OLEH KELOMPOK 8:
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Glomerulonephritis Chronic”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 6
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 6
iii
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah
sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%),
kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang
(8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia
antara 6-8 tahun (40,6%).
5
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana gambaran asuhan keperawatan anak yang
mengalami Gluronephritis Chronic.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai asuhan keperawatan pada anak yang mengalami Gluronephritis
Chronic.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
7
menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di
Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya
(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung
(17,65%), dan Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada
anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulusnefritis bisa berlangsung
secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak
diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-
mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab
kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai
hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10%
menjadi kronis dan 10% berakibat fatal.
2.1.3 Etiologi
Penyebab dari penyakit glomerulunefritis kronik yaitu :
a. Lanjutan GNA (Glomerulusnefritis Akut), seringkali tanpa riwayat infeksi
(Streptococcus beta hemoliticus group A)
b. Keracunan (timah hitam, tridion)
c. Penyakit sipilis
d. Diabetes mellitus
e. Trombosis vena renalis
f. Hipertensi kronik
g. Penyakit kolagen
h. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia
awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih
banyak pria daripada wanita (2:1). Timbulnya GNC (Glomerulusnefritis
Cronic) didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di traktus
respiratorius atau saluran napas bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococus beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat menyebabkan
adalah faktor iklim, keadaaan gizi, keadaan umum dan alergi.
8
2.1.4 Pathway
Infeksi/Penyakit
9
2.1.5 Manifestasi Klinik
Glomerulusnefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulusnefritis yang berlangsung lama. Gejala
utama yang ditemukan adalah :
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi
gagal ginjal
b. Hematuria (kencing bercampur darah)
c. Edema pada bagian wajah biasanya sekitar mata (kelopak),
d. Penurunan kadar albumin (hipoalbuminemia)
e. Hipertensi
f. Peningkatan suhu badan
g. Sakit kepala, lemah, gelisah
h. Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
i. Ureum dan kreatinin meningkat
j. Proteinurea
k. Suhu subfebril
l. Kolesterol darah naik
m. Fungsi ginjal menurun
n. Ureum meningkat + kreatinin serum
o. Anemia
p. Gagal jantung kematian
Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk GNC menurut Beta Gelly & Sowden
Linda (2002) adalah
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. LED (Laju Endap Darah) meningkat.
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan
air).
c. Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis urine
meningkat.
d. Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan
:Albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit, dan
hialin.
10
e. Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin beta-
IC) sedikit menurun.
f. Ureum dan kreatinin meningkat.
g. Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
h. Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
2. Test gangguan kompleks imun
3. Biopsi ginjal
2.1.7 Komplikasi
a. Oliguri sampai anuria
Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia. Walaupun
oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi
diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi
Merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa
gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak.
c. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi berupa dyspnea, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar
dan kelainan di miokardiu. Anemia yang timbul karena adanya
hypervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun.
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Medik
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu
b. Pemberian penisilin pada fase akut.
11
Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi
streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin
dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemeberian profilaksis yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak
dianjurkan, karena terdapat imunitas yang menetap.
c. Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan
keseimbangan cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein
(1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak
diberikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila
suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan harus
dibatasi.
d. Pengobatan terhadap hipertensi
e. Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis,
hemodialisis, transfuse tukar dan sebagainya.
f. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulusnefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosemide (lasix) secara intravena (1
mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada
hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
g. Bila tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum
dan oksigen.
2. Keperawatan
a. Istirahat mutlak selama 2 minggu.
b. Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari
Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah adala
kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan posisi
yang nyaman (semi fowler), berikan O2 dan hubungi dokter
c. Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam).
12
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui
masalah pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses
keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari
pengkajian.
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua atau anak pada waktu ke rumah sakit Pasien
mengeluh mual, anoreksia, muntah, mengeluh
demam, mengeluh sakit kepala/pusing , mengeluh sesak
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Anak tampak odema, muntah, pada saat disentuh teraba
hangat, mengalami, anak tampak lemah, adanya
peningkatan tekanan darah
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi
virus Streptococus), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol
dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b) Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c. Riwayat Neonatus
kaji riwayat neunatus saat bayi pertamakali lahir apa ada tanda atau gejala
yang mucul dari neunatus. Pada pasien GNC biasanya tidak ditemukan
tanda gejal pada usia nenatus.
13
d. Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan
lahir.
a) Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik
dengan ciri
meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah
erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda,
oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu,
elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
b) Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school
(inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar
mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak
akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
c) Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru,
menggunakan alat-alat sederhana.
d) Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar
orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga,
menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes
bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan
kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
14
beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar
mata dan seluruh tubuh. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
c. Pola Eliminasi
Pada pasien. GNC biasanya ditemukan Oliguri dan anuria yang dapat
berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi
glomerulus, Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam
perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu.
15
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
2. Pengkajian fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat saki berat dengan tingkat kesadaran
biasanya composmentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya perubahan.
a. B1 (Breatihing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut.
Pada fase lanjut di dapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons edema pilmonerdan efusi fleura.
b. B2 (Blood ). Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder
dari peningkatan beban volume.
c. B3 (Brain). Didapatkan adanya edema wajah terutama periorbital, seklera tidak
ikteri status neurologi mengalami perubahan sesuai dengan tingkat paranya
azotemia pada sistem saraf pusat.
d. B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna urine warnanya kola.
e. B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi kurang dari kebutuhan. Didapatkan asites
pada abdomen.
f. B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.
2.2.2 Diagnosa
1. Gangguan eliminasi urine
2. Kelebihan volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
16
2.2.3 Perencanaan
17
Intruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau impaksi
tinja
Memantau asupan dan
keluaran
Memantau tingkat
distensi kandung kemih
dengan palpasi dan
perkusi
Membantu dengan toilet
secara berkala
Memasukkan pipa ke
dlaam lubang tubuh
untuk sisa
Menerapkan katerissi
intermiten
Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih.
Kelebihan Volume Cairan NOC NIC
Definisi : peningkatan Electrolit and acid base Fluid management
retensi cairan isotonic balance Timbang popok atau
Batasan Fluid balance pembalut jika diperlukan
Karakteristik Hydration Pertahankan catatan
Bunyi nafas Kriteria Hasil : intake dan output yang
adventisius Terbebas dari edema, akurat
Gangguan elektrolit efusi, anaskara Pasang urin kateter jika
Anasarka Bunyi nafas bersih, diperlukan
Ansietas tidak ada Monitor hasil Hb yang
Azotemia dyspnea/ortopneu sesuai dengan retensi
Perubahan tekanan Terbebas dari distensi cairan (BUN, Hmt,
darah vena jugularis, reflek osmolalitas urin)
Perubahan status hepatojugular (+) Monitor status
mental Memelihara tekanan hemodinamik termasuk
Perubahan pola vena sentral, tekanan CVP, MAP, PAP, dan
pernafasan kapiler paru, output PCWP
Penurunan jantung dan vital sign Monitor vital sign
hematocrit dalam batas normal Monitor indikasi
Penurunan Terbebas dari retensi/kelebihan cairan
hemoglobin kelelahan, kecemasan (cracles, CVP, edema,
Dyspnea atau kebingungan distensi vena leher,
Edema Menjelaskan indikator asites)
Peningkatan kelebihan cairan Kaji lokasi dan luas
tekanan vena sentral edema
Asupan melebihi Monitor masukan
haluaran makanan/cairan dan
Distensi vena hitung intake kalori
jugularis Monitor status nutrisi
Oliguria
18
Ortopnea Kaloborasi pemberian
Efusi pleura diuretic sesuai intruksi
Refleksi Batasi masukan cairan
hepatojugular pada keadaan
positif hiponatrermi dilusi
Perubahan tekanan dengan serum Na <130
arteri pulmonal mEq/l
Kengesti pulmunal Kolaborasi dokter jika
Gelisah tanda cairan berlebih
Perubahan berat muncul memburuk
jenis urin Fluid Monitoring
Bunyi jantung S3 Tentukan riwayat
Penambahan berat jumlah dan tipe intake
badan dalam waktu cairan dan eliminasi
sangat singkat Tentukan kemungkinan
Factor – factor yang factor resiko dari
berhubungan : ketidakseimbangan
Gangguan cairan (hipertermia,
mekanisme regulasi terapi diuretic, kelainan
Kelebihan asupan renal, gagal jantung,
cairan diaphoresis, disfungsi
hati dll)
Kelebihan asupan
natrium Monitor berat badan,
BP, HR, dan RR
Monitor serum dan
osmilalitas urin
Monitor tekanan darah
orthostatic dan
perubahan irama jantung
Monitor parameter
hemodinamik infasif
Catat secara akurat
intake dan output
Monitor adanya distensi
leher, ronchi, oedem
perifer dan penambahan
BB
Monitor tanda dan gejala
daro oedema
Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh Nutritional Status : Kaji adanya alergi
food and fluid intake makanan
Definisi : Asupan nutrisi Nutritional Status : Kolaborasi dengan ahli
tidak cukup untuk nutrient intake gizi untuk menentukan
memenuhi kebutuhan Weight control jumlah kalori dan nutrisi
metabolic yang dibutuhkan pasien
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
19
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : Anjurkan pasien untuk
Kram abdomen Adanya peningkatan meningkatkan protein
Nyeri abdomen berat badan sesuai dan vitamin C
Menghindari dengan tujuan Berikan substansi gula
makanan Berat badan ideal Yakinkan diet yang
Berat badan 20% sesuai dengan tinggi dimakan mengandung
atau lebih dibawah badan tinggi serat untuk
berat badan ideal Mampu mencegah konstipasi
Kerapuhan kapiler mengidentifikasi Berikan makanan yang
Diare kebutuhan nutrisi terpilih (sudah
Kehilangan rambut Tidak ada tanda-tanda dikonsultasikan dengan
berlebihan malnutrisi ahli gizi)
Bising usus Menunjukkan Ajarkan pasien
hiperaktif peningkatan fungsi bagaimana membuat
Kurang makanan pengecapan dari catatan makanan harian
Kurang informasi menelan Monitor jumlah nutrisi
Kurang minat pada Tidak terjadi dan kandungan kalori
makanan penurunan berat badan Berikan informasi
Penurunan berat yang berarti tentang kebutuhan
badan dengan nutrisi
asupan makanan Kaji kemampuan pasien
adekuat untuk mendapatkan
Kesalahan konsepsi nutrisi yang dibutuhkan
Kesalahan Nutrition Monitoring
informasi BB pasien dalam batas
Membrane mukosa normal
pucat Monitor adanya
Ketidakmampuan penurunan berat badan
memakan makanan Monitor tipe dan jumlah
Tonus otot menurun aktivitas yang biasa
dilakukan
Mengeluh gangguan
makanan kurang Monitor interaksi anak
dari RDA atau orang tua selama
(recommended makan
daily allowance) Monitor lingkungan
Cepat kenyang selama makan
setelah makan Jadwalkan pengobatan
Sariawan rongga dan tindakan tidak
mulut selama jam makan
Steatorea Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Kelemahan otot
pengunyah Monitor turgor kulit
Kelemahan otot Monitor kekeringan,
untuk menelan rambut kusam, dan
Factor yang mudah patah
berhubungan : Monitor mual muntah
Factor biologis Monitor kadar albumin,
Factor ekonomi total protein, Hb, dan
kadar Ht
20
Ketidakmampuan Monitor pertumbuhan
untuk mengabsorbsi dan perkembangan
nutrient Monitor pucat,
Ketidakmampuan kemerahan, dan
untuk mencerna kekeringan jaringan
makanan konjungtiva
Ketidakmampuan Monitor kalori dan
menelan makanan intake nutrisi
Factor psikologis Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
Catat jika lidah
berwarna magenta
scarlet
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN AN. “AR”
DENGAN GLURONEFRITIS KRONIS
Pada Tanggal 20 S/D 22 September 2019
I. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : An. “AR”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun 2 Bulan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Hindu
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jln. Tunjung, Gatsu Timur
Diagnosa Medis : Glomerulornephritis Chronic
Tanggal Masuk : 20 September 2019
Tanggal pengkajian : 20 September 2019
Nama : Tn.”S”
Usia : 34 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Hubungan dg pasien : Ayah pasien
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Bengkak di mata, tangan dan kaki sejak 5 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit
(SMRS).
22
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 2 minggu SMRS pasien mengeluh demam, batuk dan pilek . Pasien lalu
dibawa oleh Ibunya berobat ke puskesmas, Ibu pasien mengaku batuk dan
pilek sedikit membaik. 5 hari SMRS timbul sembab pada kedua mata dan
bengkak pada kaki serta tangan. Demam disangkal. Kemudian pasien di bawa
ke Puskesmas diberi obat Amoksisilin, Asam Mefenamat dan obat anti mual,
namun sembab tidak menghilang. Pasien juga disarankan untuk periksa
kencingnya di Laboratorium. Pasien juga mengeluhkan BAK menjadi keruh
seperti air cucian daging Pasien juga mengeluh kepala terasa pusing, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah sebanyak 5 kali. Ibu pasien lalu memutuskan
untuk membawa anaknya ke UGD RS A, dan dilakukan pemeriksaan dan
ternyata tekanan darah pasien saat diperiksa 190/100 mmHg. Dan pasien
disarankan untuk dirawat.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut keluarga pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti
sekarang ini. Biasanya pasien hanya demam dan batuk dan di beri obat penurun
panas yang di beli di warung atau toko obat.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a) Masa Prenatal
Ibu adalah G2P1A0, ibu mengatakan selama kehamilan melakukan
pemeriksaan kehamilan di bidan sebanyak ± 4 kali, imunisasi TT pada
kehamilan 8 bulan, keluhan selama hamil mual-mual pada trimester
pertama. Selama kehamilan ibu mengalami kenaikan BB ± 10 kg.ibu pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain selama kehamilan.
b) Masa Intranatal
Bayi lahir pada usia kehamilan 9 bulan di bidan dengan persalinan normal,
Bayi lahir dengan bernafas spontan tanpa menggunakan alat bantu dan
langsung menangis. APGAR Skor 7-8. Menurut ibu waktu itu bayi lahir
dengan BB 3000 gr dan PB 49 cm. Tidak ada riwayat kuning setelah lahir,
bayi langsung diberikan ASI setelah lahir.
c) Masa Postnatal
Setelah melahirkan ibu mengatakan tidak mengalami pendarahan maupun
komplikasi.
23
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mengidap penyakit
seperti yang pasien derita saat ini. Hanya saja kakek pasien pernah memiliki
riwayat hipertensi dan sudah meninggal 1 tahun yang lalu.
Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh pasien :
Keluarga ( ibu, bapak, dan neneknya)
b) Hubungan dengan anggota keluarga :
An. AR merupakan anak kandung dari ibu B dan Bapak S. Saat
pengkajian, bapak S sering menyuruh anaknya makan-minum dengan
sedikit paksaan agar anaknya bisa cepat sembuh. Menurut ibu B Anaknya
AR sangat sayang dengan adiknya, mereka jarang sekali rebut.
c) Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, An. AR berteman baik dengan teman sebayanya.
d) Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah (anak
tidak sindroma down)
e) Lingkungan rumah :
- Luas rumah 20 x 10 meter.
- Ventilasi cukup, penerangan cukup.
- Pakai sumur gali.
- Sampah dibakar.
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalu jauh kira-kira 17
meter.
Riwayat Imunisasi
BCG : Umur 2 bulan.
Polio : Umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan.
Hepatitis : Umur 0, 2, 4, 6 bulan.
DPT : Umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan.
Campak : Umur 9 bulan.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Pertumbuhan
BBL : 3000 gr, BB saat dikaji adalah 22 kg.
PBL : 49 cm, PB saat dikaji adalah 100 cm.
24
b) Perkembangan
Kemandirian atau Bergaul
Sebelum sakit, An.AR mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti
makan sendiri, pasang baju sendiri, An. AR berteman baik dengan teman
sebaya. Tapi semenjak sakit, An. AR sudah tidak mampu melakukan
aktifitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam bermain dengan
teman-temannya
Motorik Kasar
Umur 3 bulan An. AR sudah bisa tengkurap, umur 8 bulan anak sudah
bisa duduk, umur 9 bulan anak sudah bisa berdiri dan umur 11 bulan
anak sudah bisa berjalan.
Motorik Halus
Tidak ada masalah, fungsi sesuai dengan perkembangan seusianya.
Kognitif dan Bahasa
Umur 7 tahun ini, An. AR sudah memahami perintah dari orang lain.
Perkembangan bahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan.
Psikososial
Saat pengkajian An. AR sudah terbiasa berinteraksi dengan orang lain
selain dengan orang tuanya.
25
3. Pola Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan semenjak sakit anaknya jarang kencing, dalam
sehari An. AR hanya kencing 1 s/d 3 kali dengan warna keruh seperti air
cucian daging tetapi ibu dan ayahnya tidak mengetahui berapa volume BAK
anaknya.
4. Pola Aktivitas
Keluarga pasien mengatakan anaknya mengeluh pusing, badan terasa lemas
dan lesu sehingga aktivitas pasien mengalami gangguan.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak mengalami masalah pada pola tidur, rata-rata
jumlah jam tidur pasien perhari 8-9 jam. Jumlah jam tidur siang ± 1 jam, dan
jumlah jam tidur malam ± 7-8 jam.
6. Pola Kognitif-Persepsi
Keluarga pasien mengatakan sangat memperhatikan anaknya serta keluarga
mengatakan sakit anaknya murni karena medis dan bukan karena hal gaib.
7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
Keluarga pasien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaan anaknya
saat ini tetapi keluarga berharap agar anaknya cepat sembuh.
8. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia 7 tahun. Alat reproduksi
lengkap.Pasien tidak ada kelainan dalam seksualitas.
9. Pola Peran-Hubungan
Keluarga pasien mengatakan peran dan hubungan pasien dengan ayah ibu
tetap terjalin dengan baik.Orangtuanya selalu menunggu anknya yang sedang
dirawat.
10. Pola Manajemen Stress-Koping
Koping yang biasa keluarga pasien lakukan ketika terjadi masalah adalah
selalu mendiskusikan dengan kepala keluarga dan saudara dekatnya.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Keluarga pasien mengatakan anaknya beragama hindu dan selalu
menjalankan ibadah di rumah bersama keluarganya kini di rumah sakit
pasien hanya mampu berdoa untuk kesembuhannya.
26
D. Pengkajian Fisik
1. Umum
Keadaan umum : Lemas
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TB/BB : 100 cm/ 22 kg
Postur Tubuh : Tegak
Warna Kulit : Sawo matang
Turgor Kulit : Elastis
2. Gejala Kardinal
TD : 190/100mmHg
Suhu : 37, 7 oC
Nadi : 79 x/mnt
RR : 25 x/mnt
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala dan Rambut
Inspeksi : Bentuk simetris, kebersihan rambut terjaga, tidak ada
ketombe maupun kotoran. Tampak edema pada seluruh
wajah
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b) Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, sclera ikterik, konjungtiva tampak
anemis, refleks mata baik, pergerakan bola mata
normal. Tampak edema pada kedua kelopak mata.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
c) Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, kebersihan cukup terjaga,
tidak ada scket yang keluar, tidak ada peradangan atau
pendarahan dari hidung. Tidak ada gangguan dalam
proses penciuman pada hidung.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
27
d) Telinga
Inspeksi : Bentuk telingan simetris, kebersihan cukup baik,
tampak adanya serumen, tidak ada peradangan atau
pendarahan pada telingan dan fungsi pendengaran
baik.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
e) Mulut dan gigi
Inspeksi : Bibir tampak kering dan berwarna pucat, tidak ada
pendarahan maupun peradangan pada gusi, fungsi
menguyah pasien baik dan pasien tidak terdapat
menggunakan gigi palsu.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
f) Dada/Thorak
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada tampak normal,
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada lesi.
Perkusi : Suara sonor saat diperkusi pada bagian paru-paru.
Auskultasi : Tidak ada terdengar suara nafas tambahan, Irama
jantung terdengar regular dan teratur, bunyi jantung S1
dan S2 tunggal.
g) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran organ hati atau
limpa, perut sedikit kembung dan tegang.
Auskultasi : Bising usus 14 x/mnt
Perkusi : Terdengar suara timpani.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
h) Genitalia
Inspeksi : Kebersihan terjaga, tidak ada luka atau lesi.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
i) Ekstremitas
Atas dan bawah
Inspeksi : Ekstremitas kanan dan kiri tampak simetris dan
normal, tidak ada luka maupun lesi, tampak adanya
28
edema pada kedua tangan dan kaki, telapak tangan klien tampak
terpasang infus NaCl pada ekstremitas kiri atas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, CRT > 3 detik.
Kekuatan Otot :
444 444
444 444
E. Pemeriksaan Penunjang
29
Benda Keton : -
Mikroskopis
Epitel :+
Leukosit : banyak / LPB
Eritrosit : 6 – 8 / LPB
Bakteri / jamur :+B
Kesan : Proteinuria, leukosituria, hematuria, bakteriuria
F. Terapi Medis
Klonidin drip 0,3 cc dalam infus dextrose 5% 100 cc 12 tetes / menit
mikrodrip
Inj Ampisilin 4 x 500 mg
Inj Furosemide 1 x 20 mg
30
Eritrosit bermigrasi
melalui dinding sel yang
rusak. Manifestasi
Hematuria Perubahan
eliminasi urine
Menurunnya perfusi
kapiler glomerular.
Manifestasi klinis
meningkatnya BUN dan
Creatinin, Retensi urine
hipoalbuminemia
31
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Diagnosa Keperawatan
III. PERENCANAAN
32
Tidak ada tanda-tanda 4. Ajarkan pasien bagaimana
malnutrisi membuat catatan makanan
Menunjukkan harian
peningkatan fungsi 5. Monitor jumlah nutrisi dan
pengecapan dari kandungan kalori
menelan 6. Berikan informasi tentang
Tidak terjadi kebutuhan nutrisi
penurunan berat 7. Monitor adanya penurunan berat
badan yang berarti badan
8. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
9. Monitor turgor kulit
10. Monitor mual muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral
IV. PELAKSANAAN
Pemeriksaan fisik
Tampak edema pada wajah, tangan
dan kaki.
33
badan, LILA, Keluarga pasien mengatakan pasien
lingkar kepala) tidak memiliki alergi terhadap
Menanyakan makanan, minuman, obat-obatan,
adanya alergi maupun binatang
pada makanan,
minuman, obat,
maupun
binatang kepada
keluarga pasien
1,2 Kolaborasi
dengan analis Pengambilan specime darah (+)
kesehatan untuk urine (+), hasil (+)
pengambilan Darah Lengkap :
specimen darah LED : 60 mm/jam
(DL, urine) Hemoglobin : 7,8 gram /dl
34
Hasil Urine :
Makroskopis
Warna : Merah
Kejernihan : Keruh
Kimiawi
Protein : ++
Reduksi :-
Urobilin :-
Bilirubin :-
Benda Keton : -
Mikroskopis
Epitel :+
Leukosit : banyak /
LPB
Eritrosit : 6 – 8 / LPB
Kolaborasi
dengan ahli gizi Makanan yang diberikan adalah
dalam makanan dengan komposisi diit
pemberian diit protein 24gr/ hari, tanpa garam
Monitor intake
makanan pasien Keluarga mengatakan pasien hanya
mampu mengahabiskan ¼ porsi
35
Delegatif dalam makanan, 5 potog kecil buah
pemberian mangga, kurang lebih 100ml air
therapy
- Klonidin drip Obat masuk tanpa reaksi alergi
0,3 cc dalam
infus dextrose
5% 100 cc 12
tetes / menit
mikrodrip
- Inj Ampisilin 4
x 500 mg
- Inj Furosemide
1 x 20 mg
36
Klonidin drip
0,3 cc dalam
infus dextrose
5% 100 cc 12 gtt
/menit
mikrodrip
Inj Ampisilin 4
x 500 mg
Inj Furosemide
1 x 20 mg
Monitor intake
makanan pasien
2 Keluarga mengatakan pasien hanya
mampu mengahibska 1/3 porsi
makanan, 2 potog kecil buah melon,
kurang lebih 900ml air
Minggu, 22 1,2 Memeriksa status Keadaan Umum : tampak sakit
ringan
September pernafasan, vital Pusing (-), Muntah (-), Urine
2019 sign secara berkala kemerahan (+)
Keluarga mengatakan kelopak
mata, kaki serta tangan masih
bengkak
Tanda Vital :
- Nadi : 87 x / menit reguler, isi
dan tegangan cukup.
- Pernafasan : 24 x / menit
- Suhu : 36 0 C (aksila)
37
1,2 Delegatif dalam Obat masuk tanpa reaksi alergi
pemberian
therapy
- Klonidin drip
0,3 cc dalam
infus dextrose
5% 100 cc 12
tetes / menit
mikrodrip
- Inj Ampisilin 4
x 500 mg
- Inj Furosemide
1 x 20 mg
38
V. EVALUASI
Tgl Nomor Evaluasi sumatif paraf
diagnose
22 /09/ 1 S = Keluarga mengatakan kelopak mata, tangan dan kaki
2018 anaknya masih bengkak
O = Nadi : 88 x / menit reguler, isi dan tegangan
cukup, Pernafasan : 23 x / menit, Suhu : 36,5 0
C (aksila), masih tampak adanya edema pada wajah,
tangan dan kaki
A = Kelebihan volume cairan belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi
1. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN, Hmt, osmolalitas urin)
2. Monitor vital sign
3. Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles,
CVP, edema, distensi vena leher, asites)
4. Kaji lokasi dan luas edema
5. Monitor tanda dan gejala dari oedema
39
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Glomerulonephritis chronic adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-
sel glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya hematuria dan
proteinuria yang menetap. Glomerulonephritis chronic sering timbul beberapa tahun
setelah cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria (darah
dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan.
Glomerulonephritis chronic ditandai oleh kerusakan glomerulus secara progresif
lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung
timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang
sudah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi ginjal timbul. Pada pengkajian
ditemukannya klien yang mengalami glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada
saat pemeriksaan dijumpai hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan Anak dengan Glomeluronefritis Kronis dapat terus di kembangkan dan
diterapkan dalam bidang keperawatan dalam menangani pasien terutama pada anak.
40
DAFTAR PUSTAKA
L. Beta Gelly, A. Sowden Linda (2002), Buku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3 Edisi 2, Jakarta, EGC.
Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid : 1. Edisi : IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Dapartemen Ilmu Penyakit Dalam
FK
41
42