Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantho adalah nama salah satu ibukota kabupaten di provinsi Aceh yaitu
Kabupaten Aceh Besar. Kabupaten ini telah diresmikan nama dan lokasinya melalui
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 36 Tahun 1976. Dengan demikian,
secara resmi ibukota Kabupaten Aceh Besar telah berpindah dari kota Banda Aceh
(menjadi Kodya) ke Jantho sekitar 60 Km dari Banda Aceh di sekitar lembah gunung
Seulawah.

Ada yang membedakan kondisi tahun 1999 dengan saat ini, terutama adalah jalan
masuk (lebih kurang 12 km) dari persimpangan jalur Banda Aceh - Medan yang
dahulunya hanya satu jalur dengan aspal yang banyak lubang, kini telah menjadi dua
jalur dengan aspal hot mix, lengkap dengan lampu hiasan jalan.

Yang paling menakjubkan adalah, lokasi dan pembangunan kantor Bupati Kepala Daerah
Kabupaten Aceh Besar. Dahulu kantor Bupati berada dalam komplek perkantoran, kini
telah berdiri dengan megahnya bak istana. Boleh penulis simpulkan gedung kantor bupati
Aceh Besar yang hampir rampung dibangun ini memang sangat indah, menarik, megah
dan membuat kita berdecak kagum.

Gambar 1.1.2 Kantor bupati di kota Jantho, Aceh Besar yang hampir rampung dibangun ini memang sangat indah,
menarik untuk dilihat, megah, dan membuat kita berdecak kagum.
Sumber Gambar : Penulis Mengambil Gambar Langsung Dari Lokasi Kota Jantho

Dengan kondisi disebutkan di atas, dapat diperkirakan secara umum harga atau
biaya membangun bangunan kantor bupati Aceh Besar itu sangat tinggi. Menurut
beberapa catatan yang penulis dapatkan dari beberapa sumber, harga pembangunan
gedung itu mencapai 24 miliar (dalam tiga tahap pembangunan yang bersumber dari BRR
2007, APBA 2010-2011 dan APBA 2012).

Ada sebuah masjid megah dan nyaman di tengah lapangan di jantung kota
Jantho, "Masjid Agung". Suasana di dalamya sangat nyaman, airnya banyak dan
ruangannya sangat bersih, terasa syahdu kita berada di dalamnya. Masjid inilah salah satu
landmark kota disamping pendopo Bupati yang berdiri dengan megahnya di atas bukit
tidak jauh dari masjid Agung Jantho.

Gambar 1.1.3 Masjid inilah salah satu landmark kota disamping pendopo Bupati yang berdiri dengan megahnya di
atas bukit tidak jauh dari masjid Agung Jantho.

Sumber Gambar: http://3.bp.blogspot.com/-qg-


UhAt_Jkk/U6XaVCn0DFI/AAAAAAAAL08/EHiHECMgTcw/s1600/Mesjid+Al-Munawarah+Kota+Jantho+(3).jpg

Melihat usia kota itu sudah tergolong tua dan termasuk kabupaten "Senior"
dibanding dengan sejumlah kabupaten baru lahir akibat penerapan UU Otonomi Daerah
nomor 32 tahun 1999 telah memberi inspirasi lahirnya UU Otomi Daerah berikutnya yang
mengatur aneka sistem hubungan pemerintah pusat dan daerah dalam berbagai dimensi
terus bermunculan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu permasalahan yaitu :


1. Bagaimana mobilitas penduduk yang terjadi di Kota Jantho?
2. Apa saja permasalahan mobilitas penduduk di kota jantho?
3. Bagaimana pengaruh migrasi penduduk di kota jantho?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan penilitian ini selain menyelesaikan tugas final mata kuliah aspek kependudukan
dalam perencanaan adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan mobilisasi Kota Jantho terhadap
perkembangan Kota Jantho.
2. Dapat mengetahi migrasi penduduk terhadap Kota Jantho
3. Untuk mengetahui pengaruh jenis mata pencaharian masyarakat Kota Jantho
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Komposisi Penduduk


Mantra (2016,23) bahwa komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas
variabel-variabel tertentu. Mantra (2016,24) bahwa komposisi penduduk yang sering
digunakan untuk analisis dan perencanaan pembangunann adalah komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin.

2.2 Kepadatan Penduduk


Mantra (2016,74) bahwa kepadatan penduduk (KP) adalah jumlah penduduk per satuan
unit wilayah, dapat ditulis dengan rumus :

jumlah penduduk suatu wilayah


KP = luas wilayah (km2)

2.3 Definisi Mobilitas Penduduk

2.3.1 Mobilitas
Rozy Munir berpendapat (133-134) Mobilitas dalam sosiologi, menurut sifatnya
dibedakan menjadi mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas horizontal
adalah perpindahan penduduk secara teritorial, spasial, atau geografis, sedangkan
mobilitas vertikal adalah perubahan status, atau perpindahan dari cara-cara hidup
tradisional ke cara-cara hidup yang lebih modern. Dan salah satu contohnya adalah
perubahan status pekerjaan. Seseorang mula-mula bekerja dalam sektor pertanian
sekarang bekerja dalam sektor non pertanian
Prof. Ida Bagoes Mantra, Ph.D (2003- 173) Mobilitas adalah proses gerak
penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dalam jangka waktu tertentu.

2.3.2 Penduduk
Menurut Hawthorn ( Dalam David lucas 1990 ; 2 ) Penduduk adalah tingkat
kelahiran, tingkat migrasi, tingkat kematian. Demografi digunakan untuk menyebut
studi tentang sifat dan interaksi ketiga tingkat tersebut, serta pengaruh perubahan
ketiganya terhadap komposisi dan pertumbuhan penduduk. Menurut Sudjarwo (2004 :
80) : “Penduduk adalah seseorang dalam statusnya sebagai diri pribadi, anggota
keluarga anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat
tinggal disuatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu”.
Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang dinyatakan pada pasal 1 ayat
(2) : Penduduk adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan orang asing yang bertempat
tinggal diIndonesia.

2.3.3 Mobilitas Penuduk


Mantra (1999) mobilitas atau migrasi penduduk didefinisikan sebagai gerak
penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Batas
wilayah yang bisa digunakan adalah batas administrasi seperti : Desa, Kecamatan,
Kabupaten, Provinsi, atau Negara. Di samping batas wilayah batas waktu juga
bervariasi : satu hari, lebih dari satu hari hingga kurang dari enam bulan atau enam
bulan lebih.
Sumaatmadja (1981: 147) bahwa mobilitas penduduk adalah pergerakan
penduduk dari satu tempat ketempat lain, baik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial lainnya. Tingkah laku manusia dalam
bentuk perpindahan tadi, erat hubungannya dengan faktor–faktor tersebut meliputi
faktor – faktor geografi pada ruang yang bersangkutan. Faktor – faktor tersebut
meliputi faktor fisis dan non fisi. Bentuk permukaan bumi, elevasi, vegetasi, keadaan
cuaca merupakan faktor fisis yang mempengaruhi gerak berpindah yang dilakukan
manusia. Alat transportasi kegiatan ekonomi, biaya transportasi, kondisi jalan, dan
kondisi sosial budaya setempat mrupakan faktor non fisis yang mendorong manusia
untuk branjak dari tempat asalnya.

2.4 Migrasi

2.4.1 Pengertian Migrasi


Mantra, (1984) Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke
wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas
sirkuler ialah gerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tidak ada niat
untuk menetap di daerah tujuan. Secara operasional, migrasi dapat diukur berdasarkan
konsep ruang dan waktu. Seseorang dapat disebut sebagai seorang migran, apabila
orang tersebut melintasi batas wilayah administrasi dan lamanya bertempat tinggal di
daerah tujuan minimal enam bulan
Migrasi merupakan perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi
permanen. Tidak ada batasan baik pada jarak perpindahan maupun sifatnya, serta tidak
dibedakan antara migrasi dalam negeri dengan migrasi luar negeri (Lee, 1966: 49).
Dengan kata lain, Mobilitas permanen atau migrasi adalah perpindahan penduduk
dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
Mobilitas permanen secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitumigrasi
internasional dam migrasi dalam negeri.

2.4.2 Jenis Migrasi

2.4.2.1 Migrasi antarnegara (internasional)


yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Yang termasuk migrasi
antarnegara adalah sebagai berikut.
1. Imigrasi, yaitu masuknya penduduk negara lain ke satu negara. Misalnya,
masuknya orang Malaysia ke Indonesia. Orang Malaysia tersebut disebut
sebagai imigran. Perpindahannya itu disebut imigrasi. Imigrasi dapat bersifat
permanen, artinya tinggal menetap untuk selamanya. Sebaliknya, dapat pula
bersifat sementara, misalnya TKI ke Arab Saudi berdasarkan kontrak selama
dua tahun.
2. Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke Negara lain. Misalnya,
orang-orang Indonesia yang pindah ke New Caledonia dan Suriname. Mereka
disebut emigran. Perpindahannya disebut emigrasi.
3. Remigrasi, yaitu kembalinya para emigran ke negara asalnya. Misalnya, orang-
orang Ambon yang tadinya pindah ke Belanda sebagai emigran, kemudian
kembali lagi pindah ke Indonesia.

2.4.2.2 Migrasi Internal


Perpindahan yang terjadi dalam satu negara, misalnya antarpropinsi, antar
kota/kabupaten, migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang
lebih rendah daripada tingkat kabupaten, seperti kecamatan, kelurahan dan seterusnya.
Jenis migrasi yang terjadi antar unit administratif selama masih dalam satu negara Yang
termasuk imigrasi dalam negeri adalah sebagai berikut.
1. Transmigrasi (migrasi intern), yaitu perpindahan penduduk dari suatu pulau atau
provinsi yang berpenduduk padat ke suatu pulau atau provinsi lain yang
berpenduduk jarang di negara sendiri. Macam-macam transmigrasi adalah
sebagai berikut.
a. Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang semua biayanya
ditanggung pemerintah, baik biaya perjalanan maupun biaya hidup
selama satu tahun di daerah transmigrasi. Tiap keluarga mendapat alat
pertanian, rumah, bibit, dan tanah seluas dua hektar.
b. Transmigrasi swakarsa, yaitu transmigrasi yang pembiayaannya
sebagian ditanggung sendiri dan sebagian ditanggung pemerintah.
Pemerintah memberi tanah dua hektar dan membiayai perjalanannya.
c. Transmigrasi spontan, yaitu transmigrasi yang seluruh biaya ditanggung
oleh transmigran itu sendiri. Pemerintah tidak memberikan bantuan apa
pun
d. Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seluruh
penduduk desa beserta pejabat pemerintah desa. Transmigrasi bedol desa
dilaksanakan karena bencana alam, misalnya karena letusan Gunung
Merapi, penduduk beserta pejabat desa yang bertempat tinggal di kaki
gunung dipindahkan ke Sumatera. Penduduk Wonogiri dipindahkan ke
Sitiung (Sumatera Barat), karena daerahnya dibuat PLTA Gajah
Mungkur (bendungan).
e. Transmigrasi khusus, yaitu transmigrasi yang diselenggarakan oleh
Departemen Transmigrasi bersama instansi pemerintah atau organisasi
lain, misalnya KNPI, Pramuka, dan sebagainya. Penyelenggaraannya
sama dengan transmigrasi umum, misalnya transmigrasi pemuda ke
Sumatera Utara (daerah Labuhanbatu).
f. Transmigrasi bekas pejuang, yaitu transmigrasi yang diselenggarakan
oleh bekas pejuang dan yang ditransmigrasikan adalah mantan ABRI
yang sudah pensiun. Daerah transmigrasinya adalah Kalimantan Barat,
dan Lampung.

2. Urbanisasi, ialah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau kotakota besar.
Permasalahan yang berkaitan dengan urbanisasi adalah sebagai berikut.
a. Keadaan di desa, Banyak penduduk tidak memiliki tanah, pendapatan
penduduk rendah, dan sulit mencari pekerjaan di luar bidang pertanian.
b. Keadaan di kota, Banyak daya tarik di kota, misalnya hiburan, rekreasi,
adanya gedung-gedung, fasilitas pendidikan lengkap, dan luasnya
kesempatan kerja di desa.
c. Akibat urbanisasi, Kekurangan tenaga kerja di desa. Akibatnya, sulit
mencari tenaga yang berpendidikan di desa dan sulit mencari tenaga
penggerak pembangunan di desa.
d. Akibat urbanisasi di kota, Timbul pengangguran karena tidak semua
yang urbanisasi dapat bekerja; timbul tuna wisma, dan daerah slum
(kumuh); meningkatnya kejahatan; dan angkutan umum tidak dapat
mencukupi kebutuhan penumpang yang terus meningkat.
e. Usaha pemerintah mengurangi urbanisasi, Pemerintah membatasi
penduduk desa pindah ke kota; melaksanakan pembangunan sampai ke
daerah-daerah; mengembangkan kota-kota kecil; serta menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan penduduk desa, misalnya fasilitas pendidikan,
kesehatan, hiburan, rekreasi, dan penerangan
BAB III
ANALISIS

3.1 Perhitungan Kepadatan Penduduk Kota Jantho

Berdasarkan data BPS tahun 2015, diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota
Jantho adalah 9.431 jiwa, dengan luas wilayah seluas 593 km2. Dari data tersebut,
penulis akan mencari besar Kepadatan Penduduk di Kota Jantho.

Berdasarkan rumus :
jumlah penduduk suatu wilayah
KP = luas wilayah (km2)

9.431
KP = 593 𝑘𝑚2

KP = 16 jiwa/km2

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk


yang ada di Kota Jantho hanya sebesar ± 16 jiwa/km2. Dimana dengan besar kepadatan
penduduk tersebut, dapat dikatakan kepadatan penduduk di Kota Janhto terbilang
jarang. Padahal, Kota Jantho merupakan Ibu Kota Kabupaten Aceh Besar, dimana
seharusnya seluruh kegiatan Kabupaten Aceh Besar berpusat di Kota Jantho yang
menjadikan Kota Jantho ramai ditempati dan dikunjungi oleh masyarakat Aceh Besar.

3.2 Mobilitas Pegawai Kota Jantho

Berdasarkan data yang di peroleh penulis dari hasil wawancara bahwa angka
ketenaga kerjaan yang ada pada: 1. Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Aceh Besar berjumlah 44 orang pegawai, yang menetap di jantho berjumlah
19 orang pegawai dan yang bertempat tinggal di banda aceh berjumlah 25 orang
pegawai. 2. Dinas Perikanan dan Kelautan berjumlah 36 orang pegawai , yang
menetap di jantho berjumlah 12 orang pegawai dan yang bertempat tinggal di banda
aceh 24 orang pegawaai. 3. Dinas Syariaat Islam berjumlah 21 orang pegawai , yang
menetap di jantho berjumlah 8 orang pegawai dan yang bertempat tingggal di banda
aceh 13 orang pegawai.
3.2.1 Tabel Data Pegawai kantor Dinas

NO KANTOR DINAS MENETAP MENETAP JUMLAH


JANTHO BANDA ACEH PEGAWAI
1. Dinas Pariwisata , Pemuda
Dan Olahraga Kabupaten 19 orang 25 orang 44 orang
Aceh Besar
2. Dinas Perikanan dan 12 orang 24 orang 36 orang
Kelautan
3. Dinas Syariat Islam 8 orang 13 orang 21orang
JUMLAH 101 orang
Dari ketiga dinas yang telah di dapat dari penulis maka jumlah penduduk
yang menetap di jantho berjumlah 39 orang dan yang menetap di banda aceh yang
berkerja di jantho berjumlah 62 orang.

3.3 Migrasi

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara diketahui


bahwa angka imigrasi sebesar 3595 dan angka yang keluar sebesar 3103. Kebanyakan
dari pendatang tersebut berprofesi sebagai TNI atau POLRI. Yang menjadi
permasalahan disini walaupun angka imigrasi lebih tinggi daripada angka emigrasi
tetapi Kota Jantho masih sepi atau orang sering menyebut dengan julukan “ Zombie
Land “. Hal ini dikarenakan adanya mobilisasi baik dari masyarakat Kota Jantho
sendiri maupun luar Kota Jantho. Yang dimaksud dari mobilisasi dari masyarakat
Kota Jantho sendiri adalah masyarakat Jantho bersekolah diluar Kota Jantho ditambah
lagi infrastruktur yang tidak memadai di Kota Jantho menyebabkan masyarakat
Jantho harus keluar. Lalu yang dimaksud dengan mobilisasi dari luar Kota Jantho
adalah banyaknya masyarakat dari luar Kota Jantho yang bekerja di Kota Jantho.
Berikut data jumlah pegawai dari beberapa dinas yang ada di Kota Jantho.

Jumlah pegawai
Nama Dinas Kota Jantho Luar Kota Jantho
Dinas Perikanan Dan
Kelautan 12 24
Dinas Syari’at Islam 8 13
Dinas Pariwisata,
Pemuda Dan Olahraga 19 25
3.3.1 Tabel Data Pegawai kantor Dinas

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kebanyakan pegawai yang bekerja di
Kota Jantho itu berasal dari luar Kota jantho. Dari data ini dapat diambil kesimpulan
bahwa SDM Kota Jantho masih rendah. Hal ini juga yang menjadi faktor Kota Jantho
disebut sebagai “ Zombie Land” dimana hanya hidup pada waktu jam kerja. Profesi
pekerjaan juga menjadi faktor penunjang suatu kota sulit untuk maju atau tidak.
Masyarakat Kota Jantho sendiri dominan bekerja sebagai petani, berikut data jumlah
penduduk berdasarkan profesi pekerjaan.

BELUM MENGURUS PEGAWAI TENTARA


NO NAMA KECAMATAN TIDAK RUMAH PELAJAR/ PENSIUNAN NEGERI NASIONAL
BEKERJA TANGGA MAHASISWA SIPIL INDONESIA

1 TEUREUBEH 338 248 325 0 25 10

2 BARUEH 107 94 122 0 15 1

3 JANTHO 37 21 50 0 4 0

4 AWEK 43 27 46 0 1 0

5 DATA CUT 32 18 30 0 1 0

6 BUENG 34 32 49 0 1 0

7 WEU 57 52 67 0 5 0

8 JALIN 50 67 67 0 0 0

9 SUKA TANI 24 19 28 0 4 0

10 CUCUM 285 206 101 1 7 216

11 JANTHO BARU 291 245 291 5 20 2

12 JANTHO MAKMUR 524 393 796 79 379 4

13 BUKET MEUSARA 272 205 415 16 171 4

JUMLAH 2.094 1.627 2.387 101 633 237

KEPOLISIAN PERDAGANGAN PETANI/ PETERNAK NELAYAN/ INDUSTRI KONSTRUKSI TRANSPORTASI


RI PEKEBUN PERIKANAN

0 2 224 0 3 0 0 0

0 0 88 0 0 0 0 0

0 0 47 0 0 0 0 0

0 0 58 0 0 0 0 0

0 0 22 0 0 0 0 0

0 0 77 0 0 0 0 0

0 0 46 0 0 0 0 0

0 0 79 0 0 0 0 0

0 0 21 0 0 0 0 0
0 1 45 0 0 0 0 0

1 1 177 0 0 0 0 0

54 5 30 1 1 0 0 0

10 0 14 0 0 0 0 0

65 9 928 1 4 0 0 0

3.3.2 Tabel Data Profesi

Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa profesi petani lebih dominan dari
pada profesi lainnya. Profesi petani sebanyak 928 orang, angka ini sangat tinggi
dibandingkan angka lainnya, walaupun angka tidak bekerja, mengurus rumah tangga,
dan pelajar atau mahasiswa tinggi, namun tidak dianggap bekerja. Hal ini pula yang
menyebabkan Kota Jantho sulit berkembang, sehingga jika melihat kembali data
sebelumnya, banyak pekerja di instasi didominasi oleh orang luar Kota Jantho
dikarenakan rendahnya SDM Kota Jantho.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V
LAMPIRAN GAMBAR SURVEY

5.1 Dokumentasi Kegiatan Survey Di Kota Jantho

Oleh : Maulydia Rezki

5.1.1 Gapura Selamat Datang Di Kota Jantho

5.1.2 Mesjid Agung


5.1.3 Kantor Bupati

5.1.4 Kantor Dinas Yang Di Survey

Gambar : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga


Gambar : Dinas Kelautan dan Perikanan

Gambar : Dinas Syariat Islam


JOB DESK

 Maulydia Rezki : Surveyor, Pembahasan BABI, BAB III, Editor


Akhir
 Arif Farhanawan : Pembahasan BABII
 Robby Deswana : Cover, Pencari Data, Editor
 Dhea Asmaul Husnah : Kesimpulan Dan Saran (BABIV), Editor
DAFTAR PUSTAKA
Sumaatmadja, N. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis
Keruangan. Bandung: Alumni
Prof. Ida Bagoes Mantra, Ph. D. 2003. Demografi Umum Pustaka Pelajar :
Yogyakarta
Munir, Rozy (1981), Penduduk dan Pembangunan Ekonomi . Jakarta : Bina Aksa
Lucas, D,McDonald, P. Young C. 1990. Pengantar Kependudukan
(Terjemahan), UGM : Yogyakarta
Sudjarwo. 2004. Buku Pintar Kependudukan . Grasindo : Jakarta
http://sobatgeo.blogspot.co.id/2017/01/pengertian-mobilitas-penduduk-jenis-dan.html
https://perencanaankota.blogspot.co.id/2012/01/beberapa-teori-tentang-mobilitas.html

Anda mungkin juga menyukai