Anda di halaman 1dari 6

Tauhid Menghapuskan Seluruh Dosa

Khutbah Pertama:

ُ‫لِل ن َْح َم ُدُهُ َونَ ْستَ ِع ْينُ ُه‬ ُِّ ِ ‫ن ْال َح ْم َُد‬ ُّ ‫ب َونَ ْست َ ْغ ِف ُرُهُ ِإ‬ُُ ‫ إِلَ ْي ُِه َونَت ُ ْو‬، ُ‫ن ِباللُِ َونَعُ ْو ُذ‬ ُْ ‫ِم‬
‫ش ُر ْو ُِر‬ ُ ‫ت أ َ ْنفُ ِسنَا‬ ُِ ‫سيِِّئَا‬َ ‫ أَ ْع َما ِلنَا َو‬، ‫ن‬ ُْ ‫للاُ يَ ْه ِدُِه َم‬
ُ ‫ل‬ ُ َ َ‫ل ف‬ُّ ‫ض‬ ِ ‫ن لَ ُهُ ُم‬ ُْ ‫ل َو َم‬ُْ ‫ض ِل‬ْ ُ‫ي‬
ُ َ َ‫ِي ف‬
‫ل‬ َُ ‫ لَ ُهُ هَاد‬، ‫ن َوأ َ ْش َه ُُد‬ ُْ َ‫ل أ‬َُ َ‫ل إِلَ ُه‬ُّ ِ‫للاُ إ‬
ُ ُ‫ل َو ْح َدُه‬ َُ ‫ْك‬َُ ‫ لَ ُهُ ش َِري‬، ‫ن َوأَ ْش َه ُُد‬ ُّ َ‫أ‬
ُ‫ع ْب ُدُهُ ُمح ّمدا‬ َ ُ‫س ْولُ ُه‬ُ ‫ص ِفيُّ ُهُ َو َر‬ َ ‫علَى َوأ َ ِم ْينُ ُهُ َو َخ ِل ْيلُ ُهُ َو‬ َ ‫اس َو ُمبَ ِلِّ ُُغ َو ْح ِي ُِه‬
ُ ِ ّ‫ش َْر ِع ُِه الن‬
‫صلَ َواتُُ ؛‬ َ َ‫س َل ُم ُهُ للاُِ ف‬ َ ‫علَ ْي ُِه َو‬َ ‫علَى‬ َ ‫ص ْحبِ ُِه َُو آ ِل ُِه َو‬ َ َُ‫أَ ْج َم ِعيْن‬
‫ للاُِ ِعبَا َُد ال ُمؤْ ِمنِيْنَُ َم َعا ِش َُر بَ ْع ُُد أَ ّما‬: ‫للا اِتّقُ ْوا‬ َُ ‫ن ُم َراقَبَةُ َو َراقِبُ ْوُهُ تَ َعالَى‬ ُْ ‫َم‬
‫ن يَ ْعلَ ُُم‬ُّ َ‫ يَ َراُهُ َُو يَ ْس َمعُ ُهُ َربّ ُهُ أ‬.
ُ‫ للاُِ ِع َبا َُد بَ ْع ُُد أَ ّما ث ُ ّم‬:
Kaum muslimin rahimakumullah,

Apa rahasia kehebatan tauhid, sehingga mampu menghapus segala dosa, sebesar apapun? Seorang
Umar bin Khathab radhiyallahu anhu misalnya, tokoh yang sebelum masuk Islam terkenal paling
menentang ajaran Islam dan terkenal dengan kekafirannya serta pernah mengubur putrinya hidup-
hidup. Namun dengan masuk Islam, mentauhidkan peribadatan hanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala saja, maka terhapuslah segala dosa dan kesalahannya yang menggunung. Bahkan menjadi
tokoh paling mulia di sisi Allah sesudah Abu Bakar radhiyallahu anhu.

Apalagi jika kesalahan seseorang lebih kecil, tentu akan lebih mudah terhapus dengan tauhid.
Bahkan jika kesalahan serta kekufurannya lebih besar dari Umar radhiyallahu anhu sekalipun, tetap
semua itu akan hapus dan sirna dengan tauhid.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“…ُ‫ب لَ ِقيَنِي َو َم ْن‬


ُِ ‫ض ِبقُ َرا‬ َ ، ُ‫مسلم رواه ” َم ْغف َِرةُ ِبمِ ثْ ِل َها لَ ِق ْيت ُ ُه‬
ُ ِ ‫شيْئا ِبي لَيُ ْش ِركُُ خَطِ ْيئ َةُ ْاْل َ ْر‬

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “…Dan barangsiapa menjumpai-Ku dengan membawa kesalahan
sepenuh bumi dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Aku, maka Aku akan
menjumpainya dengan ampunan yang sepenuh bumi pula”. (HR. Muslim).

Dalam Sunan Tirmidzi, dari Anas radhiyallahu anhu , beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman :

َُ‫ب أَت َ ْيتَنِي لَ ُْو إِنّكَُ !آ َد َُم يَاابْن‬ َ ‫ َخ‬، ‫شيْئا بِي لَت ُ ْش ِركُُ لَ ِق ْيتَنِي ث ُُّم‬
ُ ِ ‫طايَا ْاْل ْر‬
ُِ ‫ض بِقُ َرا‬ َ َُ‫ْل َت َ ْيتُك‬
َُ ‫َم ْغف َِرةُ بِقُ َرابِ َها‬
Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika engkau datang menghadap kepada-Ku dengan membawa
kesalahan-kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang kepada-Ku dalam keadaan tidak
mempersekutukan sesuatupun dengan Ku, maka Aku akan datang kepadanya dengan membawa
ampunah sepenuh bumi pula.

Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Aal asy-Syaikh (wafat th. 1285 H) menyebutkan bahwa al-Hafizh
Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang datang dengan membawa
tauhid (kepada Allah), meskipun memiliki kesalahan sepenuh bumi, niscaya Allah akan menemuinya
dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula”.

Maksudnya, hadits di atas menegaskan bahwa siapa yang bertauhid dengan sempurna, maka bisa
mendapat ampunan dari dosa-dosanya meskipun dosa-dosa itu memenuhi bumi. Bukan hanya itu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa orang yang sempurna tauhidnya,
tidak akan diadzab oleh Allah di akhirat.

Dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu tentang hak dan kewajiban hamba kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ُ‫علَى للاُِ َح ُّق‬ َ ‫ن ْال ِعبَا ُِد‬ ُْ َ ‫للا يَ ْعبُدُوا أ‬


َُ ‫شيْئاُ بِ ُِه َولَيُ ْش ِر ُك ْوا‬ ُُّ ‫علَى ْالعِبا َُِد َو َح‬
َ ،‫ق‬ َ ِ‫للا‬
ُ :‫ن‬ُْ َ ‫لَ أ‬ َُ ‫ن يُ َع ِ ِّذ‬
ُ ‫ب‬ ُْ ‫لَ َم‬ َ . ُُ‫قُ ْلت‬: ‫ل‬
ُ ُُ‫شيْئاُ بِ ُِه يُ ْش ِرك‬ َُ ‫للاُِ يا َ َرسُ ْو‬،
َ‫ل‬ُ َ‫شر أَف‬ ُ
ِّ ِ َ‫س؟ أب‬َ ّ ‫ل النا‬ ِّ ِ َ‫فَيَت ّ ِكلُ ْوا لَتُب‬. ‫أخرجاه‬
َُ ‫ قَا‬: ‫ش ْر ُه ُْم‬

Hak Allah yang menjadi kewajiban para hamba ialah agar mereka beribadah kepada Allah saja dan
tidak mempersekutukan sesuatupun (syirik) dengan Allah. Sedangkan hak hamba yang akan
diperoleh dari Allah ialah bahwa Allah tidak akan mengadzab siapapun yang tidak mempersekutukan
(syirik) sesuatu dengan Allah.” Aku (mu’adz) berkata, ‘Wahai Rasulullah, tidakkah kabar gembira ini
aku sampaikan kepada orang banyak ?’ Beliau menjawab, “Jangan engkau kabarkan kepada mereka,
sebab mereka akan bergantung (dengan mengatakan: yang penting tidak syirik-pen) (HR. Bukhari
dan Muslim).

Hadits ini menunjukkan, orang yang sama sekali tidak berbuat syirik dalam beribadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala , ia tidak akan di adzab.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula :

ُ‫ل َم ْن‬َُ ‫ن أ َ ْش َه ُُد قَا‬ُْ َ ‫لَ أ‬


ُ َ‫لّ ِإلَ ُه‬ ُ ُ‫ َل ُهُ لَش َِريْكَُ َوحْ َدُه‬، ‫ن‬
ُ ‫للاُ ِإ‬ ُّ َ ‫ع ْب ُدُهُ ُم َح ّمدا َوأ‬
َ ُ‫س ْولُ ُه‬ ُ ‫و َر‬، َ ‫ن‬ ُّ َ ‫سى َوأ‬ َ ُِ‫أ َ َم ِت ُِه َوابْنُُ للا‬، ُ‫َم ْر َي َُم ِإ َلى أ َ ْلقَاهَا َو َك ِل َمت ُ ُه‬
َ ‫عُْب ُُد ِع ْي‬
ُ‫مِ ْن ُهُ َو ُر ْوح‬، ‫ن‬ ُّ َ ‫ن َحقُ ْال َجنّ ُةَ َوأ‬ ُّ َ ‫ار َوأ‬
َُ ّ‫ َحقُ الن‬، ُ‫ن للا أ َ ْد َخلَ ُه‬ ُِ ‫رواية وفى(شَا َُء الث ّ َمانِيَ ُِة ْال َجنّ ُِة أَب َْوا‬: ُ ‫علَى ْال َجنّ ُةَ أ َ ْد َخلَ ُه‬
ُِّ َ ‫ب أ‬
ُْ ِ‫ي ِ م‬ َ ‫ل مِ نَُ كَانَُ َما‬ ْ
ُِ ‫)ال َع َم‬.
‫أخرجاه‬

Siapa yang berkata: Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah saja,
tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, juga bersaksi
bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak hamba (perempuan) Allah, ia adalah manusia yang dicipta
dengan kalimat-Nya, lalu dimasukkan ke dalam diri Maryam, dan ia adalah ruh yang dicipta oleh
Allah. Juga bersaksi bahwa sorga adalah benar adanya, dan nerakapun benar adanya, maka Allah
pasti akan memasukannya ke dalam sorga, melalui pintu mana saja yang dia kehendaki dari pintu-
pintunya yang delapan. (Dalam riwayat lain: maka Allah pasti akan memasukannya ke dalam sorga,
sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukannya). (HR. Bukhari dan Muslim).

Masih banyak nash lain yang menceritakan kehebatan tauhid. Apa Rahasianya?
Di sini perlu dikaji beberapa hal di antaranya:

Pengertian Tauhid

Tauhid ialah meng-Esakan Allah ‘Azza wa Jalla dengan hanya memberikan peribadatan kepada-Nya
saja.[6] Artinya, agar orang beribadah (menyembah) hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla saja serta
tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya (tidak syirik kepada-Nya). Dia beribadah hanya
kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan mencurahkan kecintaan, pengagungan, harapan dan rasa cemas.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa kata tauhid merupakan
mashdar dari wahhada, yuwahhidu, artinya menjadikan sesuatu menjadi satu-satunya. Dan ini tidak
akan terjadi kecuali dengan menggabungkan antara nafi (peniadaan) dan itsbat (penetapan).
Meniadakan (peribadatan) dari selain yang di Esakan, serta menetapkan (peribadatan) hanya pada
yang di Esakan.

Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tauhid yang di bawa Rasul
Allah sebagai ajarannya tidak lain berisi penetapan bahwa sifat Uluhiyah (berhak disembah)
hanyalah milik Allah ‘Azza wa Jalla saja. Yaitu, ikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
diibadahi kecuali Allah ‘Azza wa Jalla , tidak ada yang boleh diibadahi kecuali Dia, tidak diserahkan
sikap tawakal kecuali hanya kepada-Nya, tidak ada kecintaan kecuali karena-Nya, tidak dilakukan
permusuhan kecuali karena-Nya dan tidak dilakukan amal perbuatan kecuali dalam rangka ridha-
Nya. Dan itu semua mencakup penetapan nama-nama serta sifat-sifat-Nya sesuai dengan apa yang
telah Dia tetapkannya sendiri bagi diriNya”.

Selanjutnya beliau rahimahullah mengatakan, “Bukanlah tauhid yang dimaksud sekedar Tauhid
Rububiyah. Yaitu meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta satu-satunya”.

Itulah hakikat tauhid yang menjadi intisari dakwah serta ajaran setiap Rasul Allah, yaitu yang berisi
dua hal pokok: Pertama, penolakan terhadap setiap sesembahan selain Allah, dan kedua, penetapan
bahwa sesembahan yang benar hanyalah Allah ‘Azza wa Jalla saja.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

ُِِّ ‫سولُ أ ُ ّمةُ ُك‬


ُ‫ل فِي بَعَثْنَا َولَقَ ْد‬ ُِ َ ‫َللا ا ْعبُدُوا أ‬
ُ ‫ن َر‬ ّ
َُّ ‫الطاغُوتَُ َواجْ تَنِبُوا‬

Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat untuk menyeru kepada umat
masing-masing, “Beribadahlah kalian kepada Allah saja, dan jauhilah thaghut. [an-Nahl/16:36]

Dan banyak firman Allah yang senada dengan ayat ini.

Tujuan Diciptakan Manusia

Adalah sangat naif dan dangkal jika orang berprasangka bahwa hidup di dunia ini hanyalah untuk
tujuan dunia, untuk membangun dunia dengan segala gebyar serta teknologinya, dan untuk
melakukan kebaikan-kebaikan duniawi hanya demi kebaikan serta kesejahteraan dunia.

Orang hidup pasti akan mati dan meninggalkan dunia fana ini menuju kehidupan lain. Dan pasti akan
ada pertanggung jawaban dalam kehidupan lain itu. Karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjelaskan, bahwa hidup di dunia ini memiliki tujuan agung yang bukan sekedar hidup, kemudian
mati, lalu selesai. Tujuan agung itu adalah peribadatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla . Firman-Nya :

ُّ ‫س ْال ِج‬
‫ن َخلَُ ْقتُُ َو َما‬ ِ ْ ‫ل َو‬
َُ ‫اْل ْن‬ ُّ ِ‫ُون إ‬
ُِ ‫ِل َي ْعبُد‬

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu. [adz-
Dzariyat/51:56]

Ibadah yang dimaksud adalah ibadah murni yang tidak terkotori dengan peribadatan kepada selain
Allah ‘Azza wa Jalla . Jika seseorang dalam peribadatannya melakukan perbuatan syirik,
mempersekutukan makhluk dengan Allah, maka pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala akan murka dan
tidak akan ridha.

Di antara dalilnya ialah, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ُ‫َللا ِإ ّن‬
َُّ ‫ل‬ ُُ ‫ن يَ ْغف‬
َُ ‫ِر‬ ُُ ‫ن َٰذَلِكَُ دُونَُ َما َويَ ْغف‬
ُْ َ ‫ِر بِ ُِه يُ ْش َركَُ أ‬ ُْ ‫ن ۚ يَشَا ُُء ِل َم‬ ُْ ‫الِل يُ ْش ِر‬
ُْ ‫ك َو َم‬ َُٰ ‫عظِ يما إِثْما ا ْفت ََر‬
ُِّ ِ‫ى فَقَ ُِد ب‬ َ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersukutukan) kepadaNya, dan Dia
mengampuni dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah mengadakan dosa yang sangat besar. [an-
Nisa’/4:48]

Juga firman-Nya :

ِّ ِ ‫ظ ْلمُ ال‬
ُ‫ش ْركَُ ِإ ّن‬ ُ َ‫عظِ يمُ ل‬
َ

Sesungguhnya (dosa) syirik (mempersekutukan Allah), benar-benar merupakan kezaliman yang


sangat besar. [Luqman/31:13]

Demikian pula firman-Nya :

ُ‫اج َُد َوأ َ ّن‬


ِ ‫س‬َ ‫لِل ْال َم‬ ُّ ‫أ َ َحدا‬
ُ َ َ‫َللاِ َم َُع ت َ ْدعُوا ف‬
ُِّ ِ ‫ل‬

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah, maka janganlah kamu memohon di
dalamnya kepada siapapun, di samping kepada Allah. [al-Jin/72:18]

Jadi, bagaimana mungkin Allah ‘Azza wa Jalla tidak murka jika Dia Yang Maha Perkasa dan Sempurna
disejajarkan dengan makhluk-Nya yang serba lemah dan kurang. Karena itulah, larangan terbesar
dalam Islam adalah syirik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

‫َللا َوا ْعبُدُوا‬


َُّ ‫ل‬َُ ‫شيْئا بِ ُِه ت ُ ْش ِر ُكوا َو‬
َ

Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun [An-
Nisa/4:36]

Demikian juga maksud diturunkannya kitab-kitab Allah ‘Azza wa Jalla serta diutusnya para rasul ialah
agar para manusia beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla saja. Dalilnya sangat banyak, di
antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

‫س ْلنَا َو َما‬
َ ‫ن أ َ ْر‬
ُْ ِ‫ن قَ ْبلِكَُ م‬
ُْ ِ‫سولُ م‬
ُ ‫ل َر‬ َُ َ‫ل إِ َٰلَ ُه‬
ُّ ِ‫ل ُأ َنّ ُهُ إِلَ ْي ُِه نُوحِ ي إ‬ ُّ ِ‫ُون أَنَا إ‬
ُِ ‫فَا ْعبُد‬
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya,
“Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan
aku”. [Al-Anbiya’/21:25]

Nah, agar orang tidak kecewa kelak dalam kehidupan di alam lain, ia harus tunduk pada aturan yang
ditetapkan oleh Penciptanya. Dan Penciptanya ini telah menunjuk utusan kepercayaan-Nya untuk
menyampaikan risalah-Nya. Ia adalah Rasulullah, utusan-Nya.

Semoga Allah menganugerahkan kita pemahaman tauhid yang benar dan memberi taufik kepada
kita untuk mengamalkannya.

َُ‫ارك‬ ُ ‫آن فِي لَ ُك ُْم َُو لِي‬


َ ‫للاُ َب‬ ُِ ‫ت مِ نَُ ِف ْي ُِه ِب َما َو ِإيّا ُك ُْم َونَفَ ْعنِي الك َِري ُِْم القُ ْر‬ ُُ ‫ل َهذَا أَقُ ْو‬
ُِ ‫ ال َح ِكي ُِْم َوال ِذِّ ْك ُِر اآل َيا‬. ‫ل‬ َُ ‫سائ ُِِر َولَ ُك ُْم لِي‬
ُُ ‫للا َوا َ ْست َ ْغف‬
َُ ‫ِر القَ ْو‬ َ ‫َو ِل‬
ُْ ِ‫ل م‬
َُ‫ن ال ُم ْسلِمِ يْن‬ ُْ ‫الرحِ ْي ُُم الغَفُ ْو ُُر ه َُُو ِإنّ ُهُ لَ ُك ُْم َي ْغف‬.
ُِِّ ‫ِر فَا ْست َ ْغف ُِر ْوُهُ ذَ ْنبُ ُك‬ ّ

Khutbah Kedua:

ُ‫لِل ا َ ْل َح ْم ُد‬
ُِّ ِ ‫عظِ ي ُِْم‬َ ‫ان‬ ُِ ‫س‬ َ ‫اْل ْح‬
ِ ‫ِع‬ُِ ‫ل َواس‬ ُِ ‫ض‬ْ َ‫َان َوال ُج ْو ُِد الف‬ ُْ َ ‫ن َوأ‬
ُِ ‫ َوا ِل ْمتِن‬, ‫ش َه ُُد‬ ُْ َ ‫ل أ‬ ُّ ‫للاُ ِإ‬
َُ َ‫ل ِإلَ ُه‬ َُ َُ‫ لَ ُهُ ش َِريْك‬, ‫ن َوأ َ ْش َه ُُد‬
ُ ُ‫ل َوحْ َدُه‬ ُّ َ ‫ع ْب ُدُهُ محمداُ أ‬
َ ُ ‫؛ َو َرسُ ْولُ ُه‬
‫صلى‬ ّ َ ُ‫للا‬ ُ ‫سل َُم‬ ّ َ ‫علَ ْي ُِه َو‬َ ‫علَى‬َ ‫ص ْحبِ ُِه آ ِل ُِه َو‬
َ ‫أجْ َم ِعيْنَُ َو‬.َ

‫ للاُِ ِع َبا َُد َب ْع ُُد أ َ ّما‬: ‫للا اِتّقُ ْوا‬


َُ ‫ ت َ َعالَى‬،

Kaumu muslimin rahimani wa rahimakumllah,

Bagaimana Cara Bertauhid?

Setelah mengetahui pengertian tauhid dan bahwa ia adalah alasan mengapa Allah mengutus para
rasul-Nya. Timbul pertanyaan, bagaimanakah cara bertauhid kepada Allah. Adalah jelas bahwa Islam
dibangun berdasarkan pondasi tauhid. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ُ‫ى ِإنّ َما قُ ْل‬ ُّ َ‫ل ۚ َواحِ دُ ِإ َٰلَهُ ِإ َٰلَ ُه ُك ُْم أَنّ َما ِإل‬
َُٰ ‫ي يُو َح‬ ُْ ‫ُم ْس ِل ُمونَُ أ َ ْنت ُُْم فَ َه‬

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwasanya


sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa, maka apakah kamu telah Islam (berserah diri)
kepada-Nya”? [al-Anbiya’/21:108]

Maka agar keislaman seseorang itu benar dan diterima di sisi Allah ‘Azza wa Jalla , ia harus bertauhid
dengan benar, yaitu hanya memberikan peribadatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan ikhlas dan
tidak memberikan sedikitpun dari macam-macam ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala , hal-hal yang hanya
menjadi kekuasaan Allah untuk memberinya; tidak kepada malaikat, tidak kepada Nabi, tidak kepada
wali, tidak kepada ‘orang pintar’, tidak kepada pohon, batu, matahari, bulan, kuburan dan lain
sebagainya.

Jadi dalam bertauhid, orang harus menolak dan menyingkiri segala yang disembah selain Allah ‘Azza
wa Jalla , dan hanya mengakui, menetapkan serta menjalankan bahwa peribadatan hanya
merupakan hak Allah saja, Pencipta alam semesta.

Bertauhid bukan sekedar mengikrarkan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemberi rizki,
Pengatur serta Pemilik alam semesta. Sebab tauhid semacam ini telah diikrarkan pula oleh kaum
musyrikin Arab pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi bertauhid harus direalisasikan
dengan memberikan peribadatan hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla , permohonan, doa dan
kegiatan-kegiatan lain yang semakna, hanya kepada Allah saja.

Dengan demikian, agar tauhid berfungsi menghapus segala dosa dan menghalangi masuk neraka,
maka seseorang harus memurnikan tauhidnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla serta berupaya
menyempurnakannya. Ia harus memenuhi syarat-syarat tauhid, baik dengan hati, lidah maupun
anggauta badannya. Atau –minimal- dengan hati dan lidahnya pada saat meninggal dunia.

Intinya, menyerahkan peribadatan, kehidupan dan kematian hanya kepada Allah, meninggalkan
segala bentuk kemusyrikan serta segala pintu yang dapat menjerumuskan ke dalam kemusyrikan,
sebagaimana telah diterangkan dalam ayat-ayat atau hadits-hadits di atas.

Demikian secara sangat ringkas gambaran tentang kehebatan tauhid yang memiliki daya hapus luar
biasa terhadap dosa-dosa. Karena itu mengapa orang tidak tertarik memanfaatkan kesempatan ini ?
yaitu dengan bertaubat, kembali bertauhid serta memurnikan tauhidnya kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala ? Dan mengapa tidak takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ?

Perlu disadari oleh setiap insan, bahwa kelak masing-masing akan datang sendiri dan
mempertanggung jawabkan dirinya sendiri dihadapan Allah yang Maha adil keputusan hukumNya.

ُ‫فَ ْردا ْال ِق َيا َم ُِة َي ْو َُم آتِي ُِه َو ُكلُّ ُه ْم‬

Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari Kiamat.
[Maryam/19:95]

Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Mudah-mudahan khutbah yang singkat ini dapat membuka sedikit wawasan kita tentang tauhid dan
mengenalkan kita kepada inti dari ajaran Islam ini. Kita memohon kepada-Nya agar menjadikan kita
ahlut tauhid.

‫صلُّ ْوا‬
َ ‫س ِِّل ُم ْوا َو‬
َ ‫عا ُك ُُم َو‬ ُ ‫علَى‬
َ ‫للاُ َر‬ َ ‫ْن ُم َح ّم ُِد‬ َ ُِ‫للاُ أ َ َم َر ُك ُُم َك َما للا‬
ُِ ‫ع ْب ُِد اب‬ ُ َُ‫ل ِكت َا ِب ُِه فِي ِبذَلِك‬
َُ ‫فَقَا‬: ‫ن‬ َُّ ُ‫ص ُّلونَُ َو َم َلئِ َكت َ ُه‬
ُّ ‫َللا ِإ‬ َ ُ‫ع َلى ي‬
َ ِ‫ي‬ُِّ ‫أَيُّ َها َيا ال ّن ِب‬
َُ‫صلُّوا آ َمنُوا الّذِين‬ َ ‫س ِِّل ُموا‬
َ ‫علَ ْي ُِه‬ َ ‫اْلحزاب[ ت َ ْسلِيماُ َو‬:56] ، ‫ل‬ َُ ‫صلّى َوقَا‬َ ُ‫للا‬ ُ ‫علَ ْي ُِه‬َ ‫سلّ َُم‬َ ‫ َو‬: ((ُ‫صلّى َم ْن‬ َ ‫ي‬ َ ُ‫صلّى َواحِ َدة‬
ُّ َ‫عل‬ ُّ ‫علَ ْي ُِه‬
َ ُ‫َللا‬ َ
‫ع ْشرا‬ َ )).

ُ‫ل اَللّ ُه ّم‬ َ ‫علَى‬


ُِِّ ‫ص‬ َ ُ‫علَى ُم َح ّمد‬ َ ‫ل َو‬ ُِ ‫صلَيْتَُ َك َما ُُم َح ّمدُ آ‬ َ ‫علَى‬ َ ‫علَى ِإب َْرا ِهي َُْم‬ َ ‫ل َو‬ُِ ‫ َم ِجيْدُ َحمِ يْدُ ِإنّكَُ ِإب َْرا ِهي َُْم آ‬، ‫ك‬ ِ ‫علَى َو َب‬
ُْ ‫ار‬ َ ُ‫علَى ُم َح ّمد‬ َ ‫ل َو‬ ُِ ‫ُم َح ّمدُ آ‬
‫ار ْكتَُ َك َما‬ َ َ‫علَى ب‬َ ‫علَى إِب َْرا ِهي َُْم‬ َ ‫ل َو‬ ُِ ‫ َم ِجيْدُ َحمِ يْدُ إِنّكَُ إِب َْرا ِهي َُْم آ‬.ُ‫ض‬ َ ‫ار‬ ّ
ْ ‫ن الل ُه ُّم َو‬ ُِ ‫ع‬ ّ ‫ي ال َم ْه ِديِيْنَُ اْلَئِ ّم ُِة‬
َ ُِ‫الرا ِش ِديْنَُ ال ُخلَفَاء‬ َ
ُْ ِ‫بَ ْك ُِر أب‬
ُِ ‫الص ِ ِّد ْي‬
‫ق‬ ِّ ِ ، ‫ع َم َُر‬ ُ ‫ق َو‬ُِ ‫َار ْو‬ُ ‫ الف‬، َُ‫ي َوعُث َمان‬ ْ ُْ ‫ْن ِذ‬ َ
ُِ ‫النُ ْو َري‬، ‫ْن َوأبِي‬ ُِ ‫سنَي‬
َ ‫علِي ال َح‬ َ ،‫ض‬ َُ ‫ار‬ ّ
ْ ‫ن الل ُه ُّم َو‬ ُِ ‫ع‬
َ ‫ص َحابَ ُِة‬ َ
ّ ‫أجْ َم ِعيْنَُ ال‬، ‫ن‬ ُِ ‫ع‬
َ ‫ن الت َابِ ِعيْنَُ َو‬ُْ ‫تَبِعَ ُه ُْم َو َم‬
ُ‫سان‬ َ
َ ْ‫ْن يَ ْو ُِم إِلى بِإِح‬ ِّ
ُِ ‫ال ِدي‬، ‫عنا‬ ّ ِّ
َ ‫سانِكَُ َوك ََرمِ كَُ بِ َمنِكَُ َمعَ ُه ُْم َو‬ ْ َ ْ
َ ْ‫اْلك َر ِميْنَُ أك َر َُم يَا َوإِح‬. َ

ُ‫ِز اَللّ ُه ّم‬


ُّ ‫اْلس َْل َُم أَع‬ ِ َُ‫ َو ْال ُم ْسلِمِ يْن‬، ‫ل‬ ُّ ‫ َوال ُم ْش ِر ِكيْنَُ الش ِْركَُ َوأ َ ِذ‬، ‫ العَالَمِ يْنَُ َربُّ يَا ال ِ ِّديْنَُ َح ْوزَ ُة َ َواحْ ُِم ال ِ ِّديْنَُ أ َ ْع َدا َُء َو َد ِ ِّم ُْر‬. ‫علَيْكَُ اَللّ ُه ُّم‬ َ ُِ‫بِأ َ ْع َداء‬
ُِ ‫ل فَإِنّ ُه ُْم ال ِ ِّدي‬
‫ْن‬ َُ َُ‫ يُ ْع ِج ُز ْونَك‬، ‫ن اللّ ُه ُّم بِكَُ َونَعُ ْو ُذُ نُ ُح ْو ِر ِه ُْم فِي نَجْ عَلُكَُ إِنّا اَللّ ُه ُّم‬ ُْ ِ‫ش ُر ْو ِر ِه ُْم م‬ ُ . ‫طانِنَا فِي آمِ نّا اَللّ ُه ُّم‬ َ ‫صلِحُْ أ َ ْو‬
ْ َ ‫َو ُو َلُة َ أَئِ ّمتَنَا َوأ‬
‫ل أ ُ ُم ْو ِرنَا‬ ُْ َ‫ن ِو َليَتَنَا َواجْ ع‬ ُْ ‫ضاكَُ َواتّبَ َُع َواتّقَاكَُ خَافَكَُ فِ ْي َم‬ َ ‫ العَالَمِ يْنَُ َربُّ يَا ِر‬. ‫ق اَللّ ُه ُّم‬ ُْ ِِّ‫ي َوف‬ ُّ ‫ل ِل ُه َداكَُ أ َ ْم ِرنَا َو ِل‬
ُْ َ‫ع َملَ ُهُ َواجْ ع‬
َ ‫ضاكَُ فِي‬ َ ‫علَى َوأ َ ِع ْن ُهُ ِر‬
َ
َُ‫عتِك‬ َ ‫ا‬‫ط‬َ ُ ُ
‫ه‬ ْ
‫ق‬ ُ
‫ز‬ُ ‫ار‬ ‫و‬
ْ َ َ ُ
‫ة‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬‫ط‬َ ‫ب‬‫ال‬ َ
ِ َ ِ ّ ُ
‫ة‬ ‫ح‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ص‬ ‫ال‬ َ ُ
‫ة‬ ‫ح‬
َ ِ‫اص‬ ّ ‫ن‬‫ال‬ . ُ
‫م‬ ‫ه‬
ُّ ّ ‫ل‬‫ل‬َ ‫ا‬ ُ
‫ق‬ْ ِّ ‫ف‬‫و‬ ُ
‫ع‬ ‫ي‬ ‫ج‬
ِ َ َ ْ ِ‫َ م‬ َ ُ
‫ة‬ ‫ل‬َ ‫و‬
ُ ُِْ
‫ر‬ ‫م‬ َ ‫أ‬ َُ‫ْن‬‫ي‬ ‫ل‬‫س‬ ‫م‬ ‫ال‬ ُ
‫ل‬ِّ ُ
‫ك‬ ‫ل‬
ِ‫َ ِ َ َ َ َ ِ ْ ِ ِ ُ ْ ِم‬ ‫ل‬
ُ ‫و‬َ ‫ق‬ ‫ْد‬
ُ ‫ي‬‫د‬ ‫س‬ ‫ل‬
ُ ‫م‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫ْد‬
ُ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫ر‬.

ُِ َ ‫لِل ْال َح ْم ُُد أ‬


ُ‫ن َدع َْوانَا َوآخِ ُر‬ ُِّ ِ ُّ‫صلّى ْالعَالَمِ يْنَُ َرب‬ ُ ‫سلّ َُم‬
َ ‫للاُ َو‬ َ َ‫علَى َوأ َ ْنعَ َُم ب‬
َ ‫اركَُ َُو َو‬ َ ُِ‫س ْو ِل ُِه للا‬
َ ‫ع ْب ُِد‬ َ ‫أَجْ َم ِعيْنَُ َو‬.
ُ ‫صحْ بِ ُِه َوآ ِل ُِه ُم َح ّمدُ نَبِيِِّنَا َو َر‬

Anda mungkin juga menyukai