Anda di halaman 1dari 8

Nama : Grace Elisabet Silaban

NPM : 214210153

1. A. definisi kesadaran:
Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau,
atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan
dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur)
ingat, tau dan mengerti.

B. derajat kesadaran:

GCS (Glasgow Com Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran pasien (apakah pasien dalam kondisi koma/tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu: reaksi


membuka mata (eye), bicara (verbal) dan gerakan (motorik)

Ciri-ciri Respon Skor


Spontan 4
Membuka dengan perintah verbal 3
Respons mata baik
Membuka dengan rangsang nyeri 2
Tidak ada respon 1
Orientasi baik 5
Bingung 4
Respons verbal baik Kata-kata tidak bermakna 3
Bunyi tidak dapat dipahami 2
Tidak ada respon 1
Mematuhi perintah 6
Mendekati rangsang nyeri 5
Menjauhi rangsang nyeri 4
Respons motorik baik
Fleksi ke arah nyeri 3
Ekstensi ke arah nyeri 2
Tidak ada respon 1
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam
symbol E…V…M. Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS
yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu
E1V1M1.

Kesimpulan:
Compos mentis: 15-14
Apatis : 13-12
Delirium : 11-10
Somnolen : 9-7
Stupor : 6-4
Coma :3

2. Mekanisme penurunan kesadaran:

Stimulus dari Batang otak (Midbrain →


seluruh tubuh thalamus medialis)

Terima impuls sensorik =


formation retikularis

ARAS
Serabut non spesifik Thalamus

Serabut spesifik

Gyrus Postsentralis & Gyrus


Korteks serebri
primer lainnya

3. Neuroanatomi:
Secara anatomi, sistem saraf manusia terdiri atas sistem saraf pusat (ssp) dan
sistem saraf perifer/tepi (sst).
SSP terdiri atas otak dan medua spinalis
SST terdiri atas saraf kranial dan saraf spinal
Secara fisiologi:
- Susunan saraf somatik: mensarafi struktur dinding tubuh (otot, kulit,
membran mukosa)
- Susunan saraf otonom: mengontrol aktivitas otot-otot dan kelenjar-
kelenjar bagian dalam tubuh serta pembuluh darah

4. Kelumpuhan:
Sistem motorik → mengurus pergerakan
→ rangkaian neuron-neuron dan otot:
- Upper motor neuron (UMN)
- Lower motor neuron (LMN)
- Sambungan saraf otot
- Otot

UMN: - sistem piramidalis

-sistem ekstrapiramidalis

LMN: sel motorik → batang otak → saraf perifer → saraf kranial, saraf spinal

Medula spinalis

→ (sambungan saraf otot) → otot

Tipe kelumpuhan:

- Tipe UMN (upper motor neuron):


 Parase-paralise
 Hipertonis (spastis)
 Gangguan refleks
= refleks tendon ↑
= refleks kulit ↓
= refleks telapak kaki: strumple → Babinski
- Tipe LMN (lower motor neuron):
 Parase-paralise
 Atonia (flaksid)
 Arefleksia
 Atrofi otot
Ciri-cirinya:

Lumpuh, kelumpuhan yang terjadi ada 2 macam: hemiplegia kanan dan


hemiplegia kiri, kondisi ini sudah termasuk pada tahap yang serius yaitu
dengan adanya gangguan seperti, tidak bisa bergerak karena kaku, bagian yang
mengalami kelumpuhan itu bisa dari ujung rambut sampai kaki, ada hal yang
lebih serius lagi yaitu rusaknya otot dari sulitnya makan.

5. A. Definisi stroke:
Stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki
karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal/global yang
berkembang dengan cepat, adanya gangguan fungsi serebral, dengan
yang berlangsung > 24 jam atau menimbulkan kematian tanpa terdapat
penyebab selain yang berasal dari vascular.

Epidemiologi:

Kasus stroke di Indonesia menunjukkan ↑, baik dalam kejadian,


kecacatan, maupun kematian. Insidens stroke sebesar 51,6/100.000
penduduk. Sekitar 4,3% penderita stroke mengalami kecacatan yang
memberat. Angka kematian berkisar antara 15-27% pada semua
kelompok usia. Stroke lebih banyak dialami laki-laki dibanding
perempuan. Jumlah penderita stroke ↑ seiring dengan bertambahnya
usia.

Gejala dan tanda klinis:

- Adanya serangan neurologis fokal berupa kelemahan/kelumpuhan


lengan, tungkai/salah satu sisi tubuh
- Melemahnya otot (hemiplegia) kaku dan menurunnya fungsi sensorik.
- Hilangnya rasa/adanya sensasi abnormal pada lengan/tungkai atau
salah satu sisi tubuh seperti baal, mati rasa sebelah badan, terasa
kesemutan, perih bahkan seperti rasa terbakar dibagian bawah kulit.
- Gangguan penglihatan
- ↓ kemampuan mencium bau dan mengecap
- Berjalan menjadi sulit & langkahnya tertatih-tatih bahkan terkadang
mengalami kelumpuhan total
- Kehilangan keseimbangan
- Tidak memahami pembicaraan orang lain
- Adanya gangguan bicara dan sulit berbahasa berbahasa
- Menjadi pelupa
- Banyak tidur dan selalu ingin tidur
- Gangguan kesadaran

Faktor resiko:

- Faktor resiko penyebab stroke secara medis:


Hipertensi, kolesterol, aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah),
gangguan jantung, penyakit kencing manis, dana da riwayat keluarga.
- Faktor resiko penyebab stroke secara perilaku:
Merokok (aktif dan pasif), makanan yang tidak sehat (junk food, fast
food), alkohol, kurang olahraga, mendengkur, kontrasepsi oral,
narkoba, obesitas.

Klasifikasi:

Klasifikasi utama stroke


Iskemia-infark serebrum Perdarahan intrakranium (15-20%)
(80-85%)
Oklusi trombotik Intraserebrum (parenkim)
Lacunar Subaraknoid (PSA)
Oklusi embolik Subdural (biasanya traumatic)
Kardiogenik Epidural (traumatic)
Arteri-ke-arteri

B. Patofisiologi stroke:

Ada 2 jenis utama stroke: stroke iskemik dan stroke hemoragik

- Stroke iskemik, sebanyak 85% dari semua stroke, terjadi ketika bekuan
darah memblokir arteri ke otak, yang mengakibatkan interupsi aliran
darah ke sel otak. Kadar kolesterol ↑ yang menyebabkan “penebalan”
arteria adalah penyebab utama stroke ini.
- Stroke hemoregik terjadi ketika pembuluh darah di atau sekitar otak
pecah, yang menyebabkan perdarahan dan peningkatan tekanan
didalam tengkorak, yang mengakibatkan kompresi dan pada akhirnya
iskemia pada jaringan otak. TD ↑ yang tidak ditanganin adalah
penyebab umum stroke ini.

Kaskade iskemik:

rCBF jaringan otak (ml/100g/menit)

50-60 Normal

Gangguan Biokimiawi (sintesa protein)


35 laktoa
Gangguan met. Glukosa (glikolisis sidisi
anaeronik) s
20 “ion Pump Fallure” Glutamate
Gangguan
met. energi Release ↑, → Ca influx, free
redicals, dst
15
Gangguan fungsional “ Electrical
(depolarisasi membrane) Fallure”
10
Kerusakan Histologis “ Energi
(Pannekrosis) Fallure”

Neuron, glla, endotel


0-4

Reperfusi neuroproteksi
STATEGI TERAPI

C. pemeriksaan penunjang dan gold standar:

Pemeriksaan penunjang:

- Elektrokardiografi
- Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostasis, gula
darah, urinalisis, analisis gas darah dan elektrolit.
- Foto toraks: melihat adanya gambaran kardiomegali sebagai penanda
adanya hipertensi untuk faktor resiko stroke
- CT Scan/MRI: gambaran hipodens/hipointens didapatkan pada stroke
iskemik dan hiperdens/hiperintens pada stroke hemoragik pada T1W1.
Gold standar:
CT scan → pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke
infark dan stroke hemoragik. Pemeriksaan CT scan kepala merupakan
gols standar untuk menegakkan diagnosa stroke.

D. mengenal kegawatdaruratan stroke:

a. stabilisasi jalan nafas dan pernafasan.

b. stabilitas hemodinamik

c. pemeriksaan awal fisis umum

d. pengendalian peningkatan tekanan intracranial (TIK)

e. penanganan transformasi hemoragik

f. pengendalian kejang

g. pengendalian temp

E. Menangani kegawatdaruratan stroke sebelum pasien dirujuk:

- stabilitas pasien dengan ABC

- intubasi bila kesadaran stupor/koma/gagal nafas

- infus salin normal 0,9 cc (jangan dengan cairan hiptonis dekstrose)

- berikan O2 2-4 liter/menit

- rekam EKG dan pemeriksaan laboratorium darah

F. Prognosa:

Dilihat dari 6 aspek: death, disease, disability, discomfort,


dissatisfaction, dan destitution. Ke 6 aspek prohnisis tersebut terjadi
pada troke fase awal atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek
tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua penderita stroke akut
harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan umum, fungsi otak,
EKG, saturasi O2, TD dan temp secara terus-menerus selama 24 jam
setelah serangan stroke.

G. Edukasi mengenai stroke dan prevensi sekunder:

Edukasi:

- Pengendalian faktor resiko


- Terapi diet untuk mengendalikan faktor resiko
- Life style yang ↑ resiko stroke
- Olahraga
- ↑ quality of life agar sembuh secara social

Prevensi sekunder:

- Merokok: target: berhenti merokok


Anjuran: motivasi penderita & keluarganya untuk berhenti
merokok, konseling lakukan program formal.
- Hipertensi: target: sistol & diastole < 140 & 90 mmHg

Anjuran: ukur tensi pada semua populasi dewasa minimal


tiap 2 tahun. Modifikasi gaya hidup seperti: control BB, aktivitas fisik,
tanpa alkohol, diet ↓ garam.

Anda mungkin juga menyukai