Anda di halaman 1dari 2

Nama : Arif Farhanawan

Nim : 1604110010031

1. Permasalahan
Penelitian ini membahas tentang teori berkelanjutan pembangunan yang berlangsung di kawasan
permukiman nelayan. Permukiman nelayan dipilih sebagai konteks karena kerentanan wilayah di
Indonesia, yang ditunjukkan oleh kebijakan pemerintah mengenai pemukiman nelayan.
Penelitian ini menggunakan metode argumentasi logis dan kritis dengan analisis deskriptif. Yang
dikembangkan dan diperdebatkan oleh ahli teori pembangunan berkelanjutan yang diringkas,
menurut Masroor dan Bose, sebagai berikut
1. Pengembangan sambil memastikan pemenuhan kebutuhan dasar generasi sekarang dan masa
depan (WCED, 1987);
2. Perkembangan sambil memastikan pendapatan dan pengeluaran per kapita tidak menurun dari
waktu ke waktu (Permanen, Ma, Umum, Maddison, & Mcgilvray, 2003);
3. The pengembangan sambil memastikan pasokan modal alam tidak berkurang dari waktu ke
waktu;
4. Pengembangan sambil memastikan perlindungan manusia sebaik mungkin (Georgescu-Roegen,
1971);
5. Pengembangan untuk melindungi hubungan masyarakat dan masyarakat;
6. Pembangunan dengan meningkatkan konsensus lembaga dan pengembangan kapasitas
(Perman et al., 2003);
7. Pengembangan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan proses ekologis serta melindungi
kesehatan ketahanan ekosistem (IUCN, 1980).
Banyak orang Indonesia tinggal di daerah pesisir dan memanfaatkan sumber daya laut dan pesisir
sebagai penghasilan utama mereka. Sebagian besar penduduk pesisir hidup di bawah garis
kemiskinan (Lasabuda, 2013). Beberapa studi tentang kondisi ekonomi nelayan menunjukkan
ketidakpastian pendapatan yang tinggi ekonomi dari sektor ini. Ini diikuti oleh rendahnya indeks
perkembangan manusia dari populasi pesisir ini yang menyebabkan rendah kapasitas komunitas
nelayan untuk mengambil peluang di luar komunitas lokal mereka pemerintah juga sudah
membantu dan memprioritaskan para nelayan. Pengembangan pemukiman nelayan diatur secara
hukum di bawah Kementerian Perumahan Republik Indonesia bahwa penyediaan perumahan dan
permukiman nelayan yang memadai khususnya yang berada di daerah rawan bencana
diprioritaskan.
Peraturan-peraturan tersebut menunjukkan kepedulian pemerintah dalam penyediaan perumahan
dan perbaikan pemukiman di Indonesia mendukung keberlanjutan kawasan permukiman pesisir.
2. Populasi dan Sampel
Masyarakat nelayan di seluruh Indonesia
3. Variabel
3.1 Variabel Dependent
Pengembangan pemukiman nelayan yang berkelanjutan

3.2 Variabel Independet


Untuk mengembangkan permukiman nelayan berkelanjutan, ada empat aspek utama
dari pembangunan berkelanjutan yang harus dipertimbangkan, yaitu lingkungan,
sosial, ekonomi dan budaya dan juga di pedomani dengan peraturan pemerintah tentang
pemukiman nelayan dan teori-teori tentang pemukiman tersebut antara lain :
 Peraturan Nomor 14 / PERMEN / M / 2006 tentang penyediaan perumahan
khusus yang dijelaskan lebih lanjut di Republik
 Peraturan Menteri Perumahan Republik Indonesia Nomor 15 / PERMEN / M /
2006 tentang Penyelesaian Nelayan. Itu

4. Kesimpulan
4.1 Aspek lingkungan
Perlu ada perhatian lebih untuk melestarikan lingkungan dengan penyediaan drainase
dan sistem pembuangan dalam pengolahan ikan dan pelelangan ikan, penyediaan air
bersih di setiap rumah nelayan dan fasilitas umum, penyediaan telepon, gas dan listrik.
Infrastruktur dasar ini sangat dibutuhkan untuk mendukung desa akses permukiman
nelayan dan jaringan jalan. Kurangi bau limbah ikan dan pengeringan ikan proses.

4.2 Aspek Sosial Budaya


Pembangunan permukiman dan perumahan harus memperhatikan kegiatan dan
kebiasaan nelayan. Kebiasaan memancing berbeda di setiap tempat, dipengaruhi oleh
budaya endogen, yaitu ruang komunitas bagi nelayan untuk menjahit jala, pelelangan
ikan, membersihkan tempat dan mengeringkan ikan.

4.3 Aspek Ekonomi


Ada kebutuhan untuk menyediakan tempat yang dapat meningkatkan pendapatan
nelayan sebagai pengolahan ikan rumah produksi, pasar ikan, dll.

Anda mungkin juga menyukai