Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN HASIL BELAJAR TERHADAP KARAKTER KEJUJURAN DI SMP

ADHYAKSA 1 KOTA JAMBI

Sefri Herlina 1,*, Suci Utari2, Writer33


1
MAN 1 BatanghariJl. Jl. Gajah mada rt.09 kampung tengah kel. Teratai Muarabulian

2
Pendidikan Fisika, Universitas Jambi Jl. Lintas Jambi-Muara Bulian
3
Department of Analytical Chemistry, Universitas Pendidikan Ganesha, Jalan Udayana 11,
Singaraja, Bali, Indonesia
*Corresponding author: suciutari230@gmail.com

Abstract
Learning is a conscious effort by someone intentionally acquiring a cool concept that can
make someone do someone's behavior and patterned behavior. Learning outcomes are often
used to find out how far students understand the material that has been approved. Considered
learning outcomes, given the value of honesty based on generally accepted moral ethical
values. Honest is acknowledging, saying or providing information that is in accordance with
reality and truth. From the results of the above observations, the writer wants to know about
the relationship between students or students' habits towards learning outcomes. The question
in this study is quantitative. This type of research is ex-post facto research that seeks
relationships (interactions) between variables. The results that can be found in this relationship
are the relationship between questionnaires and learning outcomes. From this study, we used
3 pen tests namely normality test, linear test and trial.
Keywords: hasil belajar 1; angket 2; belajar 3

Introduction

Pendidikan itu sendiri mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan
adanya pendidikan, sumber daya manusia semakin maju dan berkualitas. Pendidikan sangat
berperan penting dalam kehidupan, karena dengan adanya pendidikan seseorang mampu
menempatkan dirinya dengan layak di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Menurut
Undang-undang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016
mengenai proses pendidikan Dasar (SD) dan pendidikan Menengah (SMP/SMA), karakteristik
pembelajaran di Indonesia pada setiap satuan pendidikan baik itu SD, SMP maupun SMA
terkait erat pada standar kompetensi kelulusan dan standar isi. Pada jenjang sekolah menengah
pertama terdapat beberapa pelajaran yang berasal dari integrasi dari disiplin cabang-cabang
ilmu alam maupun sosial. Salah satunya adalah mata pelajaran IPA, yang merupakan integrasi
dari cabang ilmu sains di dalamnya (Dwi Agus Kurniawan, 2018). Kemajuan dan
perkembangan pendidikan menjadi faktor keberhasilan suatu bangsa. Beberapa indikasi dapat
dilihat dari kemajuan dunia barat seperti Amerika dan Eropa yang selalu menjadi anutan setiap
berbicara masalah pendidikan. Hal ini diketahui dari berbagai data yang telah memberikan
informasi tentang keunggulan dibidang pendidikan seperti model pembelajaran, hasil-hasil
penelitian, produk-produk lulusan dan sebagainya (Munirah, 2015). Pendidikan telah gagal
mencapai tujuannya sesuai dengan dibentuknya negara untuk menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta mewujudkan keadila (Musthofa, 2017). Pada jenjang sekolah menengah
pertama terdapat beberapa pelajaran yang berasal dari integrasi dari disiplin cabang-cabang
ilmu alam maupun sosial. Salah satunya adalah mata pelajaran IPA, yang merupakan integrasi
dari cabang ilmu sains di dalamnya.
Kegiatan belajar di sekolah merupakan kegiatan yang sengaja dilaksanakan dan
direncanakan oleh guru. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran
2016 menunjukkan bahwa siswa berhasil dalam proses belajarnya. Keberhasilan siswa dalam
belajar dapat diukur dari hasil belajar yang dicapainya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Miller (Herman, 2014) yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang
dimiliki atau dikuasai siswa setelah menerima pelajaran.
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja memperoleh
konsep yang dinginkan sehingga seseorang dapat kemungkinan seseorang terjadi tingkah laku
dan pola berpikir (Sulistyaningrum, 2017). Ilmu pengetahuan alam lebih dekat kepada
pembelajaran sains dan berfikir saintis terhadap mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA
merupakan pembelajaran yang ruang lingkup cakupannya lebih kepada alam sekitar dan
lingkungannya. Setiap peserta didik memiliki argumen sendiri mengenai IPA, baik argumen
yang bersifat positi ataupun negatif, atau tanggapan peserta didik mengenai mata pelajaran IPA
menyenangkan atau malah menakutkan (Astalini, 2018). Pembelajaran IPA harus berpusat pada
siswa serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan,
mendiskusikan ide atau gagasan dengan siswa lain serta membandingkan ide mereka dengan
konsep ilmiah dan hasil pengamatan atau percobaan untuk merekonstruksi ide atau gagasan
yang akhirnya siswa menemukan sendiri apa yang dipelajari (Prihatiningsih & Setyanigtyas,
2018). Apabila Proses pembelajaran kurang berhasil dapat menyebabkan kurang minatnya
siswa untuk belajar. Minat peserta didik dapat ditunjukkan ditunjukkan dari kurangnya aktivitas
belajar, interaksi antar teman dalam proses pembelajaran dan persiapan siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Kenyataan ini tentu saja tidak terlalu mengejutkan karena hasil
belajar anak-anak Indonesia juga tergolong relatif rendah terutama pada mata pelajaran eksakta
seperti fisika (Aditya, 2016).
Hasil belajar sering digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi
yang sudah diajarkan (Purwanto, 2010). Untuk mengetahui hasil belajar perlu dilakukan
pengukuran atau evaluasi yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan evaluasi bertujuan untuk
melihat hasil belajar secara kuantitatif atau angka yang diperoleh siswa. Hasil belajar harus
mencakup semua aspek pada diri siswa yaitu ranah kognitif atau pengetahuan, ranah afektif dan
psikomotor. Ketiga aspek tersebut tidak bisa berdiri sendiri, ketiganya merupakan suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan perolehan hasil belajar dapat diketahui tingkat
kemajuan yang telah dicapai siswa setelah proses belajar.
Berdasarkan hasil penelitian Henry Clay Lindger yang disebutkan dalam buku The
Liang Gie (1995) bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya yaitu
kebiasaan studi yang baik (Good study habits) memberikan pengaruh sebesar 33%, minat
(Interes) memberikan pengaruh sebesar 25%, kecerdasaan (Intellegence) memberikan pengaruh
sebesar 15%, pengaruh keluarga (Family influence) memberikan pengaruh sebesar 5%, dan
pengaruh lainnya (Other) sebesar 22%.
Kebiasaan belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Cara belajar yang
dimiliki satu siswa dengan siswa lain berbedabeda. Kebiasaan belajar tidaklah secara langsung
terbentuk pada diri siswa. Perlu adanya upaya yang secara sengaja dan terus menerus untuk
membentuk suatu kebiasaan belajar yang baik (The Liang Gie, 1995). Lingkungan yang ada
disekitar siswa sangat berpengaruh dalam proses pembentukan kebiasaan belajar. Orang tua
dan guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan belajar pada diri
siswa. Selain itu, siswa juga seharusnya memiliki kemauan untuk memperbaiki kebiasaan
belajarnya, karena walaupun orang tua dan guru sudah memberikan dorongan yang besar tetapi
siswa tidak memiliki kemauan, hasil yang diperoleh tidaklah maksimal. Kebiasaaan belajar
yang baik sangat perlu dimiliki siswa, karena bila kebiasaan belajar yang dimiliki siswa tidak
baik dapat menyebabkan rendahnya perolehan hasil belajar yang dicapai siswa (Aunurrahman,
2010:185).
Dalam membentuk kebiasaan belajar yang baik dan efisien terdapat hambatan –
hambatan yang muncul. Hambatan itu berasal dari orang disekitar siswa ataupun dari siswa itu
sendiri. Seperti, kurangnya bimbingan dan pendampingan dari orang tua ketika siswa belajar.
Hal tersebut terjadi karena orang tua sibuk dengan pekerjaannya dan menyerahkan seluruh
tanggung jawab mendidik dan mendampingi siswa untul belajar kepada guru di sekolah.
Sedangkan pendidikan pertama kali diperoleh siswa di rumah sehingga orang tua sangat perlu
mengawasi serta membimbing siswa untuk belajar. Orang tua yang kurang mengawasi kegiatan
belajar siswa di rumah dapat menyebabkan siswa bebas untuk bermain kapanpun, sehingga
melupakan kewajibannya untuk belajar.
Dalam pencapaian hasil belajar, terdapat nilai kejujuran dilandasi oleh nilai-nilai etika
moral yang berlaku secara umum. Jujur adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu
informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Perilaku jujur juga dapat dipahami tidak hanya
sebatas perkataan yang benar saja tapi juga dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang benar
seperti menaati peraturan yang berlaku (Sahril Buchori, Muhammad Ibrahim, 2017). Kejujuran
adalah sikap yang menunjukan bahwa perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan kondisi yang
sesungguhnya tanpa adanya manipulasi dengan cara-cara berbohong (Reffiane, Saputra, &
Hidayat, 2016).
Berdasarkan pengamatan sementara di SMP Adhyaksa 1 Kota Jambi, kejujuran dalam
hasil belajar, dalam lingkungan atau mengerjakan soal latihan siswa masih sangat kurang,
dimana dalam mengerjakan soal dapat dilihat dari masih kurangnya keinginan siswa untuk
menerima hasil dari apa yang mereka kerjakan dalam menjawab soal sehingga mereka
mencontek jawaban temannya dan kurangnya keseriusan mereka dalam mengerjakan soal-soal
IPA yang berkaitan dengan fisika. Hal ini dapat berpengaruh pada rata-rata nilai yang mereka
capai. Serta dalam lingkungan siswa sulit untuk berkata jujur dengan suatu keadaan yang ada
di sekitarnya. Dari hasil pengamatan di atas penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan
antara sikap siswa atau kebiasaan siswa terhadap hasil belajar. Berdasarkan sejumlah
identifikasi masalah diatas, penelitian ini hanya melakukan kajian mengenai pengaruh
kejujuran siswa dalam belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada kelas VII
SMP Adhyaksa 1 Kota Jambi.

Materials and Methods

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Jenis penelitan ini adalah
penelitian ex-post facto yang mencari hubungan (korelasi) antar variabel. Desain Penelitian
Desain penelitian ini termasuk dalam expost facto.Dalam penelitian ex-post facto tidak ada
kelompok kontrol atau kegiatan pre-tes. Penelitian ex-post facto dilakukan terhadap program,
kegiatan yang telah berlangsung atau telah terjadi.

Penelitian ini dilakukan pada salah satu SMP di Kota Jambi yaitu SMP Adhyaksa 1
Kota Jambi yang terletak di Jl. Jenderal Urip Sumoharjo No.33, Selamat, Telanaipura, Kota
Jambi, Jambi 36124.

Peneletian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019. Sampel penelitian
menggunakan dua teknik pengambilan sampel yaitu teknik total sampling. Teknik total
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang meliputi keseluruhan unsur populasi
(Astalini, 2018).

Metode pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi. Angket atau kuesioner
digunakan untuk memperoleh data tentang kebiasaan belajar siswa VII SMP Adhyaksa 1 Kota
Jambi yang terletak di Jl. Jenderal Urip Sumoharjo No.33, Selamat, Telanaipura, Kota Jambi,
Jambi.

Results and Discussion


Hasil yang di dapat dalam pengamatan ini adalah adanya hubungan antara angket dan
hasil belajar. Dari penelitian ini, kami menggunakan 3 tahap pemgujian yaitu uji normalitas,
uji linier dan uji korelasi.
Yang pertama yaitu uji normalitas dimana Menurut Santoso ( 2010 ), Tujuan dari uji
normalitasa ini adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau
mendekati data distribusi yang normal, yakni distribusi data dengan bentuk konceng (bell
shaped). Data yang “baik” adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi Normal, yakni
distribusi data tersebut tidak menceng kekiri dann menceng kekanan. Uji normalitas pada
multivariat sebenarnya sanngan kompleks. Karena harus di lakukan pada seluruh variable
secara bersama-samam. Namun, uji ini bisa juga di lakukan pada setiap variable, dengan logika
bahwa jika secara individual masing-masing variable memenuhi asumsi. Maka secara bersama-
sama (multivariat) variable-variabel tersebut juga bisa di anggap memenuhi asumsi normalitas.
Berdasarkan di lakukan nya uji normalitas tersebut di dapatkan hasil nya yaitu bisa di lihat pada
table.1.

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
hasil_belajar_kelas_vii_ .266 18 .002 .809 18 .002
a
a. Lilliefors Significance Correction

Tabel diatas merupakan hasil dari uji normalitas pada butir soal, setelah di lakukan pengujian
menggunakan aplikasi SPSS dan di lihat hasil nya pada tabel di atas ternyata butir soal termasuk
kedalam distribusi tidak normal karena sig pada tabel terlihat bahwa nilainya lebih kecil dari
pada 0.05. Selanjutnya di lakukan lagi uji normalitas pada angket , hasil pengujian sama yaitu
menggunakan aplikasi SPSS. Hasil dari pengujian normalitas pada angket bisa di lihat pada
tabel.2.

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
angket_KELAS_ .113 45 .181 .973 45 .368
vii
a. Lilliefors Significance Correction
Terlihat pada tabel setelah di lakukan uji normalitas bahwa angket termasuk distribusi
normalitas, kita lihat dari nilai, yaitu semua nilai yang terdapat pada sig itu lebih besar dari
0.05. selanjutnya yaitu di lakukan uji linieritas.

Yang kedua yaitu uji linieritas, dimana menurutYudiaatmaja ( 2013 ), uji liniearitas di
gunakan untuk menyatakan bahwa apakah persamaan linier cocok di gunakan pada data yang
ada. Jika cocok, ,maka data yang ada dapat di wakili oleh persamaan llinier atau suatu persamaa
yang berbentuk garis lurus. Mungkin saja data yang ada tidak dapat di wakili oleh garis lurus.
Misalkan di wakili oleh garis parabola. Jika hal tersebut terjadi maka seharusnya persamaan
yang di buat adalah persamaan kuadrat. Bukan persamaan liniear. pengujian ini di lakukan
dengan menggunakan atau pun dengan bantuan aplikasi daari SPSS yang telah terintstal di
laptop. Untuk test of liniearity pada taraf signifikansi <0,05 berarti data tidak liniear, dan jika
.0,05 berarti data termasuk data linear. Hasilnya bisa di lihat pada tabel 3 yang tergambar di
bawah.

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 58.405 1 58.405 3.294 .077b
Residual 762.395 43 17.730
Total 820.800 44
a. Dependent Variable: hasil_belajar
b. Predictors: (Constant), angket

Menurut Syamsul ( 2015 ), SEM-Amos mensyaratkan adanya hubungan linier antara


variable indicator dengan variabel latin dan antar variabel. Linieritas mencerminkan sifat
ataupun suatu hubungan apabila terdapat perunahan suatu variabel akan di ikuti perubahan yang
sejajar variabel lain. Linearitas adalah keadaan dimana hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independeen bersifat linier ( garis lurus ) dalam kisaran variabel independent
tertentu. Pengujian pada liniearitas ini dapat di lakukan dengan fungsi “Scatter plot graph” dan
“compare mean”.
Dari data atau pun tabel di atas dapat di lihat bahwa dari nilai sig nya yaitu lebih besar
dari ketetapan nya yaitu o,05. Jadi bisa di katakan bahwa data yang telah di uji tesebut adalah
termasuk kedalam kategori linear.

Yang ketiga yaitu uji korelasi. Dimana menurut Tandeliin (2010), uji korelasi adalah
pengujian hubungan linear antara return di waktu lalu. Semakin tinggi korelasi antara returt
masa lalu dengan returt saat ini. Berarti semakin tinggi kemampuan berarti semakin tinggi
return masa lalu tersebut untuk memprediksi return masa depan. Secara sistematis bisa
berbentuk persamaan.data yang mempunyai signifikan < 0,05 berarti mempunyai hubungan dan
> 0,05 berarti tidak mempunyai hubungan.

Menurut Sugiyono (2010) pedoman untuk menginterprestasikan hasil koefisien korelasi


sebagai berikut :
 0,00 – 0,199 : sangat rendah
 0,20 – 0,399 : rendah
 0,40 – 0,599 : sedang
 0,60 – 0,799 : kuat
 0,80 – 1,000 : sangat kuat

Hasil dari pengujian data pada uji korelasi yaitu menggunakan aplikaksi SPSS. Hasilnya dapat
di lihat pada tabel 4 di bawah ini:

ANGKE
T SOAL
ANGKE Pearson 1 .267
T Correlation
Sig. (2-tailed) .077
N 45 45
SOAL Pearson .267 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .077
N 45 45

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa data yang terdapat pada kolom signifikan yaitu
bernilai 45, yang berarti lebih besar dari 0,05. Yang artinya antara angket dan soal tidak
mempunyai hubungan. Tetapi materi yang berjudul besaran dan satuan ini sangat lah pas di
terapkan pada pembelajaran IPA di SMP terutama pada pembelajaran fisika, karena fisika
adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan gejala alam serta seluruh interaksi yang terjadi
pada alam. Dan karena siswa SMP adalah awal dirinya untuk lebih dalam mengenal alam
serta isinya melalui pembelajara IPA tersebut.

Conclusion

Dari data yang telah banyak teruji yaitu, uji mormalitas, uji linearitas, serta uji korelasi
ataupun hubungan. Pada soal terbukti bahwa termasuk ke dalam data tidak normalitas melalui
uji tersebut dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS. Pada angket teruji normalitas dan
termasuk ke dalam kategori linearitas. Pada pengujian terakhir yaitu uji korelasi ataupun
hubungan. Di dapat kan hasil data dari uji tersebut ternyata tidak mempunyai hubungan antara
soal dan angket, meskipun soal dan angket tidak teruji normalitas dan termasuk dalam kategori
linearitas. Meskipun antara soal dan angkekt tidak mempunyaia hubungan. Tetapi materi ini
sangat lah pas di terapkan pada pembelajaran IPA di SMP terutama pada pembelajaran fisika,
karena fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan gejala alam serta seluruh interaksi
yang terjadi pada alam. Dan karena siswa SMP adalah awal dirinya untuk lebih dalam
mengenal alam serta isinya melalui pembelajara IPA tersebut.

References

Aditya, D. Y. (2016). PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI


TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA. 1(2), 165–174.

Astalini1, Dwi Agus Kurniawan2, Ririn Melsayanti3, A. D. (2018). SIKAP TERHADAP


MATA PELAJARAN IPA DI SMP se-KABUPATEN MUARO JAMBI. LENTERA
PENDIDIKAN, 21(2), 214–227.

Aunurrahman. (2010). Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Dwi Agus Kurniawan, A. dan I. A. (2018). EVALUASI SIKAP SISWA SMP TERHADAP IPA
DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Universitas Ilmiah DIDAKTIKA, 19(1), 124–139.

Herman Yosep Sunu E, Yusitna Wahyu H. (2014). Penilaian Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Munirah. (2015). SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan realita.
2(36), 233–245.

Musthofa.(2017). PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF HUMANISME-PANCASILA.


XXIV(1).

Prihatiningsih, E., & Setyanigtyas, E. W. (2018). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran


Picture and Picture Dan Model Make a Match Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar, 4(1), 1. https://doi.org/10.30870/jpsd.v4i1.1441

Purwanto. (2010). Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Reffiane, F., Saputra, H. J., & Hidayat, T. (2016). Identifikasi Tingkat Kejujuran Siswa
Sekolah Dasar Melalui Gerobak Kejujuran Di Kota Semarang. Mimbar Sekolah Dasar,
2(1), 73–79. https://doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i1.1323

Santoso, sungguh. 2010. Statistika multivariat. Jakarta: elex media komputindo

Sahril Buchori, Muhammad Ibrahim, A. S. (2017). Pengaruh character education training


melalui outbound training untuk peningkatan kejujuran dan integritas. Jurnal Psikologi
Pendidikan Dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan
Konseling, 2(1), 12. https://doi.org/10.26858/jpkk.v2i1.2089

Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R &
D. Bandung: Alfabeta

Sulistyaningrum, D. A. (2017). Pengembangan Quantum Teaching Berbasis Video


Pembelajaran Camtasia Pada Materi Permukaan Bumi Dan Cuaca. Profesi Pendidikan
Dasar, 4(2), 154–166

Syamsul, B. 2015. Model penelitian kuantitatif berbasis SEM Amos. Yogyakarta: CV. Budi
utama

Tandeliin, B. 2010. Portopolio dan investasi. Yogyakarta: Kanisus

The Liang Gie. (1995). Cara belajar yang efisien: jilid II. Yogyakarta: Liberty.

Yudiaatmaja, F. 2013. Analisis regresi dengan menggunakan aplikasi kmputer statistik


SPSS. Jakarta: PT Gramedia
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol. XX (X), xx-xx
ISSN: 2549-2608

Anda mungkin juga menyukai