Anda di halaman 1dari 59

Keperawatan Medikal Bedah III

Konsep Asuhan Keperawatan dan


Aplikasi Asuhan Keperawatan Dermatitis

OLEH
Kelompok 6
Ni Komang Ayu Nopi Savitri 183222928
Ni Komang Megawati 183222929
Ni Luh Ayu Karmini 183222930
Ni Luh Putu Eka Rasnuari 183222931
Ni Luh Putu Very Yanthi 183222932

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai

pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak yang telah

memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya

sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari

kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka itu

kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat memotivasi kami agar

dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Denpasar, 14 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar penyakit Dermatitis ........................................................................ 3

2.2 Konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan Dermatitis ..................... 16

2.3 Tinajuan Kasus...................................................................................................... 29

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan
organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng
pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ
adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik.
Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-
ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan:
pidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi
dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di
bawah pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang
tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan
saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga
terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi
benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan
bantalan untuk kulit,, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan
energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang lebih
dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis
dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada
kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak
menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat
mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki
indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu
seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain dermatitis. Berdasarkan uraian

1
tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul “Makalah Asuhan
Keperawatan Pada klien dengan Dermatitis”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep dasar penyakit Dermatitis?
2. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep dasar penyakit Dermatitis
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang
menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya
pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang
menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian
permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang berarti 'mendidih atau mengalir
keluar’. (Mitchell dan Hepplewhite, 2005)
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik. (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal) (Adhi
Juanda,2005)
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama
kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. (Widhya,
2011)

2.1.2 Klasifikasi
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan
gejala berbeda:
1. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005) Dermatitis yang muncul dipicu alergen
(penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak
langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun

3
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet,
logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

2. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis
kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah
pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu
kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan
kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.

3. Seborrheich Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis,
belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita
penyakit saraf seperti Parkinson.

4. Statis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau hipertensi vena)
tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005) Yang muncul dengan adanya varises,
menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah

4
atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di
bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.

5. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita
(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan
(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah.
Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat
alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki
asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

2.1.3 Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim
menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul
karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
terasa panas saat disentuh dan. Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.

5
2.1.4 Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak
lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan
berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-
komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan
diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan
leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor
sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit
serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan
leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler.
Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis
kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga
perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis
kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi. Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat
dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada
hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau
mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara,
tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut
alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam
kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE
(Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang
berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran
sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte
Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell). Kemudian sel LE menuju

6
duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian
antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+
berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul
CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal
antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua
reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi
pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk
mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2.
Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory
T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan
memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada
manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini
individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami
dermatitis kontak alergik.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang
sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel
Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2.
Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan
merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang
langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan
mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi
vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam
kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu
proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel
keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat
stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah
kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan
memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin

7
berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa
mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan
atau meredakan peradangan.

8
PATHWAY
Genetik, lingkungan, psikologi, alergi

Peningkatan kadar Ig E

Respon Ig E terhadap basofil

Reasksi silang Sel mast

Pelepasan histamin

Rasa Gatal Pruritus


Macula erythema
hebat

Gangguan citra
Gangguan Penggarukan tubuh Nyeri
pola tidur yang tidak
terkendali

Robekan pada
Lesi
kulit

Erosi krusta Kerusakan


Resiko infeksi integritas kulit

Bakteri

9
2.1.5 Manifestasi Klinis
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa). Obyektif, biasanya batas
kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau
beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas pada klit yang
longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna. Infiltrasi
biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber
dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai
infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tidak madidans bila gelembung-gelembung
mengering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika. Pada stadium tersebut terjadi
deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan
sebagai sekuele telihat hiperpigmentai atau hipopigmentasi.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
2. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena gambaran
histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. Pada dermatitis
akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis), terbentuknya
vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan
infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai bentuk
akut dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis
kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak

10
tampak adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan
kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis secara umum dan sangat
sukar untuk membedakan gambaran histopatologik antara dermatitis kontak alergik
dan dermatitis kontak iritan.
Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen, seperti
dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak sejumlah
besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran sel dan di
organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans menunjukkan
aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen akan tampak
didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di epidermis berkurang.
Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat meningkat. Namun
demikian penelitian terakhir mengenai gambaran histologi, imunositokimia dan
mikroskop elektron dari tahap seluler awal pada pasien yang diinduksi alergen dan
bahan iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.

2.1.7 Komplikasi
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
3. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi

2.1.8 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan
menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap
penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
1. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak
iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung
tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan
deterjen.
11
2. Pengobatan
a. Pengobatan topikal.
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik
berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi
bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-
jenisnya adalah :
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari
dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi
spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel
penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit
menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans,
sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga
menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel
T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang
terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik.
Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan
triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dengan menggosok
secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat
penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik
selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping
berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.

12
2) Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan
hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel
panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat
mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan
hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR),
sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-
methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan
dan imunitis. Secara imunologis dan histologis PUVA akan
mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel Langerhans
di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase
induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang
diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan
sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik.
UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel
Langerhans.
3) Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia
hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya
absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4) Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan
superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin)
dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5) Imunosupresif
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506
(Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan

13
menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti
IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain.
Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan
atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan
derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi.
Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid
klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding
dengan betametason 17-valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi
kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak
mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara topikal sama
efektifnya dengan pemakaian secara oral.

b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga
pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :
1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang
berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga
yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan
histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
2) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau
intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal
dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu
singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita
ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan berat
badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi.
Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul
CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T
dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.

14
3) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan
menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi
aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-
1.
4) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada
keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki efek
menghambat peradangan.
5) FK 506 (Trakolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat
sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast
serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.
6) Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan
amilorid.
7) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang
merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol.
8) SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat juga
diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin

15
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dermatitis
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama :
MR :
Masuk ke RS :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
b. Penanggung jawab
Nama :
MR :
Masuk ke RS :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu: Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
2) Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit
seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3) Riwayat kesehatan sekarang: Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti
yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya

16
d. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah
pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut
mengganggu aktivitas pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
(a) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan
malam )
(b) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan
atau alergi
(c) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
(d) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
yang mengandung vitamin antioksidant
3) Pola eliminasi
(a) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
(b) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
(c) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu
untuk miksi dan defekasi.
4) Pola aktivitas/olahraga
(a) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit.
(b) Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya
karena yang terganggu adalah kulitnya
(c) Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5) Pola istirahat/tidur
(a) Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
(b)Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
berhubungan dengan gangguan pada kulit
(c) Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau
tidak?

17
6) Pola kognitif/persepsi
(a) Kaji status mental klien
(b) Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami
sesuatu
(c) Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebab kecemasan klien
(d) Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
(e) Kaji apakah klien mengalami vertigo
(f) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.
7) Pola persepsi dan konsep diri
(a) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah
kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
(b) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi
atau takut
(c) Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8) Pola peran hubungan
(a) Tanyakan apa pekerjaan pasien
(b) Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan,
teman, dll.
(c) Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit
klien
9) Pola seksualitas/reproduksi
(a) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
(b) Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause
(c) Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
10) Pola koping-toleransi stress
(a) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri )

18
(b) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk
penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang
terdekat.
11) Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta
seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada
Tuhannya lebih berfikiran positif
1. Pemeriksaan Fisik:
Nilai keadaan umum pasien, kesadaran pasien dan tanda-tanda vital pasien
1) Kepala :
Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata,
bentuk kepala simetris.
Palpasi : Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada
nyeri tekan.
2) Leher : kulit leher berwarna kemerahan dan terasa gatal
Trakea : Simetris
Kelenjar limfe : Ada pembesaran limfe
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
Gerakan leher : Normal
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
3) Wajah : kulit wajah tampak kemerahan, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
4) Mata :
Fungsi penglihatan : Baik
Pupil dan reflek cahaya : Normal
Konjungtiv : isokor
Lensa/iris : Tidak ada kekeruhan lensa
Odema palpebra : Tidak ada
5) Telinga :
Fungsi pendengaran : Baik

19
Kebersihan : Bersih
Daun telinga : Simetris Kiri dan kanan
Sekret : Tidak ada
Mastoid : Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan mastoid
6) Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris
Fungsi pennciuman : Baik
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih
Pendarahan : Tidak ada pendarahan
Sekret : tidak ada
7) Mulut dan faring :
Membran mukosa : kering
Kebersihan mulut : lidah bersih, bentuk lidah simetris
Keadaaan gigi : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
Tanda radang : Tidak ada
Trismus : Tidak ada trismus
Kesulitan menelan : Tidak ada
8) Thoraks Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
9) Paru :
Inspeksi : Dada simetris, respiratory rate, menggunakan otot bantu pernapasan
Perkusi : Resonan pada kedua paru
Palpasi : Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Vesikuler
10) Jantung
- Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung.
- Palpasi: Nadi.
- Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
11) Abdomen
Inspeksi : tdak terdapat kelainan

20
Perkusi : normal
Palpasi : tidak terdapat massa
Auskultasi : bising usus normal
12) Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
13) Entremitas
- Atas : biasanya kulit tampak kemerahan dan terasa gatal. Akral teraba hangat
- Bawah : biasanya kulit tampak kemerahan dan terasa gatal. Akral teraba hangat

2. Diagnosa
a) Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis
c) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
d) Gangguan pola tidur berhubungan dengen gangguan
e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit.

21
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan

1 Nyeri agen NOC NIC


cedera fisik
Pain Level, Pain Management

Pain control 1. Lakukan pengkajian


nyeri secara
Comfort level komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi
nonverbal dan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu
3. Gunakan teknik
menggunakan tehnik
komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk
untuk mengetahui
mengurangi nyeri, mencari
pengalaman nyeri pasien
bantuan)
4. Kaji kultur yang
2. Melaporkan bahwa nyeri
mempengaruhi respon
berkurang dengan
nyeri
menggunakan manajemen nyeri
5. Evaluasi pengalaman
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi dan tanda
6. Evaluasi bersama pasien
nyeri)
dan tim kesehatan lain
4. Menyatakan rasa nyaman
tentang ketidakefektifan
setelah nyeri berkurang
kontrol nyeri masa
Iampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
22
farmakologi dan inter
personal)

22
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration

1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah

23
pemberian analgesik
pertama kali

23
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
2 Kerusakan NOC NIC
integritas
Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
kulit
Mucous Membranes
berhubungan 1. Anjurkan pasien untuk
dengan Hemodyalis akses menggunakan pakaian
penurunan yang longgar
imunologis 2. Hindari kerutan pada
Kriteria Hasil : tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar
1. Integritas kulit yang baik bisa tetap bersih dan kering
dipertahankan (sensasi, 4. Mobilisasi pasien (ubah
elastisitas, temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua
pigmentasi) jam sekali
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 5. Monitor kulit akan
3. Perfusi jaringan baik adanya kemerahan
4. Menunjukkan pemahaman 6. Oleskan lotion atau
dalam proses perbaikan kulit minyak/baby oil pada
dan mencegah terjadinya cedera daerah yang tertekan
berulang 7. Monitor aktivitas dan
5. Mampu melindungi kulit dan mobilisasi pasien
mempertahankan kelembaban 8. Memandikan pasien
kulit dan perawatan alami dengan sabun dan air
hangat
Insision site care

1. Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang ditutup dengan
jahitan, klip atau strapless
2. Monitor proses
kesembuhan area insisi
3. Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
4. Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggunakan lidi kapas
steril
24
5. Gunakan preparat
antiseptic, sesuai program

24
6. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan luka
tetap terbuka (tidak
dibalut) sesuai program
3 Risiko infeksi NOC : NIC
- Immune Status Infection Control (Kontrol
- Knowledge : Infection control infeksi)
- Risk control
Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan lingkungan
keperawatan selama…… pasien tidak setelah dipakai pasien
mengalami infeksi dengan kriteria lain
hasil: 2. Pertahankan teknik
isolasi
1. Klien bebas dari tanda dan gejala
3. Batasi pengunjung bila
infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk perlu
mencegah timbulnya infeksi 4. Instruksikan pada
3. Jumlah leukosit dalam batas pengunjung untuk
normal mencuci tangan saat
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat berkunjung dan setelah
5. Status imun, gastrointestinal, berkunjung
genitourinaria dalam batas normal meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi

25
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu

25
13. Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
14. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
15. Monitor hitung
granulosit, WBC
16. Monitor kerentangan
terhadap infeksi
17. Batasi pengunjung
18. Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
19. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
20. Pertahankan teknik
isolasi k/p
21. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
22. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
23. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
24. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
25. Dorong masukan cairan
26. Dorong istirahat
27. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
28. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
29. Ajarkan cara
menghindari infeksi
30. Laporkan kecurigaan
infeksi
31. Laporkan kultur positif

26
4 Gangguan NOC NIC
pola tidur
berhubungan  Anxiety reduction Sleep Enhancement
 Comfort level
dengan 1. Determinasi efek-efek
 Pain level
gangguan medikasi terhadap pola
 Rest : Extent and Pattern
tidur
 Sleep : Extent an Pattern
2. Jelaskan pentingnya tidur
yang adekuat
Kriteria Hasil : 3. Fasilitas untuk
mempertahankan
1. Jumlah jam tidur dalam batas aktivitas sebelum tidur
normal 6-8 jam/hari (membaca)
2. Pola tidur, kualitas dalam batas 4. Ciptakan lingkungan
normal yang nyaman
3. Perasaan segar sesudah tidur 5. Kolaborasikan pemberian
atau istirahat obat tidur
4. Mampu mengidentifikasikan 6. Diskusikan dengan
hal-hal yang meningkatkan tidur pasien dan keluarga
tentang teknik tidur
pasien
7. Instruksikan untuk
memonitor tidur pasien
8. Monitor waktu makan
dan minum dengan waktu
tidur
9. Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari
dan jam
5 Gangguan NOC NIC
citra tubuh
Body image Body image enhancement
berhubungan
dengan Self esteem 1. Kaji secara verbal dan
penyakit non verbal respon klien
terhadap tubuhnya
Kriteria Hasil : 2. Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
1. Body image positif 3. Jelaskan tentang
2. Mampu mengidentifikasi pengobatan, perawatan,
kekuatan personal kemajuan dan prognosis
3. Mendiskripsikan secara faktual penyakit
perubahan fungsi tubuh 4. Dorong klien
4. Mempertahankan interaksi mengungkapkan
sosial perasaannya

27
5. Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu

27
6. Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil

28
TINJAUAN KASUS
Tn.A datang di rumah sakit Lasallian dengan keluhan gatal- gatal sejak 2 hari yang lalu, rasa
panas dan kemerahan di daerah wajah, leher dan punggung. Rasa gatal tersebut menimbulkan
keinginan untuk menggaruk sehingga timbul kemerahan dan rasa panas akibat garukan tersebut.
Pasien menguluh malu dengan keadaan dirinya saat ini. Intensitas gatal akan meningkat saat
terkena sinar matahari langsung atau berkeringat. Dan akan berkurang saat pasien mandi dan
memberikan talk pada daerah yang gatal atau minum obat anti histamin.
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 10-10-2016
No.Reg. Med : 121345
Jam masuk : 06.20 WIB
Pengkajian : 10-10-2016
Ruang : Interna Jam : 10.00 WIB
Diagnosa : Dermatitis
B. IDENTITAS
Nama pasien : Tn. A
Umur : 25 tahun
Suku/Bangsa : Minahasa
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan pabrik
Alamat : jl. KM 4/5
C. KELUHAN UTAMA:
Gatal-gatal
D. RIWAYAT KEPERAWATAN
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh gatal- gatal sejak 2 hari yang lalu, rasa panas dan kemerahan di daerah
wajah, leher dan punggung. Rasa gatal tersebut menimbulkan keinginan untuk menggaruk
sehingga timbul kemerahan dan rasa panas akibat garukan tersebut. Intensitas gatal akan

29
meningkat saat terkena sinar matahari langsung atau berkeringat. Dan akan berkurang saat
pasien mandi dan memberikan talk pada daerah yang gatal atau minum obat anti histamin.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan dia alergi terhadap beberapa jenis makanan laut seperti udang dan
kerang.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan ayahnya dahulu meninggal karena sakit asma.
5. Aktivitas Sehari-hari
b. Pola Persepsi Kesehatan
Pasien mengatakan merasa gatal sejak 2 hari yang lalu, pasien mengatakan dia
mengetahui kalau memiliki alergi terhadap makanan seperti udang dan kerang. Bila
alergi kambuh pasien biasa pergi ke dokter dan minum obat anti alergi yang diberikan
kepada dokter.
c. Pola Nutrisi Metabolik
Pasien mengatakan memiliki alergi terhadap makan tertentu seperti udang dan kerang.
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dengan pola nutrisi, pasien biasa makan
3 kali sehari dalam porsi sedang.
d. Pola Eliminasi Urine
Pasien mengatakan sebelum dirawat dirumah sakit tidak mengalami masalah dengan
pola eliminasi, pasien biasa BAB 1 kali dalam sehari dan BAK 3 sampai 4 kali dalam
sehari.
e. Pola Aktivitas
Pasien mengatakan merasa terganggu saat melakukan aktivitas karena rasa gatal yang
ia rasakan, selama 2 hari ini pasien lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah
karena enggan melakukan aktivitas di luar ruangan akibat rasa gatal yang tibul.
f. Pola Istirahat Dan Tidur
Pasien mengatakan mengalami masalah dalam pola tidur selama 2 hari terakhir akibat
rasa gatal yang tidak tertahankan. Pasien lebih sering terbangun tengah malam akibat
gatal dan selalu ingin menggaruk bagian tubuh yang terasa kagatl. Kurang lebih pasien
hanya dapat tidur 4 jam di malam hari dari puluk 22.00 sampai 06.00 dimana di sela-

30
sela jam tersebut pasien sering terbangung. Dan pada keseokan paginya pasien akan
merasa lemas dan mengantuk. Pasien tampak lemas.
g. Pola Kognitif Perseptual
Pasien merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya sekarang. Raut wajah pasien
tampak muram. Pasien selalu ingin mengaruk kulitnya yang terasa gatal sehingga
meyebabkan lecet dan kemerahan.
h. Pola Persepsi Diri
Pasien mengatakan malu untuk keluar rumah dengan keadaan kulitnya yang seperti
sekarang ini yaitu kemerahan dan lecet akibat di garuk, pasien lebih banyak berdiam
diri di rumah.
i. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah pola hubungan peran dengan keluarga
ataupun dengan teman-teman.
j. Pola Seksualitas- Reproduksi
Tidak ada masalah dengan pola reproduksi. Pasien belum menikah.
k. Pola Koping-Toleransi stress
Pasien mengatakan bila memiliki masalah sering menceritakan kepada ibunya. Teruma
untuk masalah alergi yang dideritanya sejak 2 hari yang lalu.
l. Pola Nilai kepercayaan
Pasien beragama islam, sebelum dirawat pasien rajin melakukan ibadah 5 waktu,
namun ketika nyeri dirasakan pasien akan mengalamu kesulitan dalam melakukan
ibadah. Selama dirawat pasien hanya dapat melakukan ibadah di tempat tidur. Dan
pasien menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
6. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : sedang,
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital: Tensi : 110/70 mmHg; Nadi: 70 x/mnt; Suhu: 36,8°C; RR: 20 x/mnt
1) Kepala :
Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata,
bentuk kepala simetris.

31
Palpasi : Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada
nyeri tekan.
2) Leher : kulit leher berwarna kemerahan dan terasa gatal
Trakea : Simetris
Kelenjar limfe : Ada pembesaran limfe
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
Gerakan leher : Normal
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
3) Wajah : kulit wajah tampak kemerahan, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
4) Mata :
Fungsi penglihatan : Baik
Pupil dan reflek cahaya : Normal
Konjungtiv : Anemis
Lensa/iris : Tidak ada kekeruhan lensa
Odema palpebra : Tidak ada
5) Telinga :
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : Bersih
Daun telinga : Simetris Kiri dan kanan
Sekret : Tidak ada
Mastoid : Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan mastoid
6) Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris
Fungsi pennciuman : Baik
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih
Pendarahan : Tidak ada pendarahan
Sekret : tidak ada
7) Mulut dan faring :
Membran mukosa : kering

32
Kebersihan mulut : lidah bersih, bentuk lidah simetris
Keadaaan gigi : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
Tanda radang : Tidak ada
Trismus : Tidak ada trismus
Kesulitan menelan : Tidak ada
8) Thoraks Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
9) Paru :
Inspeksi : Dada simetris, RR : 27 X/ menit, menggunakan otot bantu pernapasan
Perkusi : Resonan pada kedua paru
Palpasi : Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Vesikuler
10) Jantung
- Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung.
- Palpasi: Nadi 70 x/menit.
- Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
11) Abdomen
Inspeksi : tdak terdapat kelainan
Perkusi : normal
Palpasi : tidak terdapat massa
Auskultasi : bising usus 10 X / menit
12) Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
13) Entremitas
- Atas : kulit tampak kemerahan dan terasa gatal. Akral teraba hangat
- Bawah : kulit tampak kemerahan dan terasa gatal. Akral teraba hangat
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Pemeriksaan laboratorium tanggal
Leuco : 3300/uL Plt : 171.000/uL Hct : 29,3 % LED : 22 mm/jam
TERAPI : - Dexa tab 3 x 0,5 mg Hb : 9,0 gr/dl - Gentamycin topikal

33
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

1 DS : Pasien mengatakan mengalami Genetic, lingkungan, Gangguan


masalah dalam pola tidur selama 2 hari psikologi, alergi pola tidur
terakhir akibat rasa gatal yang tidak
tertahankan. Pasien lebih sering
terbangun tengah malam akibat gatal dan
selalu ingin menggaruk bagian tubuh Peningkatan Ig E
yang terasa kagatl. Kurang lebih pasien
hanya dapat tidur 4 jam di malam hari
dari puluk 22.00 sampai 06.00 dimana di
sela-sela jam tersebut pasien sering Respon Ig E terhadap
terbangung. Dan pada keseokan paginya basophil
pasien akan merasa lemas dan
mengantuk.

DO :
Pelepasan histamine
- Pasien tampak lemas.
- Konjungtiva anemis

Rasa gatal

2 DS : Pelepasan histamine Kerusakan


integritas
Pasien mengatakan sering menggarung kulit
kulitnya karena tidak tahan dengan rasa
gatal. Rasa gatal
DO :

- Kulit tampak kemerahan


- Kulit tampak lecet Penggarukan yang tidak
terkendali

Robekan pada kulit

34
Lesi

Erosi krusta

34
3 DS : Genetic, lingkungan, Gangguan
psikologi, alergi citra tubuh
Pasien mengatakan malu untuk keluar
rumah dengan keadaan kulitnya yang
seperti sekarang ini yaitu kemerahan, dan
lecet akibat di garuk, pasien lebih banyak
Peningkatan Ig E
berdiam diri di rumah.

DO :

- Pasien tampak murung Respon Ig E terhadap


basophil

Pelepasan histamine

Diagnosis Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis ditandai dengan dasien
mengatakan sering menggarung kulitnya karena tidak tahan dengan rasa gatal, kulit tampak
kemerahan, kulit tampak lecet
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan ditandai dengan Pasien mengatakan
mengalami masalah dalam pola tidur selama 2 hari terakhir akibat rasa gatal yang tidak
tertahankan. Pasien lebih sering terbangun tengah malam akibat gatal dan selalu ingin
menggaruk bagian tubuh yang terasa kagatl. Kurang lebih pasien hanya dapat tidur 4 jam di
malam hari dari puluk 22.00 sampai 06.00 dimana di sela-sela jam tersebut pasien sering
terbangung. Dan pada keseokan paginya pasien akan merasa lemas dan mengantuk. Pasien
tampak lemas, konjungtiva anemis
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan penyakit ditandai dengan pasien mengatakan
malu untuk keluar rumah dengan keadaan kulitnya yang seperti sekarang ini yaitu kemerahan,
dan lecet akibat di garuk, pasien lebih banyak berdiam diri di rumah, pasien tampak murung

35
35
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan

1 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan NIC


integritas kulit keperawatan selama 2x24 jam
Pressure Management
berhubungan diharapkan kerusakan
dengan ntegritas kulit pasien dapat 1. Monitor kulit akan adanya
penurunan teratasi dengan kemerahan
imunologis 2. Monitor aktivitas dan mobilisasi
NOC
pasien
Tissue Integrity : Skin 3. Memandikan pasien dengan
and Mucous Membranes sabun dan air hangat

Hemodyalis akses 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi


pasien) setiap dua jam sekali
Kriteria Hasil :
5. Jaga kebersihan kulit agar tetap
1. Integritas kulit yang baik bersih dan kering
bisa dipertahankan 6. Oleskan lotion atau minyak/baby
(sensasi, elastisitas, oil pada daerah yang tertekan
temperatur, hidrasi, 7. Hindari kerutan pada tempat
pigmentasi) tidur
2. Tidak ada luka/lesi pada 8. Anjurkan pasien untuk
kulit menggunakan pakaian yang
3. Perfusi jaringan baik longgar
4. Menunjukkan pemahaman Insision site care
dalam proses perbaikan
9. Monitor proses kesembuhan
kulit dan mencegah
area insisi
terjadinya cedera berulang
10. Monitor tanda dan gejala infeksi
5. Mampu melindungi kulit
pada area insisi
dan mempertahankan

36
kelembaban kulit dan 11. Bersihkan, pantau dan
perawatan alami tingkatkan proses penyembuhan

36
pada luka yang ditutup dengan
jahitan, klip atau strapless
12. Bersihkan area sekitar jahitan
atau staples, menggunakan lidi
kapas steril
13. Gunakan preparat antiseptic,
sesuai program
Ganti balutan pada interval waktu
yang sesuai atau biarkan luka tetap
terbuka (tidak dibalut) sesuai
program

2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan NIC


pola tidur keperawatan selama 2x24 jam
Sleep Enhancement
berhubungan diharapkan kerusakan pola
dengan tidur pasien dapat teratasi 1. Monitor waktu makan dan
gangguan dengan minum dengan waktu tidur
2. Monitor/catat kebutuhan tidur
NOC
pasien setiap hari dan jam
 Anxiety reduction Determinasi efek-efek medikasi
 Comfort level terhadap pola tidur
 Pain level 3. Instruksikan untuk memonitor

 Rest : Extent and Pattern tidur pasien

 Sleep : Extent an Pattern 4. Ciptakan lingkungan yang


nyaman
5. Fasilitas untuk mempertahankan
Kriteria Hasil :
aktivitas sebelum tidur

1. Jumlah jam tidur dalam (membaca)

batas normal 6-8 jam/hari 6. Diskusikan dengan pasien dan


keluarga tentang teknik tidur
pasien
37
2. Pola tidur, kualitas dalam
batas normal
3. Perasaan segar sesudah
tidur atau istirahat

37
4. Mampu 7. Jelaskan pentingnya tidur yang
mengidentifikasikan hal- adekuat
hal yang meningkatkan 8. Kolaborasikan pemberian obat
tidur tidur
3 Gangguan Setelah dilakukan asuhan NIC
citra tubuh keperawatan selama 2x24 jam
Body image enhancement
berhubungan diharapkan gangguan citra
dengan tubuh pasien dapat teratasi 1. Monitor frekuensi mengkritik
penyakit dengan dirinya
2. Kaji secara verbal dan non
NOC
verbal respon klien terhadap
Body image tubuhnya

Self esteem 3. Identifikasi arti pengurangan


melalui pemakaian alat bantu
Jelaskan tentang pengobatan,
Kriteria Hasil : perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit
1. Body image positif
4. Fasilitasi kontak dengan
2. Mampu mengidentifikasi
individu lain dalam kelompok
kekuatan personal
kecil
3. Mendiskripsikan secara
5. Dorong klien mengungkapkan
faktual perubahan fungsi
perasaannya
tubuh
4. Mempertahankan interaksi
sosial

38
38
Implementasi Keperawatan

No Hari, Tgl, No.


Implementasi Evaluasi Paraf
Waktu Dx
1 Senin, 1 Memonitor kulit akan adanya Terdapat kemerahan di bgian
13/10/16 kemerahan leher punggung dan wajah

Memonitor aktivitas dan Pasien tampak gelisah terus


1
mobilisasi pasien menerus berubah posisi

2 Memonitor/catat kebutuhan Pasien mengatakantidurnya


tidur pasien setiap hari dan kurang
jam

Memandikan pasien dengan


1 Pasien hanya ingin di lap
sabun dan air hangat
Pasien dibantu keluarga untuk
Membantu pasien melakukan
dudk dan berdiri
1 mobilisasi
pasien selalu menggunakan lap
Menjaga kebersihan kulit
1 untuk menyeka keringatnya
agar tetap bersih dan kering

Membantu mengoleskan
1 lotion atau minyak/baby oil pasien dibantu oleh perawat dna
pada daerah yang tertekan keluarga

Menghindarkan kerutan pada tempat tidur dirapikn dibantu


1
tempat tidur oleh perawat dan keluarga

Menganjurkan pasien untuk pakaian pasien tampak longgar


menggunakan pakaian yang
1 longgar

39
2 Menjelaskan pentingnya tidur pasien tampak memahami
yang adekuat penjelasan yang diberikan

Dorong klien pasien mengatakan tidak akan


3
mengungkapkan perasaannya keluar rumah sebelum sembuh
dari sakitnya
Jelaskan tentang pengobatan,
keluarga dan pasien tampak
perawatan, kemajuan dan
3 memahami intruksi yang
prognosis penyakit
diberikan

2 Selasa 2 Memonitor waktu makan dan Pasien mengakatan 30 menit


14/10/16 minum dengan waktu tidur setelah makan baru akan tidur

Memonitor frekuensi Pasien masih merasa tidak


2
mengkritik dirinya nyaman bertemu orang saat sakit

Mengkaji secara verbal dan


Pasien mau merespon dan
3 non verbal respon klien
bekerjasama dengan petuga
terhadap tubuhnya
kesehatan
Menciptakan lingkungan Pasien hanya ditemani keluarga
3
yang nyaman

Memfasilitasi untuk
Pasien membawa buku bacaan
2 mempertahankan aktivitas
dari rumahnya
sebelum tidur (membaca)

Memandikan pasien dengan Pasien bersedia untuk


2
sabun dan air hangat dimandikan

Membantu pasien melakukan


Pasien mampu berpindah sendiri
1 mobilisasi

40
1 Menjaga kebersihan kulit Pasien tampak tidak berkeringan
agar tetap bersih dan kering berlebih

Membantu mengoleskan
1 Minyak sudah dioleskan oleh
lotion atau minyak/baby oil
pasien sendiri
pada daerah yang tertekan

1 Menghindarkan kerutan pada Tempat tidur pasien bersih dan


tempat tidur rapi
Pasien mengatakan intensitas
Menjelaskan pentingnya tidur
2 tidurnya meningkat
yang adekuat

41
Evaluasi

NoDx SOAP Paraf

1 S

 Pasien mengatakan berusaha menahan rasa gatal agar tidak


merusak kulitnya
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
O:

 Beberapa lokasi di leher dan wajah masih tampak kemerahan


 Pasien tampak menunjukkan peningkatan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan mampu mencegah terjadinya
cedera berulang
A: Masalah Kerusakan integritas kulit belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi 3,4,5,6,7,8

2 S:

 Pasien mengatakan intensitas tidurnya malam ini meningkat


menjadi 6 jam
 Psien tampak membaca buku sebelum tidur

O:

 Pasien tampah lebih segar karena kemarin malam tidur


selama 6 jam

A: Masalah keperawatan teratasi

42
P : Hentikan Intervensi

42
3 S:

 Pasein mengatakan tidak ingin bertemu orang lain selama


sakit saat ini

O:

 Pasien tampak hanya mau berinteraksi dengan keluarga dan


petugas kesehatan

A: Masalah keperawatan gangguan citra tubuh belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5

43
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal)
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri,
jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.
Pencegahan merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak
iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya
penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin
cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen.
3.2 Saran
Jika memilki kulit yang sensitif, ada baiknya menggunakan sarung tangan berbahan plastik
saat mencuci pakaian menggunakan tangan untuk menghindari terjadinya demratitis.
Dermatitis pun ada yang basah dan ada juga yang kering tergantung dari reaksi yang
ditimbulkan alergen pada tubuh. Pengobatannya pun menjadi berbeda sehingga perlu dibedakan
masing-masing dari klasifikasi dermatitis itu sendiri agar tidak terjadi komplikasi yang lebih
berat.

44
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. 2002. Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Volume 3.
Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31
Djuanda, Prof. DR. Adhi, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
https://www.academia.edu/9324540/Dermatitis_5

Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s
Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta:
EGC.

45

Anda mungkin juga menyukai