PENDAHULUAN
difus pada kulit yang berhubungan dengan penyakit sistemik yang biasanya disebabkan
oleh infeksi. Klasifikasi penyakit eksantema akut pada anak berdasarkan gambaran ruam
yang muncul adalah gambaran eritema makulopapular seperti morbili (campak), campak
atipik, rubella, Scarlet fever, dll.1 Morbilli merupakan infeksi virus dengan kontaminasi
yang tinggi dan ditandai dengan demam, batuk, coryza, dan konjungtivitis, diikuti dengan
kematian akibat morbilli mencapai 5 juta hingga 8 juta kematian di seluruh dunia.2
pada anak di bawah 15 tahun. Morbiditas dan mortalitas akibat morbili menurun dengan
pemberian vaksin. Attack rate morbili menurun secara drastis dari 313 kasus/100.000
populasi pada tahun 1956-1960 menjadi 1,3 kasus/ 100.000 populasi pada tahun 1982-
1988.3 Di Asia Tenggara, angka kejadian morbili menurun dari 106.419 kasus pada tahun
2000 menjadi 65.161 kasus pada tahun 2011.4 Di Indonesia, jumlah kasus morbili pada
tahun 2013 sebanyak 10093 kasus dengan incidence rate 4,04 per 100.000 total
penduduk. Pada tahun 2014, jumlah kasus morbili menurun menjadi 7928 kasus dengan
2
Pencegahan yang utama pada morbili ialah dengan edukasi anjuran imunisasi. Edukasi
campak seperti pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai campak. Selain
kepada penderita campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok
masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan dan imunisasi
Pada awal abad 20, kematian akibat morbili bervariasi antara 2000 dan 10000,
atau sekitar 10 kematian per 1000 kasus morbili. Dengan perbaikan kesehatan, terapi
antimikroba, dan nutrisi yang baik, rasio kematian jatuh menjadi 1/1000 kasus.
Pneumonia dan ensefalitis merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada kasus
yang berat, dan tercatat sebanyak 14-16% kematian terjadi pada pasien imunodefisiensi. 3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Morbilli merupakan infeksi virus dengan kontaminasi yang tinggi dan ditandai
dengan demam, batuk, coryza, dan konjungtivitis, diikuti dengan munculnya ruam
Beberapa upaya dilakukan untuk menurunkan angka insiden dan mortalitas yang
disebabkan oleh morbilli di seluruh dunia. Di Amerika, vaksinasi rutin dan vaksinansi
morbilli mampu memutuskan transmisi endemik dari morbilli. Pemberian dua dosis
vaksin morbili dapat menurunkan endemik transmisi virus morbili pada tahun 2000. 2
2.2 Etiologi
Paramyxoviridae dan genus Morbillivirus. Anggota dari genus Morbillivirus yang lain
menginfeksi mamalia lain seperti virus rinderpest menginfeksi lembu dan virus distemper
menginfeksi anjing, sedangkan manusia merupakan host untuk virus measles saja.3
Dari enam protein mayor yang menyusun virus measles, dua di antaranya sangat
penting dalam menginduksi imunitas, yaitu protein hemagglutinin (H) dan protein fusion
4
2.3 Epidemiologi
Vaksin measles mengubah epidemiologi dari morbili secara drastis. Pada saat
Morbili menyebabkan infeksi pada anak-anak di USA, 90% di antaranya terjadi pada
anak di bawah 15 tahun. Morbiditas dan mortalitas akibat morbili menurun dengan
pemberian vaksin. Attack rate morbili menurun secara drastis dari 313 kasus/100.000
populasi pada tahun 1956-1960 menjadi 1,3 kasus/ 100.000 populasi pada tahun 1982-
1988.3
Pada tahun 1989-1991, penyebaran morbili terjadi secara lokal pada negara-
negara, menyebabkan lebih dari 55.000 kasus, 11.000 mendapatkan perawatan di rumah
sakit, dan 123 meninggal, hal ini menunjukkan infeksi oleh virus measles belum tuntas.
Pemberian dua dosis dengan strategi imunisasi intensif menyebabkan penurunan endemik
Di Asia Tenggara, angka kejadian morbili menurun dari 106.419 kasus pada
tahun 2000 menjadi 65.161 kasus pada tahun 2011. Jumlah kasus yang dilaporkan
bervariasi, tahun 2004 sebanyak 108.089 kasus, tahun 2007 sebanyak 69.301 kasus, dan
tahun 2010 sebanyak 52.529 kasus. Incidence rate pada tahun 2007 43,5/juta menjadi
Lima negara pada Asia Tenggara, yaitu Bhutan, Korea, Maldives, dan Sri Lanka
melewati 90% dalam pencakupan vaksin measles dan menurunkan angka mortalitas
morbili >90% dibandingkan dengan tahun 2000. Lima negara lain, yaitu Bangladesh,
5
untuk menurunkan mortalitas morbili dan mendekati angka 90% dalam menurunkan
mortalitas morbili.4
Grafik 1. Kasus morbili yang dilaporkan dan pemberian vaksin measles Regio Asia
Tenggara, 1980-20114
Di Indonesia, jumlah kasus morbili pada tahun 2013 sebanyak 10093 kasus dengan
incidence rate 4,04 per 100.000 total penduduk. Pada tahun 2014, jumlah kasus morbili
menurun menjadi 7928 kasus dengan incidence rate 3,14 per 100.000 total penduduk.5
2.4 Patofisiologi
Virus measles dapat masuk melalui saluran pernapasan atau melalui konjungtiva
akibat kontak dengan droplet aerosol yang mengandung virus. Pasien memasuki masa
penularan tiga hari sebelum dan 4-6 hari setelah onset ruam. Virus campak sangat sensitif
terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius
atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan pembekuan
lambat maka infektivitasnya akan hilang. Virus dapat bertahan selama 1 jam di ruangan
6
pada pembuluh darah kecil di kulit dan membran mukosa mulut. Histologi dari ruam dan
epidermal syncytial giant cells dengan inti sel lebih dari 26. Partikel virus telah
terlihat jelas. Fusi dari sel-sel yang terinfeksi menghasilkan sel raksasa dengan
Morbili terdiri dari empat fase, yaitu fase inkubasi, fase prodromal, fase
eksantema, dan fase penyembuhan. Selama masa inkubasi, virus measles bermigrasi ke
prodromal dimulai setelah viremia sekunder dan disertai dengan nekrosis epitel dan
pembentukan sel raksasa di jaringan tubuh. Kematian sel-sel disebabkan karena fusi
membran plasma antara satu sel dengan sel yang lain dan disertai replikasi virus di
jaringan tubuh, termasuk sel pada sistem saraf pusat. Dengan onset terjadinya ruam,
produksi antibodi dimula, dan replikasi virus serta gejala mulai menurun. Virus measles
juga menginfeksi sel T CD4+ sehingga terjadi penurunan sel T dan dapat terjadi infeksi
Respon imun host terhadap virus measles bertujuan untuk mengeradikasi virus,
perbaikan klinis, dan menjamin sistem imun jangka panjang. Sistem imun nonspesifik
merespon selama fase prodromal termasuk aktivasi dari sel NK dan peningkatan produksi
interferon antivirus (INFα) dan INFγ. Respon imun adaptif termasuk antibodi spesifik
terhadap virus measles dan respon selular. Antibodi spesifik terhadap virus measles yang
7
pertama terbentuk adalah IgM, kemudian IgG1 dan IgG4 akan meningkat dan menjadi
dominan. Respon IgM biasanya tidak muncul pada infeksi berulang atau pada pemberian
Respon Th1 yang ditunjukkan dengan peningkatan produksi IFNγ berfungsi untuk
berfungsi untuk pembentukan antibodi spesifik terhadap virus measles dan proteksi
Morbili merupakan infeksi serius yang ditandai dengan demam tinggi, enantem,
batuk, , konjungtivitis, dan eksantem yang tampak jelas. Setelah masa inkubasi 8-12 hari,
fase prodromal mulai dengan demam ringan, diikuti dengan gejala konjungtivitis disertai
fotofobia, flu, batuk, dan peningkatan demam. Bintik koplik menyebabkan enantem
muncul kembali dan merupakan patognomoni dari morbili, muncul pada hari pertama
sampai hari keempat tergantung dari onset ruam. Bintik tersebut pertama kali muncul
dengan lesi berwarna merah dengan bintik putih kebiruan di tengah lesi pada daerah
bukal setinggi premolar. Bintik tersebut dapat menyebar ke daerah bibir, palatum durum,
dan gusi. Bintik tersebut juga dapat muncul pada lipatan konjungtiva dan mukosa vagina.
Gejala meningkat selama 2-4 hari sampai hari pertama onset ruam. Ruam mulai
muncul pada dahi di belakang telinga, dan di atas leher sebagai erupsi makulopapular
tangan dan telapak kaki pada 50% kasus. Eksantem akan menyebar ke daerah wajah dan
trunkus atas.3 Dengan munculnya onset ruam, gejala mulai menurun. Ruam akan
8
menghilang setelah tujuh hari dengan progres yang sama saat ruam mulai muncul,
biasanya meninggalkan bekas deskuamasi pada kulit. Dari gejala utama pada morbili,
perlangsungan batuk lebih lama bias hingga lebih dari 10 hari. Pada kasus yang lebih
berat, limfadenopati secara general dapat terjadi, dengan limfenodus servikal dan
2.6 Diagnosis
IgM di serum. Antibodi IgM akan muncul pada hari pertama atau kedua setelah onset
ruam muncul dan bertahan hingga satu minggu. Jika spesimen serum dikumpulkan <72
jam setelah onset ruam muncul, maka pengambilan spesimen kedua dibutuhkan.
Konfirmasi serologi juga dapat dilakukan dengan peningkatan antibodi IgG empat kali
lebih tinggi pada fase akut dan konvalesen pada spesimen yang dikumpulkan 2-4 minggu
9
kemudian. Deteksi molekular dengan PCR dapat dilakukan tetapi membutuhkan
Pada pemeriksaan lab, ditemukan penurunan total sel darah putih, dengan jumlah
limfosit lebih rendah dibandingkan dengan netrofil pada fase akut. Pada morbili, laju
2.7 Komplikasi
termasuk efek dari replikasi virus itu sendiri serta infeksi sekunder bakteri.
Laringotrakeobronkitis akut (croup) dapat terjadi selama perjalanan morbili dan dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas, terutama pada anak-anak. Banyak anak dengan
Komplikasi tersering dari morbili terjadi akibat infeksi bakteri sekunder pada
minggu hingga beberapa bulan setelah masa akut dari morbili. Otitis media dan
Komplikasi yang jarang terjadi pada morbili namun bersifat serius karena
melibatkan sistem saraf pusat yaitu ensefalomyelitits postmorbili yang terjadi 1 dari 1000
kasus, dapat terjadi pada anak besar dan dewasa. Ensefalomyelitis terjadi dua minggu
setelah onset ruam dan ditandai dengan demam, kejang, dan defisit neurologis lainnya.
Penemuan periventrikel demielinasi, induksi respon imun terhadap protein dasar mielin,
dan tidak adanya virus di otak menunjukkan ensefalomielitis postmorbili disebabkan oleh
autoimun yang dipicu oleh infeksi virus morbili. Komplikasi pada sistem saraf pusat yang
10
dapat terjadi beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah masa akut morbili adalah
(SSPE).2
MIBE dan SSPE disebabkan karena infeksi virus measles yang persisten. MIBe
sangat jarang tetapi dapat berakibat fatal dengan kerusakan pada sistem imun selular dan
biasanya terjadi beberapa bulan setelah infeksi. SSPE berlangsung lambat, ditandai
dengan kejang dan penurunan kognitif yang progresif, dengan kematian terjadi 5-15
tahun setelah infeksi virus measles. SSPE biasanya terjadi pada pasien yang mengalami
2.8 Pengobatan
Pemberian antipiretik untuk memberikan kenyaman pada pasien dan mengkontrol suhu
dapat diberikan. Untuk pasien dengan gangguan saluran pernapasan, pemberian airway
humidification dan oksigen dapat memberikan manfaat. Kegagalan napas akibat croup
atau pneumonia dapat diberikan ventilator. Rehidrasi oral efektif pada beberapa kasus,
tetapi pada kasus dengan dehidrasi berat dibutuhkan pemberian rehidrasi melalui
intravena. 3
anak usia 6 bulan sampai 2 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan komplikasinya
11
Dosis pemberian vitamin A pada anak usia ≥ 1 tahun sebanyak 200.000 IU
peroral, anak usia 6 bulan sampai 1 tahun diberikan vitamin A dosis 100.000 IU peroral,
dan anak usia < 6 bulan diberikan vitamin A dosis 50.000 IU peroral.3
2.9 Pencegahan
a. Pencegahan Primordial
atau resiko terhadap penyakit campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-
anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor
risiko yang tinggi untuk penyakit campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting
peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti
b. Pencegahan Primer
beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi berpotensi untuk terkena
penyakit campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-fàktor yang
i. Penyuluhan
campak. Selain kepada penderita campak, edukasi juga diberikan kepada anggota
kesehatan. 6
12
ii. Imunisasi
vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan. Vaksin
yang digunakan adalah vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan
secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita
hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, dan penderita leukemia. Vaksin campak
dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-
rubella (MMR). Vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin
polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan
transportasi vaksin harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC serta vaksin
c. Pencegahan Sekunder
untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama
gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau
campak memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat. 6,7
d. Pencegahan Tersier
komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi
13
menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang
mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien
dengan dokter. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien
terintegrasi antara disiplin terkait juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit
2.10 Prognosis
Pada awal abad 20, kematian akibat morbili bervariasi antara 2000 dan 10000,
atau sekitar 10 kematian per 1000 kasus morbili. Dengan perbaikan kesehatan, terapi
antimikroba, dan nutrisi yang baik, rasio kematian jatuh menjadi 1/1000 kasus. CDC
memperkirakan pada tahun 1982 sampai 2002 terdapat 259 kematian akibat morbili di
Amerika, dengan rasio 2,5-2,8/1000 kasus morbili. Pneumonia dan ensefalitis merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi pada kasus yang berat, dan tercatat sebanyak 14-
14
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Morbilli merupakan infeksi virus dengan kontaminasi yang tinggi dan ditandai
dengan demam, batuk, coryza, dan konjungtivitis, diikuti dengan munculnya ruam
morbilli mencapai 5 juta hingga 8 juta kematian di seluruh dunia. Penyebab dari morbili
ialah virus measle yang termasuk dalam family Paramyxoviridae dan genus
morbillivirus. Morbili merupakan infeksi serius yang ditandai dengan demam tinggi,
enantem, batuk, coryza, konjungtivitis, dan eksantem yang tampak jelas. Setelah masa
inkubasi 8-12 hari, fase prodromal mulai dengan demam ringan, diikuti dengan gejala
Komplikasi tersering dari morbili terjadi akibat infeksi bakteri sekunder pada
minggu hingga beberapa bulan setelah masa akut dari morbili. Otitis media dan
dilakukan ialah penyuluhan kepada penderita dan anggota keluarga dan pihak-pihak
perencana kebijakan kesehatan. Vaksinasi campak juga dapat diberikan untuk mencegah
komplikasi yang berat pada anak saat terkena virus campak diberikan pada bayi berumur
9-15 bulan. Prognosis dari campak telah menurun drastis setelah perbaikan kesehatan,
terapi antimikroba, dan nutrisi yang baik, rasio kematian jatuh 1/1000 kasus.
15
DAFTAR PUSTAKA
3. Mason, Wilbert H. 2011. Measles. in Nelson Textbook of Pediatrics ed. 19th. eds.
4. WHO. 2012. Status report on progress towards measles and rubella elimination
http://www.who.int/immunization/sage/meetings/2012/november/1_Status_Repor
t_Measles_Rubella_22_Oct.pdf
5. WHO. 2015. Reported measles cases and incidence rates by WHO Member States
http://www.who.int/immunization/monitoring_surveillance/burden/vpd/surveillan
ce_type/active/measlesreportedcasesbycountry.pdf
6. CDC. 2013. Measles in Indonesia, USA: Centers for Disease Control and
Prevention.
16