Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Lempeng tektonik adalah struktur dan bentuk bumi khususnya susunan


batuan yang membentuk benua, pulau ataupun gunung. Menurut teori lempeng
tektonik adalah lapisan terluar bumi yang terbuat dari suatu lempengan tipis dan
keras yang masing – masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Lempeng
tektonik sndiri dibagi menjadi dua yaitu lempeng benua (Continental plate) dan
lempeng samudera (Oceanic plate). Tepian benua (Contnental margin) dapat
dikatakan sebagai ujung antara lempeng yang berbatasan yang saling tumpang
tindih. Secara aktivitas tektonik tepian benua ini dibai menjadi dua tipe yaitu Active
margins dan Passive margins. Pada pembahasan kali ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai Passive Continental Margin, berikut pembahasan mengenai passive
continenal margin.

A. DEFINISI PASSIVE MARGIN


1. Passive Margin adalah batas lempeng yang hanya menumpang pada satu
lempeng. Yang biasa disebut dengan daerah transisi. Daerah yang hanya
mengalami transisi kimia, tidak terdapat aktifitas tektonika sehingga bisa
disebut pasif.
2. Yang utama tampak pada daerah Passive Continental Margin adalah Passive
Margin, dimana tepi kerak benua yang berubah secara gradual menjadi
kerak samudera. Terlihat dari batuannya juga yang berubah secara gradual
dari sifatnya yang granitic (khas benua) ke arah basaltic (khas samudera).
3. Passive Continental Margin digambarkan dengan keberadaan dipping atau
kemiringan dengan arah menghadap ke samudera. Karena kemiringan ini
membuat supply sedimen yang melimpah pada daerah Coastal Plain.

B. TANDA –TANDA DISEBUT PASSIVE MARGIN


1. Terdapat Dipping
2. Tidak Tampak Batas Lempeng, Terdapat pada daerah transisi.
3. Tidak Diketemukan Aktivitas Vulkanik, karena sifatnya transisi kimia.
4. Tidak diketemukan aktivitas tektonik.
5. Banyak terlihat Dyke, disebabkan karena patahan akibat Rift.
6. Karena terdapat dyke, magmatisme juga masih terjadi.
7. Diketemukan banyak patahan atau sesar turun intensif, akibat ekstensi.
8. Tanda Seismic : Merupakan Zona seismic lemah. (Seismic ally inactive)

C. DAERAH TERJADINYA
1. Passive Continental Margin terjadi di daerah transisi, yakni dari continental
menuju oceanic plate. Seperti yang dijelaskan pada definisi di atas, zona
transisi ini berada pada lempeng yang sama, karena rift bersistem intraplate.
2. Tidak terlihat batas lempeng karena pada daerah ini memang bukan daerah
batas. Seperti yang terjadi pada samudera Atlantik. Terlihat batasnya pada
tengah laut antara amerika selatan dan afrika.
3. Pada daerah tersebut terlihat Proses Pemekaran Benua (MOR)
Terlihat pada gambar di bawah ini

D. SISTEMATIKA TERJADI PASSIVE MARGIN


Terlihat pada plate tersebut di atas, bahwa pada daerah Rifting, yakni
pada daerah Mid Oceanic Ridge.Pada Oceanic Ridge, material terbentuk
karena proses magmatisme baik akibat dari batas lempeng dari mantle plume.
Material baru yang masih bersifat panas, dengan viskositas yang sedang sampai
ke rendah ini bergerak ke samping (lateral) dan mendingin serta memadat.
Pelebaran ini mengakibatkan sesar-sesar intensif akibat proses ekstensi.
Hal ini terjadi karena passive margin sebenarnya adalah proses lanjut dari
pemekaran benua. Karena proses pemanjangan ruang ini lah, ruang akomodasi
sedimen yang tersedia pun semakin banyak, keadaan tersebut menunjang suatu
rejim regangan masuk dan menghasilkan sesar-sesar turun.

E. SISTEM DEPOSISI
Pada setting Passive Continental Margin, karakter sistem sedimentasinya
adalah pada lingkungan transisi dan laut (marine).
1. Pada lingkungan transisional :
- Daerah pelamparan dari batas pembentukan gelombang sampai dengan
batas daratan alluvial
- Dipengaruhi oleh proses/lingkungan terestrial dan marin.
- Faktor energy utama yang mempengaruhi proses sedimentasinya adalah
tidal proses.
2. Pada lingkungan marin:
- Dipengaruhi oleh Tidal (rising relative sealevel, relative sealevel fall, dan
Slope Instability)
- Ditemui Continental Shelf
- Continental Slope
- Continental Rise
- Continental Margin
- Coastal Plain
- MOR
Dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

- Bentuk coastal seperti gambar di atas, dimana juga banyak terlihat

sesar turun intensif, menyebabkan berbagai karakteristik dari pola


sedimentasi material klastik nya. Berbagai system trap yang terjadi terlihat
pada gambar di bawah ini :
Pada setting tersebut kita dapat menghasilkan beberapa pola deposisi,
 Coarser grain dapat diketemukan pada zona Continental shelf sampai pada
continental slope
 Finer grain dapat diketemukan pada coastal plain sampai kepada basin
center. Karena pada zona ini ada penurunan energy sedimentasi karena
current terjebak pada daerah basin ini. (air ndak bisa kemana-mana). Mereka
mengendap dengan proses suspense, (pengaruh gravitasi). Nah, kenapa pada
zona ini Cuma yang “halus-halus” yang ngendap.
Deposisi berikutnya disebabkan oleh Tidal System atau Rising and falling
relative sealevel.
Terlihat pada gambar di bawah ini :

Pada Rising Relative Sealevel


 Dominasi system suspense semakin tinggi pada seting deposisi basin.
 Fine grain diketemukan pada daerah basin.
 Terjadi Mass-flow karena debris flow deposit.
 Density Flow yang berbeda pada daerah shelf, slope dan sepanjang basin.
 Terjadi proses Transgresi

Pada Relative sealevel Fall


 Terjadi pola non-depositional dan erosi pada basinnya
 Zona akomodasi yang semakin mengecil.
 Sedimentasi hanya terjadi pada daerah shelf , dimana energy dari arus
alluvial masih tersedia.
 Terjadi regresi
 Karena arus dari darat semakin besar, dengan proses eustasi air lautnya,
energi regresi juga besar, maka akan diketemukan coarser-grain pada
daerah basin.

Ketidakstabilan slope
 Slumping (longsoran) dari sedimen yang terdeposisi namun belum
terlitifikasi sempurna, bercampur (mixing) dengan formasi olistostrome
biasa disebut dengan chaotic
 Material tersebut jatuh dan bercampur dengan batuan in situ.
 Sedimen yang telah tercampur (amalgamated) terperangkap pada kaki kaki
slope membentuk slope apron.
 Sedimen yang terakumulasi di dasar slope membentuk slope front fills.
 Pada keadaan lowstand , submarine fan system sangat mendominasi proses
deposisi. Menghasilkan pola progradding pada basinfloor biasanya ditandai
dengan adanya lobe switching.
STUDI KASUS
CEKUNGAN TARAKAN

Cekungan Tarakan merupakan salah satu dari 3 (tiga) Cekungan Tersier


utama yang terdapat di bagian timur continental margin Kalimantan (dari utara ke
selatan: Cekungan Tarakan, Cekungan Kutai dan Cekungan Barito), yang dicirikan
oleh hadirnya batuan sedimen klastik sebagai penyusunnya yang dominan,
berukuran halus sampai kasar dengan beberapa endapan karbonat.
Secara fisiografi, Cekungan Tarakan meliputi kawasan daratan dan
sebagiannya lagi kawasan lepas pantai. Di bagian utara dibatasi oleh tinggian
Semporna yang terletak sedikit di utara perbatasan Indonesia - Malaysia, di sebelah
selatan oleh Punggungan Mangkalihat yang memisahkan Cekungan Tarakan
dengan Cekungan Kutai. Ke arah barat dari cekungan meliputi kawasan daratan
sejauh 60 sampai 100 km dari tepi pantai hingga Tinggian Kucing, ke arah timur
batas cekungannya diketahui melewati kawasan paparan benua dari Laut Sulawesi.

Cekungan Tarakan Kalimantan Timur (Sumber: Core-Lab G&G Evaluation


Simenggaris Block)
PEMBENTUKAN
Proses pengendapan Cekungan Tarakan di mulai dari proses pengangkatan.
Transgresi yang diperkirakan terjadi pada Kala Eosen sampai Miosen Awal
bersamaan dengan terjadinya proses pengangkatan gradual pada Tinggian Kuching
dari barat ke timur. Pada Kala Miosen Tengah terjadi penurunan (regresi) pada
Cekungan Tarakan, yang dilanjutkan dengan terjadinya pengendapan progradasi ke
arah timur dan membentuk endapan delta, yang menutupi endapan prodelta dan
batial. Cekungan Tarakan mengalami proses penurunan secara lebih aktif lagi pada
Kala Miosen sampai Pliosen. Proses sedimentasi delta yang tebal relatif bergerak
ke arah timur terus berlanjut selaras dengan waktu. Cekungan Tarakan berupa
depresi berbentuk busur yang terbuka ke timur ke arah Selat Makasar atau Laut
Sulawesi yang meluas ke utara Sabah dan berhenti pada zona subduksi di Tinggian
Semporna dan merupakan cekungan paling utara di Kalimantan. Tinggian Kuching
dengan inti lapisan Pra-Tersier terletak di sebelah baratnya, sedangkan batas
selatannya adalah Ridge Suikersbood dan Tinggian Mangkalihat.

Simplified Geologic Map of The Tarakan Basin (Sumber: Pertamina- BEICIP,1992;


Netherwood&Wight,1993; Situmorang&Buchan,1992)
TEKTONIK SUB-CEKUNGAN TARAKAN
Secara tektonik, sejarah Sub-Cekungan Tarakan saat ini merupakan
gambaran hasil aktifitas tektonik Plio - Pleistosen. Elemen-elemen tektonik utama
sebagai penyusun cekungan adalah:
1. Melange Kapur/Eosen Awal, jalur Kalimantan Tengah di bagian barat. Daerah
ini tersusun oleh batuan metamorf yang tertektonisasi kuat. Achmad dan Samuel
(1984), memperkirakan jalur ini berumur Permo-Karbon atau Jura-Kapur.
2. Semenanjung Semporna yang membentuk tinggian terletak di sebelah utara
perbatasan Indonesia dan Malaysia. Menurut Hamilton (1979), komplek
Semporna termasuk Busur Sulu dan secara genetic berhubungan dengan proses
tumbukan lempeng Filipina dan NE Kalimantan.
3. Semenanjung Mangkalihat di bagian selatan merupakan tinggian dengan lapisan
sedimen tersier tipis, memisahkan Cekungan Tarakan di utara dan Kutai
dibagian selatan.
4. Kearah timur, Cekungan Tarakan menyebar melintasi Laut Sulawesi menuju
palung laut Makasar. Batas paling timur dari Cekungan Tarakan tidak dapat
ditentukan secara jelas. Elemen tektonik Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur
(Samuel, 1984) Blok Simenggaris.

STRATIGRAFI REGIONAL SUB-CEKUNGAN TARAKAN


Stratigrafi regional Sub-Cekungan Tarakan yang digunakan dalam studi
mengacu pada pembagian dan tatanama dari Achmad dan Samuel (1984) dan
Akuanbatin, et.al.(1984). Berdasarkan pemisahan tersebut stratigrafi Cekungan
Tarakan didasari oleh batuan dari formasi-formasi berumur Kapur hingga Eosen
Tengah yang termasuk kedalam group Formasi Sembakung. Di atas group Formasi
Sembakung secara tidak selaras menumpang batuan sedimen dari umur Eosen
Akhir hingga Pleistosen. Sedimen tersebut terbagi kedalam 5 siklus pengendapan,
yaitu terdiri dari 2 siklus transgresif yang dimulai dari Eosen Akhir hingga Miosen
Awal (siklus 1 dan siklus 2), 3 siklus regresif mulai Miosen Tengah hingga
Pleistosen (siklus 3, 4, 5).
1. Kapur-Eosen Tengah (Basement Complect)
2. Eosen Akhir/Oligosen(siklus 1)
3. Oligosen Akhir-Miosen Awal(siklus-2)
4. Miosen Tengah-Akhir (Siklus 3)
5. Pliosen-Pleistosen (Siklus 4 dan 5)

Kolom stratigrafi Sub-Cekungan Tarakan (Internal report Pertamina-Medco E&P, 2001)

Anda mungkin juga menyukai