Anda di halaman 1dari 3

Pengertian

Gunung laut sering ditemukan berasal dari sisa-sisa gunung berapi yang telah punah dan
ditemukan dalam berbagai bentuk dan ukuran. Menurut definisi, gunung api bawah laut adalah
struktur geologis yang naik lebih dari 1.000 meter (3.300 kaki) di atas dasar laut, tetapi sebagian
besar jauh lebih tinggi dari itu, naik ke atas 5.000 meter (16.400 kaki), kadang-kadang dalam
beberapa ratus meter dari permukaan dasar laut.
Gunung laut dapat ditemukan di setiap cekungan laut dunia. Meskipun sulit untuk mengetahui
berapa banyak gunung bawah laut yang ada, mereka tampaknya cukup banyak. Menggunakan
data dari satelit altimetri dan radar, serta data batimetri yang diperoleh dari kapal survei,
perkiraan jumlah gunung laut berkisar dari 14.700 hingga lebih dari 33.000 total. Terlepas dari
kelimpahan mereka, yang luar biasa, kurang dari sepersepuluh persen dari orang gunung di
dunia telah dieksplorasi.
Studi yang dilakukan pada gunung bawah laut menunjukkan bahwa gunung bawah laut
berfungsi sebagai "oase kehidupan," dengan keanekaragaman spesies dan biomassa yang lebih
tinggi ditemukan di gunung bawah laut dan di perairan sekitarnya daripada di dasar laut yang
datar. Gunung api bawah laut memiliki permukaan yang tinggi di kolom air, menciptakan pola
arus kompleks yang memengaruhi apa yang hidup di atasnya. Gunung api bawah laut juga
memiliki substrat untuk tempat organisme dapat hidup dan tumbuh. Organisme ini
menyediakan sumber makanan untuk hewan lain. Para ilmuwan telah menemukan bahwa
gunung bawah sering menyediakan habitat bagi spesies endemik, atau spesies yang hanya
ditemukan di satu lokasi.
Terbentuknya Gunung Laut
Di Daerah pemekaran samudera terjadi proses keluarnya material dari mantel atas yang keluar
seperti keluarnya gelembung air pada saat mendidih. Arus berputarnya ini disebut arus
konveksi. Yang berwarna merah-biru dibawah ini merupakan kerak samudera. Sedangkan yang
hijau disebut kerak benua. Kerak samudera ini selalu bertambah atau bergerak karena ada
pembentukan kerak baru pada zona pemekaran samudera.
1. Gunung api bawah laut ini terbentuk diatas kerak samudera dan terus terbawa oleh
kerak samudera menuju zona penunjaman di sebelah kanan.
2. Semakin jauh dari zona pemekaran, tentu saja material mantel yang cair dan panas ini
kehilangan suhunya. Sehingga membentuk seamount atau gunung laut yang sering
kali berupa gundukan yang tidak lagi berupa gunung api yang aktif.
3. Ketika mendekati zona penunjaman tentu saja bagian atas dari kerak samudera ini
akan bergesekan dengan kerak benua. Gesekan ini menimbulkan panas dan sering
menyebabkan batuan pembentuk kerak samudera ini meleleh. Batuan yang meleleh
dan cair ini akan keluar membentuk gunung api seperti yang kita lihat di rentetan
Gunung Api sepanjang bagian barat Sumatra, hingga bagian selatan Jawa. Termasuk
Gunung Merapi, Semeru dan gunung api yang lain yang masih aktif.
Gunung api bawah laut kebanyakan sudah tidak berupa gunung api aktif. Karena biasanya
gunung laut itu tidak lagi mendapatkan pasokan panas, maka materialnya tidak lagi berupa
material cair panas seperti sumber magma.
Sejauh ini, gas vulkanik yang paling berlimpah adalah uap air, yang tidak berbahaya.
Namun, sejumlah besar karbon dioksida, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen
halida juga dapat dipancarkan dari gunung berapi. Tergantung pada konsentrasinya, semua
gas ini berpotensi berbahaya bagi manusia, hewan, pertanian, dan properti. Sulfur dioksida
adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. SO2 dapat dikonversi menjadi aerosol
sulfat yang memantulkan sinar matahari dan karenanya memiliki efek pendinginan pada
iklim Bumi. Mereka juga memiliki peran dalam penipisan ozon, karena banyak reaksi yang
merusak ozon terjadi pada permukaan aerosol tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
KENNETH H RUBIN, S. ADAM SOULE, WILLIAM W. CHADWICK JR., DANIEL J.
FORNARI, DAVID A. CLAGUE, ROBERT W. EMBLEY, EDWARD
T. BAKER, MICHAEL R. PERFIT, DAVID W. CARESS and
ROBERT P. DZIAK. 2012. Volcanic Eruptions in the Deep Sea.
Oceanography Journal. Vol. 25, No. 1, SPECIAL ISSUE ON OCEANIC
SPREADING CENTER PROCESSES | Ridge 2000 PROGRAM
RESEARCH (MARCH 2012), pp. 142-157

Anda mungkin juga menyukai