Makalah Nkri Pancasila
Makalah Nkri Pancasila
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua, sehingga kita mampu
menyelesaikan tugas pembuatan makalah NKRI Pancasila ini sesuai dengan waktu
yang telah di tentukan.
Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu
kami bapak Drs, Yusrizal, SH, M.H sehingga kami mampu melaksanakan tugas mata
kuliah ini.
Kami juga memohonkan maaf kepada semuanya apabila dalam makalah yang
kami buat ini kurang maksimal, karena masih terdapat banyak sekali kekurangan-
kekurangan, lebih-lebih mengenai referensi. Untuk itu kami kelompok empat sangat
menunggu kritik maupun saran dari semua pembaca agar kedepannya kami bisa
membuat makalah yang lebih baik lagi.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan runtuhnya Uni Soviet yang berideologi komunis, banyak orang
meragukan manfaat ideology bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Mereka beranggapan bahwa ideologi tidak mampu memberikan
jaminan kesejahteraan bagi rakyat yang menjadi penganut ideologi itu. ideologi
sekedar dipandang sebagai pembenaran terhadap kebijakan yang diperjuangkan
oleh para elit politik.
Bahkan di Indonesia setelah reformasi, kian luas kita rasakan adanya semacam
kegelisahan kolektif dalam kehidupan nasional kita. Kegelisahan itu berpangkal
dari meluasnya keengganan kita sendiri untuk berbicara tentang Pancasila. Bahkan
ada kesan, bahwa masyarakat terutama elit politiknya sungkan meskipun hanya
sekedar menyebut Pancasila, karena khawatir kalau dianggap menghidupkan Orde
Baru. Hal ini disebabkan adanya kekacauan epistemologis pada konteks politik,
yang menyamankan nilai-nilai pancasila dengan sesuatu kekuasaan, rezim atau
suatu orde.
Realita ini sebenarnya sangat kontradiktif dengan apa yang dilakukan ole
Majelis Permusyawatan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) pada awal
reformasi ditahun 1998. Pada awal reformasi, yang merupakan awal perubahan
besar Negara Indonesia, MPR mengeluarkan ketetapan MPR RI Nomor
XVII/MPR/1998 yang secara eksplisit menetapkan Pancasila sebagai Dasar
Negara. Konsekuensi dari ketetapan MPR tersebut sudah selayaknya apabila
segala agenda dalam era reformasi harus mendasarkan pada nila-nilai luhur
Pancasila.
1
orde terdahulu justru menyalahgunakan Pancasila sekedar sebagai alat untuk
mempertahankan higemoninya, sehingga Pancasila tidak dilaksanakan secara
konsisten.
Bangsa Indonesia wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
sampai sekarang ini tetap dapat menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berbhineka tunggal ika berdasarkan Pancasila.
Hal ini patut diungkapkan karena Uni Soviet sebagai salah satu Negara adi kuasa
disamping Amerika Serikat telah mengalami kehancuran. Namun bangsa
Indonesia harus tetap waspada dan jangan mudah terombang ambing dari tarikan
ideologi bangsa lain, atau dengan kata lain bangsa Indonesia harus memiliki visi
yang jelas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan filosofi yang telah
melekat pada bangsa Indonesia harus dipertahankan dlam rangka meneguhkan
NKRI.
B. Metode Penulisan
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah Metode Pustaka yaitu metode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang pemikiran itulah, “Hukum” adalah satu kata kunci
yangsangat penting untuk menjawab pertanyaan tentang dasar dan rambu-rambu
pembangunanmasyarakat Indonesia baru dalam era globalisasi. Norma hukum
tentu saja bukan satusatunya norma yang harus dijadikan acuan, namun sebagai
bentuk norma yang paling konkrit,ia bersifat sangat efisien dan efektif dalam
membentuk masyarakat Indonesia baru itu.
Penjelasan lebih rinci tentang hal itu dapat dicermati dari pemikiran Noor
Syam(2000:68) sebagai berikut :
3
Penjabaran Filsafat Negara Pancasila
Skema Penjabaran Filsafat Negara Pancasila dalam Negara Hukum Masa Depan
4
Filosofis, yuridis, dan politis. Dalam kapasitas ini Pancasila telah diderivasikan
dalam suatu norma-norma dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan.
5
untuk mewujudakn nilai-nilai luhur Pancasila dalam pidato Bung Karno pada tanggal
1 Juni 1945 yang antara lain menyatan :”....bahwa tidak ada weltanshaung dapat
menjelma dengan sendirinya, menjadi realiteit dengan sendirinya. Tidak ada
weltanshaung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak dengan
perjuangan”.
6
bangun, sudah dengan sendirinya juga mencakup pembangunan daerah-daerah atas
dasar prinsip desentralisasi. Suatu Negara kesaatuan tentunya dapat dikembangkan
dengan tetap menjamin otonomi daerah-daerah yang tersebar diseluruh tanah air
Indonesia yang sangat luas dan majemuk. Semangat Negara Kesatuan dengan
prinsip Otonomi Daerah yang luas inilah yang sebenarnya meyakinkanBung
Hatta sehingge ide “Negara Federal”dinilai menjadi tidak lagi memiliki
relevansi(Asshidiqie,2006:262). Suasana kebatinan seperti itu yang kemudian
tercermin dalam perumusan Pasal 18 UUD 1945 naskah asli, yaitu bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia menjamin adanya desentralisasi dan otonomi yang luas
bagi daerah-daerah di seluruh Indonesia. Dalam UUD 1945 naskah asli
pengaturan mengenai bentuk Negara terdapat dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
yang menyatakan: “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik”.
Bentuk Negara Kesatuan adalah bentuk negara yang terdiri dari satu negara saja
betapapun besar maupun kecil, dan ke dalam maupun ke luar merupakan
kesatuan. Pembagian wewenang dalam Negara Kesatuan pada garis besarnya telah
ditentukan oleh pembuat undang-undang di pusat, serta weweang secara terperinci
terdapat pada propinsipropinsi, dan residu powernya ada pada pemerintah pusat
Negara Kesatuan. Adapun ciri-ciri Negara Kesatuan adalah: (1) Mewujudkan
kebulatan tunggal, mewujudkan kesatuan unity. Kedaulatan ke dalam maupun
kedaulatan ke luar sepenuhnya terletak pada pemerintah pusat, (2) Hanya mempunyai
satu negara serta hanya mempunyai satu pemerintahan, satu kepala negara, satu
badan legislatur bagi seluruh daerah negara. Wewenang legislativ tertiggi
dipusatkan dalam satu badan legislativ nasional/pusat(3) merupakan negara tunggal
yang monosentris(berpusat satu), (4)Hanya ada satu pusat kekuasaan yang memutar
seluruh mesin pemerintahan dari pusat kekuasaan yang memutar seluruh mesin
pemerintahan dari pusat sampai ke pelosok-pelosok, hingga segala sesuatunya dapat
diatur secara sentral, seragam dan senyawa dalam keseluruhannya, (5) Pengaturan
7
oleh pusat kepada seluruh daerah tersebut lebih bersifat koordinasi saja namun
tidak dalam pengertian bahwa segala-galanya diatur dan diperintahkan oleh pusat,
(6) pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk menyerahkan sebagian
kekuasaanya kepada daerah berdasarkan hak otonomi (Negara kesatuan dengan
sistem desentralisasi).
8
NRIS yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 dengan menganut sistem
cabinet parlementer ternyata tidak berumur panjang, karena bentuk tersebut tidak
berakar kepada kehendak rakyat dan tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Konstitusi RIS yang isinya lebih lengkap dibandingkan UUD 1945 naskah asli (UUD
1945 hanya memuat 37 pasal, sedang konstitusi RIS memuat sampai 197 pasal),
tetapi isinya konstitusi RIS yang lengkap itu telah menyimpang jauh dari cita-cita
Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu tidak memuat cita-cita proklamasi tentang Negara
Kesatuan, apalagi cita-cita demokrasi pancasila. Oleh karena itu akibatnya banyak
muncul tuntutan untuk kembali kepada bentuk negara kesatuan. Negara- negara
gabungan yang bernaung dibawah R.I.S satu-persatu menggabungkan diri dengan
Republik Indonesia (di Yogyakarta). Kemudian untuk mengatasi situasi tersebut pada
akhirnya diadakan permusyawaratan antara Pemerintah Negara Republik Indonesia,
yang menghasilkan Piagam persetujuan antara R.I.S dan Republik indonesia yang di
tandatangani oleh hatta dan A. Halim pada tanggal 19 Mei 1950.
9
Salah satu dasar pertimbangan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 adalah
gagalnya konstituante melaksanakan tugas membentuk UUD sebagai pengganti
UUDS 1950. Kegagalan konstituante dikarenakan dua kubu yang berhadapan tetap
pada pendiriannya masing-masing, yang satu bersikap memakai rumusan dasar
negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu Pancasila, sedang
kubu lainnya bertahan dengan sikap memilih Islam sebagai dasar negara (Mahfud
M.D., 1998:133). Sejak Dekrit presiden 5 juli 1959 dengan kembali ke UUD 1945,
maka bentuk Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang kemudian
lebih populer dengan sebutan NKRI.
10
3. Mempertegas sistem pemerintahan Presidensial
Disamping hal tersebut diatas, yang lebih penting dalam pemilihan semua bentuk
Negara akan sangat erat kaitannya dengan struktur sosial dan etnisitas masyarakat
yang ada dalam negara tersebut. Sebuah negara yang sangat tinggi tingkat
homogenitasnya tidak sulit mempraktekkan federalisme, terutama yang
menyangkut derajat pembilahan sosialnya. Sebaliknya dalam masyarakat yang
sangat tinggi tingkat fragmentasi sosialnya, diperlukan sebuah pemerintahan nasional
yang kuat.
11
tentang pemerintahan daerah memiliki unsur federalisme. Secara material mirip
federal namun secara konseptual tidak sama dengan federalisme. Dengan demikian
berdasarkan teori yang lazim Negara Kesatuan Republik Indonesia sekarang
merupakan Negara Kesatuan yang menerapkan pemerintahan federal. Oleh karena
itulah banyak muncul perdebatan tentang perlu tidaknya diadakan perubahan lagi
terhadap UUD 1945 hasil perubahan. Khusus berkaitan dengan bentuk Negara
Kesatuan sebagaimana telah ditentuakn dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
setelah perubahan,dikategorikan sebagai bukan objek perubahan yang diatur
dalam mekanisme perubahan sesuai dengan Pasal 37 UUD 1945. Dalam pasal
37 ayat (5) UUD 1945 dinyatakan: “Khusus mengenai bentuk Neagar Kesatuan
Republik Indonesia tidak dapat dialkukan peruabahan”. Dengan demikian jelas
bahwa pasal ini mengandung komitmen dan tekad bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 akan tetapberbentuk Negara
Kesatuan selamanya. Artinya apabila bangsa Indonesia taat pada hukum
konstitusi maka tidak akan terjadi perubahan terhadap bentuk Negara Kesatuan.
Bagi bangsa Indonesia, dalam rangka mempertahankan NKRI tidak ada pilihan
lain kecuali mengembangkan nilai-nilai Pancasila agar keragaman bangsa dapat
dijabarkan sesuai prinsip Bhineka Tunggal Ika. Prinsip Indonesia sebagai negara
Bhineka Tunggal Ika mencerminkan bahwa meskipun dalam realitanya Indonesia
memiliki sifat yang sangat heterogen dalam aspek suku,ras,agama,dan lain-lain
tetapi tetap berintegrasi dalam kesatuan.
12
Nopember 1951 yang kemudian diganti dengan UU RI No.24 Tahun 2009 tentang
Bendera,Bahasa dan Lambang Negara serta lagu Kebangsaan yang diundangkan
tanggal 9 Juli 2009. Dalam lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika.
Dalam mempertahankan NKRI agar tetap tegak berdiri ada beberapa faktor yang
dapat mengintegrasikan bangsa Indonesia namun ada pula faktor yang dapat menjadi
penyebab disintegrasi bangsa Indonesia.
5. Kekuatan (force)
2. Kesenjangan struktural
13
4. Kekerasan politik
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan bersendi pada jati diri Pancasila bukan berarti bangsa Indonesia
tidak menghendaki perubahan. Karena perubahan terletak pada cara dan teknik
dalam mengatisipasi tantangan yang dihadapi. Atau dapat pula dikatakan bahwa
perubahan bukan pada tatanan dasar tetapi pada tatanan instrumental.
2. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Asshidiqie.Jimly, 2002, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Ke
Empat, Pusat Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta
16
17