Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

“DESTRUCKTIVE TEST-TENSILE TESTING”

Nama Kelompok : 4

 Asnaful Choiril Achbar (912018070)


 Danang Wahyu I
 Erwin Gunawan
 Dimas Prasetya
 M. Irsyad

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

TAHUN 2019 / 2020


BAB I

PENDAHULUAN

Deformasi (perubahan bentuk) bahan disebabkan oleh beban tarik statik adalah dasar pengujian-
pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan, hal ini disebabkan beberapa alasan: 1. Mudah
dilakukan; 2. Menghasilkan tegangan uniform (seragam) pada penampang; 3. Kebanyakan bahan
mempunyai kelemahan untuk menerima beban tegangan tarik yang uniform pada penampang.
Evaluasi di bagian yang aman masih dapat dilakukan. Dalam pengujian bahan industri, kekuatan
bahan paling sering ditentukan oleh penarikan statik. Untuk memberikan evaluasi secara industri
terhadap bahanbahan, setiap negara menentukan batang uji sesuai dengan standar yang ada di
negara tersebut. Penentuan tersebut tidak dilakukan dalam penelitian, kecuali karena alasan
penggunaan praktis maka batang uji standar industri dapat dipakai.

1.1 Tujuan Penguji Tarik


Pengujian tarik merupakan pengujian bahan untuk mengetahui respon/reaksi bahan terhadap efek
tarikan. Pengujian tarik (tensile test) dilakukan dengan tujuan antara lain: 1. Mengetahui kekuatan
maksimum (σmaks) terhadap beban yang bekerja; 2. Mengetahui regangan (%) yang dicapai sewaktu
mendapat beban dari luar; 3. Mengetahui keuletan, ketangguhan, dan kelentingan bahan; 4.
Penerapan beban statis secara lambat.

1.2 Prinsip Pengujian Tarik Dalam pelaksanaan pengujian tarik, ukuran dan bentuk
benda uji harus mengikuti standar pengujian tarik. Standar pengujian tarik dapat mengacu American
Standard Testing and Materials (ASTM), Japanese Industrial standard (JIS), dan Deutschens Institut
fur Normung (DIN). Jika mengacu pada ASTM maka dapat digunakan standar E 8-98 atau E 8M-98.
Benda uji dapat berbentuk lempeng, pelat, lingkaran, kawat, dan pipa.

1.3 tujuan praktikum


Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan pemahaman tentang dan mamp
mengoprasikan alat pada mesin destructive test berupa tensile (penguji tarik)
BAB II

TEORI DASAR

2.1 teori dasar


penguji tarik merupakan salah satu penguji yang bersifat merusak (destructive test)
penguju tarik dilakukan untuk mendapatkan nilai kekuatan luluh ,tarik,modulus
elastisitas,poisson ratio,keuletan,ketangguhan,dan kelentingan

a. kekuatan luluh (fracture strength)


Kebanyakan perangkat engineering dirancang untuk memiliki kekuatan dalam batas
elastis ketika diaplikasikan tegangan. Telah dibahas sebelumnya bahwa daerah elastis
merupakan daerah dimana ketika tegangan dihilangkan tidak meninggalkan deformasi
pada benda uji

b tarik
Setelah mencapai tegangan luluh maka garis kurva akan berlanjut pada daerah plastis.
Garis kurva akan terus naik hingga pada akhirnya mengalami penurunan. Puncak garis
kurva tersebut merupakan nilai kekuatan tarik (ultimate tensile strength/UTS). Kekuatan
tarik merupakan nilai tegangan maksimum pada kurva teknik tegangan-regangan.
Kekuatan tarik menunjukkan kemampuan bahan dalam menerima beban yang muncul
sebelum terjadi perpatahan. Kekuatan tarik diperlukan untuk dapat menentukan beban
total yang mampu diterima oleh material ketika sudah terjadi perubahan ukuran dan
bentuk (pembebanan telah masuk dalam daerah plastis).
c.modulus((modulus Young)
Modulus elastisitas (E) atau dikenal juga dengan modulus Young ditunjukkan oleh
kemiringan garis linier pada kurva teknik teganganregangan antara tegangan (sumbu y)
dengan regangan (sumbu x) di daerah elastis.

d.possion ratio
Benda uji jika dilakukan pengujian tarik dapat mengalami deformasi arah panjang
(longitudinal) dan arah melintang (lateral). Perbandingan regangan arah lateral dengan
regangan arah longitudinal disebut poisson ratio.

e.keuletan (ductility)
Keuletan merupakan salah satu sifat bahan teknik yang juga penting. Keuletan
menunjukkan ukuran tingkat deformasi plastis yang mampu ditahan oleh bahan sampai
patah. Dalam artian lain, keuletan (ductility) menunjukkan kemampuan bahan dalam
menerima tarikan (stretching) atau puntiran (twisting) tanpa terjadi perpatahan
f.ketangguhan ((toughness)
Sifat ketangguhan merupakan ukuran kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi
sampai patah. Bahan yang lebih ulet memiliki ketangguhan yang lebih tinggi daripada
bahan getas. Nilai ketangguhan diukur berdasarkan luasan area di bawah kurva teknik
tegangan-regangan.

g.kelentingan (resilience)
Sifat kelentingan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada
waktu di deformasi elastis dan kembali ke bentuk semula apabila beban dihilangkan
(secara visual bentuk tidak mengalami deformasi).

2.2 SIMULASI PENGUJIAN


-Lakukan pengujian tarik menggunakan benda uji yang telah di persiapkan

-Atur alat dan bahan uji sebelum di lakukan penguji tarik

-tampilkan data yang diinginkan data tegangan versus regangan

-amati proses tarikan dan data yang dihasilkan oleh alat

-lakukan analisa terhadap data penguji tarik

Alat dan bahan

-Alat uji tarik (universal testing machine)

-benda uji (baja karbon rendah )


BAB III

3.1 PEMBAHASAN
 Benda uji awal diukur menggunakan vernieer caliper/jangka sorong panjang benda
awal Diameter awal luas penampang
panjang benda uji awal 46 mm

panjang benda uji awal 46 mm


luas penampang awal 29,20 mm

 Kedua ujung benda uji dijepit pada pemegang (grip). Setelah benda uji terpasang dengan
benar maka dilakukan pemberian beban. Arah pembebanan adalah saling menjauhi
(penarikan). Pemberian beban diberikan secara kontinyu dan perlahan-lahan bertambah
besar. Dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan dan diameter benda
 TERJADI PERUBAHAN BENTUK

Saat memulai penarikan benda uji akan terubah bentuk seperti contoh
Ilustrasi perubahan benda uji ketika mengalami ultimate tensile strength seperti ditunjukkan
dalam Gambar Sebelum terjadi tegangan luluh, benda uji tidak mengalami deformasi
walaupun tegangan dihilangkan. Setelah mencapai nilai tegangan luluh hingga mencapai
UTS (titik M), benda uji mulai mengalami deformasi seragam (pengecilan luas penampang)
dalam arah panjang benda uji. Setelah terjadi UTS (melewati titik M) maka mulai mengalami
fenomena necking hingga akhirnya benda uji terjadi perpatahan (titik F).
Perbandingan pertambahan panjang benda uji berdasarkan kurva teknik tegangan-
regangan ditunjukkan dalam Panjang awal ditunjukkan dalam Gambar menunjukkan
hasil penarikan dengan pembebanan masih dalam daerah elastis. Benda uji tidak
mengalami deformasi walaupun beban dihilangkan. Gambar 2.14c menunjukkan hasil
penarikan dengan pembebanan di daerah plastis, dimana benda uji telah mengalami
deformasi secara seragam. memperlihatkan hasil penarikan dimana pembebanan telah
melewati UTS, hingga akhirnya mengalami perpatahan

 TERBENTUK NYA NECKING

Tegangan patah adalah tegangan yang diperlukan untuk mematahkan benda uji. Untuk
benda uji bersifat ulet pada kurva teknik tegangan-regangannya, seiring dengan
kenaikan nilai tegangan tarik akan menunjukkan tegangan luluh. Kenaikan nilai tegangan
yang berlanjut akan memunculkan UTS, diikuti dengan terjadinya perubahan deformasi
secara seragam. Setelah melewati UTS benda uji akan terjadi fenomena necking hingga
akhirnya terjadi perpatahan (fracture). Pembentukan necking pada benda uji
ditunjukkan dalam

 TERJADI PERPATAHAN

Perbandingan bentuk perpatahan untuk benda uji yang bersifat ulet dengan getas
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa benda uji bersifat ulet akan menimbulkan pola
cup dan cone pada permukaan patahannya Patahan benda uji bersifat getas
menghasilkan pola patahan yang saling rata pada kedua permukaan patahannya
(Bahan bersifat getas tidak sempat mengalami deformasi ketika terjadi perpatahan.
menunjukkan perbandingan ilustrasi kurva teknik uji tarik untuk beberapa bahan dari
yang bersifat getas hingga ulet merupakan kurva uji tarik untuk bahan getas. Sesuai
dengan bentuk patahan pada benda getas sebelumnya, terlihat bahwa patahan tidak
mengalami deformasi. Hal ini juga sesuai dengan kurva uji tarik bahan getas bahwa
perpatahan terjadi pada garis linier (daerah elastis). Gambar merupakan kurva uji tarik
untuk bahan semi ulet. merupakan kurva uji tarik untuk bahan ulet.
 HASIL PENGUJI TARIK

Hasil pengujian tarik akan menghasilkan suatu tampilan yang ditunjukkan dalam
kurva. Gambar 2.5 menunjukkan kurva hasil pengujian tarik. Kurva tersebut dikenal
dengan kurva teknik tegangan/stress (σ) vs regangan/strain (ε). Kurva teknik
tegangan-regangan secara garis besar terdiri dari 2 area, yakni:
1. Daerah elastis
Garis yang terbentuk pada daerah elastis adalah linier antara beban dengan
pertambahan panjang. Deformasi di daerah elastis menunjukkan sifat proporsional
atau sebanding lurus dengan tegangan. Selain itu, daerah elastis merupakan daerah
dimana apabila tegangan dihilangkan maka tidak meninggalkan deformasi pada benda
uji.
2. Daerah plastis
Garis yang terbentuk pada kurva sudah non linier antara beban dengan pertambahan
panjang. Deformasi di daerah plastis sudah menunjukkan sifat yang tidak proporsional
dengan tegangan. Benda uji sudah mengalami deformasi walaupun tegangan
dihilangkan.
Berdasarkan kurva teknik tegangan-regangan dapat diketahui beberapa sifat
(properties) dari bahan yang terdiri dari kekuatan luluh (yield strength), kekuatan
tarik (tensile strength), kekuatan patah (fracture strength), modulus elatisitas (young
modulus), poisson ratio, keuletan bahan (ductility), ketangguhan (toughness) dan
kelentingan (resilience).

Sehingga menghasilkan nilai


Panjang uji awal: 46 mm
Panjang setelah terjadi perpatahan :50,2 mm
Luas Penampang awal :29,20 mm₂
Luas penampang setelah patah:19,62 mm₂
Tegangan luluh :48,02 kgf/mm₂
Tegangan tarik : 51,77 kgf/mm₂
Modulus elastisitas :4,14
Passion ratio :0,19
Keuletan elongation: 9,13 %
Pengurangan luas: 18 %
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami dapatkan dari praktikum ini adalah cara kita mengetahui kekersan
dari suatu benda yang akan kita pergunakan pada saat memilih suatu bahan yang terbuat
dari pabrik sehingga kita tidak keliru atau mendapat ketidak nyamanan pada saat bahan di
pergunakan di suatu komponen atau benda benda yang bersifat besi atau baja

Anda mungkin juga menyukai