Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


“Pada Anak Dengan Glomerulonephritis Chronic”

OLEH KELOMPOK 8:

1) NI WAYAN SRI LESTARI (193223199)


2) NI WAYAN YURIS YUSTISIA (193223200)
3) NI LUH MADE DWI SUAMIARYANI (193223201)
4) PUTU ARIS PUTRA MEIGAWAN (193223202)
5) PUTU WAHYU PUSPA WANDHINI (193223203)
6) SANG NYOMAN WIDIARTA (193223204)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Glomerulonephritis Chronic”.

Laporan ini berisikan tentang tinjauan teori tentang


Glomerulonephritis Chronic serta asuhan keperawatan pada anak dengan
Glomerulonephritis Chronic. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua serta sebagai bahan dalam proses pembelajaran
terutama dalam lingkup keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 1 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 6
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT ....................................................................... 7
2.1.1 Pengertian ............................................................................................. 7
2.1.2 Epidemiologi .......................................................................................... 7
2.1.3 Etiologi ....................................................................................................8
2.1.4 Pathway ................................................................................................ 9
2.1.5 Manifestasi Klinis ............................................................................... 10
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 10
2.1.7 Komplikasi .......................................................................................... 11
2.1.8 Penatalaksanaan .................................................................................. 11
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ........................................ 13
2.2.1 Pengkajian ............................................................................................. 13
2.2.2 Diagnosa ............................................................................................... 16
2.2.3 Intervensi ............................................................................................... 17
BAB III TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Glumerulonephritis Chronic .............. 22
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 40
4.2 Saran ....................................................................................................... 40

iii
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa ( Buku Ajar Nefrologi
Anak, edisi 2, hal.323, 2002). Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini adalah
untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus,
bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan
ginjal bilateral.

Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan


atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada
akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-
mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan
kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya
menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara


menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi.
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat fatal.

Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah
sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%),
kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang
(8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia
antara 6-8 tahun (40,6%).

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimana membuat asuhan keperawatan anak yang mengalami
Glomerulonephritis Chronic.

5
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana gambaran asuhan keperawatan anak yang
mengalami Gluronephritis Chronic.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai asuhan keperawatan pada anak yang mengalami Gluronephritis
Chronic.

1.3.2 Manfaat Praktis


Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Glomerulonefritis ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri
atau virus tertentu. Terjadi akibat infeksi kuman streptococcus. Sering
ditemukan pada usia 3-7 tahun (pada awal usia sekolah). Lebih sering
mengenai anak laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 2 : 1
(Mansjoer, Arif, dkk. 2000 : 487). Glomerulonefritis kronik adalah peradangan
lama di sel-sel glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolus akut
yang tidak membaik atau timbul secara spontan (Arif muttaqin & kumala Sari,
2011). Glomerulonefritis kronik ditandai oleh kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama.
Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya baru
ditemukan pada stadium yang sudah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi
ginjal timbul. Pada pengkajian ditemukannya klien yang mengalami
glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada saat pemeriksaan dijumpai
hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum (Mutaqqin dan
Sari, 2012).
Glomerulonefritis kronis (GNK) adalah suatu kondisi peradangan yang
lama dari sel-sel glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan
ditemukannya hematuria dan proteinuria yang menetap. Glomerulonefritis
kronis sering timbul beberapa tahun setelah cedera dan peradangan glomerulus
subklinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urine) dan proteinuria
(protein dalam urine) ringan (Mutaqqin dan Sari, 2012; Mansjoer, et al., 2000).
Jalan penyakit GNK dapat berubah-ubah. Ada pasien yang mengalami
gangguan fungsi minimal dan merasa sehat. Perkembangan penyakitnya juga
perlahan. Walaupun perkembangan penyakit GNK perlahan atau cepat,
keduanya akan berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir (Baradero, 2008).
2.1.2 Epidemiologi
Glomerulusnefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7
tahun dan lebih sering mengani anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang

7
menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di
Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya
(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung
(17,65%), dan Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada
anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulusnefritis bisa berlangsung
secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak
diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-
mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab
kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai
hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10%
menjadi kronis dan 10% berakibat fatal.
2.1.3 Etiologi
Penyebab dari penyakit glomerulunefritis kronik yaitu :
a. Lanjutan GNA (Glomerulusnefritis Akut), seringkali tanpa riwayat infeksi
(Streptococcus beta hemoliticus group A)
b. Keracunan (timah hitam, tridion)
c. Penyakit sipilis
d. Diabetes mellitus
e. Trombosis vena renalis
f. Hipertensi kronik
g. Penyakit kolagen
h. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia
awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih
banyak pria daripada wanita (2:1). Timbulnya GNC (Glomerulusnefritis
Cronic) didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di traktus
respiratorius atau saluran napas bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococus beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat menyebabkan
adalah faktor iklim, keadaaan gizi, keadaan umum dan alergi.

8
2.1.4 Pathway

Infeksi/Penyakit

(Streptococcus beta hemoliticus grup A)

Migrasi sel-sel radang kedalam glomerular

Pembentukan kompleks antigen-antibodi dalam dinding kapiler

Deposit, complement dan ant trass netrofit, netrofil dan monosit

Fibrinogen dan plasma protein lain Enzim lisosomal merusak membrane


bermigrasi melalui dinding sel dasar glomerular
manifestasi klinis Proteinuria

Ketidakseim Eritrosit bermigrasi melalui dinding


hipoalbuminemia
bangan sel yang rusak. Manifestasi
nutrisi Hematuria Perubahan eliminasi
Tekanan onkotik plasma
kurang dari urine
kebutuhan Hipovolemia
tubuh
Poliferasi sel A fibrin yg
Gangguan Eliminasi
terakumulasi dalam kapula urine
Aktif renin bowmans
angiotensin

Menurunnya perfusi kapiler glomerular.


Vasokonstriksi
Manifestasi klinis meningkatnya BUN dan
Creatinin, Retensi urine
Hipertensi

Edema pada daerah wajah (kelopak mata)


Meningkat sekret
ADH dan Aldosteron
Kelebihan volume
cairan

9
2.1.5 Manifestasi Klinik
Glomerulusnefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulusnefritis yang berlangsung lama. Gejala
utama yang ditemukan adalah :
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi
gagal ginjal
b. Hematuria (kencing bercampur darah)
c. Edema pada bagian wajah biasanya sekitar mata (kelopak),
d. Penurunan kadar albumin (hipoalbuminemia)
e. Hipertensi
f. Peningkatan suhu badan
g. Sakit kepala, lemah, gelisah
h. Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
i. Ureum dan kreatinin meningkat
j. Proteinurea
k. Suhu subfebril
l. Kolesterol darah naik
m. Fungsi ginjal menurun
n. Ureum meningkat + kreatinin serum
o. Anemia
p. Gagal jantung kematian
Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk GNC menurut Beta Gelly & Sowden
Linda (2002) adalah
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. LED (Laju Endap Darah) meningkat.
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan
air).
c. Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis urine
meningkat.
d. Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan
:Albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit, dan
hialin.

10
e. Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin beta-
IC) sedikit menurun.
f. Ureum dan kreatinin meningkat.
g. Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
h. Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
2. Test gangguan kompleks imun
3. Biopsi ginjal

2.1.7 Komplikasi
a. Oliguri sampai anuria
Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia. Walaupun
oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi
diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi
Merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa
gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak.
c. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi berupa dyspnea, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar
dan kelainan di miokardiu. Anemia yang timbul karena adanya
hypervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun.

2.1.8 Penatalaksanaan
1. Medik
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu
b. Pemberian penisilin pada fase akut.

11
Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi
streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin
dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemeberian profilaksis yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak
dianjurkan, karena terdapat imunitas yang menetap.
c. Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan
keseimbangan cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein
(1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak
diberikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila
suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan harus
dibatasi.
d. Pengobatan terhadap hipertensi
e. Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis,
hemodialisis, transfuse tukar dan sebagainya.
f. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulusnefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosemide (lasix) secara intravena (1
mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada
hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
g. Bila tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum
dan oksigen.
2. Keperawatan
a. Istirahat mutlak selama 2 minggu.
b. Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari
Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah adala
kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan posisi
yang nyaman (semi fowler), berikan O2 dan hubungi dokter
c. Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam).

12
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui
masalah pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses
keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari
pengkajian.
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua atau anak pada waktu ke rumah sakit Pasien
mengeluh mual, anoreksia, muntah, mengeluh
demam, mengeluh sakit kepala/pusing , mengeluh sesak
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Anak tampak odema, muntah, pada saat disentuh teraba
hangat, mengalami, anak tampak lemah, adanya
peningkatan tekanan darah
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi
virus Streptococus), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol
dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b) Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c. Riwayat Neonatus
kaji riwayat neunatus saat bayi pertamakali lahir apa ada tanda atau gejala
yang mucul dari neunatus. Pada pasien GNC biasanya tidak ditemukan
tanda gejal pada usia nenatus.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga


a) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
Gluronefritis Cronic (GNC)
b) Penyakit keturunan atau diwariskan
c) Penyakit congenital atau bawaan

13
d. Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan
lahir.
a) Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik
dengan ciri
meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah
erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda,
oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu,
elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
b) Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school
(inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar
mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak
akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
c) Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru,
menggunakan alat-alat sederhana.
d) Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar
orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga,
menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes
bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan
kecil, meniru aktivitas orang dewasa.

Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual keperawatan


dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang
meliputi:

a. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan


Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di
rumah.

b. Pola nutrisi – Metabolik


Pada pasien dengan GNC akan mengalami gangguan nutrisi metabolic
seperti anoreksia, mual muntah, pembengkakan ekstremitas bawah/edema,
terjadi penambahan berat badan karena adanya pembengkakan. Suhu
badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan

14
beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar
mata dan seluruh tubuh. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
c. Pola Eliminasi
Pada pasien. GNC biasanya ditemukan Oliguri dan anuria yang dapat
berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi
glomerulus, Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam
perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu.

e. Pola Persepsi Kognitif


Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus.

g. Konsep Diri dan Persepsi Diri


Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, dan penolakan.
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama.

h. Peran dan Pola Hubungan


Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran. Anak tidak dibesuk oleh teman
– temannya karena jauh serta anak mengalami kondisi kritis
menyebabkan anak banyak diam.
i. Pola Reproduktif dan Sexual

15
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.

j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi


Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah.

k. Pola Keyakinan dan Nilai


Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap
klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.

2. Pengkajian fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat saki berat dengan tingkat kesadaran
biasanya composmentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya perubahan.
a. B1 (Breatihing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut.
Pada fase lanjut di dapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons edema pilmonerdan efusi fleura.
b. B2 (Blood ). Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder
dari peningkatan beban volume.
c. B3 (Brain). Didapatkan adanya edema wajah terutama periorbital, seklera tidak
ikteri status neurologi mengalami perubahan sesuai dengan tingkat paranya
azotemia pada sistem saraf pusat.
d. B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna urine warnanya kola.
e. B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi kurang dari kebutuhan. Didapatkan asites
pada abdomen.
f. B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.

2.2.2 Diagnosa
1. Gangguan eliminasi urine
2. Kelebihan volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

16
2.2.3 Perencanaan

DIAGNOSIS NOC NIC


KEPERAWATAN
Gangguan Eliminasi  Urinanry elimination Urinary Retention Care
Urine  Urinary conntinuence  Lakukan penilaian kemih
Definisi: disfungsi Kriteria hasil: yang komprehdnsif
pada eliminasi urine  Kandung kemih berfokus pada
Batasan kosong secara penuh inkontinensia (misalnya,
Karakteristik:  Tidak ada residu urine output urine, pola
- Disuria ≥100-200cc berkemih, fungsi
- Sering berkemih  Intake cairan dalam kognitif, dan masalah
- Anyang-anyangan rentang normal kencing praeksisten)
- Inkontinensia  Bebas dari ISK  Memantau penggunaan
- Nokturia obat dengan sifat
 Tidak ada spasme
- Retensi antikolinergik atau
bladder
- Dorongan property alpha agonis
 Balance cairan
Factor yang
seimbang  Memonitor efek dari
berhubungan obat-obatan yang
- Obstruksi anatomic diresepkan, seperti
- Penyebab multiple calcium channe blockers
- Gangguan sensori dan antikolinergik
motorik  Menyediakan
- Infeksi saluran penghapusan privasi
kemih  Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air atau
disiram toilet
 Merangsang refleks
kandung kemih dengan
menerapkan dingin
untuk perut membelai
tinggi batin, atau air
 Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih (10 menit)
 Gunakan spirit
wintergreen di pispot
atau urinal
 Menyediakan maneuver
crede, yang diperlukan
 Gunakan double-void
teknik
 Masukkan kateter kemih
 Anjurkan
pasien/keluarga untuk
merekam output urine

17
 Intruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau impaksi
tinja
 Memantau asupan dan
keluaran
 Memantau tingkat
distensi kandung kemih
dengan palpasi dan
perkusi
 Membantu dengan toilet
secara berkala
 Memasukkan pipa ke
dlaam lubang tubuh
untuk sisa
 Menerapkan katerissi
intermiten
 Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih.
Kelebihan Volume Cairan NOC NIC
Definisi : peningkatan  Electrolit and acid base Fluid management
retensi cairan isotonic balance  Timbang popok atau
Batasan  Fluid balance pembalut jika diperlukan
Karakteristik  Hydration  Pertahankan catatan
 Bunyi nafas Kriteria Hasil : intake dan output yang
adventisius  Terbebas dari edema, akurat
 Gangguan elektrolit efusi, anaskara  Pasang urin kateter jika
 Anasarka  Bunyi nafas bersih, diperlukan
 Ansietas tidak ada  Monitor hasil Hb yang
 Azotemia dyspnea/ortopneu sesuai dengan retensi
 Perubahan tekanan  Terbebas dari distensi cairan (BUN, Hmt,
darah vena jugularis, reflek osmolalitas urin)
 Perubahan status hepatojugular (+)  Monitor status
mental  Memelihara tekanan hemodinamik termasuk
 Perubahan pola vena sentral, tekanan CVP, MAP, PAP, dan
pernafasan kapiler paru, output PCWP
 Penurunan jantung dan vital sign  Monitor vital sign
hematocrit dalam batas normal  Monitor indikasi
 Penurunan  Terbebas dari retensi/kelebihan cairan
hemoglobin kelelahan, kecemasan (cracles, CVP, edema,
 Dyspnea atau kebingungan distensi vena leher,
 Edema  Menjelaskan indikator asites)
 Peningkatan kelebihan cairan  Kaji lokasi dan luas
tekanan vena sentral edema
 Asupan melebihi  Monitor masukan
haluaran makanan/cairan dan
 Distensi vena hitung intake kalori
jugularis  Monitor status nutrisi
 Oliguria
18
 Ortopnea  Kaloborasi pemberian
 Efusi pleura diuretic sesuai intruksi
 Refleksi  Batasi masukan cairan
hepatojugular pada keadaan
positif hiponatrermi dilusi
 Perubahan tekanan dengan serum Na <130
arteri pulmonal mEq/l
 Kengesti pulmunal  Kolaborasi dokter jika
 Gelisah tanda cairan berlebih
 Perubahan berat muncul memburuk
jenis urin Fluid Monitoring
 Bunyi jantung S3  Tentukan riwayat
 Penambahan berat jumlah dan tipe intake
badan dalam waktu cairan dan eliminasi
sangat singkat  Tentukan kemungkinan
Factor – factor yang factor resiko dari
berhubungan : ketidakseimbangan
 Gangguan cairan (hipertermia,
mekanisme regulasi terapi diuretic, kelainan
 Kelebihan asupan renal, gagal jantung,
cairan diaphoresis, disfungsi
hati dll)
 Kelebihan asupan
natrium  Monitor berat badan,
BP, HR, dan RR
 Monitor serum dan
osmilalitas urin
 Monitor tekanan darah
orthostatic dan
perubahan irama jantung
 Monitor parameter
hemodinamik infasif
 Catat secara akurat
intake dan output
 Monitor adanya distensi
leher, ronchi, oedem
perifer dan penambahan
BB
 Monitor tanda dan gejala
daro oedema
Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari  Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi
food and fluid intake makanan
Definisi : Asupan nutrisi  Nutritional Status :  Kolaborasi dengan ahli
tidak cukup untuk nutrient intake gizi untuk menentukan
memenuhi kebutuhan  Weight control jumlah kalori dan nutrisi
metabolic yang dibutuhkan pasien
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe

19
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
 Kram abdomen  Adanya peningkatan meningkatkan protein
 Nyeri abdomen berat badan sesuai dan vitamin C
 Menghindari dengan tujuan  Berikan substansi gula
makanan  Berat badan ideal  Yakinkan diet yang
 Berat badan 20% sesuai dengan tinggi dimakan mengandung
atau lebih dibawah badan tinggi serat untuk
berat badan ideal  Mampu mencegah konstipasi
 Kerapuhan kapiler mengidentifikasi  Berikan makanan yang
 Diare kebutuhan nutrisi terpilih (sudah
 Kehilangan rambut  Tidak ada tanda-tanda dikonsultasikan dengan
berlebihan malnutrisi ahli gizi)
 Bising usus  Menunjukkan  Ajarkan pasien
hiperaktif peningkatan fungsi bagaimana membuat
 Kurang makanan pengecapan dari catatan makanan harian
 Kurang informasi menelan  Monitor jumlah nutrisi
 Kurang minat pada  Tidak terjadi dan kandungan kalori
makanan penurunan berat badan  Berikan informasi
 Penurunan berat yang berarti tentang kebutuhan
badan dengan nutrisi
asupan makanan  Kaji kemampuan pasien
adekuat untuk mendapatkan
 Kesalahan konsepsi nutrisi yang dibutuhkan
 Kesalahan Nutrition Monitoring
informasi  BB pasien dalam batas
 Membrane mukosa normal
pucat  Monitor adanya
 Ketidakmampuan penurunan berat badan
memakan makanan  Monitor tipe dan jumlah
 Tonus otot menurun aktivitas yang biasa
dilakukan
 Mengeluh gangguan
makanan kurang  Monitor interaksi anak
dari RDA atau orang tua selama
(recommended makan
daily allowance)  Monitor lingkungan
 Cepat kenyang selama makan
setelah makan  Jadwalkan pengobatan
 Sariawan rongga dan tindakan tidak
mulut selama jam makan
 Steatorea  Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Kelemahan otot
pengunyah  Monitor turgor kulit
 Kelemahan otot  Monitor kekeringan,
untuk menelan rambut kusam, dan
Factor yang mudah patah
berhubungan :  Monitor mual muntah
 Factor biologis  Monitor kadar albumin,
 Factor ekonomi total protein, Hb, dan
kadar Ht

20
 Ketidakmampuan  Monitor pertumbuhan
untuk mengabsorbsi dan perkembangan
nutrient  Monitor pucat,
 Ketidakmampuan kemerahan, dan
untuk mencerna kekeringan jaringan
makanan konjungtiva
 Ketidakmampuan  Monitor kalori dan
menelan makanan intake nutrisi
 Factor psikologis  Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
 Catat jika lidah
berwarna magenta
scarlet

21
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN AN. “AR”
DENGAN GLURONEFRITIS KRONIS
Pada Tanggal 20 S/D 22 September 2019

I. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : An. “AR”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun 2 Bulan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Hindu
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jln. Tunjung, Gatsu Timur
Diagnosa Medis : Glomerulornephritis Chronic
Tanggal Masuk : 20 September 2019
Tanggal pengkajian : 20 September 2019

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.”S”
Usia : 34 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Hubungan dg pasien : Ayah pasien

B. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Bengkak di mata, tangan dan kaki sejak 5 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit
(SMRS).

22
 Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 2 minggu SMRS pasien mengeluh demam, batuk dan pilek . Pasien lalu
dibawa oleh Ibunya berobat ke puskesmas, Ibu pasien mengaku batuk dan
pilek sedikit membaik. 5 hari SMRS timbul sembab pada kedua mata dan
bengkak pada kaki serta tangan. Demam disangkal. Kemudian pasien di bawa
ke Puskesmas diberi obat Amoksisilin, Asam Mefenamat dan obat anti mual,
namun sembab tidak menghilang. Pasien juga disarankan untuk periksa
kencingnya di Laboratorium. Pasien juga mengeluhkan BAK menjadi keruh
seperti air cucian daging Pasien juga mengeluh kepala terasa pusing, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah sebanyak 5 kali. Ibu pasien lalu memutuskan
untuk membawa anaknya ke UGD RS A, dan dilakukan pemeriksaan dan
ternyata tekanan darah pasien saat diperiksa 190/100 mmHg. Dan pasien
disarankan untuk dirawat.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut keluarga pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti
sekarang ini. Biasanya pasien hanya demam dan batuk dan di beri obat penurun
panas yang di beli di warung atau toko obat.
 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a) Masa Prenatal
Ibu adalah G2P1A0, ibu mengatakan selama kehamilan melakukan
pemeriksaan kehamilan di bidan sebanyak ± 4 kali, imunisasi TT pada
kehamilan 8 bulan, keluhan selama hamil mual-mual pada trimester
pertama. Selama kehamilan ibu mengalami kenaikan BB ± 10 kg.ibu pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain selama kehamilan.
b) Masa Intranatal
Bayi lahir pada usia kehamilan 9 bulan di bidan dengan persalinan normal,
Bayi lahir dengan bernafas spontan tanpa menggunakan alat bantu dan
langsung menangis. APGAR Skor 7-8. Menurut ibu waktu itu bayi lahir
dengan BB 3000 gr dan PB 49 cm. Tidak ada riwayat kuning setelah lahir,
bayi langsung diberikan ASI setelah lahir.
c) Masa Postnatal
Setelah melahirkan ibu mengatakan tidak mengalami pendarahan maupun
komplikasi.

23
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mengidap penyakit
seperti yang pasien derita saat ini. Hanya saja kakek pasien pernah memiliki
riwayat hipertensi dan sudah meninggal 1 tahun yang lalu.
 Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh pasien :
Keluarga ( ibu, bapak, dan neneknya)
b) Hubungan dengan anggota keluarga :
An. AR merupakan anak kandung dari ibu B dan Bapak S. Saat
pengkajian, bapak S sering menyuruh anaknya makan-minum dengan
sedikit paksaan agar anaknya bisa cepat sembuh. Menurut ibu B Anaknya
AR sangat sayang dengan adiknya, mereka jarang sekali rebut.
c) Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, An. AR berteman baik dengan teman sebayanya.
d) Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah (anak
tidak sindroma down)
e) Lingkungan rumah :
- Luas rumah 20 x 10 meter.
- Ventilasi cukup, penerangan cukup.
- Pakai sumur gali.
- Sampah dibakar.
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalu jauh kira-kira 17
meter.
 Riwayat Imunisasi
BCG : Umur 2 bulan.
Polio : Umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan.
Hepatitis : Umur 0, 2, 4, 6 bulan.
DPT : Umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan.
Campak : Umur 9 bulan.
 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Pertumbuhan
BBL : 3000 gr, BB saat dikaji adalah 22 kg.
PBL : 49 cm, PB saat dikaji adalah 100 cm.
24
b) Perkembangan
 Kemandirian atau Bergaul
Sebelum sakit, An.AR mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti
makan sendiri, pasang baju sendiri, An. AR berteman baik dengan teman
sebaya. Tapi semenjak sakit, An. AR sudah tidak mampu melakukan
aktifitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam bermain dengan
teman-temannya
 Motorik Kasar
Umur 3 bulan An. AR sudah bisa tengkurap, umur 8 bulan anak sudah
bisa duduk, umur 9 bulan anak sudah bisa berdiri dan umur 11 bulan
anak sudah bisa berjalan.
 Motorik Halus
Tidak ada masalah, fungsi sesuai dengan perkembangan seusianya.
 Kognitif dan Bahasa
Umur 7 tahun ini, An. AR sudah memahami perintah dari orang lain.
Perkembangan bahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan.
 Psikososial
Saat pengkajian An. AR sudah terbiasa berinteraksi dengan orang lain
selain dengan orang tuanya.

C. Pola Fungsi Kesehatan ( 11 Pola Fungsional Gordon)


1. Pemeliharaan dan Persepsi Terhadap Kesehatan
Keluarga pasien mengatakan kalau anaknya sakit selalu dibawa ke dokter
atau puskesmas terdekat.Keluarga tidak pernah membawa anaknya ke orang
pintar.Keluarga meyakini penyakit anaknya murni karena medis dan
keluarga menyakini penyakit anaknya dapat disembuhkan oleh dokter.
2. Pola Nutris- Metabolic
Sebelum sakit nutrisi pasien cukup, pasien makan dengan porsi sedang
sebanyak 3 kali sehari jenis makanan yang bisa dikonsumsi anak yaitu nasi,
lauk pauk, sayur dan air putih.Keluarga mengatakan semenjak sakit anaknya
tidak nafsu makan, ia hanya mampu menghabiskan makanan 1/3 porsi.
Pasien juga mengalami muntah-muntah sebanyak 5 kali dengan frekunsi
sekitar ½ gelas.

25
3. Pola Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan semenjak sakit anaknya jarang kencing, dalam
sehari An. AR hanya kencing 1 s/d 3 kali dengan warna keruh seperti air
cucian daging tetapi ibu dan ayahnya tidak mengetahui berapa volume BAK
anaknya.
4. Pola Aktivitas
Keluarga pasien mengatakan anaknya mengeluh pusing, badan terasa lemas
dan lesu sehingga aktivitas pasien mengalami gangguan.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak mengalami masalah pada pola tidur, rata-rata
jumlah jam tidur pasien perhari 8-9 jam. Jumlah jam tidur siang ± 1 jam, dan
jumlah jam tidur malam ± 7-8 jam.
6. Pola Kognitif-Persepsi
Keluarga pasien mengatakan sangat memperhatikan anaknya serta keluarga
mengatakan sakit anaknya murni karena medis dan bukan karena hal gaib.
7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
Keluarga pasien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaan anaknya
saat ini tetapi keluarga berharap agar anaknya cepat sembuh.
8. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia 7 tahun. Alat reproduksi
lengkap.Pasien tidak ada kelainan dalam seksualitas.
9. Pola Peran-Hubungan
Keluarga pasien mengatakan peran dan hubungan pasien dengan ayah ibu
tetap terjalin dengan baik.Orangtuanya selalu menunggu anknya yang sedang
dirawat.
10. Pola Manajemen Stress-Koping
Koping yang biasa keluarga pasien lakukan ketika terjadi masalah adalah
selalu mendiskusikan dengan kepala keluarga dan saudara dekatnya.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Keluarga pasien mengatakan anaknya beragama hindu dan selalu
menjalankan ibadah di rumah bersama keluarganya kini di rumah sakit
pasien hanya mampu berdoa untuk kesembuhannya.

26
D. Pengkajian Fisik
1. Umum
Keadaan umum : Lemas
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TB/BB : 100 cm/ 22 kg
Postur Tubuh : Tegak
Warna Kulit : Sawo matang
Turgor Kulit : Elastis

2. Gejala Kardinal
TD : 190/100mmHg
Suhu : 37, 7 oC
Nadi : 79 x/mnt
RR : 25 x/mnt

3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala dan Rambut
 Inspeksi : Bentuk simetris, kebersihan rambut terjaga, tidak ada
ketombe maupun kotoran. Tampak edema pada seluruh
wajah
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b) Mata
 Inspeksi : Bentuk simetris, sclera ikterik, konjungtiva tampak
anemis, refleks mata baik, pergerakan bola mata
normal. Tampak edema pada kedua kelopak mata.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
c) Hidung
 Inspeksi : Bentuk hidung simetris, kebersihan cukup terjaga,
tidak ada scket yang keluar, tidak ada peradangan atau
pendarahan dari hidung. Tidak ada gangguan dalam
proses penciuman pada hidung.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

27
d) Telinga

 Inspeksi : Bentuk telingan simetris, kebersihan cukup baik,
tampak adanya serumen, tidak ada peradangan atau
pendarahan pada telingan dan fungsi pendengaran
baik.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
e) Mulut dan gigi
 Inspeksi : Bibir tampak kering dan berwarna pucat, tidak ada
pendarahan maupun peradangan pada gusi, fungsi
menguyah pasien baik dan pasien tidak terdapat
menggunakan gigi palsu.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
f) Dada/Thorak
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada tampak normal,
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada lesi.
 Perkusi : Suara sonor saat diperkusi pada bagian paru-paru.
 Auskultasi : Tidak ada terdengar suara nafas tambahan, Irama
jantung terdengar regular dan teratur, bunyi jantung S1
dan S2 tunggal.
g) Abdomen
 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran organ hati atau
limpa, perut sedikit kembung dan tegang.
 Auskultasi : Bising usus 14 x/mnt
 Perkusi : Terdengar suara timpani.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
h) Genitalia
 Inspeksi : Kebersihan terjaga, tidak ada luka atau lesi.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
i) Ekstremitas
Atas dan bawah
 Inspeksi : Ekstremitas kanan dan kiri tampak simetris dan
normal, tidak ada luka maupun lesi, tampak adanya

28
edema pada kedua tangan dan kaki, telapak tangan klien tampak
terpasang infus NaCl pada ekstremitas kiri atas
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, CRT > 3 detik.
Kekuatan Otot :
444 444
444 444

Keterangan : Skala 4 adalah gerakan normal penuh menentang


gravitasi dengan sedikit penahanan.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah ( tanggal 20 September 2019 )


LED : 60 mm/jam
Hemoglobin : 7,8 gram /dl
Hematokrit : 28 % (37 – 43%)
Leukosit : 5.100 sel/mm3 (4000 – 10.000 sel / mm3)
Diff.Count : 0/0/0/46/53/1
Trombosit : 409.000 sel/mm3 (150.000 – 450.000)
GDS : 92 mg/dl (150 – 250 mg/dL)
Kolesterol total : 137 mg/dL (150 – 250 mg/ dL )
Protein total : 7,0 gr/dL (6,5 – 7,8 gr/dL)
Albumin : 3,1 gr/dL (3,5 – 6,0 gr/dL)
Globulin : 3,9 gr/dL (1,5 – 2, 5 gr/dL)

2. Pemeriksaan urin : (tanggal 20 September 2019 )


Makroskopis
Warna : Merah
Kejernihan : Keruh
Kimiawi
Protein : ++
Reduksi :-
Urobilin :-
Bilirubin :-

29
Benda Keton : -
Mikroskopis
Epitel :+
Leukosit : banyak / LPB
Eritrosit : 6 – 8 / LPB
Bakteri / jamur :+B
Kesan : Proteinuria, leukosituria, hematuria, bakteriuria

F. Terapi Medis
 Klonidin drip 0,3 cc dalam infus dextrose 5% 100 cc 12 tetes / menit
mikrodrip
 Inj Ampisilin 4 x 500 mg
 Inj Furosemide 1 x 20 mg

II. ANALISA DATA

Data subjektif, data Etiologi Diagnosa keperawatan


obyektif

DS : Infeksi/Penyakit Kelebihan Volume Cairan


(Streptococcus beta
Keluarga mengatakan hemoliticus grup A)
badan pasien bengkak,
pasien jarang buang air Migrasi sel-sel radang
kedalam glomerular
kecil, frekuensi buang air
kecil 1-3 kali/perhari
Pembentukan kompleks
dengan warna keruh antigen-antibodi dalam
seperti air cucian daging. dinding kapiler
Jumlah urine tidak
diketahui Deposit, complement dan
ant trass netrofit, netrofil
DO : dan monosit

Edema pada hampir


Enzim lisosomal merusak
seluruh tubuh membrane dasar
glomerular

30
Eritrosit bermigrasi
melalui dinding sel yang
rusak. Manifestasi
Hematuria Perubahan
eliminasi urine

Poliferasi sel A fibrin yg


terakumulasi dalam
kapula bowmans

Menurunnya perfusi
kapiler glomerular.
Manifestasi klinis
meningkatnya BUN dan
Creatinin, Retensi urine

Edema pada daerah


wajah, kaki dan mata

Kelebihan volume cairan


DS: Infeksi/Penyakit Ketidakseimbangan
(Streptococcus beta
nutrisi kurang dari
Keluarga mengatakan hemoliticus grup A)
kebutuhan tubuh
pasien tidak nafsu makan,
pasien hanya mampu Migrasi sel-sel radang
kedalam glomerular
menghabiskan makan 1/3
porsi yang disajikan,
Pembentukan kompleks
muntah 5x, sebanyak ± antigen-antibodi dalam
1/2 gelas, berisi cairan dinding kapiler
dan makanan.
Deposit, complement dan
D0: ant trass netrofit, netrofil
dan monosit
BB : 24kg

Pasien tampak lemah


Fibrinogen dan plasma
protein lain bermigrasi
melalui dinding sel
manifestasi klinis
Proteinuria

hipoalbuminemia

31
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Diagnosa Keperawatan

1). Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi


ditandai dengan keluarga mengatakan pasien jarang buang air kecil, frekuensi buang
air kecil 1-3 kali/perhari. Jumlah urine tidak diketahui, Edema pada hampir seluruh
tubuh.
2). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan meabsorpsi nutrient ditandai dengan keluarga mengatakan pasien
tidak nafsu makan, muntah 5x, sebanyak ± 1/2 gelas, berisi cairan dan makanan, BB :
24kg, Pasien tampak lemah

III. PERENCANAAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
1 Kelebihan Volume Setelah diberi asuhan 1. Pertahankan catatan intake dan
Cairan keperawatan 3 x 24 jam output yang akurat
diharapkan kelebihan volume 2. Monitor hasil Hb yang sesuai
cairan dapat diatasi. Dengan dengan retensi cairan (BUN,
kriteria hasil : Hmt, osmolalitas urin)
 Terbebas dari edema, 3. Monitor vital sign
efusi, anaskara 4. Monitor indikasi
 Bunyi nafas bersih, retensi/kelebihan cairan (cracles,
tidak ada CVP, edema, distensi vena leher,
dyspnea/ortopneu asites)
 Terbebas dari 5. Kaji lokasi dan luas edema
kelelahan, kecemasan 6. Monitor adanya distensi leher,
atau kebingungan ronchi, oedem perifer dan
penambahan BB
7. Monitor tanda dan gejala dari
oedema
Ketidakseimbangan
2 Setelah diberi asuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari keperawatan 3 x 24 jam 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh diharapkan untuk menentukan jumlah kalori
ketidakseimbangan nutrisi dan nutrisi yang dibutuhkan
kurang dari kebutuhan tubuh pasien
dapat teratasi. Dengan 3. Berikan makanan yang terpilih
kriteria hasil : (sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)

32
 Tidak ada tanda-tanda 4. Ajarkan pasien bagaimana
malnutrisi membuat catatan makanan
 Menunjukkan harian
peningkatan fungsi 5. Monitor jumlah nutrisi dan
pengecapan dari kandungan kalori
menelan 6. Berikan informasi tentang
 Tidak terjadi kebutuhan nutrisi
penurunan berat 7. Monitor adanya penurunan berat
badan yang berarti badan
8. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
9. Monitor turgor kulit
10. Monitor mual muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral

IV. PELAKSANAAN

Hari/tanggal No Implementasi Evaluasi Formatif Paraf


diagnosa
Jumat, 20 1,2  Mengobservasi KU Keadaan Umum lemas, urine tapak
berwarna kemerahan
September pasien dan tanda- Tanda Vital :
2019 tanda vital pasien Nadi : 96 x / menit, isi dan tegangan
cukup.
Pernafasan : 23 x / menit
Suhu : 37,7 0 C (aksila)

Pemeriksaan fisik
Tampak edema pada wajah, tangan
dan kaki.

 Mengukur status Tinggi badan : 100 cm, Berat badan


2 antropomerti pasien : 24kg,
( tinggi badan, berat

33
badan, LILA, Keluarga pasien mengatakan pasien
lingkar kepala) tidak memiliki alergi terhadap
 Menanyakan makanan, minuman, obat-obatan,
adanya alergi maupun binatang
pada makanan,
minuman, obat,
maupun
binatang kepada
keluarga pasien

1,2  Kolaborasi
dengan analis Pengambilan specime darah (+)
kesehatan untuk urine (+), hasil (+)
pengambilan Darah Lengkap :
specimen darah LED : 60 mm/jam
(DL, urine) Hemoglobin : 7,8 gram /dl

Hematokrit : 28 % (37 – 43%)


Leukosit : 5.100 sel/mm3
(4000 – 10.000 sel / mm3)
Diff.Count : 0/0/0/46/53/1
Trombosit : 409.000 sel/mm3
(150.000 – 450.000)
GDS : 92 mg/dl (150 – 250
mg/dL)
Kolesterol total: 137 mg/dL (150 –
250 mg/ dL )
Protein total : 7,0 gr/dL (6,5 – 7,8
gr/dL)
Albumin : 3,1 gr/dL (3,5 – 6,0
gr/dL)
Globulin : 3,9 gr/dL (1,5 – 2, 5
gr/dL)

34
Hasil Urine :
Makroskopis

Warna : Merah

Kejernihan : Keruh

Kimiawi

Protein : ++

Reduksi :-

Urobilin :-

Bilirubin :-

Benda Keton : -

Mikroskopis

Epitel :+

Leukosit : banyak /
LPB

Eritrosit : 6 – 8 / LPB

Bakteri / jamur :+B

Kesan : Proteinuria, leukosituria,


hematuria, bakteriuria

 Kolaborasi
dengan ahli gizi Makanan yang diberikan adalah
dalam makanan dengan komposisi diit
pemberian diit protein 24gr/ hari, tanpa garam

 Monitor intake
makanan pasien Keluarga mengatakan pasien hanya
mampu mengahabiskan ¼ porsi

35
 Delegatif dalam makanan, 5 potog kecil buah
pemberian mangga, kurang lebih 100ml air
therapy
- Klonidin drip Obat masuk tanpa reaksi alergi
0,3 cc dalam
infus dextrose
5% 100 cc 12
tetes / menit
mikrodrip
- Inj Ampisilin 4
x 500 mg
- Inj Furosemide
1 x 20 mg

Sabtu, 21 1,2  Mengobservasi KU Keadaan Umum : sadar, tampak


lemah, Muntah (+)
September pasien dan tanda- Tanda Vital :
2019 tanda vital pasien - Nadi : 93 x / menit, isi dan
tegangan cukup.
- Pernafasan : 23 x / menit
- Suhu : 37,1 0 C (aksila)
Pemeriksaan fisik
Tampak edema pada wajah,
tangan dan kaki

Makanan yang diberikan adalah


2  Kolaborasi
makanan dengan komposisi diit
dengan ahli gizi
protein 24gr/ hari, tanpa garam
dalam
pemberian diit
Obat masuk tanpa reaksi alergi
 Delegatif dalam
pemberian
1,2 therapy

36
 Klonidin drip
0,3 cc dalam
infus dextrose
5% 100 cc 12 gtt
/menit
mikrodrip

 Inj Ampisilin 4
x 500 mg

 Inj Furosemide
1 x 20 mg

 Monitor intake
makanan pasien
2 Keluarga mengatakan pasien hanya
mampu mengahibska 1/3 porsi
makanan, 2 potog kecil buah melon,
kurang lebih 900ml air
Minggu, 22 1,2  Memeriksa status Keadaan Umum : tampak sakit
ringan
September pernafasan, vital Pusing (-), Muntah (-), Urine
2019 sign secara berkala kemerahan (+)
Keluarga mengatakan kelopak
mata, kaki serta tangan masih
bengkak
Tanda Vital :
- Nadi : 87 x / menit reguler, isi
dan tegangan cukup.
- Pernafasan : 24 x / menit
- Suhu : 36 0 C (aksila)

2  Kolaborasi Makanan yang diberikan adalah


dengan ahli gizi makanan dengan komposisi diit
dalam protein 25gr/ hari, tanpa garam
pemberian diit

37
1,2  Delegatif dalam Obat masuk tanpa reaksi alergi
pemberian
therapy

- Klonidin drip
0,3 cc dalam
infus dextrose
5% 100 cc 12
tetes / menit
mikrodrip
- Inj Ampisilin 4
x 500 mg
- Inj Furosemide
1 x 20 mg

2  Monitor intake Keluarga mengatakan pasien hanya


makanan pasien mampu mengahibiskan 1/3 porsi
makanan, 3 potong kecil buah
melon, kurang lebih 100ml air

1,2  Kolaborasi dengan Bahan (+), Hasil (-)


analis kesehatan
untuk pengambilan
spesimen darah dan
urine

38
V. EVALUASI
Tgl Nomor Evaluasi sumatif paraf
diagnose
22 /09/ 1 S = Keluarga mengatakan kelopak mata, tangan dan kaki
2018 anaknya masih bengkak
O = Nadi : 88 x / menit reguler, isi dan tegangan
cukup, Pernafasan : 23 x / menit, Suhu : 36,5 0
C (aksila), masih tampak adanya edema pada wajah,
tangan dan kaki
A = Kelebihan volume cairan belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi
1. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN, Hmt, osmolalitas urin)
2. Monitor vital sign
3. Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles,
CVP, edema, distensi vena leher, asites)
4. Kaji lokasi dan luas edema
5. Monitor tanda dan gejala dari oedema

22 / 09/ 2 S = Keluarga mengatakan pasien hanya mampu


2019 mengahabiskan 1/3 porsi makanan, 3 potong kecil buah
melon, kurang lebih 100ml air
O = Berat badan : 24kg, pasien tidak dapat menghabiskan 1
porsi makanan yang diberikan
A = Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi2,3,5,7,10,11,12
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
2. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4. Monitor adanya penurunan berat badan
5. Monitor mual muntah
6. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
7. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla
lidah dan cavitas oral

39
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Glomerulonephritis chronic adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-
sel glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya hematuria dan
proteinuria yang menetap. Glomerulonephritis chronic sering timbul beberapa tahun
setelah cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria (darah
dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan.
Glomerulonephritis chronic ditandai oleh kerusakan glomerulus secara progresif
lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung
timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang
sudah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi ginjal timbul. Pada pengkajian
ditemukannya klien yang mengalami glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada
saat pemeriksaan dijumpai hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan Anak dengan Glomeluronefritis Kronis dapat terus di kembangkan dan
diterapkan dalam bidang keperawatan dalam menangani pasien terutama pada anak.

40
DAFTAR PUSTAKA

L. Beta Gelly, A. Sowden Linda (2002), Buku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3 Edisi 2, Jakarta, EGC.
Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid : 1. Edisi : IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Dapartemen Ilmu Penyakit Dalam
FK

41
42

Anda mungkin juga menyukai