Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah yang
dikerjakan ini berjudul “Transpirasi”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian dan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena masih banyaknya kekurangan yang ada pada diri penyusun. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca, sehingga pada
penyusunan makalah selanjutnya bisa lebih baik.
Akhir kata kami berharap makalah fisiologi tumbuhan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT selalu atau
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua. Amin.

Palangkaraya, 24 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Pengertian Transpirasi dan Proses Transpirasi.....................................................3

B. Fungsi Transpirasi pada Tumbuhan.......................................................................5

C. Hubungan Fotosintesis dengan Transpirasi...........................................................6

D. Pengukuran Transpirasi.........................................................................................11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 14

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 14

B. Saran ......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di musim panas tahun 1980, John Hanks, seorang ahli ilmu tanah dari Utah
State University, membuat catatan yang meneliti tentang jumlah air yang
dibutuhkan untuk menumbuhkan sebatang tanaman bit-gula di kebun Greenville
milik University. Dalam penelitian tersebut, Hanks mendapati bahwa air sebanyak
600 kg ditranspirasikan untuk menghasilkan 1 kg jagung kering, dan untuk 1 kg
biomassa kering ditranspirasikan 225 kg air. Jadi, dari air yang melewati tumbuhan
dari tanah menuju atmosfer, dalam contoh ini, hanya kira-kira 1% yang menjadi
bagian dari biomassa (Davidoff dan Hanks, 1988).
Mengapa harus begitu banyak air yang hilang melalui transpirasi untuk
membesarkan tanaman. Karena rangka molekul semua bahan organik pada
tumbuhan terdiri dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tumbuhan sebagai karbon
dioksida CO2 melalui pori stomata, yang paling banyak terdapat di permukaan daun,
dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama ini saat stomata terbuka (Sinclair
dkk, 1984).
Memahami berbagai faktor lingkungan dan cara faktor tersebut
mempengaruhi transpirasi melalui daun serta penyerapan CO2 ke dalam daun pada
saat-saat yang berlainan sangatlah sulit, karena berbagai faktor tersebut berinteraksi
dengan begitu banyak cara. Faktor lingkungan mempengaruhi tidak hanya proses
fisika penguapan dan difusi, tapi juga mempengaruhi membuka-tutupnya stomata
pada permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang ditranspirasi dan CO2.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proses transpirasi pada tumbuhan?
2. Apa saja fungsi transpirasi bagi tumbuhan?
3. Bagaimana hubungan fotosintesis dengan proses transpirasi pada tumbuhan?
4. Bagaimana cara pengukuran transpirasi pada tumbuhan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari proses transpirasi pada tumbuhan.
2. Untuk mengetahui fungsi transpirasi bagi tumbuhan.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan fotosintesis dengan proses transpirasi pada
tumbuhan.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pengukuran transpirasi pada tumbuhan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transpirasi dan Proses Transpirasi


Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Perbedaan antara transpirasi dengan
evavorasi adalah, pada transpirasi proses fisiologi atau fisik yang termodifikasi,
diatur bukaan stomata, diatur beberapa macam tekanan, terjadi di jaringan hidup,
dan permukaan sel basah. Pada evavorasi, proses fisika murni, tidak diatur bukaan
stomata, tidak diatur oleh tekanan, tidak terbatas pada jaringan hidup, permukaan
yang dijalankan menjadi kering.
Kemungkinan kehilangan air dari jarigan tanaman melalui bagian tanaman
yang lain juga dapat terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan besarnya jumlah air yang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan
pada air yang hilang melalui stomata.
Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup. Peneliti di Utah
state University berhasil meghitung berapa banyak jumlah air yang hilang melalui
transpirasi pada tanaman jagung mulai dari berkecambah sampai panen. Jumlah air
yang hilang melalui transpirasi pada tanaman jagung adalah setara dengan total 450
mm curah hujan, atau untuk menghasilkan 225 kg air yang hilang melalui
transpirasi.
Begitu banyak air yang hilang ke atmosfer melalui tanaman untuk
menghasilkan 1 kg berat kering tumbuhan, ada dua alasan mengapa hal ini terjadi:
a. Bahan yanng terkandung dalam tanaman sebagian besar adalah senyawa
kerangka karbon, di mana karbo tersebut berasal dari udara dalam bentuk karbon
dioksida (CO2). Tumbuhan menyerap CO2 tersebut melalui stomata. Jika
tumbuhan ingin menyerap lebih banyak CO2 maka stomata harus dibuka lebar.

3
Konsekuensinya jika stomata membuka lebar maka akan semakin banyak
tumbuhan kehilangan air, karena baik CO2 maupun uap air bergerak melalui
stomata yang sama.
b. Pada siang hari tumbuhan menerima radiasi matahari, sebagian dari radiasi
matahari ini tidak diimbangi dengan usaha untuk membebaskan energi tersebut,
maka suhu tumbuhan akan meningkat. Peningkata suhu yang berlebihan aka
sangat menggagu metabolisme tumbuhan . transpirasi merupakan proses yang
membutuhkan banyak energi dalam tahap penguapan dari molekul-molekul air.
Untuk menguapkan 1 g air dibutuhkan energi lebih dari 580 kalori.
Laju transpirasi ditentukan oleh 2 hal, yakni: perbedaan kerapatan uap air (vapor
pressure) antara rongga substomatal dengan udara bebas di sekitar tumbuhan, dan
daya hantar stomata. Berdasarkan ini, laju transpirasi dapat dihitung sebagai berikut:
𝐄 = 𝐠𝐬 × 𝐕𝐏𝐃
Di mana E = laju transpirasi, gs = daya hantar stomata, dan VPD =
perbedaan kerapatan uap air antara rongga substomata dan udara bebas di sekitar
tanaman. Daya hantar stomata secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan
stomata. Semakin besar bukaan stomata, maka daya hantarnya akan semakin tinggi
(rs). Dalam hubungan ini, daya hantar stomata berbanding terbalik dengan
resistensi stomata (gs = 1/rs).
Kerapatan uap air di udara tergantung pada kelembaban nisbi dan suhu
udara tersebut. Untuk perhitungan laju transpirasi, kelembaban nisbi di dalam
rongga substomatal dianggap 100%. Jadi kerapatan uap air di dalam rongga
substomatal sepenuhnya tergantung pada suhu daun.
Dari uraian di atas dapat disimpulka bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
laju transpirasi adalah:
1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme buka-tutup stomata
2. Kelembaban udara sekitar tanaman
3. Suhu udara
4. Suhu daun tanaman

4
Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju
tanspirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering
(kelembaban nisbinya lebih renda.)1
B. Fungsi Transpirasi Pada Tumbuhan
Kelihatannya transpirasi tidak mempunyai keuntungan atau fungsi bagi
tumbuhan. Ambil contoh tumbuhan yang hidup di dalam air, misalnya berbagai
jenis ganggang. Kelompok tumbuhan ini tidak melakukan transpirasi tetapi dapat
tumbuh dan berkembang secara normal. Di dalam terrarium, kelembaban nisbi
adalah 100%. Dengan demikian, laju transpirasi akan sangat rendah sekali (jika
ada), tetapi berbagai jenis tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di
dalam terrarium.
Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan
transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat
memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut, misalnya dalam (i)
mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem, (ii) menjaga
turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan (iii) sebagai salah satu
cara untuk menjaga stabilitas suhu daun.
Walaupun dari beberapa hasil pengujian didapatkan bahwa pengangkutan
unsur hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju
pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung
secara optimum. Sebagai contoh pada tanaman tomat terjadi defisiensi kalsium pada
daun-daun mudanya jika laju transpirasi dihambat dengan cara, meningkatkan
kandungan CO2 (sehingga stomata hampir menutupi) dan kelembapan udara yang
terjadi.
Sel tumbuhan diyakini akan berfungsi optimal pada tingkat turgiditas
tertentu, dimana jika turgiditasnya menjadi lebih tinggi atau lebih rendah maka sel

1
Benyamin Lakitan, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, Jakarta:Rajawali Pers, hal 53-55.

5
tersebut akan menurun fungsinya. Jika tekanan internal sel (turgor) melampaui batas
elastisitas dinding sel, maka sel tersebut akan pecah. Secara visual sering terlihat
terjadinya pecah buah pada berbagai jenis tanaman dengan buah berdaging,
misalnya tomat, anggur, cherry, dan jenis cabai tertentu.
Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan (sebagaimana halnya
juga evaporasi). Pada siang hari, radiasi matahari yang diserap daun akan
meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu daun
ini dapat dihindari. Bagaiman jika transpirasi tidak berlangsung? Sesungguhnya jika
jika tidak berlangsung, suhu daun tetap akan didinginkan melalui proses fisika
lainnya, yaitu secar konduksi. Akan tetapi, kehilangan panas secara konduksi ini
hanya akan berlangsung jika suhu daun lebih tinggi dari suhu udara di sekitarnya.2
C. Hubungan Fotosintesis dengan Transpirasi
Memahami berbagai faktor lingkungan dan cara faktor tersebut
memepengaruhi transpirasi melalui daun serta penyerapan CO2 ke dalam daun pada
saat-saat yang berlainan sangatlah sulit, karena berbagai faktor tersebut berinteraksi
dengan begitu banyak cara. Faktor lingkungan mempengaruhi tidak hanya proses
fisika penguapan dan difusi, tapi juga mempengaruhi membuka-tutupnya stomata
pada permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang ditanspirasi dan CO2.
Naiknya suhu daun, misalnya sangat banyak menaikkan penguapan dan
sedikit difusi, namun mungkin menyebabkan stomata menutup atau membuka lebih
lebar, bergantung pada spesies dan faktor lain. Waktu matahari terbit, stomata
membuka karena meningkatkan pencahayaan, dan cahaya menaikkan suhu daun
sehingga air menguap lebih cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa
lebih banyak kelembapan, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan
stomata pun terpengaruh. Hal ini menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2
meningkat, tapi agak kurang dari yang diduga, karena meningkat CO2 menyebabkan

2
Ibid hal 55-56.

6
stomata menutup sebagian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas
yang melebihi suhu udara, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya, transpirasi
menurun. Bila kandungan air tanah terbatas, transpirasi dan penyerapan CO2
terhambat, karena stomata menutup.
a. Bentuk dan posisi stomata
Bentuk dan posisi stomata pada daun beragam tergantung spesies
tumbuhannya. Secara teknis, yang dimaksud dengan stomata adalah celah yang
ada di antara dua sel penjaga (guard cell), sedangkan aparatus stomata adalah
kedua sel penjaga tersebut. Berdampingan dengan sel penjaga terdapat sel-sel
epidermis yang juga telah termodifikasi, yang disebut sebagai sel pendukung
(subsidiary cell).
Dalam proses transpirasi, air menguap dari dinding sel-sel parenkhima
palisade dan parenkhima spongy ke ruang interseluler. Kedua jenis sel-sel
parenkhima ini secara kolektif disebut sebagai sel-sel mesofil. Rongga udara
yang relatif luas yang berada di bawah posisi stomata di dalam daun disebut
sebagai rongga substomatal.
Stomata umumnya terdapat pada permukaan bawah daun. Tetapi ada
beberapa spesies tumbuhan di mana stomata dapat dijumpai pada kedua
permukaan daunnya (atas dan bawah). Ada pula tambahan yang hanya
mempunyai stomata pada permukaan atas daunnya, misalnya pada bunga lili air.
Untuk tumbuhan dalam air tidak memiliki stomata sama sekali.
Sel penjaga pada tanaman dikotil umumnya berbentuk seperti sepasang
ginjal. Keunikan dari sel penjaga ini adalah bahwa serat halus selulosa (cellulosa
microfibil) pada dinding selnya tersusun melingkari sel penjaga, pola susunan
yang demikian disebut sebagai miselasi radial (radial micellation). Karena serat
selulosa ini relatif tidak elastis, maka jika keduanya memanjang (akibat

7
menyerap air) maka keduanya akan melengkung ke arah luar. Kejadian ini akan
menyebabkan celah stomata membuka.
Selain itu juga telah diketahui sejak lama bahwa ketebalan dinding sel
penjaga berbeda antara sisi yang bersebelahan dengan celah stomata. Dinding sel
pada sisi stomata lebih tebal dibanding sisi yang jauh dari celah stomata.
Keunikan ini juga memberikan kontribusi terhadap pelengkungan sel penjaga
saat tekanan turgornya meningkat. Akan tetapi sebagian ahli berpendapat bahwa
kontribusi miselasi radial lebih besar dibanding beda ketebalan dinding sel
terhadap pelengkungan sel penjaga.
Dalam proses transpirasi, air menguap dari dinding sel-sel parenkhima
palisade dan parenkhima spongy ke ruang interseluler. Kedua jenis sel-sel
parenkhima ini secara kolektif disebut sebagai sel-sel mesofil. Rongga udara
yang relatif luas yang berada di bawah posisi stomata di dalam daun disebut
sebagai rongga substomatal.
Stomata umumnya terdapat pada permukaan bawah daun. Tetapi ada
beberapa spesies tumbuhan di mana stomata dapat dijumpai pada kedua
permukaan daunnya (atas dan bawah). Ada pula tambahan yang hanya
mempunyai stomata pada permukaan atas daunnya, misalnya pada bunga lili air.
Untuk tumbuhan dalam air tidak memiliki stomata sama sekali.
Sel penjaga pada tanaman dikotil umumnya berbentuk seperti sepasang
ginjal. Keunikan dari sel penjaga ini adalah bahwa serat halus selulosa (cellulosa
microfibil) pada dinding selnya tersusun melingkari sel penjaga, pola susunan
yang demikian disebut sebagai miselasi radial (radial micellation). Karena serat
selulosa ini relatif tidak elastis, maka jika keduanya memanjang (akibat
menyerap air) maka keduanya akan melengkung ke arah luar. Kejadian ini akan
menyebabkan celah stomata membuka.

8
Selain itu juga telah diketahui sejak lama bahwa ketebalan dinding sel
penjaga berbeda antara sisi yang bersebelahan dengan celah stomata. Dinding sel
pada sisi stomata lebih tebal dibanding sisi yang jauh dari celah stomata.
Keunikan ini juga memberikan kontribusi terhadap pelengkungan sel penjaga
saat tekanan turgornya meningkat. Akan tetapi sebagian ahli berpendapat bahwa
kontribusi miselasi radial lebih besar dibanding beda ketebalan dinding sel
terhadap pelengkungan sel penjaga. 3
b. Mekanisme kerja stomata
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam
sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya sebagaimana
dijelaskan sebelumnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih
tinggi ke sel dengan potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel
tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) didalam cairan sel tersebut.
Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotik sel akan semakin
rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap maka secara
keseluruhan potensi air sel akan menurun pula. Untuk memacu agar air masuk ke
sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus
ditingkatkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada saat stomata membuka akan terjadi
akumulasi ion kalium (K+) pada sel penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel
tetangganya. Peningkatan konsentrasi kalium sebesar 0,5 M cukup untuk
menurunkan potensi osmotik sel sekitar 2,0 Mpa. Kolerasi positif antara
peningkatan konsentrasi ion kalium dengan pembukaan stomata secara konsisten
ditemukan pada semua spesies yang telag diteliti.

3
Ibid hal 56-58

9
Cahaya diketahui berperan merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga
dan jika tumbuhan tersebut kemudian ditempatkan dalam gelap, maka ion kalium
akan kembali keluar dari sel penjaga. Akan tetapi stomata akan membuka
walaupun dalam gelap jika ditempatkan dalam udara bebas CO2. Cahaya merah
dan biru diketahui efektif dalam merangsang pembukaan stomata, tetapi jika
dibandingkan antara kedua panjang gelombang cahaya tersebut, maka cahaya
biru agak lebih efektif dibandingkan cahaya merah. Pada intensitas rendah, di
mana cahaya merah tidak menunjukkan pengaruh, cahaya biru telah dapat
mempengaruhi pembukaan stomata. Cahaya biru selain merangsang masuknya
ion kalium ke sel penjaga, juga berperan dalam pemecahan molekul pati untuk
menghasilkan fosfoenol piruvat (PEP) yang dapat menerima CO2 untuk
membentuk asam malat.
Untuk menjaga netralitas muatan listrik, maka masukna ion kalium harus
dibarengi dengan masuknya suatu anion. Pada beberapa spesies dilaporka bahwa
anion tersebut adalah ion klor (CI-). Tetapi beberapa peneliti lain melaporkan
bahwa mereka tidak melihat adanya anion yang masuk ke sel penjaga bersama
ion kalium tersebut. Untuk menjaga netralitas muatan listrik, ion hidrogen (H+)
keluar dari sel penjaga. Asam-asam organik disintesis dalam sel penjaga sebagai
tanggapan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stomata membuka. Asam
organik yang disintesis umumnya adalah asam malat. Ion-ion hidrogen
terkandung di dalam asam-asam organik tersebut. Hal ini akan menyebabkan pH
sel penjaga akan turun jika ion hidrogen ini tidak dikirim keluar dari sel penjaga.
Bertambahnya ion yang terlarut di dalam cairan sel (K+ dan malat) akan
menyebabkan semakin rendahnya potensi osmotik sel penjaga.4

4
Ibid hal 58-60

10
D. Pengukuran Transpirasi
Bagaimana cara pengukuran transpirasi pada tumbuhan yang tepat, dalam
pengukuran ini, Hanks menggunakan banyak metode dalam proses penghitungan
data dari pengukuran tingkat penguapan (transpirasi) pada tumbuhan di kebun
Greenville University.
Adapun metode yang dilakukan sebagai berikut :
a. Metode Lisimeter atau Metode Gravimetri
Hanks dan peneliti lainnya sudah banyak sekali mengembangkan metode
sederhana ini. Lisimeter miliknya di kebun Greenville merupakan beberapa
bejana yang besar, diisi penuh dengan tanah dan dikuburkan, sehingga
permukaan atasnya sama tinggi dengan permukaan lapangan. Bejana tersebut
diletakkan di atas sebuah bantalan karet besar yang diletakkan di dasarnya dan
diisi air dan zat antibeku yang dihubungkan dengan pipa yang tegak ke atas
permukaan tanah. Tinggi cairan dalam pipa menunjukkan ukuran bobot
lisimeter, maka permukaannya berubah-ubah sejalan dengan perubahan
kandungan air dalam tanahdi lisimeter dan dalam tanaman yang sedang tumbuh,
walaupun bobotnya kecil saja dibandingkan dengan bobot tanah. Jumlah air
tanah ditentukan oleh air irigasi dan curah hujan dikurangi evapotranspirasi,
yaitu gabungan antara penguapan dari tanah dan transpirasi dari tumbuhan.
Penguapan dari tanah dapat diduga dengan berbagai macam cara. Lisimeter
merupakan metode lapangan paling handal untuk mempelajari evapotranspirasi,
tapi memang mahal dan tidak mudah dipindah-pindahkan. Teknik yang lebih
umum, menggunakan persamaan pertimbangan ait untuk menghitung
evapotranspirasi dari selisih antara masukan dan keluaran:
Et= Irigasi + Hujan + Pengurasan – Drainase – Aliran
Permukaan
Keterangan : Et= Evapotranspirasi, dan penguapan adalah kehilangan dari cadangan air tanah.
Pengukuran cadangan air tanah pada awal dan akhir suatu periode menghasilkan nilai
pengurasan.

11
b. Metode Pertukaran Gas atau Metode Kuvet
Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di
atmosfer yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun dikurung dalam
sebuah Kuvet bening. Laju transpirasi, daya hantar stomata, laju fotosintesis,
dan konsentrasi CO2 dalam daun dapat diukur. Prinsip yang digunakan dalam
perhitungan sangat sederhana dan memberi harapan, dan kini secara luas
digunakan dalama berbagai teknik yang paling sederhana ialah dengan
mengurung daun dalam wadah, dan kelembapan nisbi serta suhu udara dalam
wadah diukur pada waktu nol dan sesudah beberapa waktu lamanya.
Kelembapan (kerapatan atau tekanan uap) mutlak dalam mol atau gram per
merer kubik (atau dalam pascal, secara langsung dengan menggunakan
higrometer titik-embun; atau dihitung dari kelembapan nisbi dan suhu dengan
mengacu). Dengan memperhatikan volume udara dalam kuvet dan perubahan
kerapatan uap, jumlah air yang ditranspirasi dari daun sama dengan jumlah air
yang ditambahkan ke udara. Transpirasi dinyatakan dalam gram atau mol air per
meter persegi daun per detik. Jika data akan dibandingkan dengan pengukuran
fotosintesis, lebih baik digunakan mol daripada gram air.
Termokopel hendaknya kecil saja agar dapat ditekankan pada daaun dan
tidak dipengaruhi oleh suhu udara. Hukum tersebut menyatakan bahwa aliran
sebanding dengan daya penggerak dan berbanding terbalik dengan tahanan
(sama dengan hukum Ohm). Kebalikan dari tahanan bagi difusi adalah
permeabilitas; dalam hubungannya dengan difusi gas disebut daya hantyar.
Salah satu alasan untuk menggunakan daya hantar, bukan tahanan, ailah karena
peristiwa itu berbanding langsung dengan transpirasi.
Daya penggerak adalah selisih tekanan parsial gas (Pji -Pjo= Delta; satuan Pa
) dari gas dalam daun (Pji) dan di atmosfer luar (Pjo), tapi jumlahnya dapat juga
digunakan dalam perhitungan (g atau mol m-3).

12
Porometer sudah digunakan secara luas untuk mengukur transpirasi di
lapangan dan di laboratorium, lagi-lagi berkat peralatan yang diteliti dan
perhitungan dengan alat pengelolah-mikro. Metode kuvet dapat digunakan
secara besar-besaran di lapangan. Sebuah tenda dari bahan plastik bening
dipasang melingkupi sejumlah tumbuhan, dan ini berlaku sebagai kuvet. Dengan
menambah peralatan, maka suhu, kelembapan, dan konsentrasi gas di dalamnya
bisa dikendalikan, walaupun radiasi di dalam tenda pasti lebih t=rendah daripada
di luar.
c. Metode Aliran Batang
Pada tahun 1932, B. Huber mengembangkan teknik dengan memberikan
denyutan batang pada suatu titik pada batang, dan kemudian suhunya diukur
pada titik lain di atasnya. Waktu yang dibutuhkan oleh suhu yang ditinggikan
untuk mencapai titik di atas tempat batang diberikan menunjukkan kecepatan
aliran cairan. Dengan mengetahui diameter batang dan konstanta lainnya,
perkiraan terhadap besarnya transpirasi dapat dilakukan dan dibandingkan
dengan hasil pengukuran dengan lisimeter atau tkenik kuvet. 5

5
Frank B Salisbury dan Cleon W Ross, Fisiologi Tumbuhan, Bandung: Penerbit ITB, 1995, hal 72-
76.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Proses transpirasi terjadi selama tumbuhan
hidup.
2. Fungsi dari transpirasi adalah mempercepat laju pengangkutan unsur hara
melalui pembuluh xilem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada
kondisi optimal, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun.
3. Bentuk dan posisi stomata pada daun beragam tergantung spesies tumbuhannya.
Secara teknis, yang dimaksud dengan stomata adalah celah yang ada di antara
dua sel penjaga (guard cell), sedangkan aparatus stomata adalah kedua sel
penjaga tersebut. Berdampingan dengan sel penjaga terdapat sel-sel epidermis
yang juga telah termodifikasi, yang disebut sebagai sel pendukung (subsidiary
cell).
4. Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
5. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut
(solute) didalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka
potensi osmotik sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor
sel tersebut tetap maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun pula.
Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut
di dalam sel tersebut harus ditingkatkan.
6. Adapun metode yang dilakukan sebagai berikut :
a. Metode Lisimeter atau Metode Gravimetri
b. Metode Pertukaran Gas atau Metode Kuvet
c. Metode Aliran Batang

14
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, Benyamin. 2015. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers.

Salisbury, B. Frank dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung:
Penerbit ITB.
http://www academia.edu/download/45727493/Hubungan Tumbuhan dengan Air.

16

Anda mungkin juga menyukai