STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh sakit di seluruh kepala sejak 3 hari sebelum datang ke poli saraf
RSUD Lasinrang Pinrang
Keluhan Tambahan :
Pasien mengeluh memiliki mual dan lemas
1
pandangan ganda, nyeri pada mata, mata yang berair, ataupun silau saat terkena cahaya.
Tidak ada gangguan pada pendengaran, tidak ada telinga berdengung. Pasien sedang
tidak menstruasi dan nyeri kepala tidak berhubungan dengan siklus menstruasi.
Selain itu pasien juga merasakan badannya lemas, mual terkadang bila sedang nyeri
kepala. Pasien mengaku sudah sejak 3 hari ini pasien tidak nafsu makan dan susah tidur.
Pasien mengaku sedang memiliki masalah pribadi dan sering mengalami
keluhan serupa jika pasien kelelahan ataupun banyak pikiran. Menurut pengakuan pasien
dalam 6 bulan ini pasien mengalami keluhan serupa ±5 kali dan hilang dengan
mengkonsumsi obat penghilang nyeri dari PKM.
Riwayat kebiasaan :
Pasien menyangkal memiliki kebiasaan merokok serta minum kopi dan alkohol.
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis
Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 74 x/menit, regular, equal, isi cukup
Frekuensi nafas : 18 x/menit, tipe normal, jenis thorakoabdominal
Suhu : 36,30 C per axilla
Abdomen : Datar, bising usus positif normal, tidak terdapat nyeri tekan, hepar
dan lien tidak teraba.
Ektremitas : Akral teraba hangat, tidak ada edema, perfusi < 2detik.
Status Neurologis
Nervus Cranialis :
N. I (olfaktorius) : normal
N. II (optikus)
3
OD OS
o Ketajaman Penglihatan Normal Normal
o Lapangan Penglihatan Normal Normal
o Funduskopi tidak dilakukan
N. III, IV, V
OD OS
Celah kelopak mata
o - ptosis negatif negatif
o - exoftalmus negatif negatif
Ptosis bola mata negatif negatif
Pupil
o - ukuran/bentuk 2.5mm 2.5mm
o - Isokor/anisokor isokor isokor
o - Refleks cahaya langsung/tidak langsung +/+
o - Refleks Akomodasi + +
Gerakan bola mata
o - Parese kearah negatif negatif
o - Nistagmus negatif negatif
N. V (Trigeminus)
o Sensibilitas:
N. V1 : Normal
N.V2 : Normal
N.V3 : Normal
o Motorik
Inspeksi/palpasi : Normal
Refleks Cornea : Positif
N. VII (Facialis)
4
Motorik m.frontalis m.orbik.okuli m.orbik oris
Istirahat normal normal normal
Gerakan normal normal normal
mimik
N. VIII (Vestibularis)
◦ Pendengaran : Normal
◦ Test rinne/weber : Tidak dilakukan
◦ Fungsi vestibularis : Tidak dilakukan
N. IX/X (Glossopharyngeus/vagus)
◦ Posisi arkus pharinks (istirahat/AAH) : Normal
◦ Refleks telan/muntah : Normal
◦ Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Normal
◦ Suara : Normal
◦ Takikardi/Bradikardi : Normal
N. XI (Accesorius)
◦ Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Normal
◦ Angkat bahu : Normal
N. XII (Hypoglossus)
◦ Deviasi Lidah : Normal
◦ Fasciculasi : Normal
◦ Atrofi : Tidak ada atrofi
◦ Tremor : Tidak ada tremor
◦ Ataxia : Tidak ada ataxia
Pemeriksaan reflex fisiologis dan Patologis
Dx Sx
Biceps N N
5
Triceps N N
Patella N N
Hoffman - -
Trommer - -
Babinski - -
Hemoglobin 12,4
Eritrosit 4,66 x 106
Leukosit 8,9 x 103
Platelet 284 x 103
Kolesterol 210
GDS 120
V. RESUME
Wanita berusia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri Pasien datang dengan keluhan
Nyeri kepala dirasakan pasien sejak 3 hari sebelum ke poli Saraf RSUD Lasinrang. Nyeri
dirasakan seperti diikat keras mulai dari dahi hingga kepala bagian tengah dan terasa
terutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan terus menerus
pada seluruh bagian kepala pasien. Selain itu pasien juga merasakan badannya lemas,
mual terkadang bila sedang nyeri kepala. Pasien mengaku sudah sejak 3 hari ini pasien
tidak nafsu makan dan susah tidur. Pasien mengakui pernah mengalami keluhan yang sama
6 bulan yang lalu, namun kemudian meminum obat dari PKM dan nyeri hilang. Pada
pemeriksaan fisik di dapatkan status generalis dan neurologis dalam batas normal
6
VI. DIAGNOSIS KERJA
TENSION TYPE HEADACHE ( G44.2)
VIII. TATALAKSANA
1. Medikamentosa:
IVFD Ringer laktat 16 tpm
Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
Antasida syr 3 dd 1 cth
Simvastatin 10 mg 0-0-1
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
Amlodipine 5 mg 0-0-1
Non- medikamentosa
Menjelaskan bahwa penyakit tension headache dapat timbul dengan faktor
pencetus stres
Edukasi pasien dalam pencegahan dan menurunkan kekambuhan keluhan yang
dialami pasien dengan cara mengurangi stress melalui rutin berolahraga,
bermeditasi, menjalankan aktivitas yang disenangi (hobi)
Perbanyak makan makanan dengan gizi seimbang
IX. PROGNOSIS
7
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia
X. FOLLOW UP
12/11/2019
S: A:
Nyeri kepala berkurang, mual (+), muntah (-) TTH + HT on treatment
O: P:
KU : Baik IVFD Ringer laktat 16 tpm
TD : 130/80 mmhg Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
Nadi : 90 x/i
Pernapasan : 20 x/i Antasida syr 3 dd 1 cth
Suhu : 37 Simvastatin 10 mg 0-0-1
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
Amlodipine 5 mg 0-0-1
13/11/2019
S: A:
Nyeri kepala berkurang, mual (-), muntah (-) TTH + HT on treatment
O: P:
KU : Baik Aff infus
TD : 120/80 mmhg
Nadi : 90 x/i PD cap 2 dd 1
Pernapasan : 20 x/i Antasida syr 3 dd 1 cth
Suhu : 37
Simvastatin 10 mg 0-0-1
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
Amlodipine 5 mg 0-0-1
Boleh pulang
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TENSION TYPE HEADACHE
A. DEFINISI
Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh
tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-contraction
headache. TTH merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi.3,4
TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-otot kepala,
wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan menimbulkan nyeri otot
yang di “referred” ke kepala (“muscle contraction headache”). “Muscle contraction” ini
timbul oleh karena adanya ketegangan jiwa anxietas, tension, atau depresi).5
Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat kepala yang
terlalu menekan. Kepalanya dirasakan berat oleh si penderita, terutama di waktu pagi
hari. Bila penderita dipijat oleh istri atau suaminya, maka nyeri kepala itu dirasakannya
berkurang.5
B. ETIOLOGI
Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang karena:3
Anxietas atau stress
Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama
Injury, seperti kecelakaan mobil
Depresi
9
Kondisi medis tertentu
C. EPIDEMIOLOGI
10
suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi antara reaksibehaviour dengan
reaksi verbal dari penderita.
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic tension type
headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang mempunyai nilai Local
tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot
sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan
intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik. Belum diketahui
secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri
kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada migren
dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan intensitas
maupun frekwensi serangan migren.
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur
fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut
kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang
bermyelin (Aα dan Aβ) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan / tidak
merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous event, seperti misalnya proses
iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses
sensitisasi serabut Aα dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada
tension type headache.
Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan
leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension
type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction headache.
Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang menggunakan EMG
(elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata hanya menunjukkan
sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun
terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri.
Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger point
yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot)
Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari platelet), bradikinin
(dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan Kalium (yang dilepas dari sel
11
otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan sebagai stimulant sensitisasi terhadap
nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini adalah peran
miofascial terhadap timbulnya tension type headache.
Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap
nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi otot
sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity,
dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan terhadap
timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai ambang pressure pain
detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun
ekstrasefalik.
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus (87%),
exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time depresi
pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar
serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa kecepatan
biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan wanita. Dengan
bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka kejadian depresi pada
wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.
E. GAMBARAN KLINIS
Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan
terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan TTH dapat
memberikan durasi nyeri yang lebih lama, menetap dan lebih berat.
12
o Bilateral dan occipitonuchal atau nyeri bifrontal
o Dengan gambaran nyeri seperti "fullness," "tightness/squeezing," "pressure," or
"bandlike/viselike"
o Kadang disertai stress emosional dan rasa cemas berlebihan
o Insomnia
o Setelah serangan kadang perasaan seperti keatas ataupun ke bawah
o Otot tegang dan seperti terikat pada region leher, occipital serta frontal
o Terdapat pada 75% pasien yang mengalami nyeri kepala kronis selama 5 tahun
o Sulit berkonsentrasi
o Tidak ada gejala prodormal
Onset nyeri kepala yang baru pada pasien usia muda dapat dipikirkan penyebabnya
adalah TTH
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab dari nyeri kepala dari TTH.
Vital sign normal
Pemeriksaan neurologis normal
Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher (tidak selalu)
Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone (tidak selalu)
Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot leher.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis Primer
Dua dari point di bawah ini :
o Nyeri bilateral
o nyeri seperti di tekan
o nyeri ringan atau sedang
o nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas fisik
Satu atau lebih dari gejala di bawah ini :
13
o Sensitif terhadap cahaya
o Sensitif terhadap suara
Terkadang tidak disertai gejala :
o Nausea
o Vomitus
Durasi nyeri 30 menit – 7 hari
Berdasarkan waktu terjadinya, Episodic (<15 hari/bulan) atau kronis (>15 hari/bulan selama
> 6 bulan) Dalam menegakan diagnosis tidak semua gejala dan pemeriksaan fisik di
dapatkan kelainan, yang penting adalah keriteria dari IHS. Kadang nyeri kepala TTH ini
tidak berdiri sendiri, tapi juga sering disertai dengan nyeri kepala tipe yang lain (migren)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG6
Laboratorium
Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri kepala primer
lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension headache.
Studi Imaging
Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab sekunder
nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral hemorrhage.
MRI imaging menunjukkan struktur cerebral yang detail dan khususnya dalam
mengevaluasi fossa posterior
CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah daripada
MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.
Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan dengan
abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.
H. PENATALAKSANAAN
14
diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang munculnya nyeri agar
penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini kurang atau tidak disadarinya.
Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan tambahan yang perlu dan yang tidak
perlu akan sangat bermanfaat bagi penderita.1
Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang sangat
membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache memberi respon
terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa obat yang mengurangi
kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.10
Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti massase,
meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih kuat
sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan calcium
channel blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol tidak
efektif kecuali jika terdapat gejala migren dan tension headache. Teknik relaksasi
sangat menolong pasien
bagaimana cara menghadapi anxietas dan stress.10
Penanganan3 :
Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan hilang.
Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen.
Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold
washcloth pada area yang nyeri.
Segera ke dokter bila:
o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya
o Muntah berulang.
o Numbness or tingling wajah, lengan atau kaki.
o Lengan dan kaki lemah.
o Perubahan visual yang tidak segera hilang
Terapi Farmakologik:
Drugs effective in the treatment of tension type headache11
15
Drug Trade name Dosage
Combination Analgesics
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital, Phrenilin, generic 1-2 tablets; max 6 per day
Diclofenac Cataflam, generic 50-100 mg q4-6h (max
50 mg
Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital, 200mg/dl)
Phrenilin Forte 1 tablet; max 6 per day
50 mg
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital, Fiocert; Esgic, generic 1-2 tablets; max 6 per day
Ibuprofen Advil, Motrin, Nuprin, 400 mg PO q3-4h
50 mg
Prophylactic Medications
Terapi non-farmakologik9
Regulasi lifestyle
o mengatur dan tidur yang cukup
o makan terapi dan diet yang baik
16
o mengetahui dan menghindari makanan yang dapat memicu nyeri kepala
berolahraga teratur (seperti aerobik)
Hindari Stres
o Menghindari lingkungan sosial yang dapat menyebabkan stress
o Meditasi
o melakukan hobi, rekreasi
o relaksasi otot (dengan latihan-latihan)
o psikoterapi
Fisioterapi
o panas, dingin, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation (tens)
o Pijat dan traksi leher
o peregangan otot-otot leher
Manipulasi osteopathic atau chiropractic
Terapi alternatif
o Akupuntur
o Acupressure
o Therapeutic touch
o Aromatherapy (contoh : peppermint, green apple)
salep topikal (contoh : salicylic acid, piroxicam [Feldene], ketoprofen [Orudis,
Oruvail])
I. PROGNOSIS
TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri kepala
ini tidak berbahaya. Terapinya hanya bersifat simptomatis tetapi kadang juga dapat
hilang total. TTH dapat sembuh sempurna bila penyebabnya di hilangkan. Pengunaan
obat TTH yang lama dapat menyebabkan nyeri kepala bertambah berat atau rebound
headache.1
17
DAFTAR PUSTAKA
18