53 dengan ketuntasan klasikal 84,21 % . Pada siklus II , nilai

tertinggi 100,00 dan nilai terendah 55 dengan rata-rata hasil belajar 74,74 dan

ketuntasan klasikal 89,47 %.

28
Tabel 4.5 Distribusi tingkat pemahaman siswa siklus 1

No Kategori Rentang Nilai frekuensi % Ketuntasan

1 Istimewa 95% - 100% 1 5,26 Tuntas

2 Sangat Baik 80% - 94,9% 5 26,32 Tuntas

3 Baik 65% - 79,9% 10 52,63 Tuntas

4 Cukup 55% - 64,9% 1 5,26 Tidak Tuntas

5 Kurang 40,1% - 54,9% 1 5,26 Tidak Tuntas

6 Sangat Kurang 0% - 40% 1 5,26 Tidak Tuntas

Tabel 4.6 Distribusi tingkat pemahaman siswa siklus 2

No Kategori Rentang Nilai frekuensi % Ketuntasan

1 Istimewa 95% - 100% 2 10,53 Tuntas

2 Sangat Baik 80% - 94,9% 6 31,58 Tuntas

3 Baik 65% - 79,9% 9 47,36 Tuntas

4 Cukup 55% - 64,9% 2 10,53 Tidak Tuntas

5 Kurang 40,1% - 54,9% 0 0 Tidak Tuntas

6 Sangat Kurang 0% - 40% 0 0 Tidak Tuntas

Berdasarkan indikator kebehasilan hasil belajar siswa, penguasaan materi

mencapai KKM 64 dengan ketuntasan klasikal 80 % dan pada siklus II mengalami

peningkatan nilai rata-rata dibanding siklus I, maka hasil belajar siklus II telah

memenuhi indikator keberhasilan.

4.1.3 Aktivitas belajar siswa

Data aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8

29
Tabel 4.7 Data Aktivitas Siswa Siklus 1
No Fokus Observasi Penilaian Rata- Kategori
pengamat rata
P1 P2 P3
1. Persiapan siswa menghadapi 3 3 3 3 baik
KBM
2. Tanggapan siswa ketika guru 3 3 3 3 baik
melakukan apersepsi dan
motivasi
3. Perhatian siswa ketika guru 3 4 4 3,6 baik
menyajikan materi melalui
media audiovisual
4. Membentuk kelompok sesuai 2 2 3 2,3 cukup
petunjuk yang diberikan guru baik
5. Siswa berada dalam
kelompok
a. Terlibat pada saat 2 2 3 2,3 Cukup
melakukan percobaan dan baik
diskusi kelompok
b. Mengajukan pertanyaan 2 3 4 3 baik
c. Memberikan komentar 2 3 3 2,6 cukup
terhadap siswa lain baik
d. Mendorong partisipasi dan 3 3 3 3 baik
memotivasi teman untuk
memberi pendapat dan
menghargai pendapat teman
e. kemandirian siswa dalam 3 3 3 3 baik
menjawab soal kuis
f. Menanyakan hal-hal yang 3 3 3 3 baik
belum jelas kepada guru
6. Keberanian siswa untuk 2 3 4 3 baik
menyimpulkan
Jumlah 31,8
Rata-rata 2,9 Cukup
Persentase (%) 72 baik

30
Tabel 4.8 Data Aktivitas Siswa Siklus II
No Fokus Observasi Penilaian Rata- Kategori
pengamat rata
P1 P2 P3
1. Persiapan siswa menghadapi 4 4 4 4 Sangat
KBM baik
2. Tanggapan siswa ketika guru 3 3 3 3 baik
melakukan apersepsi dan
motivasi
3. Perhatian siswa ketika guru 4 4 4 4 Sangat
menyajikan materi melalui baik
media audiovisual
4. Membentuk kelompok sesuai 3 3 4 3,3 baik
petunjuk yang diberikan guru
5. Siswa berada dalam
kelompok
a. Terlibat pada saat 3 3 3 3 baik
melakukan percobaan dan
diskusi kelompok
b. Mengajukan pertanyaan 2 3 4 3 baik
c. Memberikan komentar 3 3 3 3 cukup
terhadap siswa lain baik
d. Mendorong partisipasi dan 3 3 3 3 baik
memotivasi teman untuk
memberi pendapat dan
menghargai pendapat teman
e. kemandirian siswa dalam 3 3 3 3 baik
menjawab soal kuis
f. Menanyakan hal-hal yang 3 3 3 3 baik
belum jelas kepada guru
6. Keberanian siswa untuk 2 3 4 3 baik
menyimpulkan
Jumlah 35,3
Rata-rata 3,2 baik
Persentase (%) 80
Pada siklus I aktivitas belajar siswa secara keseluruhan memiliki kategori

cukup baik , siswa belum terbiasa membentuk kelompok sesuai petunjuk yang

diberikan guru, tidak semua siswa terlibat pada saat melakukan percobaan dan

diskusi kelompok, dan hanya sedikit siswa yang memberikan komentar terhadap

siswa lain.,hal ini terjadi karena ada beberapa orang siswa yang sulit beradaptasi

31
karena terbiasa belajar secara individual. Pada siklus II aktivitas belajar siswa

memiliki baik. Hal ini karena semua siswa telah mengerti manfaat pembelajaran

dalam kelompok.

4.1. 4 Kemampuan Guru

Tabel 4.9 Data Kemampuan Guru Siklus 1


No Aspek yang diamati Penilaian pengamat Rata-rata Kategori
RPP RPP RPP
01 02 03
1. Persiapan 4,00 4,00 4,00 4,00 Sangat
Baik
2. Kegiatan awal 3,30 3,30 3,30 3,00 baik
3. Kegiatan inti 3,80 4,00 4,00 3,00 baik
4. Kegiatan akhir 4,00 4,00 4,00 4,00 Sangat
baik
5. Pengamatan suasana 3,60 3,60 3,60 3,60 Sangat
kelas baik

6. Pengelolaan waktu 2,00 2,00 2,00 2,00 Cukup


baik
Rata-rata 3,43 3,45 3,50 3,46
Persentase rata-rata baik
87
(%)
Keterlaksanaan (%) 90,91 95,45 100% 95,45 %
% %

Hasil observasi pada siklus I menunjukkan data kemampuan guru dapat

mencapai keterlaksanaan RPP 95,45% dan pelaksanaan pembelajaran dengan

kategori baik. Dimana masih ada aspek pengelolaan waktu pada saat penyajian

materi melalui media audiovisual tidak mencukupi.

32
Tabel 4.10 Data Kemampuan Guru Siklus 2
N Aspek yang diamati Penilaian pengamat Rata- Kategori
o RPP 01 RPP 02 RPP 03 rata
1. Persiapan 4,00 4,00 4,00 4,00 Sangat
baik
2. Kegiatan awal 3,50 3,50 3,70 3,60 Sangat
baik
3. Kegiatan inti 3,60 3,60 3,60 3,60 Sangat
baik
4. Kegiatan akhir 4,00 4,00 4,00 4,00 Sangat
baik
5. Pengamatan suasana 3,60 3,60 3,80 3,60 Baik
kelas
6. Pengelolaan waktu 3,00 3,00 3,00 3,00 Baik
Rata-rata 3,60 3,60 3,70 3,60 Sangat
Persentase rata-rata (%) 90 baik
Keterlaksanaan (%) 100% 100% 100% 100%

Pada siklus II, keterlaksanaan RPP sudah mencapai 100% dengan kategori

sangat baik berarti telah memenuhi indikator keberhasilan. Kelemahan-kelemahan

yang terjadi dalam siklus 1 tidak terjadi lagi.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa motivasi belajar

siswa mengalami kecenderungan untuk meningkat. Attention (perhatian) siswa

terlihat meningkat . Media dalam kegiatan pembelajaran ini berpengaruh

terhadap perhatian siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan dan selalu ingin

tahu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sumiati ( 2009 : 164) bahwa salah satu

manfaat atau kelebihan media pembelajaran adalah menarik perhatian siswa,

sehingga membangkitkan minat , motivasi, aktivitas dan kreativitas belajar siswa.

Relevance (keterkaitan) meningkat, motivasi peserta didik akan

terpelihara apabila mereka menganggap apa yang mereka pelajari memenuhi

33
kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang

(Suprijono, 2011:169). Pada kegiatan pembelajaran ini apersepsi yang digunakan

guru yaitu dengan meminta murid bercerita atau bertanya tentang gambar yang

ditayangkan dimana gambar tersebut berkaitan erat dengankehidupan sehari-hari

siswa . Selain itu untuk membuat kaitan dengan pembelajaran guru dapat

melakukannya dengan menghubungkan materi yang akan disampaikan dengan

materi yang telah dikuasai peserta didik dan perlu dikaitkan dengan pengalaman,

minat, dan kebutuhan peserta didik. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain

mengajukan pertanyaan apersepsi dan mengaitkan materi yang diajarkan dengan

lingkungan peserta didik (Mulyasa, 2011:87).

Confidence (kepercayaan diri) meningkat. Namun aspek motivasi ini

paling rendah dibandingkan dengan aspek motivasi lainnya, karena siswa masih

kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan

tugas. Hal ini dapat dimungkinkan karena siswa mengalami kegagalan berulang

kali dalam mengerjakan tugas dan kurangnya dorongan dari guru untuk berhasil

dalam mengerjakan tugas atau tes hasil belajar. Kepercayaan diri terkait dengan

keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu

tugas yang menjadi syarat keberhasilan (Suprijono, 2011:169).

Satisfaction (kepuasan) meningkat. Pada kegiatan pembelajaran guru

berusaha untuk selalu memberikan umpan balik atas kinerja siswa. Pemberian

hadiah dan pengakuan skor kelompok . Setelah masing-masing kelompok

memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-

masing kelompok sesuai dengan predikatnya. Hal ini memberikan dorongan

34
kepada siswa untuk aktif dalam memberikan pertanyaan atau jawaban saat

kegiatan pembelajaran di kelas karena siswa merasa puas dengan umpan balik

yang diberikan oleh guru. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Sardiman

(2005:92—94) bahwa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar di

antaranya adalah memberi angka, pujian, dan hadiah.

Hasil tes kelompok pada siklus II mengalami kenaikan skor perkembangan

dibanding siklus I. Dengan adanya kerja kelompok, dapat menggerakkan motivasi

belajar siswa karena dalam kerja kelompok siswa akan berinteraksi dan

melakukan kerjasama dalam belajar. Pada siklus II siswa yang kurang bisa bekerja

sama dalam kelompok sudah teratasi, tiap anggota kelompok merasa senasib

sepenanggungan sehingga berusaha mempertahankan nama baik kelompoknya.

Menurut Trianto, 2007, pembelajaran kooperatif memberikan peluang

kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling

bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur

penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Ibrahim, dkk (2000) dalam Trianto, 2007, yaitu tujuan

pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, salah satunya adalah

keterampilan sosial. Keterampilan sosial yang dapat dikembangkan dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah keterampilan kerjasama dalam timnya

untuk mendapatkan predikat yang baik dalam kelompoknya.

Hasil tes individu pada siklus II, menunjukkan peningkatan hasil belajar.

Hal ini akibat pemahaman yang makin mantap dan siswa telah mampu beradaptasi

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis media audiovisual.

35
Pada siklus I distribusi nilai siswa ada yang berada pada kategori kurang dan amat

kurang sedangkan pada siklus II nilai terendah berada pada kategori cukup.

Pada siklus I nilai rata-rata 70,53 dengan ketuntasan klasikal 84,21 %.

Pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 74,74 dengan ketuntasan klasikal

89,47 %. Dengan melihat ketuntasan klasikal pada siklus I dan siklus II sudah

memenuhi indikator keberhasilan, hasil belajar yang dicapai sudah lebih baik dan

menjadi lebih baik lagi pada siklus II.

Aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I kategori baik menjadi

kategori amat baik pada siklus II. Pada siklus I ada 3 fokus observasi aktivitas

belajar siswa yang hanya memiliki kategori cukup baik, namun pada siklus II

ketiga fokus observasi tersebut telah memiliki kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan guru dalam

melaksanakan pembelajaran yaitu keterlaksanaan RPP. Indikator

keberhasilannya adalah minimal dapat mencapai keterlaksanaan RPP 95% dengan

kategori baik.

Keterlaksanaan RPP pada siklus I adalah 95,45% dengan kategori baik

dan pada siklus II telah mencapai 100% dengan kategori sangat baik. Kekurangan

pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II, terutama pada pengelolaan waktu.

Pada saat menayangkan materi melalui tayangan pesona edu, alokasi waktu yang

diberikan tidak mencukupi disebabkan banyaknya materi yang ditayangkan. Pada

siklus II waktu yang dialokasikan sudah berjalan efesien.

Terbuktinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media

36
audiovisual sebagai alat bantu dalam penyampaian materi pelajaran dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan

hasil belajar dan motivasi siswa pada materi pokok Cahaya dan Alat Optik

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis media

audiovisual di kelas VIIIB SMP Negeri 2 Tanta dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1) Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran memiliki kategori baik.

2) Hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata 70,53 dengan ketuntasan

klasikal 84,21 %. Pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 74,74

dengan ketuntasan klasikal 89,47 %.

3) Aktivitas belajar siswa mengalami kenaikan dari kategori cukup baik

pada siklus I menjadi kategori baik pada siklus II.

4) Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbasis media audiovisual untuk materi Cahaya dan Alat Optik kelas

VIIIB SMP Negeri 2 Tanta pada siklus I keterlaksanaan RPP 95,45%

dengan kategori baik dan pada siklus 2 keterlaksanaan RPP 100% dengan

kategori sangat baik.

5.2 Saran

Sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka dapat

disampaikan saran-saran sebagai berikut:

38
1) Hendaknya dalam pembelajaran para guru menggunakan media

audiovisual karena sangat membantu guru dalam penyampaian materi

yang abstrak menjadi lebih kongkrit

2) Karena pembelajaran ini efektif mengubah pembelajaran dari teacher

centered menjadi student centered, maka disarankan agar model ini juga

dikembangkan di sekolah – sekolah lainnya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Andreson. 2007. Edgar Dale’s Cone of Experience.(online),


(http://ctl.mesacc.edu/edgar-dales-cone-of-experience-2/ , di akses27 Juni
2011)

Aqib, Z.2010. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan


cendekia

Agriani.2010.PTK SMP/Sistem dalam Kehidupan tumbuhan. . (onlin)],


( Kotabandarlampung.com/2011/10/penelitian-tindakan-kelas-pelajaran-
ipa-smp-sistem-dalam-kehidupan-tumbuhan, di akses 27 April 2012)

Arikunto. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP.2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang


Pendidikan Dasar dan Menengah. (online),
www.scribd.com/doc/21683353/KTSP-BSNP, di akses 2 Maret 2012)

Baker. 2007. Motivation and instructional designer. (online),


(http://mailer.fsu.edu/~jkeller/Articles/Keller,%20Deimann,%20Liu%20
Effects%20of%20integrated.pdf, di akses 20 April 2012)

Keller,J.2004.ArcsModelofMotivation.(online),(Idtheory.pbwork.com/w/page/253
80791/john%20 keller%27s%ARCS, di akses 12April 2012)

Legowo.2008.PendidikProfesional.(online),(http://legowo.staff.uns.ac.id/2008/09/
17/mulang/, di akses 27 April 2012)

Munawar,I. 2009. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. (online),


(http//indramunawar.blogspot.com/search/label/faktorfaktor%20yang%20
Mempengaruhi%20 Hasil%20Belajar ,di akses27 April 2012)

Munawar,I. 2009. Hasil Belajar ( Pengertian dan Defenisi) .(online),


( http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-
defenisi.html , di akses 27 April 2012).

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran


Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rasyid,H. & Mansur. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV Wacana


Prima.

Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

40
Sudjana, Nana, dan Rivai,A.2008. Media Pengajaran. Yogyakarta: Sinar Baru
Algesindo

Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.

Sukarnyana,I.W. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Universitas Negeri


Malang.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning. Yokjakarta: Pustaka Belajar.

Surianta,I.M.2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif type STAD


dengan Media VCD. (online),
( www.disdikklungkung.net/content/view/73/46 di akses 28 April 2012)

Sutikno,M.S. 2007. Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar .


[online),(http;/www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-
membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html , di akses 20 April 2012)

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Uno.2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang Pendidikan.


Jakarta : Bumi Aksara.

41

Anda mungkin juga menyukai