A. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 57 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SD sederajat
Nomor RM : 803067
Tanggal MRS : 31-05-2017
B. Anamnesis
Nyeri dada sebelah kiri dialami sejak 3 bulan terakhir, memberat 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri dada dirasakan seperti tertindih, menjalar ke dada kanan dengan durasi
>20 menit, terjadi saat sedang istirahat, semakin lama nyeri semakin memberat. Nyeri dada
dipengaruhi oleh aktivitas, dan tetap ada meskipun beristirahat. Keringat dingin tidak ada,
batuk tidak ada, tidak disertai rasa berdebar, sesak nafas ada, mual tidak ada, muntah tidak
ada.
Faktor Risiko :
Laki-laki
57 tahun
Dapat dimodifikasi:
Merokok
Status Generalis
BB : 60 kg
TB : 165 cm
Status Vitalis
Pernafasan : 22 x / menit
Kepala
Mata : Anemis tidak ada, Ikterus tidak ada, Pupil bundar isokor d: 2,5mm ODS,
Cor:
Auskultasi : Bunyi jantung I dan Bunyi jantung II murni, regular, tidak ada bunyi
tambahan
Pulmo:
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing
Abdomen:
Inspeksi : datar, ikut gerak nafas
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, tidak ada pembesaran hepar dan lien
Perkusi : timpani
Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiogram :
Regularitas : Reguler
Axis : Normal
Segmen ST : Isoelektrik
Kesan pemeriksaan
Cardiomegaly
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
WBC 9.30 4-10
RBC 4.52 4.0-6.0
HGB 13.9 14-18
HCT 40.9% 37-48
PLT 211 150-400
Ureum 12 10-50
Kreatinin 0.69 <1,3
SGOT 17 <38
SGPT 22 <41
CK 77.40 <190
CKMB 18.9 <25
Troponin I <0.01 <0,01
Natrium 141 136-145
Kalium 3.6 3,5-5,1
Klorida 107 97-111
GDS 120 <140
Asam Urat 5.3 M(3.4-7.0); F(2.4-5.7)
PT 10.4 10-14 detik
INR 0.93 --
APTT 24.4 22.0-30.0 detik
Diagnosis
Terapi
Unstable Angina Pectoris atau Angina Pektoris tidak Stabil merupakan bagian
dari Sindrom Koroner Akut (SKA). Sindrom koroner akut (SKA) adalah sebuah
kondisi yang melibatkan ketidaknyamanan dada atau gejala lain yang disebabkan oleh
kurangnya oksigen ke otot jantung (miokardium). Sindrom koroner akut ini
merupakan sekumpulan manifestasi atau gejala akibat gangguan pada arteri koronaria.
Sindrom koroner akut mencakup penyakit jantung koroner yang bervariasi mulai dari
angina pektoris tidak stabil dan infark miokard tanpa ST-elevasi sampai infark
miokard dengan ST-elevasi. Walaupun presentasi klinis berbeda tapi memiliki
kesamaan patofisiologi. Keluhan utama adalah nyeri dada dan klasifikasi berdasaran
gambaran electrocardiogram (EKG) terdiri dari: 1,2
a. Pasien dengan nyeri dada khas disertai elevasi segmen ST: terjadi oklusi
total akut arteri coroner.
b. Pasien dengan nyeri dada khas tanpa elevasi segmen ST: gambaran EKG
berupa depresi segmen ST persisten atau transien, gelombang T inversi
atau datar atau EKG normal. 1
2. Etiologi
Hampir semua kasus infark miokardium disebabkan oleh aterosklerosis arteri
coroner. Aterosklerosis berasal dari Bahasa Yunani, yang berarti penebalan tunika
intima arteri dan penimbunan lipid. Mayoritas kasus SKA terjadi karena ruptur plak
aterosklerotik. Ruptur dan erosi plak merupakan pemicu utama untuk trombosis
pembuluh darah jantung. Ruptur dan erosi plak diikuti dengan aktivasi dan agregasi
platelet, aktivasi koagulasi, serta vasokontriksi endotel, berujung pada trombosis dan
oklusi pembuluh darah jantung. 5
Faktor-faktor yang menyebabkan aterosklerosis yang dapat tidak dapat diubah
(unmodified factor): 6
Umur
Jenis Kelamin
Riwayat penyakit jantung coroner dalam keluarga
Merokok
Dislipidemia
Diabetes Mellitus
Hipertensi
Obesitas
Stres Psikososial
Gaya hidup (kurang berolahraga, kurang mengonsumsi buah dan sayuran)
3. Klasifikasi
Istilah acute coronary syndrome (ACS) mengacu pada kumpulan gejala klinis
yang sesuai dengan akut iskemia miokard dan mencakup spektrum klinis. Kondisi
mulai dari angina tidak stabil (UAP) hingga non- ST-segment elevation myocardial
infarction (NSTEMI), serta ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI).7
Angina tidak stabil dan NSTEMI adalah kondisi yang erat kaitannya: asal
patofisiologis dan presentasi klinisnya serupa, tapi berbeda dalam tingkat
keparahannya. Diagnosis NSTEMI bisa dilakukan saat iskemia cukup parah,
menyebabkan kerusakan miokard yang berakibat pada pelepasan dari biomarker
nekrosis miokard ke dalam sirkulasi (Troponin spesifik jantung T atau I, atau creatine
kinase [CK-MB]). Sebaliknya, pasien dianggap telah mengalami UAP jika tidak ada
biomarker semacam ini terdeteksi di dalam aliran darah setelah onset awal nyeri dada
iskemik. Pertanda angina tidak stabil jika ditemukan 1 atau lebih dari 3 presentasi
utama: 7
(1) istirahat angina (biasanya berlangsung> 20 menit),
(2) onset baru (<2 bulan sebelumnya) angina berat
(3) pola kejadian crescendo (Peningkatan intensitas, durasi, frekuensi, atau
kombinasi dari faktor-faktor ini). 7
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ACS terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama,
bahkan dapat mencapai lebih dari 20 tahun. Awalnya berupa pembentukan
aterosklerosis yang kemudian mengalami rupture dan menyebabkan terjadinya
pembentukan thrombus. Lebih dari 90% sindrom koroner akut terjadi karena adanya
mekanisme ini. Selain karena adanya pembentukan thrombus, UAP/NSTEMI juga
dapat disebabkan oleh peningkatan kebutuhan oksigen miokardium (akibat adanya
takikardia atau hipertensi) atau karena pengurangan suplai (pengurangan diameter
lumen vascular oleh thrombus, vasospasme atau hipotensi). Mekanisme lain
menyebabkan sindrom koroner akut dapat disebabkan sindrom vaskulitis, emboli
koroner, anomaly congenital pembuluh darah koroner, trauma atau aneurisma
koroner, spasme berat arteri koroner, peningkatan viskositas darah, diseksi spontan
arteri coroner. 8
1. Pembentukan plak atheroma
2. Pembentukan thrombus
Pembentukan thrombus dari plak atherosklerotik melibatkan proses
rupture plak yang akan memaparkan elemen darah terhadap substansi
trombogenik dan disfungsi endotel sehingga kehilangan fungsi vasodilatasi dan
antotrombotik. Rupturnya plak merupakan pemicu utama. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor yang mengurangi stabilitas plak, stress fisik. 8
Keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada yang
tipikal (angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen). Keluhan angina tipikal
berupa rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher,
rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung
intermiten/beberapa menit atau persisten (>20 menit). Keluhan angina tipikal
sering disertai keluhan penyerta seperti diaphoresis, mual/muntah, nyeri
abdominal, sesak napas, dan sinkop.9
Presentasi angina atipikal yang sering dijumpai antara lain nyeri di daerah
penjalaran angina tipikal, rasa gangguan pencernaan (indigestion), sesak napas
yang tidak dapat diterangkan, atau rasa lemah mendadak yang sulit diuraikan.
Keluhan atipikal ini lebih sering dijumpai pada pasien usia muda (25-40 tahun)
atau usia lanjut (>75 tahun), wanita, penderita diabetes, gagal ginjal menahun,
atau demensia. Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut
ditemukan pada pasien dengan karakteristik memiliki faktor resiko. 9
Dalam melakukan anamnesis, perlu kita menanyakan onset, pencetus,
sembuh ketia melakukan apa, kualitas nyeri, dan sudah berapa kali. Untuk
membedakan nyeri dada yang diakibatkan oleh gangguan pada jantung dan yang
bukan, berikut tanda nyeri dada yang terjadi akibat gangguan di luar jantung:
1. Nyeri pleuritik (nyeri tajam yang berhubungan dengan respirasi atau
batuk)
2. Nyeri abdomen tengah atau bawah
3. Nyeri dada yang dapat ditunjuk dengan satu jari, terutama di daerah
apeks ventrikel kiri atau pertemuan kostokondral.
4. Nyeri dada yang diakibatkan oleh gerakan tubuh atau palpasi
5. Nyeri dada dengan durasi beberapa detik
6. Nyeri dada yang menjalar ke ekstremitas bawah8
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan elektrokardiogram
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang
mengarah kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera
mungkin sesampainya di ruang gawat darurat. Sebagai tambahan, sadapan V3R
dan V4R, serta V7-V9 sebaiknya direkam pada semua pasien dengan perubahan
EKG yang mengarah kepada iskemia dinding inferior. Sementara itu, sadapan V7-
V9 juga harus direkam pada semua pasien angina yang mempunyai EKG awal
nondiagnostik. Sedapat mungkin, rekaman EKG dibuat dalam 10 menit sejak
kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Pemeriksaan EKG sebaiknya diulang
setiap keluhan angina timbul kembali. 9
Gambaran EKG yang dijumpai pada pasien dengan keluhan angina cukup
bervariasi, yaitu: normal, nondiagnostik, LBBB (Left Bundle Branch Block) baru/
persangkaan baru, elevasi segmen ST yang persisten (≥20 menit) maupun tidak
persisten, atau depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang T. 9
e. Pemeriksaan Laboratorium
Data laboratorium, di samping marka jantung, yang harus dikumpulkan di
ruang gawat darurat adalah tes darah rutin, gula darah sewaktu, status elektrolit,
koagulasi darah, tes fungsi ginjal, dan panel lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak
boleh menunda terapi SKA. 9
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Awal
1. Tirah baring
2. Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri
<95% atau yang mengalami distres respirasi.
3. Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam pertama,
tanpa mempertimbangkan saturasi O2 arteri.
Nitrat
Keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi vena yang
mengakibatkan berkurangnya preload dan volume akhir diastolik ventrikel kiri
sehingga konsumsi oksigen miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah
dilatasi pembuluh darah koroner baik yang normal maupun yang mengalami
aterosklerosis.
1. Nitrat oral atau intravena efektif menghilangkan keluhan dalam fase
akut dari episode angina.
2. Pasien dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri dada berlanjut
sebaiknya mendapat nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal
3 kali pemberian, setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat
intravena jika tidak ada indikasi kontra.
3. Nitrat intravena diindikasikan pada iskemia yang persisten, gagal
jantung, atau hipertensi dalam 48 jam pertama UAP/NSTEMI.
Keputusan menggunakan nitrat intravena tidak boleh menghalangi
pengobatan yang terbukti menurunkan mortalitas seperti penyekat beta
atau angiotensin converting enzymes inhibitor (ACE-I).
4. Nitrat tidak diberikan pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90
mmHg atau >30 mmHg di bawah nilai awal, bradikardia berat (<50
kali per menit), takikardia tanpa gejala gagal jantung atau infark
ventrikel kanan.
6.2 Antiplatelet
Aspirin
Agen-agen ini mencegah pembentukan trombus yang terkait dengan infark
miokard dan menghambat fungsi platelet dengan menghambat agregasi. Terapi
antiplatelet telah terbukti mengurangi angka kematian dengan mengurangi risiko
infark miokard fatal, stroke fatal, dan kematian vaskular.harus diberikan kepada
semua pasien tanda indikasi kontra dengan dosis loading 150-300 mg dan dosis
pemeliharaan 75-100 mg setiap harinya untuk jangka panjang, tanpa memandang
strategi pengobatan yang diberikan.
Clopidogrel
Clopidogrel selektif menghambat adenosin difosfat (ADP) yang mengikat pada
reseptor platelet dan selanjutnya ADP-dimediasi aktivasi glikoprotein LLB / llla
kompleks, agregasi trombosit sehingga menghambat. Agen ini digunakan sebagai
alternatif terhadap aspirin atau di samping aspirin setelah stenting koroner.
Clopidogrel pada Angina tidak stabil untuk Mencegah Acara berulang (Cure)
percobaan menunjukkan bahwa penambahan clopidogrel pada terapi aspirin
mengurangi kejadian kematian kardiovaskular, infark miokard, atau stroke dari
11,4% menjadi 9,3% Dosis loading clopidogrel adalah 300 mg, dilanjutkan 75
mg setiap hari.
6.4 Statin